04011181823048
1. Definisi
Anemia hemolitik auto imun (AHAI) merupakan salah satu penyakit
imunologi didapat yang mana eritrosit pasien diserang oleh autoantibodi
yang diproduksi sistem imun tubuh pasien sendiri, sehingga mengalami
hemolisis (Rajabto, 2016) yang menyebabkan umur eritrosit memendek
<100 hari (Pardjono & Hariadi, 2014)
2. Klasifikasi
AHAI diklasifikasikan kedalam tiga tipe serologis, yaitu tipe hangat (80%-
90%), tipe dingin yang terdiri dari Cold Agglutinin Disease/CAD (10-20%
kasus AHAI) dan Paroxysmal Cold Hemoglobinuria (<1% kasus AHAI),
serta tipe campuran (Sekitar 8% kasus AHAI). Sedangkan, berdasarkan ada
atau tidaknya penyakit yang mendasari AHAI dibagi menjadi dua yaitu
primer dan sekunder (Rajabto et al., 2016).
3. Epidemiologi
Saat ini diperkirakan bahwa kejadian AIHA adalah 1,77 kasus per
100.000 per tahun (Hansen et al., 2020). AHAI tipe hangat (80%-90%), tipe
dingin yang terdiri dari Cold Agglutinin Disease/CAD (10-20% kasus AHAI)
dan Paroxysmal Cold Hemoglobinuria/PCH (<1% kasus AHAI), serta tipe
campuran (Sekitar 8% kasus AHAI) (Rajabto et al., 2016)
CAD biasanya terjadi pada orang yang berusia> 50 tahun, paling sering
pada dekade ke 7 dan 8 kehidupan. PCH adalah penyakit langka yang
kebanyakan menyerang anak-anak, sangat jarang terjadi pada orang dewasa
dan sering dikaitkan dengan infeksi pada kelompok usia ini. Risiko AIHA
meningkat seiring bertambahnya usia, di wAIHA risikonya 5 kali lebih
tinggi pada dekade ke-7 kehidupan dibandingkan dengan dekade keempat.
Alasan utama untuk ketergantungan usia ini bisa jadi imunosenescence atau
kelainan epigenetik yang terakumulasi dalam sel hematopoietik dengan
penuaan (Michalak et al., 2020).
Proses penuaan serta berbagai penyakit penyerta meningkatkan
kemungkinan dan tingkat keparahan stres oksidatif dan eryptosis, yaitu
perubahan membran sel eritrosit yang menyebabkan penuaan sel darah
merah dan kematian dini. Latar belakang genetik, imunodefisiensi, penyakit
autoimun, infeksi, obat-obatan - terutama obat anti kanker baru, neoplasia -
terutama CLL / NHL, dan transplantasi semuanya telah disarankan sebagai
faktor risiko penting untuk pengembangan AIHA. Perjalanan klinis AIHA
dapat bervariasi dari ringan hingga parah dan bentuk yang mengancam jiwa.
Perjalanan AIHA bisa kronis atau berulang, dan, sangat jarang bisa episodik.
Diperkirakan angka kematian di AIHA sekitar 10% (Michalak et al., 2020).
1
MUTIAH KHOIRUNNISAK
04011181823048
4. Etiologi
Table 1. Etiologi AIHA (Michalak et al., 2020).
Tipe AIHA Etiologi
2
MUTIAH KHOIRUNNISAK
04011181823048
5. Patogenesis
Perusakan sel sel eritrosit yang diperantai antibody terjadi melalui aktivasi
komplemen, aktivasi mekanisme, atau kombinasi keduanya.
Aktivasi komplemen
Secaraha keseluruhan aktivasi sistem komplemen akan menyebabkan
hancurnya membrane sel eritrosit dan terjadilan hemolisis intravascular yang
ditandai dnegan hemoglobinemia dan hemoglobinuri.
Setiap komplemen akan diaktifkan melalui jalur klasik atau pun jalur
alternative. Antibody antibody yang memiliki kemampuan mengaktifkan
jalur klasik adalah IgM, IgG1, IgG2, IgG3. Immunoglobulin M disebut
sebagai agglutinin tipe dingin sebab berikatan dengan antigen
polisakarida pada permukaan sel darah merah pada suhu di bawah
suhu tubuh. Antibodi igG disebut agglutinin hangat karena bereaksi
dengan antigen permukaan eritrosit pada suhu tubuh.
a. Aktivasi komplemen jalur klasik
Reaksi diawali dengan aktivasi C1 suatu protein yang dikenal sebagai
recognition unit . C1 akan berikatan dengan kompleks imun antigen
antibodi dan menjadi aktif serta mampu mengkatalisis reaksi-reaksi
pada jalur klasik. Fragmen C1 akan mengaktifkan C4 dan C2
menjadi suatu kompleks C4b,2b (dikenal sebagai C3-convertase).
