Anda di halaman 1dari 25

Nama : Mutiah Khoirunnisak

NIM : 04011181823048

Kelas : gamma 2018


a. Nyeri
1. Definisi
Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial,
atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut (IASP, 1979).
2. Klasifikasi Nyeri
a. Berdasarkan durasi
Nyeri berdasarkan durasiterbagi menjadinyeri akut dan nyeri
kronis.
a) Nyeri Akut
Nyeri akutdidefinisikan sebagai nyeri dengan onset segera
dan memiliki durasi terbatas. Nyeri akut biasanya memiliki
hubungan temporal dan kausal dengan perlukaan seperti
pembedahan,traumadan infeksi yang menyebabkan
peradangan (Swleboda P et.al., 2013).
b) Nyeri kronik
Nyeri kronik umumnya menetap lebih dari waktu
penyembuhan suatu perlukaan (>3-6 bulan) dan sering
tidak memiliki penyebab yang jelas(Swleboda P et.al.,
2013).

1
Nama : Mutiah Khoirunnisak

NIM : 04011181823048

Kelas : gamma 2018


Sumber :Vadivelu N et al. Pain Pathway and AcutePain Processing dalam Acute
Pain Management.Cambridge University Press. New York. 2009. p 3-20.

b. Berdasarkan patofisiologi
Berdasarkan patofisiologi terkait nyeri, nyeri dapat diklasifikasikan
menjadi nyeri fisiologis, nosiseptif, serta neuropatik
a) Nyeri fisiologis
Nyeri fisiologis merupakan rasa ketidaknyamanan non
traumaticyang segera dengan durasi yang sangat singkat. Nyeri
fisiologis sebagai penanda bagi individu terhadap adanya
potensi stimulus lingkungan yang berpotensi menyebabkan
cedera, seperti objek yang panas dan menginisisasi refleks
menghindar yang mencegah atau meminimalisasi kerusakan
jaringan.Nyeri ini sifatnya sementara, hanya selama ada
rangsang nyeri dan dapat dilokalisir.
b) Nyeri nosiseptik
Nyeri nosiseptif merupakan akibat adanya kerusakan sel
setelah operasi,trauma atau cedera yang berhubungan dengan
penyakit. Nyeri nosiseptif juga disebut dengan inflamasi karena
inflamasi perifer dan mediator inflamasi berperan penting dalan
inisisasi serta perkembangannya. Secara umum, intensitas nyeri
nosiseptif sesuai dengan besarnya kerusakan jaringan serta
lepasnya mediator inflamasi (Marandina,2014).
c) Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik adalah nyeri yangdisebabkan oleh lesi atau
disfungsi patologi pada sistem saraf pusat dan sistem saraf
tepi.Nyeri neuropatik sering dikatakan nyeri yang patologis
karena tidak bertujuan atau tidak jelas kerusakanorgannya
(Marandina, 2014).
Nyeri neuropatik bersifat terus menerus atau episodik dan
digambarkan dalam banyak gambaran seperti rasa terbakar,

2
Nama : Mutiah Khoirunnisak

NIM : 04011181823048

Kelas : gamma 2018


tertusuk, shooting, seperti kejutan listrik, pukulan, remasan,
spasme atau dingin. Beberapa hal yang mungkin berpengaruh
pada terjadinya nyeri neuropatik yaitu sensitisasi perifer,
timbulnya aktifitas listrik ektopik secara spontan, sensitisasi
sentral, reorganisasi struktur, adanya proses disinhibisi sentral,
dimana mekanisme inhibisi dari sentral yang normal
menghilang, serta terjadinya gangguan pada koneksi neural,
dimana serabut saraf membuat koneksi yang lebih luas dari
yang normal.

c. Berdasarkan asalnya
Berdasarkan asalnya nyeri dibagi dua, yaitu nyeri somatik dan
nyeri viseral.
a) Nyeri somatik
Nyeri somatik yang berasal dari kulit disebut nyeri superfisial,
sedangkan nyeri yang berasal dari otot rangka, tulang, sendi
atau jaringan ikat disebut nyeri dalam. Nyeri superfisial cirinya
tajam, lokasinya jelas, dan cepat hilang bila stimulasi
dihentikan. Sedangkan nyeri dalam cirinya terasa tumpul, sulit
dilokasi, dan cenderung menyebar ke sekitarnya.
b) Nyeri viseral
Nyeri yang berasal dari bermacam-macam organ visera
dalam abdomen dan dada merupakan salah satu kriteria yang
dapat dipakai untuk mendiagnosis peradangan visera, penyakit
infeksi visera dan kelainan visera lain. Sering kali, visera tidak
mempunyai reseptorreseptor sensorik untuk modalitas sensasi
lain kecuali untuk nyeri. Juga, dalam beberapa aspek yang
penting, nyeri viseral berbeda dengan nyeri yang berasal dan
permukaan tubuh. Salah satu perbedaan paling penting antara
nyeri permukaan dengan nyeri viseral adalah walaupun organ

