Anda di halaman 1dari 14

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Hiperemesis Gravidarum.


Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan
sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang begitu hebatnya
sehingga segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat
mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat
badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin.1-4

B. Etiopatogenesis
Muntah adalah suatu cara dimana saluran cerna bagian atas membuang
isinya bila terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan pada usus.
Muntah merupakan refleks terintegrasi yang kompleks terdiri atas tiga
komponen utama yaitu detektor muntah, mekanisme integratif dan efektor
yang bersifat otonom somatik. Rangsangan pada saluran cerna dihantarkan
melalui saraf vagus dan aferen simpatis menuju pusat muntah.
Pusat muntah juga menerima rangsangan dari pusat-pusat yang lebih
tinggi pada sereberal, dari Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) pada area
postrema dan dari aparatus vestibular via serebelum. Beberapa signal perifer
mem-bypass trigger zone mencapai pusat muntah melalui nukleus traktus
solitarius. Pusat muntah sendiri berada pada dorsolateral daerah formasi
retikularis dari medula oblongata.
Pusat muntah ini berdekatan dengan pusat pernapasan dan pusat
vasomotor. Rangsang aferen dari pusat muntah dihantarkan melalui saraf
kranial V, VII, X, XII ke saluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke
diapragma, otot iga dan otot abdomen.2 Ketika pusat muntah sudah cukup
terangsang akan timbul efek: (1) bernafas dalam, (2) terangkatnya tulang hioid
dan laring untuk mendorong sfingter krikoesofagus terbuka, (3) tertutupnya
glotis, (4) terangkatnya palatum mole untuk menutup nares posterior.
Berikutnya timbul kontraksi yang kuat dari otot abdomen yang dapat

1
menimbulkan tekan intragastrik yang meninggi. Akhirnya sfingter esofagus
mengalami relaksasi, sehingga memungkinkan pengeluaran isi lambung.
Patofisiologi dasar hiperemesis gravidarum hingga saat ini masih
kontroversial. Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi
lemak yang tidak sempurna, maka terjadilah ketosis dengan tertimbunya asam
aseton asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah.
Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan akibat muntah
akan menyababkan dehidrasi, sehingga cairan ekstra vaskuler dan plasma akan
berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian juga dengan klorida
urine. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehigga aliran darah
ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan zat makanan dan oksigen ke
jaringan berkurang dan tertimbunya zat metabolik dan toksik.
Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi
lewat ginjal, meningkatkan frekuensi muntah yang lebih banyak, merusak hati,
sehigga memperberat keadaan penderita. Disamping dehidrasi dan
terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput
lendir esofagus dan lambung (Mallory-Weiss Syndrom), dengan akibat
perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan
dapat berhenti sendiri.
Hiperemesis gravidarum diyakini terjadi akibat adanya interaksi antara
faktor biologis, psikologi dan sosiokultural.
Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan timbulnya keluhan
hiperemesis gravidarum diantaranya.
1. Perubahan hormonal.
Wanita dengan hiperemesis gravidarum biasanya memiliki kadar
Human Chorionic Gonadotrophine (HCG) yang tinggi. Secara fisiologis
HCG dapat merangsang reseptor Thyroid Stimulating Hormones (TSH)
sehingga menyebabkan terjadinya transient hyperthyroidism. Pada 50-70%
kasus terdapat penurunan kadar TSH dan pada 40-73% kasus terjadi
peningkatan kadar FT4, namun perubahan kadar ini tidak selalu diikuti

2
dengan gejala klinis hipertiroid ataupun pembesaran kelenjar tiroid.
Semakin besar peningkatan konsentrasi HCG maka akan diikuti oleh
peningkatan kadar FT4 yang semakin tinggi dan penurunan kadar TSH.2
Pada beberapa kasus hiperemesis, peneliti menemukan korelasi positif
antara beratnya keluhan mual dan muntah dengan tingkat stimulasi
tiroid.2,7 Namun demikian teori ini masih kontroversial karena belum
banyak didukung oleh hasil penelitian yang lain.2
Beberapa studi menghubungkan tingginya kadar estradiol terhadap
beratnya mual dan muntah pada wanita hamil, sementara yang lain
menemukan tidak adanya korelasi antara kadar estrogen dengan beratnya
mual dan muntah pada wanita hamil. Intoleransi terhadap kontrasepsi oral
terkait dengan mual dan muntah dalam kehamilan. Progesteron juga
mencapai puncaknya pada trimester pertama dan menurunkan aktivitas
otot polos, tetapi penelitian gagal untuk menunjukkan keterkaitan antara
kadar progesteron dan gejala mual muntah pada wanita hamil.2 Namun
demikian dipercaya bahwa peningkatan kadar hormon estrogen dapat
meningkatkan pengeluaran asam lambung. Sementara itu peningkatan
kadar hormon progesteron akan menurunkan motilitas usus sehingga
memicu mual dan muntah
2. Kelainan gastrointestinal.
Pada hiperemesis gravidarum terjadi peningkatan kadar hormon
estrogen dan progesteron, gangguan fungsi tiroid, abnormalitas saraf
simpatik, dan gangguan sekresi vasopressin sebagai respon terhadap
perubahan volume intravaskular. Semua ini pada akhirnya mempengaruhi
peristaltik lambung sehingga menimbulkan gangguan motilitas lambung.
Pada penderita hiperemesis gravidarum biasanya saluran gastrointestinal
lebih sensitif terhadap perubahan saraf / humoral.