C4b,2b akan memecah C3 menjadi fragmen C3b dan C3a. C3b
mengalami perubahan konformational sehingga mampu berikatan
secara kovalen dengan partikel yang mengaktifkan komplemen (sel
darah berlabel antibodi). C3 juga akan membelah menjadi C3d,g dan
C3c,C3d, dan C3g akan tetap berikatan pada membran sel darah
merah dan merupakan produk final aktivasi C3. C3b akan
3
MUTIAH KHOIRUNNISAK
04011181823048
4
MUTIAH KHOIRUNNISAK
04011181823048
5
MUTIAH KHOIRUNNISAK
04011181823048
6
MUTIAH KHOIRUNNISAK
04011181823048
7. Diagnosis
7
MUTIAH KHOIRUNNISAK
04011181823048
8
MUTIAH KHOIRUNNISAK
04011181823048
9
MUTIAH KHOIRUNNISAK
04011181823048
8. Tatalaksana
1. Warm AIHA
(Brodsky, 2019)
10
MUTIAH KHOIRUNNISAK
04011181823048
11
MUTIAH KHOIRUNNISAK
04011181823048
9. Diagnosis Banding
10. Prognosis
a) WAIHA
Hanya sebagian kecil pasien mengalami penyembuhan komplit dan sebagian
besar memiliki perjalanan penyakit yang berlangsung kronik, namun
terkendali. Kesintasan 10 tahun berkisar 70%. Anemia, DVT, emboli paru,
infark lien da kejadian kardiovaskular bisa terjadi selama penyakit aktif.
Mortalitas 5-10 tahun sebesar 15-25%. Prognosis AIHA sekunder tergantung
penyakit yang mendasari
b) AIHA dingin
Pasien dengan sindrom kronik akan memiliki kesintasan yang baik dan
stabil
c) PCH (Paroxymal Cold Hemoglobinuria)
Pengobatan penyakit yang mendasari akan memperbaiki prognosis.
Prognosis pada kasus-kasus idiopatik pada umumnya juga baik dengan
kesintasan yang panjang (HAriadi & Pardjono, 2014)
11. SKDI
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan
pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan
yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu
menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
12
MUTIAH KHOIRUNNISAK
04011181823048
DAFTAR PUSTAKA
Hill, A., & Hill, Q. A. (2018). Autoimmune hemolytic anemia. Hematology. American
Society of Hematology. Education Program, 2018(1), 382–389.
https://doi.org/10.1182/asheducation-2018.1.382
Barcellini, W., Zaninoni, A., Giannotta, J. A., & Fattizzo, B. (2020). New Insights in
Autoimmune Hemolytic Anemia: From Pathogenesis to Therapy Stage 1.
Journal of clinical medicine, 9(12), 3859.
https://doi.org/10.3390/jcm9123859
Zanella, A., & Barcellini, W. (2014). Treatment of autoimmune hemolytic anemias.
Haematologica, 99(10), 1547–1554.
https://doi.org/10.3324/haematol.2014.114561
ANALISIS MASALAH
13
MUTIAH KHOIRUNNISAK
04011181823048
2. Nona A, 20 tahun, datang dengan keluhan utama badan lemah, mudah lelah,
jantung berdebar-debar disertai pusing apalagi bila berdiri sejak 2 minggu
sebelum masuk rumah sakit. Nn. A juga mengaku mata kuning, urinnya
berwarna teh tua dan rasa tidak nyaman pada perut kanan atas. Nn. A berobat ke
UGD RS Tipe C, dikatakan anemia.
a. Bagaimana mekanisme badan lemah dan mudah lelah pada kasus?
Jawab
Autoantibody menyerang eritrosit hemolisis ↓Hb ↓O2 ke jaringan
↓energi badan lemah dan mudah lelah
d. Bagaimana mekanisme rasa tidak nyaman pada perut kanan atas pada pasien?
Jawab
↑destruksi eritrosit ↑kerja hepar ↑pembesaran hepar (Hepatomegali)
rasa tidak nyaman di perut kanan atas
e. Bagaimana mekanisme mata kuning dan urin bewarna teh tua pada pasien?
Jawab
Autoantibody terhadap eritrosit destruksi eritrosit ekstravascular
↑bilirubin plasma mata kuning
Autoantibody terhadap eritrosit destruksi eritrosit
ekstravascular↑bilirubin plasma ↑urine urobilinurine bewarna the
14
MUTIAH KHOIRUNNISAK
04011181823048
h. Apa makna dari riwayat keluarga, riwayat perdarahan dan riwayat transfusi
darah sebelumnya tidak ada?
Jawab
Makna tidak ada riwayat perdarahan membantu menyingkirkan diagnosis
banding anemia etiologi perdarahan akut.
15