3
Nama : Mutiah Khoirunnisak

NIM : 04011181823048

Kelas : gamma 2018


visera mengalami kerusakan berat yang sangat terlokalisasi,
namun jarang mencetuskan nyeri yang hebat.
Setiap stimulus yang dapat merangsang ujung serat saraf
nyeri di daerah visera yang luas dapat menimbulkan nyeri
viseral. Beberapa stimulus ini adalah keadaan iskemia jaringan
viseral, kerusakan akibat bahan kimia pada permukaan visera,
spasme otot polos pada organ dalam yang berongga,
peregangan berlebihan organ perut berongga, atau teregangnya
jaringan ikat yang mengelilingi organ visera. Hampir semua
nyeri visera yang sebenarnya dalam rongga toraks dan
abdomen dikirimkan melalui serat saraf nyeri kecil tipe C,
sehingga, hanya dapat mengirimkan nyeri tipe kronis-tumpul.
(Guyton & Hall, 2011).
3. Tipe saraf
3 kategori reseptor nyeri/ nosiseptor: Nosiseptor mekanis
berespons terhadap kerusakanmekanis misalnya tersayat, terpukul, atau
cubitan; nosiseptor suhu berespons terhadap suhu ekstrim, terutama panas;
dan nosiseptor polimodal berespons sama kuat terhadap semua jenis
rangsangan yang merusak, termasuk bahan kimia iritan yang dikeluarkan
oleh jaringan yang cedera (Sherwood, 2013).
a. Nosiseptor A-Delta Nosiseptor A - delta tersebut hampir dapat
ditemukan pada permukaan kulit. Sebagian kecil dapat ditemukan
pada otot dan persendian. Sebagian besar sensitif terhadap stimulus
mekanik intensitas tinggi dan sebagian lagi sensitif terhadap stimulus
termal.
b. Nosiseptor C polimodal Nosiseptor serabut C polimodal (kadang-
kadang disebut free nerve ending) dapat ditemukan di bagian dalam
kulit dan sebenarnya dapat ditemukan pada setiap jaringan kecuali
jaringan saraf sendiri. Umumnya sensitif terhadap stimulus noksius
mekanis, termal, dan kimiawi. Diperkirakan 80-90% nosiseptor C
mempunyai tipe polimodal.

4
Nama : Mutiah Khoirunnisak

NIM : 04011181823048

Kelas : gamma 2018


c. Unit aferen Serabut perifer dan reseptornya disebut sebagai unit
aferen. Aferen diklasifikasikan menjadi dua, yaitu, ambang-rendah
dan ambang-tinggi atau mekanoreseptif dan termoreseptif. Neuron
yang diaktivasi oleh stimulus mekanikal dan termal disebut unit
reseptif polimodal. Sejumlah unit nosiseptif polimodal berhubungan
dengan serabut A-delta. Unit ini melakukan transmisi dari nyeri
pertama atau pricking pain yang berhubungan dengan stimulasi panas
noksius
Impuls nyeri yang berasal dari nosiseptor disalurkan ke SSP
melalui salah satu dari dua jenis serat aferen. Sinyal yang berasal dari
nosiseptor yang berespons terhadap kerusakan mekanis seperti
terpotong atau kerusakan suhu seperti terbakar disalurkan melalui
serat A-delta halus bermielin dengan kecepatan hingga 30 m/dtk
(jalur nyericepat). Impuls dari nosiseptor polimodal yang berespons
terhadap bahan kimia yang dilepaskan ke CES dari jaringan yang
rusak disalurkan oleh serat C halus tak-bermielin dengan kecepatan
yang lebih rendah, yaitu 12 m/dtk atau kurang (jalur nyeri lambat).
(Sherwood, 2013).
4. Patofisiologi Nyeri
Rangsangan nyeri diterima oleh nociceptors pada kulit bisa intesitas
tinggi maupun rendah seperti perennggangan dan suhu serta oleh lesi
jaringan. Sel yang mengalami nekrotik akan merilis K + dan protein
intraseluler . Peningkatan kadar K + ekstraseluler akan menyebabkan
depolarisasi nociceptor, sedangkan protein pada beberapa keadaan akan
menginfiltrasi mikroorganisme sehingga menyebabkan peradangan/
inflamasi. Akibatnya, mediator nyeri dilepaskan seperti leukotrien,
prostaglandin E2, dan histamin yang akan merangasng nosiseptor sehingga
rangsangan berbahaya dan tidak berbahaya dapat menyebabkan nyeri
(hiperalgesia atau allodynia).
Selain itu lesi juga mengaktifkan faktor pembekuan darah sehingga
bradikinin dan serotonin akan terstimulasi dan merangsang nosiseptor. Jika

