Anda di halaman 1dari 13

Nama : Mutiah Khoirunnsiak

NIM : 04011181823048

Kelas : Gamma 2018

Keseimbangan Elektrolit

Keseimbangan cairan merupakan bagian dari kontrol tubuh untuk


mempertahankan homeostasis. Homeostasis cairan dipertahankan dengan cara
mengatur cairan ekstraselular, yang selanjutnya akan `mempengaruhi cairan
intraselular. Agar tubuh dapat mencapai keseimbangan cairan yang dibutuhkan
maka tubuh harus mengatur agar input cairan sama dengan out put cairan
(balance concept). Tubuh juga dapat mengalami perubahan keseimbangan cairan,
yaitu keseimbangan positif (input lebih banyak daripada ouput) atau
keseimbangan negatif (output lebih banyak daripada input). Terdapat dua faktor
yang diatur tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan, yaitu volume dan
osmolaritas cairan ekstraselular.
Cairan tubuh yang terbagi menjadi beberapa kompartemen cairan relatif
konstan pada keadaan yang normal. Antara satu kompartemen dengan yang
lainnya dibatasi oleh membran yang bersifat semipermeabel. Masing-masing
kompartemen mengandung elektrolit yang sangat berperan dalam
mempertahankan keseimbangan cairan pada masing-masing kompartemen. Ada
beberapa mekanisme pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit , yakni:

1. Keseimbangan Donnan
Keseimbangan Donnan merupakan keseimbangan antara caira intraseluler
dengan cairan ekstraseluler yang timbul akibat adanya peran dari sel
membran. Protein yang merupakan suatu molekul besar bermuatan negatif,
bukan hanya ukuran molekulnya yang besar namun merupakan suatu
partikel aktif yang berperan mempertahankan tekanan osmotik. Protein ini
tidak dapat berpindah, tetapi akan mempengaruhi ion untuk
mempertahankan netralitas elektron (keseimbangan muatan positif dan
negatif) sebanding dengan keseimbangan tekanan osmotik di kedua sisi
membran. Pergerakan muatan pada ion akan menyebabkan perbedaan
konsentrasi ion yang secara langsung mempengaruhi pergerakan cairan
melalui membran ke dalam dan keluar dari sel tersebut.
2. Osmolalitas dan Osmolaritas
Osmolalitas dan Osmolaritas hampir sering dikenakan jika membahas
tentang cairan tubuh manusia. Osmolalitas digunakan untuk menampilkan
konsentrasi larutan osmotik berdasarkan jumlah partikel, sehubungan
dengan berat pelarut. Lebih khusus, itu adalah jumlah osmol disetiap
kilogram pelarut. Sedangkan osmolaritas merupakan metode yang
digunakan untuk menggambarkan konsentrasi larutan osmotik. Hal ini
didefinisikan sebagai jumlah osmol zat terlarut dalam satu liter larutan.
Osmolaritas adalah properti koligatif, yang berarti bahwa tergantung pada
jumlah partikel terlarut dalam larutan. Selain itu osmolaritas juga tergantung
pada perubahan suhu.
3. Tekanan Koloid Osmotik
Tekanan koloid osmotik dihasilkan oleh molekul koloid yang tidak dapat
berdifusi, misalnya protein, yang bersifat menarik air ke dalam kapiler dan
melawan tekanan filtrasi. Koloid merupakan molekul protein dengan BM
lebih dari 20.000—30.000. Walaupun hanya merupakan 0,5% dari
osmolalitas plasma total, namun mempunyai arti yang sangat penting.
Karena, hal ini menyebabkan permeabilitas kapiler terhadap koloid sangat
kecil sehingga mempunyai efek penahan air dalam komponen plasma, serta
mempertahankan air antar kompartemen cairan di tubuh. Bila terjadi
penurunan tekanan koloid osmotik, akan menyebabkan timbulnya edema
paru. Cairan tubuh relatif juga sering mengalami fluktuasi. Apabila terjadi
ketidakseibangan cairan tubuh, terdapat mekanisme kendali yang akan
segera bekerja supaya cairan di tubuh selalu berada di ambang normal.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter
penting yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritasnya. Ginjal mengatur
volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan
cairan, dengan cara mengatur keluaran garam dan air dalam bentuk urin
sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal
dari air dan garam tersebut. Mekanisme pengaturannya dilakukan mlalui
dua cara yaitu kendali osmolar dan kendali non osmolar. Pada kendali
osmolarsangat dominan dan efektif dalam mengatur cairan ekstraseluler.
Kendali osmolar dibagi menjadi dua sistem yakni, sistem osmoreseptor
Hipothalamus-Hipofisis-ADH.

Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 (dua) parameter
penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal
mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan
mengatur keluaran garam dan air dalam urin sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.

1. Pengaturan volume cairan ekstrasel


Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri
dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan
ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan
memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting
untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang. Pengaturan volume cairan
ekstrasel dapat dilakukan dengan cara sbb.:
a. Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output)
air. Untuk mempertahankan volume cairan tubuh, maka harus ada keseimbangan
antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. Hal ini terjadi karena
adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan
luarnya. Water turnover dibagi dalam:
a) External fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan
luar.
a. Pemasukan air melalui makanan dan minuman
b. Pengeluaran air melalui insensible loss (paru-paru & kulit),
urin, dan feses
b) Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar berbagai
kompartmen, seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal

b. Memperhatikan keseimbangan garam


Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu dipertahankan
sehingga asupan garam sama dengan keluarannya. Permasalahannyaadalah
seseorang hampir tidak pernah memperhatikan jumlah garam yang ia konsumsi
sehingga sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorangmengkonsumsi garam
sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan.Kelebihan garam
yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urin untuk mempertahankan
keseimbangan garam. Ginjal mengontrol jumlah garam yang diekskresi dengan
cara:
a) mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan
Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).
b) Mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal.
c) Jumlah Na+ yang direabsorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan
mengontrol tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
mengatur reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting.
Retensi Na+ meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume
plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri. Selain sistem
renin-angiotensin-aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau
hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini
disekresi oleh sel atrium jantung jika mengalami distensi akibat
peningkatan volume plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan air di
tubulus ginjal meningkatkan eksresi urin sehingga mengembalikan volume
darah kembali normal.
2. Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel
Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut)
dalam suatu larutan. Semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi
solute atau semakin rendah konsentrasi air dalam larutan tersebut. Pengaturan
osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan melalui:
a. Perubahan osmolaritas di nefron
b. Mekanisme haus dan peranan vasopresin (anti diuretic hormone/ ADH)
Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (> 280 mOsm) akan merangsang
osmoreseptor di hypothalamus dihantarkan ke pusat haus di hypothalamus
sehingga terbentuk perilaku untuk mengatasi haus, dan cairan di dalam
tubuh kembali normal.

Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh system saraf


dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat informasi adanya perubahan
keseimbangan cairan dan elektrolit melali baroreseptor di arkus aorta dan sinus
karotiikus, osmoreseptor di hypothalamus, dan volumereseptor atau reseptor
regang di atrium. Sedangkan dalam sistem endokrin, hormon-hormon yang
berperan saat tubuh mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II,
Aldosteron, dan Vasopresin/ ADH dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan
air. Sementara, jika terjadi peningkatan volume cairan tubuh, maka hormone
atripeptin (ANP) akan meningkatkan ekskresi volume natrium dan air .
LAMPIRAN 1
HARGA NORMAL DATA LABORATORIUM DAN DATA KLINIK

