PENDAHULUAN
I. 1. Skenario
Seorang wanita pekerja, 38 tahun, datang ke poliklinik saraf dengan
keluhan nyeri dan kelemahan pada ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan,
dialami sejak 3 bulan yg lalu, dirasakan makin lama makin berat. Keluhan ini
disertai dengan rasa kram pada jari-jari tersebut terutama pada malam hari,
tidak ada riwayat trauma dan infeksi.
I. 2. Tujuan Pembelajaran
1. Mengetahui anatomi manus dalam hal ini ( musculo, oesteo, dan nervus)
2. Mengetahui penyebab nyeri extremitas
3. Mengetahui patomekanisme nyeri
4. Mengetahui patomekanisme kram
5. Mengetahui DD yang berhubungan dengan skenario
I. 3. Kata Kunci
1. Wanita pekerja, 38 tahun.
2. Nyeri pd ibu jari & jari telunjuk kanan
3. Makin lama makin berat
4. Tdk ada riwayat trauma & infeksi
5. Kram pada malam hari
6. Keluhan sejak 3 bulan lalu
I. 4. Pertanyaan
1. Bagaimana anatomi manus dalam hal ini ( musculo, oesteo, dan nervus) ?
2. Apa penyebab dan bagaimana patomekanisme nyeri extremitas ?
3. Bagaimana patomekanisme kram ?
4. Apa DD yang berhubungan dengan skenario ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tulang Tangan
Terdiri dari 8 buah tulang dan terletetak dalam 2 baris.
majus), os
M. BRACHIORADIALIS
Terletak dibagian superficial, menyilang permukaan lateronterior articulatio cubiti.
Mengadakan origo pada margo lateralis ujung distal humerus dan pada septum
intermusculare laterale.
M. PRONATOR TERES
Otot ini relatif pendek, melekat dibagian proximal dengan perantaraan dua buah caput
yaitu caput humerale, besar melekat pada epicondylus medialis humeri dan pada
septum intermusculare mediale dan caput ulnare yang melekat pada processus
coronoideus ulnae.
M. FLEXOR CARPI RADIALIS
Terletak disebelah medial dari m. pronator teres padaa facies ventralis antebrachium.
Berorigi pada epicondylus medial humeri disebelah distal dari origo m. Pronator
teres.
M. PALMARIS LONGUS
Berada disebelah
Terletak paling medial dan membentuk sisi medial dan membentuk sisi medialis
antebrachium. Membentuk origo melalui caput humerale dan caput ulnare, yang
dihubungkan satu sama lain oleh suatu arcus tendinosus. Caput humerale melekat
pada epicondylus medialis humeri dan caput ulnare mnegadakan perlekatan pada sisi
medial olecranon dan pada 2/3 bagian cranialis margo posterior ulna, membentuk
suatu tendo yang panjang dan berinsertio pada os pisiforme.
2.1.2 Persarafan(1)
plexus brachialis
Nyeri nosiseptif yang terbagi atas : nyeri somatik dan nyeri visceral
Nyeri non-nosiseptif yang terbagi atas nyeri neuropatik dan nyeri psikogenik.
Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang timbul sebagai akibat perangsangan pada
nosiseptor (oleh serabut a-delta dan serabut-c) oleh rangsang mekanik, termal tau
kemikal. Nyeri somatik adalah nyeri yang timbul pada organ non viseral, misal nyeri
pasca bedah, nyeri metastatik, nyeri tulang, nyeri atritik. Nyeri viseral adalah nyeri
yang berasal dari organ viseral, biasanya akibat distensi organ yang berongga,
misalnya usus,kandung empedu, pankreas dan jantung. Nyeri viseral seringkali
diikuti reffered pain dan sensasi otonom, seperti mual dan muntah.
Nyeri neuropatuk adalah nyeri yang timbul akibat iritasi atau trauma pada saraf.
Nyeri seringkali persisten, walaupun penyebabnya sudah tidak ada. Biasanya pasien
merasakan seperti terbakar, sperti tersengat listrik atau alodinia dan disestesia.Nyeri
psikogenik yaitu nyeri yang tidak memenuhi kriteria nyeri somatik dan nyeri
neuropatik, dan memenuhi kriteria untuk depresi atau kelainana psikosomatik.
Mekanisme Nyeri
Proses nyeri dimulai dari stimulasi nosiseptor oleh stimulus noxious sampai
terjadinya pengalaman subjektif nyeri adalah suatu seri kejadian elektrik dan kimia
yang bisa dikelompokan menjadi 4 proses, yaitu : transduksi, transmisi, modulasi,
dan persepsi.