5
Nama : Mutiah Khoirunnisak

NIM : 04011181823048

Kelas : gamma 2018


terjadi oklusi pembuluh darah maka akan terjadi iskemia yang akan
menyebabkan akumulasi K + ekstraseluler dan H + yang selanjutnya
mengaktifkan nosiseptor. Histamin, bradikinin, dan prostaglandin E2
memiliki efek vasodilator dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah.
Hal ini menyebabkan edema lokal, tekanan jaringan meningkat dan juga
terjadi Perangsangan nosisepto. Bila nosiseptor terangsang maka mereka
melepaskan substansi peptida P (SP) dan kalsitonin gen terkait peptida
(CGRP), yang akan merangsang proses inflamasi dan juga menghasilkan
vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas pembuluh
darah.Vasokonstriksi (oleh serotonin), diikuti oleh vasodilatasi, mungkin
juga bertanggung jawab untuk serangan migrain . Peransangan nosiseptor
inilah yang menyebabkan nyeri. (Silbernagl & Lang, 2000)
Serat-serat nyeri aferen primer bersinaps dengan antarneuron ordo-
kedua spesifik di tanduk dorsal korda spinalis. Sebagai respons terhadap
potensial aksi yang dipicu oleh rangsangan, serat-serat nyeri aferen
mengeluarkan neurotransmiter yang memengaruhi neuron-neuron
berikutnya. Dua neurotransmiter yang paling banyak diketahui adalah
substansi P dan glutamat. Substansi P, yang unik bagi serat nyeri,
mengaktikan jalur-jalur asendens yang menyalurkan sinyal nosiseptif ke
tingkat yang lebih tinggi untuk pemrosesan lebih lanjut(Sherwood, 2013).
Jalur-jalur nyeri asendens memiliki tujuan berbeda-beda di korteks,
talamus, danformasio retikularis. Daerah pemrosesan somato sensorik di
korteks menentukan lokasi nyeri, sementara daerah-daerah korteks lain ikut
serta dalam komponen sadar pengalaman nyeri lainnya, misalnya refleksi
tentang kejadian.
Nyeri tetap dapat dirasakan tanpa adanya korteks, mungkin di tingkat
talamus. Formasio retikularis meningkatkan derajat kewaspadaan yang
berkaitan dengan rangsangan yang merusak. Interkoneksi dari talamus dan
formasio retikularis ke hipotalamus dan sistem limbik memicu respons
perilaku dan emosi yang menyertai pengalaman yang menimbulkan nyeri.

6
Nama : Mutiah Khoirunnisak

NIM : 04011181823048

Kelas : gamma 2018


Sistem limbik penting dalam mempersepsikan aspek nyeri yang tidak
menyenangkan.
Glutamat bekerja pada dua reseptor membran plasma berbeda di
antarneuron eksitatorik tanduk dorsal, dengan dua efek berbeda. Pertama,
pengikatan glutamat dengan reseptor NMDA nya menyebabkan perubahan
permeabilitas yang akhirnya menyebabkan pembentukan potensial aksi di
sel tanduk dorsal. Potensial aksi ini menyalurkan pesan nyeri ke pusat-pusat
yang lebih tinggi.
Kedua, pengikatan glutamat dengan reseptor NMDA-nya
menyebabkan masuknya Ca2+ ke dalam sel tanduk dorsal. Jalur ini tidak
terlibat dalam transmisi pesan nyeri. Ca2+ memicu sistem caraka kedua
yang membuat sel tanduk dorsal lebih peka daripada biasanya.
Hipereksitabilitas ini ikut berperan meningkatkan sensitivitas daerah yang
cedera terhadap pajanan rangsangan nyeri berikutnya atau bahkan
rangsangan tak nyeri biasa, Kepekaan yang berlebihan ini mungkin
bertujuan untuk mengurangi aktivitas yang dapat semakin merusak atau
mengganggu penyembuhan daerah yang cedera. Hipersensitivitas ini
biasanya mereda setelah cedera sembuh.

7
Nama : Mutiah Khoirunnisak

NIM : 04011181823048

Kelas : gamma 2018

Gambar 1. Mekanisme Nyeri Perifer/Somatik

Silbernagl/Lang, 2000, Pain in Color Atlas of Pathophysiology , Thieme New


York. 320-321

8
Nama : Mutiah Khoirunnisak

NIM : 04011181823048

Kelas : gamma 2018

Gambar 2. Jalur nyeri subtansi P

Sumber :Sherwood, L. (2013). Introduction to Human physiology. Cengage


Learning.

Mekanisme ini dapat disimpulkan memiliki 4 tahap, yaitu :


a. Transduksi
Transduksi merupakan proses pengubahan stimuli nyeri (noxious
stimuli)menjadi suatu impuls listrik pada ujung-ujung saraf. Proses
transduksidimulai ketika nociceptor yaitu reseptor yang berfungsi untuk
menerimarangsang nyeriteraktivasi. Aktivasi reseptor ini (nociceptors)
merupakansebagai bentuk respon terhadap stimulus yang datang seperti
kerusakanjaringan atau trauma.8 Trauma tersebut kemudian
menghasilkan mediatormedatornyeri perifer sebagai hasil dari respon
humoral dan neural.Prostaglandin beserta ion H+ dan K+ berperan
penting sebagai activatorprimer nosiseptor perifer serta menginisiasi
respon inflamasi dan sensitisasiperifer yang menyebabkan
pembengkakan jaringan dan nyeri pada lokasicedera.