Sumber : Depkes RI, 2011


Keseimbangan Asam-Basa

Pengaturan keseimbangan ion hidrogen dalam beberapa hal sama dengan


pengaturan ion-ion lain dalam tubuh. Sebagai contoh, untuk mencapai
homeostatis. Harus ada keseimbangan antara asupan atau produksi ion hidrogen
dan pembuangan ion hidrogen dari tubuh. Dan seperti pada ion-ion lain, ginjal
memainkan peranan kunci dalam pengaturan-pengaturan ion hidrogen. Akan
tetapi, pengaturan konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler yang tepat
melibatkan jauh lebih banyak daripada eliminasi sederhana ion-ion hidrogen oleh
ginjal. Terdapat juga banyak mekanisme penyangga asam basa yang melibatkan
darah, sel-sel, dan paru-paru yang perlu untuk mempertahankan konsentrasi ion
hidrogen normal dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler. Dalam hal ini
berbagai mekanisme yang turut membantu mengatur konsentrasi ion hidrogen,
dengan penekanan khusus pada kontrol sekresi ion hidrogen ginjal dan reabsorpsi,
produksi, dan ekskresi ion –ion bikarbonat oleh ginjal, yaitu salah satu komponen
kunci sistem kontrol asam basa dalam berbagai cairan tubuh.
Konsentrasi ion hidrogen darah secara normal dipertahankan dalam batas
ketat suatu nilai normal sekitar 0,00004mEq/liter (40 nEq/liter ). Variasi normal
hanya sekitar 3 sampai 5 mEq/liter, tetapi dalam kondisi yang ekstrim, konsentrasi
ion hidrogen yang bervariasi dari serendah 10 nEq/liter sampai setinggi 160
nEq/liter tanpa menyebabkan kematian. Karena konsentrasi ion hidrogen
normalnya adalah rendah dan dalam jumlah yang kecil ini tidak praktis, biasanya
konsentrasi ion hidrogen disebutkan dalam skala logaritma, dengan menggunakan
satuan pH. pH berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen.
pH normal darah arteri adalah 7,4, sedangkan pH darah vena dan cairan
interstetial sekitar 7,35 akibat jumlah ekstra karbondioksida (CO2) yang
dibebaskan dari jaringan untuk membentuk H2CO3. Karena pH normal darah arteri
7,4 seseorang diperkirakan mengalami asidosis saat pH turun dibawah nilai 7,35
dan mengalami alkolisis saat pH meningkat diatas 7,45. Batas rendah pH dimana
seseorang dapat hidup lebih dari beberapa jam adalah sekitar 6,8 dan batas atas
adalah sekitar 8,0.
pH intraseluler biasanya sedikit lebih rendah daripada pH plasma karena
metabolisme sel menghasilkan asam, terutama H2CO3 Bergantung pada jenis sel,
pH cairan intraseluler diperkirakan berkisar antara 6,0 dan 7,4. Hipoksia jaringan
dan aliran darah yang buruk ke jaringan dapat menyebabkan pengumpulan asam
dan itu dapat menurunkan pH intraseluler. pH urin dapat berkisar dari 4,5 sampai
8,0 bergantung pada status asam basa cairan ekstraseluler. Contoh ekstrim dari
suatu cairan tubuh yang bersifat asam adalah HCl yang diekskresikan kedalam
lambung oleh oksintik (sel-sel parietal) dari mukosa lambung.
Ion H terutama diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara
normal dan kontinyu akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:
1. pembentukan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan
bikarbonat
2. katabolisme zat organik
3. disosiasi asam organic pada metabolisme intermedia, misalnya pada
metabolisme lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini
akan berdisosiasi melepaskan ion H.
Fluktuasi konsentrasi ion H dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel,
antara lain:
1. perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan
saraf pusat, sebaliknya pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
2. mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh.
3. mempengaruhi konsentrasi ion K
Bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha
mempertahankan ion H seperti nilai semula dengan cara:
1. mengaktifkan sistem dapar kimia
2. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernapasan
3. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan

Ada 4 sistem dapar kimia, yaitu:


1. Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel teutama untuk
perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat.
2. Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel.
3. Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk
perubahan asam karbonat.
4. Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan
intrasel. Sistem dapar kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa
sementera. Jika tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, akan
dilanjutkan oleh paru-paru yang berespons cepat terhadap perubahan kadar
ion H dalam darah.

Ada 4 kategori ketidakseimbangan asam-basa, yaitu:


1. Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO 2 akibat hipoventilasi.
Pembentukan H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan
meningkatkan konsentrasi ion H. Penyebabnya adalah paru-paru tidak
dapat mengeluarkan karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi
pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru. Asidosis
respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot
dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan.
2. Alkalosis respiratori, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan
akibat hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun sehingga
pembentukan ion H menurun.
3. Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan
ventilasi paru. Diare akut, diabetes mellitus, olahraga yang terlalu berat,
dan asidosis uremia akibat gagal ginjal akan menyebabkan penurunan
kadar bikarbonat sehingga kadar ion H bebas meningkat.
4. Alkalosis metabolik, terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena
defisiensi asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat
meningkat. Hal ini terjadi karena kehilangan ion H karena muntah-muntah
dan minum obat-obat alkalis. Hilangnya ion H akan menyebabkan
berkurangnya kemampuan untuk menetralisir bikarbonat, sehingga kadar
bikarbonat plasma meningkat.
Kalsium