Secara singkat mekanisme nyeri dimulai dari stimulasi nosiseptor oleh
stimulus noxious pada jaringan, yang kemudian akan mengakibatkan stimulasi
nossiseptor dimana disini stimulus noxious tersebut akan dirubah menjadi potensial
aksi. Proses ini disebut ransduksi atau aktivasi reseptor. Selanjutnya potensial aksi
tersbut akan ditransmisikan menuju neuron sususnan saraf pusat yang berhubungan
dengan nyeri. Tahap pertama transmisi adalah konduksi impuls dari neuron aferen
primer ke kornu dorsalis medulla spinalis, pada kornu dorsalis ini neuron aferen
primer bersinap dengan neurun susunan saraf pusat. Darisini jaringan neuron tersebut
akan naik keatas dimedulla spinalis menuju batang otak dan talamus. Selanjutnya
terjadi hub ungan timbal balik antara talamus dan pusat-pusat yang lebih tinggi di
otak yang mengurusi respon persepsi dan afektif yang berhubungan dengan nyeri.
Pada tahap modulasi, modulasi merupakan sinyal yang mampu mempengaruhi proses
nyeri tersebut, tempat modulasi sinyal yang paling diketahui adalah pada kornu
dorsalis medula spinalis. Proses terakhir adalah persepsi, dimana pesan nyeri di relai
menuju otak dan menghasilkan pengalaman yang tidak menyenangkan. Berikut
gambar mekanisme terjadinya nyeri.
dimana
disini
merupakan
neurotransmitter
inhibisi
utama.
neuron-neuron
kornu
dorsalis,
neuron-neuron
traktus
serotonin
(5-hydroxytryptamine,
HT)
dan
noripineprin
12
ujung-ujung badan, seperti tangan, kaki, telinga, dan hidung. Dengan menyempitnya
pembuluh darah tersebut, pasokan darah juga akan berkurang. Hal ini dapat
menyebabkan gangguan saraf perifer yang muncul dengan gejala kesemutan
Kesemutan sebagai bagian dari gejala penyakit sebenarnya tahap paling awal dari
suatu proses kehilangan rasa. Proses itu adalah :
paraesthesia (kesemutan)
hypaesthesia (baal)
Makna pareshtesa sendiri sebenarnya lebih luas dari kesemutan. Rasa dingin atau
panas setempat, rasa dirambati sesuatu juga masuk dalam kategori paresthesia.
Kesemutan merupakan sebuah gejala gangguan pada fungsi saraf atau aliran
darah seseorang. Jika kesemutan itu dari paha sampai ke ujung kaki, maka yang
paling sering adalah gangguan pada saraf, seperti neuropati atau juga iscialgia (nyeri
pada saraf tungkai, yaitu saraf ischiadicum). Jika kesemutan itu terutama di betis,
biasanya itu akibat gangguan pada pembuluh darah karena betis adalah daerah
predileksi penyakit varises.
Gangguan fungsi saraf bisa disebabkan banyak macam, misalnya kerusakan
atau iritasi serabut saraf. Serabut-serabut saraf yang membawa sensasi kesemutan
dikenal sebagai serabut saraf sensorik. Tidak hanya kesemutan, saraf sensorik juga
menyampaikan sensasi lain seperti panas, dingin, raba, nyeri, tekan, getar dan rasa
posisi.
Mekanisme penerimaan rangsangan sampai terwujudnya apa yang kita rasakan
dimana rangsangan di kulit (misalnya, memegang air dingin, dicubit, disentuh) akan
13
diterima oleh reseptor (penerima rangsangan) yang terletak di bawah permukaan kulit
untuk kemudian diteruskan ke saraf tepi (saraf di luar otak dan sumsum tulang
belakang), lalu masuk ke dalam susunan saraf pusat di sumsum tulang belakang.
Kemudian stimulus diteruskan ke atas sampai ke thalamus (pusat penyebaran utama
impuls-impuls sensoris yang berperan penting dalam memproses/mengolah informasi
sensorik ini). Dari sini, stimulus dikirimkan ke pusat sensorik di otak besar (cerebral
cortex), yang disebut korteks sensorik. Pada saat inilah, apa yang dirasakan tersebut
disadari oleh si individu. Bila ada gangguan dalam jalur sensorik tersebut, misalnya
akibat rangsang listrik di sistem itu tidak tersalur secara penuh, maka timbullah
kesemutan. Bisa juga karena saraf terjepit (karena pengapuran pada tulang belakang)
atau saraf robek/putus akibat kecelakaan.
Kesemutan yang tidak disertai dengan gejala-gejala lain biasanya menandakan
adanya gangguan pada reseptor di kulit atau pada cabang-cabang saraf tepi. Ada pula
karena gangguan aliran darah yang menimbulkan pemberian makanan di saraf
terhambat dan menyebabkan sensasi kesemutan, misalnya karena tangan kita tertekuk
lama atau tertindih sehingga menghambat aliran darah dan menjadi kesemutan.