9
Nama : Mutiah Khoirunnisak

NIM : 04011181823048

Kelas : gamma 2018


b. Transmisi
Transmisi merupakan serangkaian kejadian-kejadian neural
yangmembawa impuls listrik melalui sistem saraf ke area otak. Proses
transmisimelibatkan saraf aferen yang terbentuk dari serat saraf
berdiameter kecil kesedang serta yang berdiameter besar. Saraf aferen
akan ber-axon padadorsal horn di spinalis.Selanjutnya transmisi ini
dilanjutkan melalui sistemcontralateral spinalthalamic melalui ventral
lateral dari thalamus menujucortex serebral. Proses penyaluran impuls
melalui saraf sensoris setelahproses transduksi. Impuls ini akan
disalurkan oleh serabut Aδ fiber dan Cfiber sebagai neuron pertama dari
perifer ke medula spinalis. Prosestersebut menyalurkan impuls noxious
dari nosiseptor primer menuju ke seldi dorsal horn medulla spinalis.
c. Modulasi
Modulasi adalah proses yang mengacu kepada aktivitas neural dalam
upayamengontrol jalur transmisi nociceptor tersebut. Proses modulasi
melibatkansistem neural yang komplek. Impuls nyeri ketika sampai di
saraf pusatakan dikontrol oleh sistem saraf pusat dan mentransmisikan
impuls nyeriini kebagian lain dari system saraf seperti bagian cortex.
Selanjutnyaimpuls nyeri ini akanditransmisikan melalui saraf-saraf
descend ke tulangbelakang untuk memodulasi efektor.
d. Persepsi
Persepsi adalah proses yang subjective. Persepsi merupakan hasil akhir
dariprosesinteraksi yang kompleks dan unik yang dimulai dari
prosestransduksi, transmisi,dan modulasi yang pada gilirannya
menghasilkansuatui perasaan yang subjektif yang dikenal sebagai
persepsi nyeri. Prosespersepsi ini tidak hanya berkaitan dengan proses
fisiologis atau prosesanatomis saja, akan tetapi juga meliputi cognition
(pengenalan) danmemory (mengingat). Oleh karena itu, faktor
psikologis, emosional, danberhavioral (perilaku) juga muncul sebagai
respon dalam mempersepsikanpengalaman nyeri tersebut. Proses

10
Nama : Mutiah Khoirunnisak

NIM : 04011181823048

Kelas : gamma 2018


persepsi ini jugalah yang menjadikannyeri tersebut suatu fenomena
yang melibatkanmultidimensional.

2. Anamnesis Nyeri
a. Kapan
i) Onset
-Kapan awal / mulainya?
-Kapan rasa sakit pertama kali muncul?
-Berapa lama Anda mengalami rasa sakit ini?
ii) Faktor-faktor permulaan (Pencetus)
-Apakah ada sesuatu yang menyebabkan rasa sakit pada saat itu?
-Apakah rasa sakit itu muncul pada waktu tertentu?
-Apa yang menyebabkannya?
-Kapan rasa sakit itu biasanya muncul?
iii) Karakter onset
-Apakah rasa sakit datang secara bertahap atau tiba-tiba?

11
Nama : Mutiah Khoirunnisak

NIM : 04011181823048

Kelas : gamma 2018


iv) Durasi
-Berapa lama biasanya nyeri berlangsung?
v) Frekuensi.

-Seberapa sering Anda merasakan -Apakah pengaruhnya lebih baik


sakit? atau lebih buruk?
-Seberapa sering Anda merasakan -Apakah rasa sakit itu datang dan
sakit? pergi?
-Berapa kali Anda merasakan -Apakah rasa sakitnya konstan,
sakit? atau datang dan pergi?
b. Di mana
i) Di mana sakitnya? iv) Apakah rasa sakit itu
ii) Tunjukkan pada saya di mana menyebar / bergerak / bepergian ke
rasa sakitnya? tempat lain?
iii) Bagian mana dari punggung
Anda yang terkena? (Radiasi)
c. Kualitas
i) Seperti apa rasa sakitnya? iii) Bisakah Anda
ii) Seperti apa rasa sakit itu? menggambarkan rasa
sakitnya?
d. Kuantitas
i) Seberapa buruk rasa sakitnya?
ii) Pada skala 1 hingga 10, dengan 10 sebagai rasa sakit terburuk,
bagaimana Anda menilai rasa sakit?
iii) Bagaimana rasa sakit memengaruhi hidup Anda?
e. Faktor Memperburuk dan Mengurangi
i) Faktor-faktor Apakah ada yang membuat rasa sakit lebih baik?
ii) Apakah ada yang membuatnya lebih buruk?
iii) Apakah berbaring membantu (menghilangkan) rasa sakit?
f. Faktor-faktor yang Berhubungan

12
Nama : Mutiah Khoirunnisak

NIM : 04011181823048

Kelas : gamma 2018


i) Apakah Anda memperhatikan adanya masalah lain yang berkaitan
dengan rasa sakit?

