KATA SULIT
- Tidak terdapat kata sulit
KATA KUNCI
- Perempuan 65 tahun
- Keluhan sakit pada panggul kiri akibat terpleset
- Tinggi badan 150 cm dan berat badan 90 kg
- Sulit berjalan sejak 1 tahun yang terakhir
- Nyeri pada kedua lututnya
- Hanya terbaring di tempat tidur
PERTANYAAN PENTING
JAWAB PERTANYAN
II. Lutut
a. Anatomi
a. Fungsi
Fungsi lutut yaitu sebagai penerima beban tubuh dan juga
fungsionalnya dalam berjalan. Sendi lutut merupakan bagian
extremitas inferior yang menghubungkan tungkai atas dengan
tungkai bawah. Sendi lutut merupakan sendi yang terbesar pada
tubuh manusia. Fungsi dari sendi lutut adalah untukmengatur
pergerakan kaki. Untuk menggerakkan kaki juga diperlukan :
- Otot- otot yang membantu menggerakkan sendi
- Kapsul sendi yang berfungsi untuk melindungi bagian tulang
yang bersendi supaya jangan lepas saat bergerak.
- Ligamentum yang ada di sekitar sendi lutut yang merupakan
penghubung tulang yang bersendi sehingga tulang menjadi kuat
untuk melakukan gerakan.
- Cairan dalam rongga sendi berfungsi untuk mengurangi
gesekan antara tulang pada permukaan sendi.
Refrensi :
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 1991. Hal 4-6.
Irfan M, Rizka Gahara. Beda Pengaruh Penambahan Long
Axis Oscillated Traction Pada Intervensi MWD Dan TENS
Terhadap Pengurangan Rasa Nyeri Pada Capsular Pattern
Akibat Osteoatritis Lutut. Universitas INDONUSA Esa
Unggul. Jakarta. ol. 6 No. 1, April 2006
2. Jelaskan nervus apa yang berhubungan dengan pasien tidak bias bangun !
SUSUNAN SARAF
Adalah suatu sistem yang menerima dan mengatur stimulus sehingga tubuh
dapat menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya, dapat menimbulkan reaksi dan
mengontrol sistem lainnya dalam tubuh.
Nervus spinalis dibentuk oleh radix anterior dan radix posterior, masing-
masing berisi serabut saraf motoris dan serabut saraf sensibel. Serabut saraf
motoris (=somato motoris = serabut efferent) berpusat pada cornu anterius
medullae spinales; serabut sensibel (= sensoris = somato sensibel = serabut
afferent) berakhir pada cornu posteriur medullae spinales dan atau medulla
oblongata.
Pada radix posterior terdapat ganglion spinale yang merupakan neuron I dari
lintasan stimulus sensibel (sensoris). Ganglion spinale disebut juga ganglion
intervertebrale (= T sel ganglion), yang menerima stimulus dari kulit, tendo,
musculus dan articulus.
Ada juga serabut afferen yang tidak berganti neuron pada cornu posterius
medulla spinalis, melainkan membentuk synapse di medulla oblongata.
Susunan saraf otonom terdiri dari saraf sympathis dan saraf pada sympathis,
yang mempunyai fungsi saling bertentangan, yaitu serabut sympathis
menyebabkan deletasi pupil mata, denyut jantung menjadi cepat, kontraksi otot
sphincter, kontraksi dinding arteri dan viscera, delatasi arteria coronaria,
sedangkan saraf parasympathis berperan untuk kontraksi pupil mata, denyut cor
menjadi lambat, relaxasi otot sphincter, delatasi pembuluh arteri dan viscera dan
kontraksi arteria coronaria.
Pusat dari saraf sympathis berada pada cornu laterale medulla spinalis
segmental Thoracolumbal [ C 8 – L 2 ] dan pusat parasympathis berada pada
brain stem [ N.III, N.VII, N.IX dan N.X ] dan pada medulla spinalis segmental
sacral S (2), 3 dan 4.
PLEXUS SACRALIS
Ad.5. N.ISCHIADICUS.
Saraf ini adalah saraf yang terbesar dalam tubuh manusia yang mempersarafi kulit
regio cruralis dan pedis serta otot-otot di bagian dorsal regio femoris, seluruh otot pada
crus dan pedis, serta seluruh persendian pada extremitas inferior. Berasal dari medulla
spinalis L 4 – S 3, berjalan melalui foramen infra piriformis, berada di sebelah lateral
n.cutaneus femoris posterior, berjalan descendens di sebelah dorsal m.rotator triceps, di
sebelah dorsal m.quadratus femoris, di sebelah ventral caput longum m.biceps femoris,
selanjutnya berada di antara m.biceps femoris dan m.semimembranosus, masuk ke
dalam fossa poplitea. Lalu saraf ini bercabang dua menjadi N.TIBIALIS dan
N.PERONAEUS COMMUNIS.