3
3. Infeksi.
Helicobacter pylori adalah bakteri yang ditemukan di dalam perut yang
dapat memperburuk mual dan muntah dalam kehamilan. Penelitian telah
menemukan bukti yang bertentangan dengan peranan H.pylori dalam
hiperemesis gravidarum. Penelitian terbaru di Amerika Serikat belum
menunjukkan asosiasi dengan hiperemesis gravidarum. Namun, mual dan
muntah yang menetap di luar trimester kedua mungkin disebabkan oleh
ulkus peptikum aktif yang disebabkan oleh infeksi H.pylori.

C. Klasifikasi
Secara klinis hiperemesis gravidarum di bedakan atas 3 tingkatan,
yaitu:1,2
a) Tingkat I : muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap
makanan dan minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium,
muntah pertama keluar makanan, lendir dan sedikit cairan empedu,
dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100x/ menit
dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering,
turgor kulit berkurang dan urin sedikit tetapi masih normal.
b) Tingkat II : gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum
dimuntahkan, haus hebat, subfebril, nadi cepat dan > 100 – 140x/
menit,tekanan darah sistolik < 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah
kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan
cepat menurun.
c) Tingkat III : terjadi gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah
berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis,
nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria.

4
D. Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum diantaranya:1,2
a) Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari
terganggu.
b) Tanda vital: nadi meningkat 100 x / menit, tekanan darah menurun
pada keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran.
c) Fisik: dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun,
pada vaginal toucher uterus besar sesuai besarnya kehamilan,
konsistensinya lunak, pada pemeriksaan inspekulo seviks berwarna
biru.
d) Pemeriksaan USG: untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan
dan kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan
mola hidatidosa.
e) Laboratorium: kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, keton
dan proteinuria.

E. Gejala Klinik.
Mulai terjadi pada trimester pertama. Gejala klinik yang sering
dijumpai adalah nausea, muntah, penurunan berat badan, ptialism (saliva
yang berlebihan), tanda-tanda dehidrasi, hipotensi dan takikardi.
Pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai hiponatremi, hipokalemia, dan
peningkatan hematokrit.1,2,3

F. Komplikasi 1
a. Maternal : akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan teradinya
diplopia, palsi nervus ke-6, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera
ditangani akan terjadi psikosis korsakoff (amnesia, menurunnya
kemampuan untuk beraktivitas), ataupun kematian. Komplikasi yang perlu
diperhatikan adalah Ensephalopati Wernicke. Gejala yang timbul dikenal
sebagai trias klasik yaitu paralisis otot-otot ekstrinsik bola mata
(oftalmoplegia), gerakan yang tidak teratur (ataksia), dan bingung

5
b. Fetal : penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian
gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR).

G. Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksananakan
dengan jalan memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan
sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan
kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan
muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah
makanan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering.
Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Defekasi
yang teratur hendaknya dapat teratur.1,2,3

H. Penatalaksanaan 1-4
 Obat-obatan.
Apabila keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan
pengobatan. Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital,
vitamin yang dianjurkan yaitu vitamin B1 dan B6, antihistamin juga
dianjurkan. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti
prometazin (avopreg), proklorperazin, atau mediamer B6.
 Isolasi.
Dilakukan dalam kamar yang tenang, batasi pengunjung / tamu, hanya
dokter dan perawat yang boleh keluar masuk kamar sampai muntah
berhenti dan pasien mau makan. Catat cairan yang masuk dan keluar
dan tidak diberikan makan dan minum dan selama 24 jam. Kadang-
kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang
tanpa pengobatan.
 Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi

6
pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya
dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
 Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan
protein dengan glukosa 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter
sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya
vitamin B komplek dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein,
dapat diberikan pula asam amino secara intra vena.
Penghentian kehamilan dilakukan bila keadaan umum memburuk
melalui pertimbangan beberapa aspek meliputi pemeriksaan medik dan
psikiatrik, manifestasi klinis berupa:
 Gangguan kejiwaan: delirium, apatis, somnolen sampai koma,
gangguan jiwa Ensephalopati Wernick.
 Gangguan penglihatan: perdarahan retina, kemunduran visus.
 Gangguan faal: hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk
anuria, jantung dan pembuluh darah dalam bentuk nadi meningkat
dan tekanan darah menurun.