Tabel 2. Penilaian Nyeri Adaptasi menggunakan Akronim O, P,Q, R, S, T, U dan V

Kualitas
Tipe nyeri Lokasi Lokalisasi Sumber Contoh
nyeri
Kulit,jari
ngan, Terbakar, terlokalisasi Luka Operasi, luka
Trauma, keseleo, terluka,
Nosiseptif otot, tajam, dengan baik, bakar, luka, memar,
iskemia, inflamasi,
somatik tendon, tumpul, menyebar radang sendi,
dematologi
sendi, berde-nyut, dan terdifusi tendonitis
tulang
Tajam Appendisitis,
Baik atau Iskemia, inflamasi,
Nosiseptif Organ menusuk pankreatitis, ulkus
sulit distensi organ, spasme
visceral visceral atau sakit lambung, distensi
terlokalisasi otot
yang dalam saluran kemih

13
Nama : Mutiah Khoirunnisak

NIM : 04011181823048

Kelas : gamma 2018


neuropati diabetes,
Kerusakan saraf perifer,
neuralgia, sindrom
demielinasi, trauma,
Sensitif, Terdifusi, carpal tunnel,
tekanan, gangguan
nauropatik Perifer terbakar, sulit fibromyalgia, nyeri
metabolisme, iskemia,
syok, dideterminasi tungkai hantu, pasca
gangguan sirkulasi,
stroke, multiple
penyakit cns
sclerosis
Tabel 3. tipe nyeri
Sumber ; Alexander, 2013; American Pain Society, 2007
LUKA DAN INFEKSI
Infeksi luka didefinisikan sebagai adanya replikasi mikroorganisme di
dalam luka dengan cedera inang berikutnya. Infeksi harus dibedakan dari
kontaminasi luka (mikroorganisme tidak mereplikasi) dan kolonisasi luka
(mikroorganisme replikasi ada tetapi tidak menyebabkan cedera inang).
Menariknya, beberapa penelitian terbaru terhadap anjing menunjukkan bahwa
organisme yang menginfeksi luka mungkin merupakan himpunan bagian dari
organisme yang berkoloni di lokasi luka (Stashak, 2006).
Infeksi luka dianggap sebagai faktor utama penyembuhan luka yang tidak
berjalan, pengurangan penguatan kekuatan jaringan, dan dehiscence setelah
penutupan luka. Bakteri patogen potensial berpotensi melekat / atau berikatan
dengan protein matriks ekstraseluler (mis., Fibronektin dan laminin) dari jaringan
yang terpapar, yang mungkin memiliki efek langsung pada penyembuhan luka.
Dengan mengikat fibronektin, protein ini tidak tersedia untuk meningkatkan
kepatuhan jaringan. Selain itu, bakteri yang menghasilkan eksotoksin sitotoksik
(mis., Clostridium spp, Strep. Pyogenes, dan Staph. Aureus) menyebabkan
kerusakan jaringan yang lebih parah, menciptakan lingkungan mikro yang
kondusif bagi kelangsungan hidup mereka. Mereka yang memiliki kapsul tebal
(mis. Strep. Pyogenes, Staph. Aureus, dan Klebsiella pneumoniae) lebih tahan
terhadap fagositosis oleh leukosit.
Selama proses degradasi bakteri, endotoksin yang dibebaskan dapat
mengaktifkan jalur koagulasi; ini dapat menyebabkan trombosis mikrovaskulatur,
disfungsi sistemik organ tubuh, dan aktivasi makrofag yang melepaskan lebih
banyak mediator inflamasi. Perubahan sirkulasi mengurangi efisiensi pengiriman
glukosa dan oksigen; ini menciptakan lingkungan di mana pertahanan utama non-

14
Nama : Mutiah Khoirunnisak

NIM : 04011181823048

Kelas : gamma 2018


spesifik inang, leukosit polimorfonuklear, tidak memiliki bahan yang diperlukan
untuk membunuh bakteri secara optimal.
Apakah infeksi berkembang tergantung pada banyak faktor: (1) Dosis
mikroorganisme (kami memiliki pengaruh paling besar terhadap ini); (2) Luka
lingkungan mikro / tingkat kontaminasi; (3) Virulensi dan patogenisitas
mikroorganisme; (4) Kapasitas fungsional tuan rumah; dan (5) Mekanisme cedera.
Umumnya, ketika jumlah bakteri melebihi 106organisme/ gram jaringan
atau per mililiter eksudat dalam luka terbuka, luka menjadi terinfeksi. peningkatan
signifikan dalam kegagalan penutupan luka yang tertunda karena infeksi terlihat
ketika tempat lukamengandung 105 organisme/g jaringan. Luka yang
terkontaminasi dengan konsentrasi bakteri yang lebih rendah dapat terinfeksi
ketika benda asing hadir (misalnya, jahitan, sarung tangan, dll.), Jaringan nekrotik
yang tertinggal di luka, hematoma, pertahanan jaringan lokal tidak adequat
(misalnya, pasien luk bakar atau pasien imunosupresan), dan pasokan vaskular tak
adekuat.
Luka kotor memiliki infeksi 25 kali lipat lebih besar daripada luka
bersih.Luka yang terkontaminasi oleh kotoran memiliki risiko infeksi yang lebih
tinggi karena fraksi potensiasi infeksi spesifik (IPF) yang ditemukan dalam
komponen anorganik dan fraksi anorganik. IPF ini mengurangi efek sel darah
putih dan faktor humoral, dan mereka menetralkan antibodi. Hanya 100
organisme yang dapat menyebabkan infeksi. Luka yang terkontaminasi tinja
sangat rentan terhadap infeksi. Tinja dapat mengandung hingga 1011 organisme/ g.
Hemoglobin yang dibebaskan dari perdarahan secara mendalam menekan
pertahanan luka lokal. Fermentasi dari hemoglobin juga menghambat sifat
bakteriostatik alami serum dan kemampuan membunuh intraphagocytic bakteri
oleh thegranulocyte. Ion besi juga dapat meningkatkan daya tahan dan replikasi
bakteri yang menginfeksi. Pembentukan hematoma diyakini sebagai faktor utama
dalam mengurangi resistensi luka lokal terhadap infeksi.

