Anda di halaman 1dari 13

BIOLISTRIK

INSTRUMEN MEDIS
ELEKTRONEUROGRAM
OLEH
IHSANNUDIN HARUN MALIK (1700017011)
MEIRINA SUKMA HANDAYANI (1700017012)
SHINTA DWI ICHSANTI (1700017046)
ERA REFIANI (1700017047)
IKHSAN BUYUNG KALEAN (1700017049)

PRODI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2017
Pengertian Elektroneurogram
 Elektroneurograf adalah salah satu alat terapi
saraf
 Elektroneurogram adalah metode yang
digunakan untuk memvisualisasikan aktivitas
listrik neuron yang tercatat secara langsung
pada sistem saraf pusat (otak, sumsum tulang
belakang) atau sistem saraf perifer (saraf,
ganglion). Akronim ENG sering digunakan.
Sebuah electroneurogram mirip dengan
electromyogram (EMG), namun yang terakhir
digunakan untuk memvisualisasikan aktivitas
otot.
Sistem Kerja Elektroneurogram
 Elektroneurogram (ENG) adalah sebuah alat untuk mengukur
kelistrikan saraf yang dapat menghasilkan data kelistrikan.

 Elektroneurogram biasanya diperoleh dengan menempatkan


elektroda pada jaringan saraf. Aktivitas listrik yang dihasilkan oleh
neuron dicatat oleh elektroda dan dikirim ke sistem akuisisi, yang
biasanya memungkinkan untuk memvisualisasikan aktivitas
neuron. Setiap garis vertikal dalam elektroneurogram mewakili
satu potensial aksi neuronal. Bergantung pada ketepatan elektroda
yang digunakan untuk mencatat aktivitas syaraf, sebuah
elektroneurogram dapat berisi aktivitas satu neuron ke ribuan
neuron. Periset menyesuaikan ketepatan elektroda mereka untuk
berfokus pada aktivitas neuron tunggal atau aktivitas umum
sekelompok neuron, kedua strategi memiliki kelebihannya.
 Elektroneurogram didasarkan pada pengamatan bahwa
ketika syaraf dirangsang secara elektrik, reaksi akan terjadi di
suatu tempat di saraf atau di otot yang dilayani oleh saraf.
Dengan menggunakan penempatan elektroda yang tepat,
reaksi terhadap stimulus listrik dicatat. Memeriksa karakteristik
reaksi dan waktu reaksi menunjukkan kecepatan konduksi dan
latensi (waktu antara stimulus dan respons) saraf yang diuji. Tes
ini mensyaratkan bahwa saraf yang diuji relatif dekat dengan
permukaan kulit, meskipun elektroda jarum dapat digunakan
untuk menguji saraf dalam. Dua pasang elektroda digunakan
untuk melakukan tes, stimulasi dan perekaman. Biasanya,
elektroda yang merangsang adalah bantalan logam atau
bantalan yang diletakkan di permukaan kulit, sekitar 0,6-1,1 inci
(1,5-3 cm) terpisah. Penempatan yang benar membutuhkan
pemahaman yang kuat tentang anatomi neurologis dan
bervariasi dari saraf ke saraf. Konduksi krim bisa diaplikasikan
untuk memaksimalkan keefektifan koneksi. Biasanya, katoda
(biasanya elektroda berwarna hitam) ditempatkan di bawah
saraf dari anoda (biasanya elektroda berwarna merah) ke arah
konduksi.
 Tes bekerja paling efektif jika stimulasi maksimal
saraf tercapai. Hal ini ditentukan melalui
peningkatan step-wise dalam output stimulus, dan
menetapkan stimulus 25-50% di atas level ini.
Namun, semakin besar stimulasi, semakin besar
kemungkinan rangsangan yang dirasakan
menyakitkan oleh pasien. Meskipun demikian, durasi
ketidaknyamanannya relatif singkat, dan stimulasi
yang kurang maksimal menghasilkan hasil yang