Tubuh orang dewasa mengandung 1–2 kg kalsium, lebih dari 99% terdapat
di dalam tulang. Kalsium dalam tulang terikat dalam bentuk kristal hidroksiapatit.
Selebihnya, terdapat di dalam sel dan cairan ekstraseluler. Kalsium ekstraseluler
terdapat dalam tiga bentuk, yaitu kalsium terikat protein, terutama albumin (50%),
bentuk bebas/terion (45%), dan bentuk kompleks terutama terikat fosfat, sitrat,
bikarbonat dan laktat (5%). Metabolisme kalsium diatur tiga hormon utama yaitu
hormon paratiroid (PTH), kalsitonin dan hormon sterol (1,25
dihidroksikolekalsiferol/ vitamin D).5 Kadar kalsium normal 4–5,6 mg/dL (1–1,4
mmol/L). Dikatakan hiperkalsemia jika kadar kalsium serum >10,5 mg/dl atau
kadar ion kalsium >1,33 mmol/L. Keseimbangan kalsium dipertahankan oleh
interaksi antara hormon paratiroid (PTH), vitamin D dan kalsitonin melalui
mekanisme complex feedback loops yang bekerja di tulang, ginjal dan usus,
dimana PTH bertanggung jawab sebagai pengendali utama.
B. Sumber Kalsium
Sumber kalsium dalam pangan yang memiliki tingkat absorpsi yang tinggi
adalah susu dan hasil olahannya seperti keju. Selain itu, sumber kalsium lain
adalah sayuran berdaun hijau seperti kangkung, bayam, dan daun lobak
cina, brokoli, kubis, bunga kol, kecambah, dan makanan yang difortifikasi
kalsium seperti sereal dan jus buah.

A. Absorbsi Kalsium
Kalsium Membutuhkan lingkungan yang asam agar dapat
mempertahankan kalsium dalam bentuk ionik yang mudah diabsorpsi.
Absorpsi terutama terjadi pada bagian atas usus halus dan berkurang di
bagian bawah usus halus yang berbatasan dengan usus besar. Dalam aliran
darah, kalsium ditransportasikan dalam bentuk ion kalsium bebas atau
terikat dengan protein, dimana konsentrasinya diregulasi secara ketat oleh
kontrol hormon.
Ketika konsentrasi kalsium dalam darah rendah, kelenjar paratiroid
akan melepaskan hormon paratiroid. Peran hormon paratiroid dalam
peningkatan kalsium darah dilakukan melalui tiga jalur yaitu:
1) menstimulasi perombakan kalsium dari tulang,
2) meningkatkan retensi kalsium di ginjal, dan
3) Mengaktifkan vitamin D yang kemudian vitamin D dalam bentuk aktif
(1,25(OH)2D3) akan merangsang peningkatan reabsorpsi kalsium di ginjal
dan meningkatkan absorpsi kalsium di usus.
Namun jika konsentrasi kalsium darah meningkat, kelenjar tiroid akan
melepaskan calcitonin yang kemudian akan mengembalikan konsentrasi
kalsium ke dalam range normal dengan jalan mengurangi perombakan
kalsium dari tulang dan meningkatkan ekskresi kalsium di ginjal
(Bredbenner et al.2007).
Defisiensi fosfor juga akan meningkatkan absorpsi kalsium. Penelitian
yang dilakukan oleh Dominguez et al. tahun 1976 menunjukan bahwa
defisiensi fosfor meningkatkan produksi 1,25-(OH)2-vit D3 yang kemudian
akan meningkatkan absorpsi kalsium.
B. Fungsi
Ion kalsium berperan penting dalam fisiologi intraseluler maupun
ekstraseluler. Ion kalsium intraseluler merupakan regulator penting fungsi
sel, antara lain proses kontraksi otot, sekresi hormon, metabolisme glikogen
dan pembelahan sel. Secara fisiologik, ion kalsium ekstraseluler berperan
sebagai kofaktor pada proses pembekuan darah, misalnya untuk faktor VII,
IX, X dan protrombin, memelihara mineralisasi tulang, berperan pada
stabilisasi membran dengan berikatan pada lapisan fosfolipid, dan menjaga
permeabilitas membran plasma terhadap ion natrium.
Analisis Masalah

1. Nyonya Nuraini yang hamil 3 bulan, beberapa hari ini merasa lemas, tidak
nafsu makan, dan selalu muntah-muntah.

Dampak apa yang disebabkan oleh kondisi yang dialami oleh Nyonya Nuraini
terhadap keseimbangan elektrolitnya?

 terjadi Hipokalsemia,dimana nilai kalsium di bawah normal (8,8 mgr/dL).