Faktor yang mempengaruhi Nyeri :

15
Nama : Mutiah Khoirunnisak

NIM : 04011181823048

Kelas : gamma 2018


1. Lokasi
2. Usia
Evidence based yang menyatakan hubungan usia dengan nyerimenunjukkan
efek penuaan meningkatkan ambang batas nyeri. saraf perifer menunjukkan
reduksidari serabut yang bermyelin maupun tidak bermyelin seperti tanda-
tandakerusakan termasuk degenerasi Wallerian. Jumlah dan ukuran neuron
sensoris diganglion radiks posterior meningkat pada awal usia dewasa,
puncaknya pada midlife,dan setelah itu akan menurun.Terjadinya
demyelinisasi bersamaan denganpeningkatan inflamasi adalah mirip dengan
perubahan patologis yang terjadimengikuti kerusakan jaringan dan saraf
pada hewan yang lebih muda. Oleh karenaitu, ada keyakinan bahwa
mungkin ada kesamaan secara mekanisantaraperubahan patofisiologi yang
mendasari timbulnya nyeri neuropatik danperubahan nosisepsi yang terkait
dengan usia.
Peningkatan usia seiring dengan kehilangan serotonindan nonadrenergik
terminal secara progresif di kornu posterior juga menyatakanpotensiasi pada
perubahan dalam jalur modulasi descenden. Pada kenyataannyahal tersebut
juga dinyatakan keterkaitan usia meningkatkan sensitivitas
mungkinmenghasilkan plastisitas pada proses nosiseptif spinal yang terkait
padapenurunan fungsional jalur modalitas desenden. Penurunan jumlah
reseptoropioid dan efikasi opioid yang memediasi antinosisepsi juga
berkonstribusi padaketerkaitannya dengan usia, akan mengubah ekspresi
dan status fungsional sel gliaspinal yang menambahkan gagasan
berkembang pada perubahan patofisiologiyangbertanggung jawab pada
perubahan terkait usia pada sensitivitas nyeri.
3. Jenis kelamin
Banyak studi melaporkan bahwa wanita mempunyai level nyeri yang
lebihtinggi, frekuensi nyeri yang lebih sering, dan durasi nyeri yang lebih
lamadibandingkan pria.

4. Ras

16
Nama : Mutiah Khoirunnisak

NIM : 04011181823048

Kelas : gamma 2018


Sebuah studi menyatakan bahwa ras Asia lebih sensitif pada
nyeridibandingkan dengan ras kulit putih. Ras kulit putih dinyatakan lebih
sensitifdibandingkan ras kulit hitam

Anatomi Plantar pedis

17
Nama : Mutiah Khoirunnisak

NIM : 04011181823048

Kelas : gamma 2018


1. Arteri :

Gambar 3. Arteri plantar pedis


Sumber : Waschke, J., & Paulsen, F. (2011). Sobotta Atlas of Human Anatomy. Elsevier.
1. Aa digitales Plantares 5. R. Profundus
Communes 6. A. plantaris medialis
2. Aa. Metatarsales plantares
7. A. plantaris lateralis
3. A. Plantaris Profunda dari
lanjutan A. dorsalis pedis 8. A. tibialis posterior
4. R. superficialis

2. Saraf dan arteri supefisial

18
Nama : Mutiah Khoirunnisak

NIM : 04011181823048

Kelas : gamma 2018

Gambar 3. Nervi dan Arteria pada plantar pedis


Sumber : Waschke, J., & Paulsen, F. (2011). Sobotta Atlas of Human Anatomy. Elsevier.

N. tibialis telah membagi diri menjadi dua cabang terminalnya (Nn.


plantares medialis et lateralis) di Malleolus medialis di dalam Canalis malleolaris
di bawah Retinaculum musculorum flexorum. Cabang terminalnya kemudian
membagi diri lagi menjadi Nn. digitales plantaresN. plantaris lateralis membagi

19
Nama : Mutiah Khoirunnisak

NIM : 04011181823048

Kelas : gamma 2018


diri menjadi R. superficialis dan R. profundus. N. plantaris medialis memberikan
persarafan tambahan berupa N. digitalis plantaris proprius untuk tepi medial
kaki. Cabang saraf sensorik muncul ke permukaan di antara serabut longitudinal
Aponeurosis plantaris.

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, L. (2013). Assessment and management of pain at the end of life.