Rami musculares ini dipercabangkan dari sisi medial n.ischiadicus sehingga bagian di
sebelah medial n.ischiadicus disebut danger side dan bagian di sebelah lateral disebut
safety side.
REFERENSI :
a. Umur
- Sistem endokrinologik
Pada sekitar 50%, lansia menunjukan intoleransi glukosa, dengan kadar
glukosa puasa normal. Pada lania juga terjadi penurunan tingkat produksi
hormone tiroid dan tingkat bersihan metabolic tiroid. Pada lansia pria
terjadi menurunan respon RSH dan TRH. Pada wanita, terjadi penurunan
hormone estrogen pasca menopause sehingga bias menimbulkan
osteoporosis.
- Sistem persendian
Pada synovial sendi terjadi perubahan berupa tidak ratanya permukaan
sendi, fibrilasi, dan pembentukan celah dan lekukan di permukaan tulang
rawan. Erosi tulang rawan hialin menyebabkan eburnasi tulang dan
pembentukan kista di rongga subkondra dan sumsum tulang. Semua
perubahan ini serupa dengan yang terdapat pada osteoartrosis. Keadaan
tersebut bias dikatakan patologik bila terjadi stress tambahan, misalnya
terjadi trauma atau pada sendi penanggung beban. Diantara penyakit
sendi yang sering terjadi pada usia lanjut adalah osteoarthritis, rematoid
artritis, gout, dan pseudogout, artritis monoartikuler senilis, dan rematika
polimialgia.
- Sistem saraf pusat dan otonom
Pada pembuluh darah terjadi penebalan tunika intima dan tunika media
sehingga sering terjadi gangguan vaskularisasi otak yang berakibat
terjadinya TIA, stroke, dan demensia vaskuler. Vaskularisasi yang
menurun pada daerah hipotalamus menyebabkan terjadinya gangguan
saraf otonom, disamping mungkin sebagai akibat pengaruh berkurangnya
berbagai neutransmiter. Penyakit metabolic seperti diabetes, hipotiroid,
dan hipertiroid dapat menyebabkan gangguan pada susunan saraf tepi,
baik yang bersifat otonom atau tidak.
b. Jenis kelamin
Sesudah menopause hampir tidak ada estrogen yang disekresikan oleh
ovarium. Hal ini menyebabkan berkurangnya aktifitas osteoblastik,
berkurangnya matriks tulang dan juga berkurangnya deposit kalsium dan fosfat
pada tulang. Pada beberapa wanita efek ini sangat hebat, sehingga menyebab-
kan osteoporosis yang sangat berrisiko untuk terjadinya fraktur.
c. Berat badan
Tulang sebagai bagian dari rangka tubuh manusia memiliki fungsi utama
sebagai kerangka yang keras untuk mendukung, melindungi, dan memudah
fungsi jaringan lunak. Obesitas akan mengurangi kepadatan tulang serta
meningkatkan resiko mengalami patah tulang. Pada dasarnya, tulang memiliki
kemampuan untuk selalu memperbarui diri dengan cara menghancurkan jaringan
tulang yang sudah rusak dengan sel osteoklas dan membangun jaringan tulang
baru dengan sel osteoblast. Jika kecepatan keduanya seimbang, tulang akan
senantiasa padat dan kuat. Namun, pada orang obesitas biasanya kecepatan
memperbarui jaringan tulang ini tidak seimbang.
d. Genetik
Kesehatan tulang tergantung dari gen yang diturunkan dari orangtuanya.
Apabila salah satu orangtua mengalami patah tulang dipanggul, maka
keturunannya dapat juga mengalami fraktur yang sama.
e. Ras
Orang-orang ras Afro American memiliki resiko osteoporosis lebih rendah
dibandingkan dengan ras Caucasian atau Asian. Hal ini disebabkan karena
tulang-tulang yang dimiliki oleh ras American lebih besar dan kuat. Dengan
demikian, orang Indonesia yang merupakan ras Asian mempunyai resiko tinggi
untuk terkena osteoporosis.