tidak dapat diinterpretasikan dan oleh karena itu
tidak bermanfaat secara medis. Stimulasi paling sulit
pada pasien yang mengalami obesitas, edemik
(penahan air), atau memiliki kulit yang sangat tebal
atau kapalan. Meningkatnya durasi stimulus,
mengubah penempatan katoda, atau menggunakan
elektroda jarum dapat mengatasi masalah stimulasi.
 Perekaman elektroda ditempatkan sesuai dengan jenis
respons yang sedang dicari. Jika reaksi otot adalah
tujuannya, elektroda perekaman aktif ditempatkan di atas
perut (area paling tebal) dari otot yang sedang diuji,
sedangkan elektroda perekaman kedua, yang disebut
elektroda referensi, adalah tempat pada tendon.
Penempatan benar jika representasi grafik respons
menunjukkan defleksi negatif awal (ke atas) pada grafik
respons. Jika saraf sedang diuji, elektroda aktif ditempatkan
langsung di atas saraf. Elektroda referensi ditempatkan
secara distal (mengarah menjauh dari elektroda).
Perekaman elektroda yang menguji respons motor sering
berupa logam, cakram melingkar, sedangkan elektroda
perekaman sensorik hadir dalam berbagai bentuk seperti
tombol, cincin, klip, cakram, atau kawat telanjang.Tes akan
berjalan dari sekitar 20 menit sampai sekitar dua jam,
tergantung pada jumlah saraf yang diuji dan jika
elektromiografi, tes yang biasa dilakukan bersamaan
dengan elektroneurogram, sedang dilakukan.
 Persiapan
Suhu tubuh yang rendah bisa sangat merusak hasil
electroneurography. Terutama dalam cuaca dingin,
penting untuk menghangatkan otot yang sedang
diuji dan menjaga suhu tubuh normal selama
prosedur pengujian.
 Rehabilitasi
Tidak ada prosedur aftercare untuk tes ini. Pasien
mungkin segera melakukan aktivitas
normal. KomplikasiTidak ada komplikasi akibat tes
ini.
 Hasil
Di antara hasil yang mungkin dari tes ini adalah
pengukuran respon motorik, respon saraf sensoris,
dan kecepatan konduksi saraf.
 Respon motorik
Respon motorik (otot) ditandai dengan bentuk gelombang, amplitudo, durasi, dan latensi distal. Bentuk
gelombangnya relatif sederhana, dengan defleksi negatif yang besar (ke atas) diikuti oleh defleksi positif
besar (ke bawah), menghasilkan puncak, meski bentuknya tepat tergantung pada penempatan dan jenis
elektroda. Amplitudo (dinyatakan dalam milivolt) adalah nilai dari garis dasar sampai puncak respons negatif.
Nilai amplitudo tergantung pada jumlah dan sinkronisasi serat otot yang sedang dirangsang. Penggunaan
stimulasi saraf yang maksimal memastikan semua serat yang mungkin akan direkrut. Durasi respons motor
adalah waktu dari awal defleksi negatif hingga selesainya defleksi positif. Pada keadaan penyakit, seiring
dengan penurunan amplitudo, durasi respon akan meningkat jika serat otot tidak menyala bersamaan.
Latency distal adalah waktu yang dibutuhkan dari stimulus ke awal defleksi negatif, dan diukur dalam
milidetik. Jika pengukuran bilateral dilakukan, nilai ini akan meningkat pada sisi yang memiliki kerusakan
pada sambungan saraf atau neuromuskular. Setiap karakteristik respons motorik lebih sulit dibaca jika
penempatan elektroda mencakup lebih dari satu otot, menekankan kebutuhan untuk mengisolasi satu otot
bila memungkinkan.