Meskipun tidak menyebabkan sesuatu yang fatal, biasanya kesemutan dapat
menjadi sebuah pertanda adanya gangguan dalam fungsi saraf dan aliran darah. Jadi,
gejala ini berfungsi sebagai semacam alarm deteksi awal.
Mekanisme kram
Mekanisme kesemutan pada kasus ini terjadi karena adanya jepitan saraf
(n.medianus) karena hiperaktivitas pasien dalam menggunakan tangan(sehingga
menyebabkan menyempitnya terowongan karpal) akan menyebabkan meningkatnya
tekanan intravasikuler pada serabut saraf tersebut. Keadaan ini akan menyebabkan
gangguan vaskularisasi pada saraf dan terjadi anoksia, keadaan patologis seperti ini
menyebabkan membrane sel saraf mengalami hiperpermeabilitas sehingga sangat
14
mudah dilalui impuls saraf dan pada akhirnya,tanpa ada perangsangan pun dapat
terjadi aliran impuls saraf yang akan berakibat timbulnya parestesia.
BAB III
PEMBAHASAN
15
Epidemiologi
16
Dalam kajian de quervain, penyakit ini sering terjadi pada usia pertengahan
yaitu 30-50 tahun. Dan perempuan memiliki lebih banyak kasus daripada laki-laki,
yaitu 8-10 kali lebih banyak. Hal ini dikarenakan dari pekerjaan sehari-hari
perempuan yang lebih banyak menggunakan pergelangan tangan seperti mencuci,
memasak, menyetrika, dan mengetik. Sehingga menyebabkan peradangan pada
daerah pergelangan tangan karena penggunaannya yang berulang-ulang.2,3
Etiologi
Sampai saat ini penyebab terjadinya sindroma de Quervain masih belum
diketahui. Beberapa ahli berpendapat, walaupun tenosynovitis dikenal sebagai
kondisi peradangan, yang terjadi pada de Quervain sebenarnya adalah proses
degeneratif pada tenosynovium yang disebabkan oleh penggunaan berlebihan dan
gerakan repetitif dari ibujari pada orang-orangyang melakukan pekerjaan yang
memerlukan aktivitas aktivitas dengan genggaman kuat dan berulang, seperti tukang
cuci, tukang kayu, dan musisi.Halini sesuai dengan evaluasi histologi khusus yang
menunjukkantidak adanya tanda-tanda peradangan melainkan tampak adanya proses
degenerasi myxoid yang konsisten denganproses degenerasi yang kronik.Akan tetapi
sampai saat ini belum ada penelitian ilmiah yang dapat membuktikan spekulasi
tersebut, sehingga sampai saat ini penyebab sindroma de Quervain masih tetap
idiopatik.
Gambaran Klinis
Gejala dan keluhan yang dapat ditimbulkan oleh sindrom ini antara lain rasa
nyeri saat menggerakkan pergelangan tangan, timbul bengkak sekitar pergelangan
tangan, spasme M. abductor pollicis longus dan M. extensor pollicis brevis, serta
adanya nyeri tekan sekitar processus styloideus radii. 2,4
Nyeri dapat timbul tiba-tiba atau diawali dengan rasa kelelahan yang makin
lama makin meningkat menjadi nyeri. Apabila kondisi ini dibiarkan tanpa diobati,
17
nyeri dapat menjalar lebih jauh sampai ke ibu jari, bagian belakang lengan bawah
atau keduanya. 2
Gejala-gejala yang terdapat pada sindroma de Quervain antara lain adalah: 2
1. Nyeri pada pangkal ibu jari
2. Bengkak pada pangkal ibu jari yaitu sekitar 1-2 cm dari processus styloideus
tulang radius
3. Kesulitan menggerakkan ibu jari dan pergelangan tangan pada saat melakukan
aktivitas seperti mencubit atau menggenggam
4. Rasa baal atau kebas pada bagian dorsal ibu jari dan jari telunjuk, disebabkan
oleh penebalan tendon yang mengiritasi saraf
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan pada penyakit ini yaitu tes Finklenstein. Tes ini
dilakukan
dengan
cara,
pemeriksa
memerintahkan
pasiennya
mengepalkan
Tes Finklenstein
Pengobatan
18
Pada kasus ini dapat disembuhkan dengan beberapa cara yaitu : 2,3,4
1. Pada kasus yang masih ringan, pasien harus menghentikan penggunaan tangan
secara berlebihan untuk mengurangi rasa nyeri yang ada dan juga tidak
memperparah daerah yang mengalami pembengkakan.
2. Dapat dilakukan pemasangan bidai khusus lengan bawah dan ibu jari yang
disebut dengan bidai thumb-spica. Bidai ini menjaga pergelangan tangan dan
sendi ibu jari agar tidak bergerak. Bidai ini berguna untuk mengistirahatkan
tendo M.abductor pollicis longus dan M.extensor pollicis brevis.