Referensi :
- H. Hadi Martono. 2010. Buku Ajar Geriatri. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
- Jurnal Obesitas Dan Pengeroposan Tulang. Bagian Anatomi FK Unsri
4. Apa patofisiology dari nyeri dan klasifikasinya !
MEKANISME NYERI
Proses nyeri mulai stimulus nociceptor oleh stimulus noxious sampai terjadi
pengalaman subyektif nyeri adalah suatu seri kejadian elektrik dan kimia yang
bias dikelompokkan menjadi 4 proses yaitu:
- Transduksi dimulai dari stimulus nociceptor oleh stimulus noxious pada
jaringan yang kemudian akan mengakibatkan stimulus nociceptor
dimana disini stimulus noxious tersebut akan diubah menjadi potensial
aksi. Selanjutnya potensial aksi tersebut akan ditransmisikan menuju
neuro susunan saraf pusat yang berhubungan dengan nyeri.
- Transmisi adalah kondisi implus dari neuron aferen primer ke kornu
dorsalis medula spinalis, pada kornu dorsalis ini neuron aferen primer
bersinaps dengan neuron susuna saraf pusat. Dari sini jaringan neuron
tersebut akan naik ke atas di medulla spinalis menuju batang otak dan
talamus. Selanjutnya terjadi hubungan timbal balik antara thalamus
dengan pusat-pusat yang lebih tinggi di otak yang mengurusi response
persepsi dan efektif yang berhubungan dengan nyeri. Tetapi rangsangan
nesiseptif tidah selalu menumbulkan persepsi nyeri dan sebaliknya
persepsi nyeri bias terjadi tanpa stimulus nesoseptif.
- Modulasi sinyal yang mampu mempengaruhi proses nyeri tersebut, tanpa
modulasi sinyal yang paling diketahui adalah pada kornu dorsalis
medulla spinalis.
- Persepsi dimana pesan nyeri direlai menuju ke otak dan menghasilkan
pengalaman yang tidak menyenangkan.
KUALIFIKASI NYERI
a. Transduksi
Mekanisme nyeri dimulai dari stimulasi nociceptor oleh stimulus
noxious pada jaringan, yang kemudian akan mengakibatkan stimulasi
nosiseptor dimana disini stimulasi noxious tersebut akan dirubah menjadi
potensial aksi. Proses ini disebut transduksi atau aktivasi reseptor.
b. Transmisi
Tahap pertama transmisi adalah konduksi impuls dari neuron
afferent primer ke kornu dorsalis medulla spinalis, pada kornu
dorsalis ini neuron afferent bersinap dengan neuron susunan saraf
pusat. Dari sini jaringan neuron tersebut akan naik keatas di medulla
spinalis menuju batang otak dan thalamus. Selanjutnya terjadi
hubungan timbal balik terhadap thalamus dan pusat-pusat yang lebih
tinggi di otak yang memgurusi respons presepsi nyeri bias terjadi
tanpa stimulasi nisiseptif.
c. Modulasi
Terdapat proses modulasi sinyal yang mampu mempengaruhi
proses nyeri tersebut. Tempat modulasi sinyal yang paling diketahui
adalah pda kornu dorsalis medulla spinalis.
d. Persepsi
Proses dimana pesan nyeri di relai ke otak dan menghasilkan
pengalaman yang tidak menyenangkan (nyeri)
Referensi :
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.2007. Edisi IV jilid II.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.Hal 3127
5. Langkah-langkah diagnosis pada OA!
ANAMNESIS
Pada umumnya pasien OA mengatakan bahwa keluhan0-keluhannya
sudah berlangsung lama.,tetapi berkembang secara perlahan.
a. Nyeri Sendi
Merupakan keluhan utama yang seringkali membawa pasien ke
dokter. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan berubah
dengan sedikit berkurang dengan istirahat.beberapa gerakan tertentu
menuimbulkan rasa nyeri yang lebih disbanding gerakan yang lain.
b. Hambatan gerak sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan
sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
c. Kaku pagi hari
Beberapa pasien nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah
imobilitas,seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang lama.
d. Krepitasi
Rasa gemeretak pada sendi yang sakit.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Hambatan gerak
Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada OA yang masih
dini secara radiologis. Biasanya bertambah berat dengan semakin
beratnya penyakit,sampai sendi hanya bias digoyangkan dan menjadi
kontraktur.
b. Krepitasi
Gejala ini lebih berat untuk pemeriksaan klinis OA lutut. Pada
awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau
remuk oleh pasien atau dokter yang memriksa. Dengan
bertambahnya berat penyakit ,krepitasi dapat terdengar sampai jarak
tertentu. Gejala ini mungkin timbal karena gesekan kedua permukaan
tulang sendipada saat digerakkan atau secara pasif di manipulasi.
c. Pembengkakan sendi yang seringkali asimetris
Pembengkakan sendi pada OA dapt timbul karena efusi pada sendi
yang biasanya tak banyak.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis OA biasanya didasarkan pada gambaran klinis dan
radiografis.
a. Radiografis sendi yang terkena
Gambaran radiologis sendi yang menyokong diagnosis OA sbb :
- Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris.
