Oleh :
Irena Aryani Puspowardojo
Pembimbing :
Dr. dr. Endang Kustiowati, Sp.S(K), Msi.Med
BAGIAN/KSM NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. KARIADI SEMARANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
Tujuan penulisan referat ini ialah untuk menambah pengetahuan pembaca pada umumnya
dan penulis pada khususnya tentang Pemeriksaan EMG jarum pada miopati. Sehingga dapat
menambah wawasan mengenai pemeriksaan dan hasil EMG jarum pada pasien dengan
miopati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
EMG jarum adalah pemerisaan elektrodiagnostik yang cukup informatif pada
gangguan miopati. EMG jarum dapat mengkonfirmasi adanya miopati, mempersempit
diferensial diagnostik, dan mengidentifikasi lokasi untuk biopsi, Jumlah dan lokasi otot untuk
dilakukan EMG jarum menyeuaikan dengan letak kelemahan. Pada umum dilakukan satu di
proksimal dan satu di distal otot
Evaluasi pasien dengan suspek miopati dimulai dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Hal ini melibatkan kolaborasi tanda dan gejala, progresifitas, riwayat keluarga dan
penemuan dari pemeriksaan fisik kemudian dilakukan pemerisaan penunjang
elektrodiagnostik untuk membantu menegakan diagnostik miopati.
pemeriksaan elektrodiagnostik biasanya digunakan untuk mendapatkan data lebih
lanjut untuk memperempit diagnosis banding, konfirmasi otot yang miopati. Prinsip
pemeriksaan Elektrodiagnostik
1. Mengeksklusi penyakit neuromuskular yang menyerupai miopati
a. penyakit motor neuron
b. motor neuropati
c. penyakit taut neuromuskular
2. Pemeriksaan EMG sebagai bukti adanya miopati ( pemeriksaan EMG dapat normal pada
otot on progresing myopati)
3. Mengetahui karakter miopati
a. Lokasi ( proksimal, distal, simtris asimetris)
b. Tampak atau tidak tampak aktivtas spontan abnormal
c. derajat keparahan
4. Mengidentifikasi taget otot untuk biopsi
2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI
Saraf tepi terdiri dari saraf motorik dan sensorik. Serabut seraf terdiri dari lapisan
pelindung jaringan ikat, yang terdiridari endoneurium, perineurium dan epineurium yang
berfungsi sebagai :
1. Endoneurium, pembungkus secara langsung masing – masing akson
2. Perineurium, pembungkus fasikel saraf. Fasikel adalah kumpulan beberapa akson
beserta endoneuriumnya
3. Epineurium merupakan pembungkus beberapa fasikel dan pembuluh darah yang ada
diantaranya. Epineurium kemudian melanjutkan diri menjadi lapisan duramater di
medulla spinalis
Ketiga lapisan saraf tersebut merupakan pelindung, dapat menahan beban sampai 20
– 30kg. walaupun demikian, pada titik pertemuan akar saraf spinalis menuju medulla spinalis
merupakan tempat yang rawan terhadap trauma, sebab pada titik tersebut hanya dapat
menahan beban sebesar 2 – 3kg.
Gambar Dermatom
Pleksus lumbo sakral, terdiri dari saraf spinalis L2-S2 dan memberikan innervasi
pada otot – otot ekstremitas inferior.
Dengan mengenal adanya aktivitas spontan akan dapat membantu dalam menegakkan
diagnosis, menentukan lokasi Lesi dan membantu menentukan prognosis penderita.
1. Lokasi lesi
Pada radikulopati, aktivitas spontan akan timbul pada seluruh otot dalam satu
miotom yang sama, sedangkan pada neuropati perifer, aktivitas spontan timbul
pada otot-otot yang diinovasi oleh saraf perifer yang sama.
2. Menegakkan diagnosis
Timbulnya aktivitas spontan menunjukkan adanya suatu denervasi gangguan akson
maupun gangguan pada membran otot miopati.
3. Prognosis
Aktivitas spontan yang menetap pada lesikronis, menandakan semakin jelek
prognosisnya oleh karena tidak ada reinervasi.
Pada saat kita menusukkan jarum EMG ke dalam otot, akan timbul beberapa potensial,
baik fisiologis maupun patologis.