CME Resource, March 20, 2013, 1-16

HISTORY-TAKING IN ENGLISH. 2014: F.MIYAMASUUNIVERSITY OF


TSUKUBA.

Marandina A. M. Pengkajian Skala Nyeri Di Ruang Perawatan Intensive Literatur


Review. 2014.Vol 1 p. 18-26.6.
Merskey H, Albe Fessard D, Bonica JJ, Carmon A, Dubner R, Kerr FWL,
Lindblom U, Mumford JM, Nathan PW, Noordenbos W, Pagni CA, Renaer
MJ, Sternbach RA, Sunderland S. Pain terms: a list with definitions and
notes on usage. Recommended by the IASP subcommittee on taxonomy.
PAIN 1979;6:249–52.

Permata, V. A. (2014). eprint.undip. Retrieved september 17, 2019, from


http://eprints.undip.ac.id/44897/3/Veryne_Ayu_Permata_22010110130182_Bab2
KTI.pdf
Registered Nurses’ Association of Ontario. (2013). Assessment and Management
of Pain Third Edition. Toronto: RNAo.
Ryantama, A. A. (2017). RESPON TUBUH TERHADAP NYERI. Denpasar: FK
Universitas Udayana.
Sherwood, L. (2013). Introduction to Human physiology. Cengage Learning.

Swleboda P et.al. Assessment of Pain: Types, Mechanism, and Treatment. Ann


Agric Environ Med. 2013 December 29; Special Issue 1:2-7
Tennant F. The Physiologic Effects of Pain on the Endocrine System.Cambridge
University Press. New York. 2009. p 3-20

Waschke, J., & Paulsen, F. (2011). Sobotta Atlas of Human Anatomy. Elsevier.

20
Nama : Mutiah Khoirunnisak

NIM : 04011181823048

Kelas : gamma 2018


9. Dani, mahasiswa, 18 Tahun, mengalami keluhan nyeri telapak kaki kanan
yang dirasakan terus menerus karena terinjak benda tajam sejak 3 jam yang
lalu. Lokasi luka terlihat berdarah dan kotor.
b. Bagaimana mekanisme nyeri pada telapak kaki pada kasus? (1)
c. Bagaimana hubungan usia dengan keluhan pada kasus ?
Usia pasien di kasus tergolong muda/ awal usia dewasa dimana terjadi
peningkatan jumlah dan ukuran neuron sensoris diganglion radiks,
puncaknya pada midlife(40—65 th),dan setelah itu akan menurun. Pada
usia yng menu (lebih dri midlife) terjadi demyelinisasi bersamaan
denganpeningkatan inflamasi yang mirip dengan perubahan patologis yang
terjadimengikuti kerusakan jaringan dan saraf pada usia tua.
Sebab usia pasien tergolong muda, nyeri tidak terasa lebih parah dibanding
individu dengan usia diatas midlife (40—65 th).
d. Apa makna nyeri 3 jam yang lalu ?
Nyeri termasuk nyeri akut karena onset segera dan memiliki hubungan
temporal dan kausal dengan perlukaan seperti pembedahan,traumadan
infeksi yang menyebabkan peradangan
e. Bagaimana factor kemungkinan penyebab nyeri 3 jam yang lalu ?
Kemungkinan diakibatkan nosireseptor dirangsang mediator nyeri
(leukotrien, PGE2, histamin) yang dilepaskan akibat adanya reaksi
peradangan dari sel nekrotik akibat lesi/luka.. Sel yang mengalami
nekrotik akan merilis K + dan protein intraseluler menyebabkan
depolarisasi nociceptor.
f. Apa saja klasifikasi nyeri berdasarkan waktu?
i) Nyeri Akut
Nyeri akutdidefinisikan sebagai nyeri dengan onset segera
dan memiliki durasi terbatas. Nyeri akut biasanya memiliki
hubungan temporal dan kausal dengan perlukaan seperti
pembedahan,traumadan infeksi yang menyebabkan
peradangan (Swleboda P et.al., 2013).
ii) Nyeri kronik

21
Nama : Mutiah Khoirunnisak

NIM : 04011181823048

Kelas : gamma 2018


Nyeri kronik umumnya menetap lebih dari waktu
penyembuhan suatu perlukaan (>3-6 bulan) dan sering
tidak memiliki penyebab yang jelas(Swleboda P et.al.,
2013).

g. Bagaimana patofisiologi nyeri?


h. Apa saja jenis nyeri ?
i) Berdasarkan patofisiologi terkait nyeri, nyeri dapat
diklasifikasikanmenjadi nyeri fisiologis, nosiseptif, serta neuropatik
a) Nyeri fisiologis
Nyeri fisiologis merupakan rasa ketidaknyamanan non
traumaticyang segera dengan durasi yang sangat singkat. Nyeri
fisiologis sebagai penanda bagi individu terhadap adanya
potensi stimulus lingkungan yang berpotensi menyebabkan
cedera, seperti objek yang panas dan menginisisasi refleks
menghindar yang mencegah atau meminimalisasi kerusakan
jaringan.Nyeri ini sifatnya sementara, hanya selama ada
rangsang nyeri dan dapat dilokalisir.
b) Nyeri nosiseptik
Nyeri nosiseptif merupakan akibat adanya kerusakan sel
setelah operasi,trauma atau cedera yang berhubungan dengan
penyakit. Nyeri nosiseptif juga disebut dengan inflamasi karena
inflamasi perifer dan mediator inflamasi berperan penting dalan
inisisasi serta perkembangannya. Secara umum, intensitas nyeri
nosiseptif sesuai dengan besarnya kerusakan jaringan serta
lepasnya mediator inflamasi (Marandina,2014).

c) Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik adalah nyeri yangdisebabkan oleh lesi atau
disfungsi patologi pada sistem saraf pusat dan sistem saraf
tepi.Nyeri neuropatik sering dikatakan nyeri yang patologis

22
Nama : Mutiah Khoirunnisak

NIM : 04011181823048

Kelas : gamma 2018


karena tidak bertujuan atau tidak jelas kerusakanorgannya
(Marandina, 2014).
Nyeri neuropatik bersifat terus menerus atau episodik dan
digambarkan dalam banyak gambaran seperti rasa terbakar,
tertusuk, shooting, seperti kejutan listrik, pukulan, remasan,
spasme atau dingin. Beberapa hal yang mungkin berpengaruh
pada terjadinya nyeri neuropatik yaitu sensitisasi perifer,
timbulnya aktifitas listrik ektopik secara spontan, sensitisasi
sentral, reorganisasi struktur, adanya proses disinhibisi sentral,
dimana mekanisme inhibisi dari sentral yang normal
menghilang, serta terjadinya gangguan pada koneksi neural,
dimana serabut saraf membuat koneksi yang lebih luas dari
yang normal.

ii) Berdasarkan asalnya


Berdasarkan asalnya nyeri dibagi dua, yaitu nyeri somatik dan
nyeri viseral.
a) Nyeri somatik
Nyeri somatik yang berasal dari kulit disebut nyeri superfisial,
sedangkan nyeri yang berasal dari otot rangka, tulang, sendi
atau jaringan ikat disebut nyeri dalam. Nyeri superfisial cirinya
tajam, lokasinya jelas, dan cepat hilang bila stimulasi
dihentikan. Sedangkan nyeri dalam cirinya terasa tumpul, sulit
dilokasi, dan cenderung menyebar ke sekitarnya.
b) Nyeri viseral
Nyeri yang berasal dari bermacam-macam organ visera dalam
abdomen dan dada merupakan salah satu kriteria yang dapat
dipakai untuk mendiagnosis peradangan visera, penyakit infeksi
visera dan kelainan visera lain. Sering kali, visera tidak
mempunyai reseptorreseptor sensorik untuk modalitas sensasi
lain kecuali untuk nyeri. Juga, dalam beberapa aspek yang

23
Nama : Mutiah Khoirunnisak

NIM : 04011181823048

Kelas : gamma 2018


penting, nyeri viseral berbeda dengan nyeri yang berasal dan
permukaan tubuh.
i. Apa makna kondisi luka yang terlihat kotor terhadap kasus? (
Luka yang kotor mengindikasikan kemungkinan besar terjadi infeksi
dimana terjadi replikasi mikroorganisme di dalam luka. Infeksi harus
dibedakan dari kontaminasi luka (mikroorganisme tidak mereplikasi) dan
kolonisasi luka (mikroorganisme replikasi ada tetapi tidak menyebabkan
cedera inang).
Infeksi luka dianggap sebagai faktor utama penyembuhan luka yang tidak
berjalan, pengurangan penguatan kekuatan jaringan, dan dehiscence
setelah penutupan luka. Bakteri patogen potensial berpotensi melekat /
atau berikatan dengan protein matriks ekstraseluler (mis., Fibronektin dan
laminin) dari jaringan yang terpapar, yang mungkin memiliki efek
langsung pada penyembuhan luka. Dengan mengikat fibronektin, protein
ini tidak tersedia untuk meningkatkan kepatuhan jaringan. Selain itu,
bakteri yang menghasilkan eksotoksin sitotoksik (mis., Clostridium spp,
Strep. Pyogenes, dan Staph. Aureus) menyebabkan kerusakan jaringan
yang lebih parah, menciptakan lingkungan mikro yang kondusif bagi
kelangsungan hidup mereka. Mereka yang memiliki kapsul tebal (mis.
Strep. Pyogenes, Staph. Aureus, dan Klebsiella pneumoniae) lebih tahan
terhadap fagositosis oleh leukosit.Luka kotor memiliki infeksi 25 kali lipat
lebih besar daripada luka bersih.Luka yang terkontaminasi oleh kotoran
memiliki risiko infeksi yang lebih tinggi karena fraksi potensiasi infeksi
spesifik (IPF) yang ditemukan dalam komponen anorganik dan fraksi
anorganik. IPF ini mengurangi efek sel darah putih dan faktor humoral,
dan mereka menetralkan antibodi.

24
Nama : Mutiah Khoirunnisak

NIM : 04011181823048

Kelas : gamma 2018

25

Anda mungkin juga menyukai