- Peningkatan densitas tulang subkondral
- Kista tulang
- Osteofit pada pinggir sendi
- Perubahan struktur anatomi sendi
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hasil pemriksaan lab pada OA biasanya tak banyak berguna. Darah
tepi (hemoglobin,leokosit,LED ) dalam batas-batas normal kecuali OA
generalisata yang harus dibedakan dengan arthritis peradangan.
PEMERIKSAAN MARKER
Ada beberapa jenis maker molekulaer yang dapat ditemukan dalam
cairan synovial atau dalam serum pasien OA yang bersal dari berbagai
komponen ekstraseluler matriks.
Referensi :
BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM
EGC.JAKARTA.HAL.280
6. Bagaimana patomekanisme keluhan yang di alami oleh pasien berdasarkan
skenario!
Proses patomekanisme nyeri yang terjadi pada panggul sama hal nya
dengan nyeri pada lutut. Sendi panggul berfungsi menyokong berat tubuh
yang menyebabkan kondisi sendi panggul rentan terhadap pemburukan dan
pengikisan tulang sendi sehingga terjadi peradangan.
Keluhan sakit panggul yang dialami oleh pasien bisa jadi berkaitan dengan
nyeri lutut yang dialaminya selama 1 tahun. Nyeri lutut yang terjadi
menyebabkan adanya perubahan titik tumpu saat berjalan, dimana semua
tumpuan berpusat pada sendi panggul ditambah lagi pasien memiliki berat
badan yang berlebih. Hal ini menyebabkan bertambahnya beban yang
ditopang oleh sendi panggul. Jika nyeri ini dibiarkan terlalu lama maka
pasien akan sulit berjalan (tidak normal) sehingga rawan terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan seperti terpeleset yang dialami oleh pasien.
Trauma juga merupakan salah satu penyebab nyeri panggul. Cedera sendi
terutama sendi-sendi penumpu berat badan yang akut termasuk robekan
terhadap ligamentum krusiatum dan meniscus merupakan faktor timbulnya
gejala osteoatritis.
Pasien terpeleset bisa saja mengalami benturan yang cukup berat dan
menjadi faktor penentu lokasi pada orang-orang yang mempunyai
predisposisi osteoarthritis dan berkaitan pula dengan perkembangan dan
beratnya osteoarthritis yang dialami sebelumnya.
Referensi :
ETIOPATOGENESIS OSTEOARTRITIS
2. Jenis kelamin
Wanita lebh sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, dan lelaki lebih
sering terkena OA paha, pergelangan tangan dan leher.
3. Suku bangsa
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada OA nampaknya terdapat
perbedaan, OA paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan Asia
daripada Kaukasia. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup.
4. Genetic
Faktor herediter juga berpengaruh pada timbulnya OA. Adanya mutasi gen
prokolagen II atau gen structural lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi
seperti kolagen tipe IX DAN XII, protein pengikat, atau proteoglikan
dikatakan berperan dalam banyak timbulnya OA ( terutama pada OA banyak
sendi).
RIWAYAT PENYAKIT
1. Nyeri sendi
2. Hambatan gerakan sendi
3. Kaku pagi
4. Kresipitasi
5. Pembesaran sendi (deformitas)
6. Perubahan gaya berjalan
PEMERIKSAAN FISIS
1. Hambatan gerak
2. Kresipitasi
3. Pembengkakan sendi yang seringkali asimetris
4. Tanda-tanda peradangan
5. Perubahan bentuk (deformitas) sendi yang prmanen
6. Perubahan gaya berjalan
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Radiografis sendi yang terkena
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PENATALAKSANAAN
• Terapi non-farmakologis :
- Edukasi atau penerangan
- Terapi fisik dan rehabilitasi
- Penurunan berat badan.
• Terapi Farmakologis :
- Analgesik oral non-opiat
- Analgesik topical
- OAINS (obat anti inflamasi non steroid )
- Chondroprotective ( tetrasiklin, asam hialuronat,
glikosaminoglikan, kondroitin sulfat, vit c, superoxide dismutase)
- Steroid intra-artikuler
• Terapi bedah :
- Malaligment, deformitas lutut valgus-varus dsb
- Arthroscopic debridement dan joint lavage
- Osteotomy
- Artroplasti sendi total.