Fibrilasi
1. Merupakan depolarisasi spontan pada serabut otot yang mengalami denervasi
2. Berupa gelombang bifasik yang cepat, dimulai dengan gelombang positif (gambar 7).
3. Amplitudo 10 - 100 uV pada keadaan denervasi kronis, amplitudo dapat menyusut
sampai kurang dari 10 uV
4. Durasi 1 - 5 mdet
5. Reguler dengan frekuensi 0,5 - 10 Hz
6. Berbunyi seperti suara “rintik hujan di atas genting”
7. Sama dengan psw fibrilasi dapat digradasikan dari 0 sampai + 4
Fasikulasi
1. Merupakan letupan tunggal, spontan, involunter pada satu motor unit
2. Sumber letupan adalah motor neuron akson saraf terutama pada bagian ujung distal
3. Irregular, sangat lambat, frekuensi berkisar 0,1- 10 Hz (gambar 12)
4. Pada orang normal dapat timbul fasikulasi yang disebut sebagai benign fasciculation
yang timbul berulang-ulang pada satu tempat tertentu dan tidak disertai adanya
kelemahan dan dan atrofi otot.
ComplexRepetitive Discharge
1. Merupakan letupan listrik berulang (repetitive discharge), hasil depolarisasi serabut
otot yang mengalami denervasi yang diikuti oleh transmisi potensial secara ephaptic.
Transmisi secara ephaptic adalah transmisi impuls antara serabut yang bersebelahan,
tidak melalui sistem sinapsis
2. Timbul dan menghilang secara mendadak, dengan suara seperti mesin.
3. Frekuensi 20 - 150 Hz berbentuk gerigi (multiserrated) (gambar 8)
4. Bisa dijumpai pada neuropati dan miopati yang kronis.
ComplexRepetitive Discharge
Miokimia
1. Merupakan letupan berkelompok, bersifat berulang-ulang, ritmis dan spontan pada
satu motor unit
2. Berasal dari depolarisasi spontan Serabut saraf yang mengalami denervasi, yang
diikuti oleh transmisi ephaptic
3. Frekuensi potensial dalam kelompok 5 - 60 Hz, sedangkan frekuensi potensial
diantara kelompok sangat kecil, kurang dari 2 Hz.
4. Jumlah potensial dalam kelompok bervariasi.
5. Dapat dijumpai pada radikulopati dan neuropati terutama oleh karena efek radiasi.
6. Dapat ditimbulkan pada keadaan hipokalsemia dengan cara hiperventilasi
(carpopedal spasm)
MyotonicDischarge
1. Aktivitas spontan pada serabut otot (muscle fiber)
2. Amplitudo dan frekuensi bersifat waxing dan wanning
3. Frekuensi berkisar antara 20 -150 Hz
4. Merupakan ciri khas pada miotonia distrofi, miotonia kongenita dan paratonia
kongenita. Akan tetapi dapat dijumpai pula pada beberapa jenis miopati periodik
paralisis hiperkalemia dan kasus denervasi dengan berbagai penyebab
Myotonik discharge, dengan gambaran khas “waxing dan wanning”
Neuromyotonic Discharge
1. Letupan berulang dari 1 motor unit
2. Frekuensi 150 - 250 Hz bersifat decrement
3. Dapat dijumpai pada keadaan neuropati kronis, polio, adult spinal muscular
atrophy, dan sindroma Continuous Motor Unit Activity(CMUA), antara lain Isaac’s
syndrome, neuromiotonia, pseudomiotonia, neurotonia.
Neuromyotonic Discharge
AKTIVITAS INSERSIONAL
Otot dalam keadaan normal, istiraha EMG jarun tidak menangkap aktivita listrik.
Saat jarum EMG digerakkan, akan timbul depolarisasi pada serabut otot di dekatnya
dalam waktu beberapa ratus milidetik, yang disebut aktivitas insersional (insertional
activity).
Peningkatan aktivitas insersional lebih dari 300 milidetik, menunjukkan kelainan baik
neuropati maupun miopati. aktivitas insersional dapat juga menurun pada kelainan yang
sangat parah sehingga banyak jaringan otot yang telah digantikan oleh jaringan ikat atau
lemak.