3. Pemeberian obat anti inflamasi untuk mengurangi pembengkakan yang ada,
4. Injeksi kortikosteroid ke dalam sarung tendo
5. Kasus yang resisten membutuhkan operasi, yang terdiri atas perobekan
penebalan sarung tendo.
3.2 Tringger finger
Defenisi
Trigger finger merupakan kekakuan pada metakarpofalangealis dan
interfalangealis, sehingga jari-jari tidak dapat melakukan gerakan flexi. 5
Penyebab Tringger finger
1. Inflamasi pada sarung tendo flexor digitorum, misalnya infeksi mycobacterium
tuberkulosis.5,6
2. Trauma pada sarung tendo flexor digitorum.6
3. Idiopatik, terbentuknya nodul pada sarung tendo.6
19
1. Jari-jari tidak dapat melakukan gerakan flexi, untuk melakukan gerakan flexi
harus dibantu dan akan terdengar klik ketika tangan diflexikan.
2. Nyeri
Penatalaksanaan 6
1.
2.
3.
4.
5.
Imobilisasi jari
OAINS
Fisioterapi
Injeksi kortekosteroid
Operasi
Tringger finger
20
21
Retinakulum (7)
Membentang dari
22
Epidemiologi
23
Prevalensi kejadian penyakit carpal tunnel syndrome lebih banyak pada wanita
dibandingkan laki-laki. Pada umumnya mereka yang mengalami adalah orang-orang
yang banyak menggunakan tangan dalam melakukan pekerjaan. Usia yang menjadi
sasaran penyakit ini adalah 29-60 tahun (usia produktif). (8,9,10)
Etiologi
Belum diketahui dengan pasti. Akan tetapi yang banyak mengalami yaitu orang-orang
yang dalam malakukan pekerjaannya selalu menggunakan tangan. Pekerjaan tersebut
seperti penjahit, penyulam, dokter gigi, pengetik, pemain piano, pekerja bangunan,
dan lain-lain
Patogenesis
Fase Akut
Pada awalnya terjadi penekanan yang melebihi tekanan perfusi kapiler.
Penekanan ini menyebabkan gangguan mikrosirkulasi dan gangguan iskemik
saraf. Sehingga tekanan intravaskular meningkat. Kemudian menyebabkan
gangguan pada aliran darah. Terjadi vasodilatasi pembuluh darah. Vasodilatasi
menyebabkan udema. Mengakibatkan sawar darah dan saraf terganggu.
24
Akibatnya saraf menjadi atrofi dan diganti oleh jaringan ikat. Dan pada
akhirnya fungsi nervus medianus terganggu secara menyeluruh. (8,9,10)
Gambaran klinis (7)
Gejala kram-kram, nyeri, baal, parastesia (kesemutan) pada permukaan flexor
jari-jari.
Kram-kram pada ibu jari, telunjuk, jari tengah, setengah jari manis, dan
keproximal (siku,bahu).
Nyeri dibangkitkan oleh pekerjaan kasar yang banyak menggunakan otot
Pemeriksaan Fisis
a. Thenar wasting: Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi
otot-otot thenar.
b. Wrist extension test: Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal,
sebaiknya
dilakukan
serentak
pada
25
kedua
tangan
sehingga
dapat
dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti CTS, maka tes
ini menyokong diagnosa CTS.
c. Phalen's test: Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam
waktu 60 detik timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.
d. Torniquet test: Dilakukan pemasangan tomiquet dengan menggunakan
tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila
dalam 1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.
e. Tinel's sign: Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri
pada daerah distribusi nervus medianus apabila dilakukan perkusi pada
terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
f. Pressure test. Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dgn
menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala
seperti STK, tes ini menyokong diagnosa. (8,9,10)
Palen test
tinnels test
pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan LAB dilakukan apabila pd pemeriksaan lainnya belum
menunjukkan hasill yang tepat. Misalnya: pemeriksaan kadar gula darah. (9,10)
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan sinar X terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat
apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. (9,10)
26
Pengobatan
a. Istirahatkan pergelangan tangan.
b. OAINS.
c. Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat dipasang
terus-menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3 minggu.
d. lnjeksi steroid: Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg
atau
DAFTAR PUSTAKA
1. Buranda t, djayanglangkara h, datu a r, lisal j I, rafiah s, larief nikmatiah.
Anatomi umum. Makassar. Fakultas kedokteran hasanudin 2006.
2. Sindrom de quervain. Diakses dari :
URL : http://www.scribd.com/doc/38672128/4-Sindroma-De-Quervain
3. Apley AG, Solomon L. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem apley. Ed 7.
Jakarta: Widya medika; 1995
27
28