Referensi :
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.2007. Edisi IV jilid II.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.Hal 1195-1202
= ARTRITIS REUMATOID
Artritis rematoid (AR) merupakan penyakit inflamasi kronis sistemik
yang ditandai dengan pembengkakan dan nyeri sendi, serta destruksi
membrane synovial persendian. Artritis rematoid dapat mengakibatkan
terjadinya distabilitas berat secara mortalitas dini.
MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala konstitusional: penurunan berat badan, malaise, depresi,
demam dan kakeksia.
2. Manifestasi articular, dapat dibagi dalam dua kategori yaitu :
a. Manifestasi reversible berkaitan dengan inflamasi sinovium
- Kekauan sendi pada pagi hari, dapat berlangsung >2 jam bila tidak diberi
pengobatan adekuat.
- Dapat ditemukan tanda sinovitis: kemerahan,bengkak,panas,maupun
nyeri. Pada keadaan kronis, hal tersebut terutama disebabkan oleh
granulasi dan fibrosis.
b. Manifestasi irreversible akibat pnipisan kartilago sendi dan
erosi tulang periartikular. Tanda dan gejala dapat muncul sesuai
predileksi sendi :
- Vertebra servikalis : kekauan pada seluruh segmen leher, berkurangnya
lingkup gerak sendi,, gangguan stabilitas sendi, subluksasi vertebra pada
C4 C5 atau C5 C6.
- Gelang bahu :berkurangnya lingkup gerak sendi hingga terjadi kekakuan
gelang bahu berat (frozen shoulder syndrome).
- Siku : dapat ditemukan sinovitis artikulasio kubiti yang bermanifestasi
sebagai parestesia digiti IV dan V serta paralisis fleksor digiti V.
DIAGNOSIS
Kriteria diagnosis AR menurut American Rhumatisdm Association
(ARA, 1987) mencakup poin berikut :
1. Kaku pada pagi hari di persendiaan atau sekitarnya sekurang-
kurangnya 1 jam sebelum ada perbaikan maksimal.
2. Timbul artritis pada 3 daerah persendian atau lebih yang timbul
secara bersamaan .
3. Terdapat artritis, minimal pada satu persendiaan tangabn.
4. Terdapat artritis yang bersifat simetris.
5. Ditemukan nodul rheumatoid, yaitu berupa nodul subkutan pada
penonjolan tulang atau permukaan ekstensor atau daerah juksta
artikuler.
6. Factor rheumatoid serum yang positif.
7. Perubahan gambran radiologi yang menunjukkan adanya erosi atau
dekalsifikasi tulang yang berlokasi pada sendi atau daerah yang
berdekatan dengan sendi.
DIAGNOSIS BANDING
Artropati reaktif,, spondiloartropi seronegatif, lupus eritematousus
sistemik, artritis gout.
TATA LAKSANA
Tujuan pengobatan AR ialah menghilangkan inflamassi, mencegah
deformitas, mengembalikkan fungsi sendi, dan mencegah destruksi
jaringan lebih lanjut.
1. Terapi medikamentosa
a. Obat antiinflamasi non steroid (OAINS). Ini diberikan
sejak munculnya gejala nyeri sendi. Namun, OAINS tidak
melindungikerusakan tulang rawan sendi dan tulang dari
proses dektruksi.
b. Disease modifying antiheumatic drugs (DMARDs), untuk
mengontrol penyakit dan kerusakan sendi. Terpai dengan
DMARDs dapat dilakukan secara tunggal maupun kombinasi.
c. Penggunaan kortikosteroid sistemik atau dengan kombinasi
imunosupresan lain ( siklofosfamid atau siklosporin) pada
yang kasus berat : vaskulitis, skleritis,serositis rekalsitrans.
PROGNOSIS
Referensi :
= ARTRITIS GOUT
8. Perspektif islam
Q.S. Al-Infithar : 7
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 1991. Hal 4-6.
Irfan M, Rizka Gahara. Beda Pengaruh Penambahan Long Axis
Oscillated Traction Pada Intervensi MWD Dan TENS Terhadap
Pengurangan Rasa Nyeri Pada Capsular Pattern Akibat
Osteoatritis Lutut. Universitas INDONUSA Esa Unggul. Jakarta.
ol. 6 No. 1, April 2006.
2. Diktat Topografi Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
3. H. Hadi Martono. 2010. Buku Ajar Geriatri. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jurnal Obesitas Dan Pengeroposan Tulang. Bagian Anatomi FK
Unsri
4. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.2007. Edisi IV jilid
II.Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.Hal 3127
5. Buku Ajar Penyakit Dalam. EGC.Jakarta.Hal.280
6. ????
7. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.2007. Edisi IV jilid II.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.Hal 1195-1202
Buku Kapita Selekta Kedokteran.jilid IV Hal.835-837.