 Respon saraf sensori


Seperti respons motorik, respons saraf sensoris, atau potensial aksi, ditandai dengan bentuk gelombang,
amplitudo, durasi, dan latency distal tertentu. Bentuk gelombang normal mencakup defleksi negatif (ke atas),
defleksi positif lebih besar (ke bawah), diikuti oleh rebound negatif kembali ke garis dasar, membentuk
gelombang berbentuk S, meskipun bentuknya persis sama dengan jenis elektroda, penempatan, atau
penggunaan tiga elektroda. Amplitudo diukur dari puncak respon negatif terhadap baseline dan diukur dalam
microvolts. Seperti respons motorik, amplitudo tinggi dan durasi pendek dalam respons saraf sensorik
menunjukkan sejumlah besar akson menembaki secara bersamaan. Penyakit menyatakan dapat mengurangi
amplitudo dan meningkatkan durasi. Latensi distal diukur dari stimulus ke puncak negatif dan dinyatakan
dalam milidetik. Saat mengambil respons saraf sensorik, penting untuk mengisolasi elektroda perekaman
dari otot yang disiram, karena respons motor akan menggerakkan respons saraf sensoris yang jauh lebih
kecil.
 Kecepatan konduksi saraf
Kecepatan konduksi saraf ke otot dapat dihitung jika memungkinkan untuk
menstimulasi saraf di dua tempat sepanjang panjangnya. Dua pengukuran
latensi dilakukan, latency distal dan latency proksimal (dalam milidetik, msec).
Jarak antara dua titik stimulasi kemudian diukur (dalam milimeter, mm) dan
dibagi oleh perbedaan antara kedua nilai latensi. Nilai ini adalah kecepatan
konduksi saraf dalam meter per detik. Untuk saraf sensoris, hanya satu titik
stimulasi yang digunakan, dan kecepatan dihitung dengan membagi jarak
antara elektroda aktif dan referensi (dalam mm) dengan latency (dalam
msec). Setelah hasil dihitung, ini dibandingkan dengan tabel nilai standar. Tabel
telah dirancang sedemikian rupa sehingga dihasilkan oleh karakteristik yang
berbeda seperti usia pasien, jenis kelamin, tinggi badan, panjang saraf, atau
kombinasi dari faktor-faktor ini. Contoh tabel yang umum digunakan adalah
yang diterbitkan oleh Cleveland Clinic Foundation. Tabel ini memilah hasil
berdasarkan usia pasien dan didasarkan pada jarak elektroda standar untuk
pengukuran kecepatan saraf yang berbeda. Secara umum, pelepasan
diindikasikan jika kecepatan konduksi turun di bawah 50% dari normal. Bahkan
kehilangan akson yang signifikan biasanya mengurangi kecepatan konduksi
hanya sekitar 30%, berdasarkan hilangnya serat yang melakukan tercepat. Saat
menganalisis hasil tes ini, harus dipertimbangkan bahwa tes elektroneurografi
merupakan jaringan saraf yang paling baik. Karakteristik ini berarti hasil bisa
normal meski terjadi kerusakan saraf. Meskipun demikian, hasil abnormal dapat
memberikan informasi yang sangat berguna, termasuk membedakan antara
pelonggaran dan hilangnya akson dan menunjukkan dengan tepat lokasi cedera
saraf.
Fungsi Elektroneurogram
Fungsi dari Elektroneurogram adalah sebagai
berikut
1. Untuk mengetahui keadaan lengkungan
refleks.b.
2. Untuk mengetahui kecepatan konduksi saraf
motoris dan sensoris.c.
3. Untuk menentukan penderita miastenia gravis

 Elektroneurografi adalah pengukuran


kecepatan konduksi impuls ke saraf perifer. Tes
dilakukan untuk mendeteksi dan mengukur
secara kasar tingkat kerusakan saraf.
 Tujuan Electroneurography, juga dikenal sebagai studi konduksi saraf
(NCS), kecepatan konduksi saraf (NCV), atau stimulasi myelographic study
(SMS), digunakan untuk mendeteksi adanya neuropati pada saraf tertentu.
Secara anatomi, ada tiga kondisi yang secara signifikan menurunkan
kecepatan konduksi saraf:
 demyelination (hilangnya myelin yang menutupi saraf)
 blok konduksi (kerusakan yang berhenti terus pergerakan impuls saraf)
 axonal loss (nerve cell death)
Electroneurography digunakan untuk mendeteksi dan mengevaluasi
berbagai macam penyakit atau kondisi yang melibatkan kerusakan saraf. Ini
adalah tes rutin setelah kerusakan saraf traumatis seperti sindrom
terowongan karpal atau untuk menyelidiki dugaan disfungsi saraf perifer
atau neuropati. Masalah saraf yang disebabkan oleh infeksi virus seperti HIV-
1 atau HSV-1 juga merupakan indikasi umum untuk prosedur ini.
Elektroneurografi dapat mendeteksi kerusakan saraf yang terjadi sebagai
efek samping dari masalah sistemik, termasuk diabetes melitus, defisiensi
vitamin B, kekurangan nutrisi multipel akibat malabsorpsi makanan yang
dicerna, gagal ginjal, amyloidosis, dan alkoholisme.
Electroneurography juga dapat mengevaluasi kerusakan saraf yang
disebabkan oleh beberapa infeksi bakteri atau toksisitas seperti difteri, kusta,
dan keracunan botulisme. Tes ini juga digunakan untuk mendiagnosis dan
mengikuti perkembangan banyak penyakit pada sistem saraf dan otot
seperti amyotrophic lateral sclerosis (ALS), myasthenia gravis, distrofi otot,
dan multiple sclerosis (MS).

Anda mungkin juga menyukai