Secara umum, kalsium berperan penting dalam mempertahankan fungsi
normal sel, khususnya pada transmisi impuls saraf, stabilitas membran sel dan
intracellular signaling

Apa ada hubungan antara mengonsumsi minuman bersoda dengan kondisi


kehamilan yang dialami oleh Nyonya Nuraini?

Minuman bersoda mengandung asam bikarbonat (H2CO3) yang bersifat


asam. Hal ini mengganggu keseimbangan elektrolit dan pH darah. Darah
menjadi asam sehingga mengakibatkan pH darah menurun, terjadi Asidosis
metabolik. Penderita akan merasa lemas karena kekurangan oksigen akibat
menurunnya daya ikat Hb terhadap oksigen.

Apa saja zat yang terkandung didalam minuman bersoda yang dapat
memengaruhi fungsi normal tubuh

Asam bikarbonat (H2CO3)

Dampak apa saja yang dapat ditimbulkan jika ibu hamil mengonsumsi soda
dalam jumlah yang berlebihan?
Hal ini mengganggu keseimbangan elektrolit dan pH darah. Darah menjadi
asam sehingga mengakibatkan pH darah menurun, terjadi Asidosis metabolik.
Penderita akan merasa lemas karena kekurangan oksigen akibat menurunnya
daya ikat Hb terhadap oksigen. Bisa juga terjadi muntah-muntah akibat
meningkatnya asam lambung sehingga elektrolit tubuh terganggu
keseimbangannya.

2. Hasil pemeriksaan laboratorium nyonya Nuraini menunjukkan


ketidaknormalan pada beberapa aspek.

Bagaimana kondisi normal hasil pemeriksaan laboratorium?


Normal kecuali terdapat keton pada urin (normalnya tidak) dan terdapat
kadar Ca2+ rendah, di ambang batas kadar normal (8,8 mgr/ dL).
Apa saja yang dapat menyebabkan hipokalsemia?

 konsentrasi ion kalsium serum atau kalsium serum total setelah dikoreksi
oleh nilai albumin serum di bawah normal (8,8 mgr/dL). Bisa disebabkan
karena konsumsi kalsium yang kurang atau hormon utama yang ada
permasalahan pada yang mengatur kadar kalsium yaitu hormon paratiroid
(PTH rendah, PTH tak efektif, atau PTH-overwhelmed).

Apa yang dapat menyebabkan ketidaknormalan yang dialami oleh Nyonya


Nuraini
 konsumsi minuman berkarbonat berlebih yang menyebabkan asidosis
metabolik. Gejala muntah-muntah menyebabkan kekurangan elektrolit dan
mengganggu keseimbangannya khususnya Ca2+ .

Apa hubungan antara hasil pemeriksaan laboratorium dengan kebiasaan


mengonsumsi minuman bersoda?
 Konsumsi minuman bersoda menyebabkan asidosis metabolik yang
menyebabkan pengikatan oksigen terganggu dan kenaikan asam lambung
yang berdampak pada muntah-muntah. Muntah-muntah menyebabkan
pengeluaran elektrolit dan cairan termasuk di dalamnya Ca2+ yang ikut
terbuang sehingga kadarnya di bawah normal.

Daftar Pustaka

Kuntarti. Keseimbangan Cairan, Elekrolit, Asam Dan Basa. Jakarta : UI


Ginayah, Mir’atul dan Sanusi, Harsinen. 2011. Hiperkalsemia. Jurnal Continuing
Medical Education 38(3): 191
Viswanatha, P. A., dan Putra, K. A. H. 2017. Keseimbangan Asam Basa.
Denpasar :UNUD
William.2017. Fisiologi Keseimbangan Cairan dan Hormon yang Berperan.
Jurnal Kedokteran Meditek 23(61): 69-70.

Anda mungkin juga menyukai