Miopati Akut
Pada miopati terjadi pengurangan jumlah dan ukuran serabut otot. Akibat
berkurangnya ukuran serabut otot, akan menimbulkan muat dengan durasi cepat dan
amplitudo kecil (gambar 6.23). Sehubungan dengan disfungsi dari serabut otot yang
tersisa, letupan yang terjadi tidak sinkron, sehingga terjadi MUAP polifasik. Jumlah
sebenarnya dari motor unit yang berfungsi si jumlah sel di kornu anterior dan akson akson
tetap normal, sehingga pola recruitment tetap normal untuk level aktivasi itu. Oleh karena
tiap motor unit mengandung lebih sedikit serabut otot maka untuk level tenaga tertentu
menyebabkan lebih banyak MUAP yang meletup. Hal ini mengakibatkan terjadinya
recruitment dini (early recruitment).
Miopati Kronik
Pada miopati kronik, terutama oleh karena nekrosis atau inflamasi (misalnya poli
polymyositis, distrofi) sering terjadi demonstrasi dan reinervasi. Konsekuensinya, dapat
timbul MUAP dengan durasi panjang, amplitudo tinggi, dan polifasik, yang sering terlihat
pada gambaran penyakit neuropati kronik. Pada sebagian besar miopati kronik, pada satu
otot dapat terlihat dua populasi MUAP yaitu (1) MUAP dengan durasi panjang, amplitudo
tinggi, polyphasic, dan (2) durasi singkat, amplitudo kecil polifasik. Pada miopati kronik,
recruitment biasanya normal atau dini. Pada kasus-kasus miopati yang sangat lanjut
(terutamainclusion body myositis), pola EMG dapat menyerupai penyakit motor neuron
aktif (fibrilasi, durasi panjang, amplitudo tinggi, polifasik) kecuali pola recruitmentnya
(early recruitment).
Polimiositis/Dermatomiositis
Polimiositis dan dermatomiostits adalah inflamasi idiopatik miopati pada pemeriksaan EMG
jarum didapatkan adanya iritabilitas membran otot (fibrilasi, PSW, dan pelepasan miotonik)
terutama dibagian proksimal otot. pada fase awal didapatkan MUAP yang kecil dan pendek,
polifasik. pada fase lanjut didapatkan MUAP kecil dengan durasi panjang.
derajat keparahan membrat otot bergantung pada perjalanan aktivitas penyakit tersebut.
pasien dengan miopati inflamasi mendapatkan terapi dosis tinggi steroid, beberapa akan
berkembang menjadi kelemahan setelah periode adanya perbaikan dengan steroid. pada kasus
ini perlu menentukan apakah kelemahan baru atau karena tipe 2 atropi serabut otot, yaitu
tidak digunakan atau karena pemberian steroid jangka lama. Adanya abnormal aktivita
spontan biasanya ditemukan pada miositis, dan tidak berpengaruh pada tipe 2 atrofi serabut
otot.
Steroid Miopati
steroid miopati biasanya terjadi kelemahan dan atropi di otot proksimal, tersering pada kaki
dari pada tangan. pada meneriksaan EMG jarum baisanya didapatkan jasil normal. pada
histopatologi, miopati steroid merupakan tipe 2b dari atropi serabut otot.
Contoh Kasus
Laki-laki usia 12 tahun
Sulit untuk jongkok, apabila berjongkok harus berjinjit, keluhan nyeri (-), kesemutan (-),
kebas (-), Riw trauma (-)
Pemeriksaan needle EMG M. Biceps Femoris Dextra, M. Semitendinosus Dextra, dan M.
Gastrocnemius Dextra et Sinistra:
• Pemeriksaan MUP M. Biceps Femoris Dextra durasi memendek (mean duration 6.41; Normal
range 9.0)
Kesan : Pola MUP saat ini dapat mendukung tanda denervasi otot setinggi radix L2, L3 dan L4.
laki-laki, 19tahun
datang dengan keluhan lemah anggota gerak bawah sejak 5 bulan lalu. pasien bila berdiri
dimulai dengan jongkok terlebih dahulu, kesemutan (-), tebal (+), nyeri punggung (-), kll
(-), jatuh (-), HT(-), DM (-)
Pemeriksaan needle EMG M. Biceps femoris, M. Gastrocnemuis :