7
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
a. Nama : Ny. Nur istiqomah
b. Umur : 30 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Alamat : Pasang kayu
e. Agama : Islam
f. Status : Menikah
g. Bangsa : Indonesia
h. MRS : 21 September 2015 (senin )  21.15 wita

II. ANAMNESIS (autoanamnesis)


Anamnesis Umum
a. Riwayat perkawinan
Kawin 1 kali, menikah pada usia 15 tahun.
b. Riwayat Obstetri
1. Anak petama: laki-laki, BBL 2.8kg
2. Anak ke dua saat sekarang
Riwayat haid
Menarche umur 13 tahun. Haid teratur 28 hari, lamanya 4 hari,
darah haid biasa, sakit waktu haid ada.
c. Nafsu makan : Biasa
d. Miksi dan defekasi tidak ada keluhan
e. Riwayat penyakit yang pernah diderita
DM tidak ada
Penyakit jantung tidak ada
Hipertensi tidak ada

8
Anamnesis Khusus
Keluhan utama: Mual
RPP : Sejak ± jam 16.00 wita (5 jam lalu). Pasien juga mengeluh muntah
sejak 5 jam lalu, muntah tidak dapat dihitung. Pasien juga
mengeluh sulit makan, setiap kali masuk makanan pasien muntah.,
nyeri uluh hati (+), lemas (+), darah dari jalan lahir (-), pusing (-),
demam (+) BAK lancer, BAB biasa.
HPHT 02/06/2015
Taksiran persalinan: 09/05/2015

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Apatis
Tanda Vital
- Tekanan darah : 100/70 mmHg
- Frekuensi nadi : 104 x/menit, kuat angkat
- Frekuensi napas : 22 x/menit
- Suhu : 36,6oC

Pemeriksaan Fisik Umum


- Mata : anemis -/-, ikterus -/-
- Jantung : S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
- Paru : vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing (-)
- Abdomen : luka operasi (-), striae gravidarum (+), linea nigra
(+)
- Ekstremitas : edema - - akral teraba hangat + +
+ + + +

9
Status obstetri
 Pemeriksaan luar : Abdomen; datar, simetris, linea nigra (+), stria (+), ,
massa (-), nyeri tekan epigastrium (+), TFU belum teraba
 Inspekulo : tidak dilakukan
 Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : tidak ada
V. RESUME
Perempian usia 30 tahun masuk dengan keluhan mual sejak ± jam
16.00 wita (5 jam lalu). Pasien juga mengeluh muntah sejak 5 jam lalu,
muntah ltidak dapat dihitung. Pasien juga mengeluh sulit makan, setiap
kali masuk makanan pasien muntah., nyeri uluh hati (+), BAK lancer,
BAB biasa. HPHT 02/06/2015. Usia kehamilan 17 minggu
Pemeriksaan fisik ditemukan tanda vital tekanan darah 100/70
mmHg, frekuensi nadi 104 x/menit, kuat angkat , frekuensi napas 22
x/menit, dangkal, suhu 36,6oC . Pemeriksaan abdomen datar, simetris,
linea nigra (+), stria (+), massa (-), nyeri tekan epigastrium (+), TFU
belum teraba

VI. DIAGNOSIS KERJA


Diagnosis kerja : GIIPIA0 Usia kehamilan 17 minggu + Hiperemesis
gravidarum
VII. PROGNOSIS
a. Quo ad vitam : bonam
b. Quo ad functionam : bonam
VIII. PENATALAKSANAAN
IVFD RL 12 tpm
Inj. Ondansentron 1 ampul/ 8jam
Inj. Ranitidin 1 ampul /12 jam

10
IX. Follow UP
22/09-2015 (Selasa)
S:
Mual(+), muntah (-), pusing, (-)BAK lancer, BAB biasa
O:
Tekanan darah : 110/70mmHg
Nadi :78x/m
Suhu : 36.5
Pernapasan :18x/menit
A:
GIIPIA0 Usia kehamilan 17 minggu + Hiperemesis gravidarum
P:
IVFD RL 12 tpm
Inj. Ondansentron 1 ampul/ 8jam
Inj. Ranitidin 1 ampul /12 jam

23/09-2015 (Rabu)
S:
Mual(-), muntah (-), pusing, (-)BAK lancer, BAB biasa
O:
Tekanan darah : 110/70mmHg
Nadi :78x/m
Suhu : 36.5
Pernapasan :18x/menit
A:
GIIPIA0 Usia kehamilan 17 minggu + Hiperemesis gravidarum
P:
IVFD RL 12 tpm
Inj. Ondansentron 1 ampul/ 8jam (STOP)
Inj. Ranitidin 1 ampul /12 jam (STOP)
Boleh pulang

11
BAB III
PEMBAHASAN

Perempian usia 30 tahun masuk dengan keluhan mual sejak ± jam 16.00
wita (5 jam lalu). Pasien juga mengeluh muntah sejak 5 jam lalu, muntah ltidak
dapat dihitung. Pasien juga mengeluh sulit makan, setiap kali masuk makanan
pasien muntah., nyeri uluh hati (+), BAK lancar, BAB biasa. HPHT 02/06/2015.
Usia kehamilan 17 minggu
Pemeriksaan fisik ditemukan tanda vital tekanan darah 100/70 mmHg,
frekuensi nadi 104 x/menit, reguler, kuat , rekuensi napas 23 x/menit, dangkal,
suhu 36,6oC . Pemeriksaan abdomen datar, simetris, linea nigra (+), stria (+),
massa (-), nyeri tekan epigastrium (+), TFU belum teraba
Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan hiperemesis gravidarum karena
berdasarkan anamnesis pada pasien ini ditemukan adanya gejala mual dan muntah
yang berat, dimana keluhan tersebut sampai menggangu aktivitas sehari-hari
sampai pekerjaanya. Muntah tersebut juga menimbulkan komplikasi dehidrasi
karena kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah.
Dimana hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal
kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang begitu
hebatnya sehingga segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga
dapat mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat
badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin.1-4
Secara klinis hiperemesis gravidarum di bedakan atas 3 tingkatan, yaitu:
Tingkat I : Muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan
minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar
makanan, lender dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi
meningkat sampai 100x/ menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung
dan lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin sedikit tetapi masih normal.
Tingkat II : Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan,
haus hebat, subfebril, nadi cepat dan > 100 – 140x/ menit,tekanan darah sistolik <

12
80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam
urin, dan berat badan cepat menurun.
Tingkat III : terjadi gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah
berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan
jantung, bilirubin, dan proteinuria.1,2,3
Tanda kehamilan yang didapat pada anamnesis penderita ini adalah adanya
riwayat haid terakhir tanggal 02/06/2015, pasien sudah melakukan tes kehamilan
dengan hasil yang positif, sedangkan pada pemeriksaan fisik ditemukan striae
gravidarum (+), linea nigra.
Pasien dimasukan dalam hiperemesis gravidarum tingkat I, karena muntah
semakin berat, penderita tampak lemah, mata cekung, turgor kulit menurun dan
bibir kering, frekuensi nadi cepat (104x/menit), pernafasan agak cepat (23
x/menit). Namun dalam penegakan diagnosis ini perlu dilakukan pemeriksaan
darah rutin, kimia urin, elektrolit, gula darah dan USG.
Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum dibedakan menjadi rehidrasi dan
koreksi elektrolit, isolasi, terapi nutrisi, terapi dengan obat-obatan, dan
psikoterapi. Terapi cairan dilakukan untuk mengatasi dehidrasi dengan pemberian
cairan rehidrasi. Umumnya kehilangan air dan elektrolit diganti dengan cairan
isotonik, misalnya Ringer Laktat, ringer asetat atau normal salin. Cairan yang
digunakan untuk memperbaiki keadaan pasien ini adalah kristaloid yaitu Ringer
Laktat, dengan pertimbangan bahwa pada pasien terjadi penurunan volume cairan
intravaskuler dan kecenderungan defisit cairan intraseluler dan interstisial.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S,Wiknjosastro H. 2009. Hiperemesis Gravidarum. Dalam:


Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2. Mochtar, R., Sofian, A. 2012. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Sinopsis
Obstetri. Jakarta: EGC.
3. Tim Obsgin RSUD Ulin- FK UNLAM. 2008. Hiperemesis Gravidarum.
Dalam: Kegawatdaruratan Obstetri dan Ginekologi. Banjarmasin:
Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD ULIN – FK UNLAM
Banjarmasin. Hal 51-52.
4. Trogstad LI, Stoltenberg C, Magnus P, et al. Recurrence risk in
hyperemesis gravidarum. BJOG 2005;112: 1641–5
5. Ogunyemi DA. Hyperemesis Gravidarum. Emedicine. Available from:
http://www.emedicine.com

14

Anda mungkin juga menyukai