Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN HIV AIDS

WAWAN HEDIYANTO
DEFINISI HIV AIDS
HIV (Human immunodeficiency Virus) adalah virus
pada manusia yang menyerang system kekebalan
tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang
relatif lama dapat menyebabkan AIDS,
AIDS adalah suatu sindroma penyakit yang
muncul secara kompleks dalam waktu relatif lama
karena penurunan sistem kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh infeksi HIV
AIDS: Suatu kumpulan gejala berkurangnya
kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh
masuknya virus HIV
DEFINISI HIV AIDS
Jika HIV membunuh sel T CD4+ dan nilai sel T
CD4+ < 200 per mikroliter (µL) maka
kekebalan selular akan hilang, dan akibatnya
ialah kondisi yang disebut AIDS.
AIDS bentuk paling hebat dari infeksi HIV
ETIOLOGI
Penyebab HIV adalah virus RNA yang
termasuk retrovirus dan lentivirus.
Ada dua jenis HIV yaitu; HIV-1 dan HIV- 2 .
Penyebaran HIV- 1 sudah meluas hampir di
seluruh dunia dan merupakan penyebab dari
mayoritas infeksi. HIV- 2 ditemukan pada pasien-
pasien dari Afrika Barat dan Portugal. HIV 2
tampaknya kurang mudah menular dan
berkembang lebih lambat untuk AIDS
dibandingkan HIV-1
VIRUS HIV

HIV adalah virus sitopatik yang diklasifikasikan :


Family : Retroviridae
Subfamili : Lentivirinae
Genus : Lentivirus
Struktur : Kelompok virus RNA, berat molekul
9,7 kb (kolibase)
GENOMIK VIRUS HIV
SEL TARGET VIRUS HIV

HIV menginfeksi sel penting dari sistem


kekebalan tubuh manusia yaitu CD4. Yang
termasuk CD4 adalah (Mohammed & Nasidi,
2001) :
➢ Sel T helper (Limfosit T),
➢ Makrofag/monosit,

➢ Sel dendritik dan

➢ Microglia otak
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI

 Ketika tubuh terinfeksi HIV maka tubuh akan


membuat antibodi. Antibodi timbul dalam 3
minggu sampai 3 bulan setelah infeksi.
 Pada awal infeksi psn timbul gejala seperti flu
kemudian tidak timbul gejala karena virus masih
berada di hati, nodus lymfe, limfa dan melakukan
reproduksi.
 Limfosit T dan limfosit B lama kelamaan menurun
karena rusak oleh virus. Penurunan limfosit
menyebabkan penurunan kekebalan tubuh.
 Waktu awal infeksi sampai timbul gejala antara 8
sampai 12 tahun.
TANDA DAN GEJALA

 Pada infeksi HIV primer akut (1 – 2 minggu)


pasien akan merasakan sakit seperti flu.
 Fase supresi imun simptomatik (3 tahun )
pasien akan mengalami demam, keringat
dimalam hari, penurunan berat badan, diare,
neuropati, keletihan ruam kulit ,
limpanodenopathy, dan lesi oral.
 Fase AIDS ( bervariasi 1 - 5 tahun): infeksi
opurtunistik
CARA PENULARAN
Virus HIV dapat diisolasikan dari cairan semen,
secret serviks/vagina, limfosit, sel-sel dalam
plasma bebas, cairan cerebrospinal, air mata,
saliva, air seni dan air susu.
Namun tidak berarti semua cairan tersebut dapat
menjalarkan infeksi karena konsentrasi virus
dalam cairan tersebut sangat bervariasi.
Sampai saat ini hanya darah dan air mani/cairan
semen dan sekresi cerviks/vagina yang terbukti
sebagai sumber penularan serta ASI yang
dapat menularkan HIV dari ibu ke bayinya.
CARA PENULARAN
POPULASI RAWAN

 Masyarakat miskin dan tuna wisma


 Hamil di usia remaja
 Pekerja migran dan imigran
 Individu – individu dengan gangguan mental berat
 Penyalahgunaan NAPZA
 Korban pelecehan dan kekerasan
 Kelompok orang dengan penyakit menular dan
yang memiliki risiko
 Kelompok orang dengan HIV + atau Hepatitis B +
atau penyakit menular seksual
STADIUM HIV
Stadium HIV AIDS berdasarkan CDC ( Central for
Disease Control, U.S. Department of Health and Human
Services) berdasarkan kondisi klinis terkait dengan
infeksi HIV dan jumlah CD4 T-sel terdiri dari :
1. Primary Infection (Acute/Recent HIV Infection,
Acute HIV Syndrome)
2. HIV Asymptomatic (CDC Category A: More Than
500 CD4T Lymphocytes/mm3)
3. HIV Symptomatic (CDC Category B: 200 to 499
CD4 T Lymphocytes/mm 3)
4. AIDS (CDC Category C: Fewer Than 200 CD4T
Lymphocytes/mm3 )
STADIUM HIV AIDS
1. Primary Infection (Acute/Recent HIV Infection,
Acute HIV Syndrome)
➢ Mulai infeksi HIV sampai timbul antibodi spesifik
HIV
➢ Positif Hiv tetapi test antibodi HIV negatif
➢ Sangat menular
➢ Setelah 2 sampai 3 minggu, anti bodi dideteksi
➢ Tingginya replikasi virus,
➢ Penghancuran sel T CD4 :500 - 1.500sel/mm3
darah
➢ Prognosis : semakin tinggi set point virus, semakin
buruk prognosisnya
STADIUM HIV AIDS
2. HIV Asymptomatic (CDC Category A: More
Than 500 CD4T Lymphocytes/mm3)
➢ Set point virus tercapai.
➢ Sistem kekebalan tubuh tidak dapat
menghilangkan virus.
➢ Pasien merasa baik dan memiliki sedikit gejala
jika ada.
➢ Kadar CD4 T-sel meningkat

➢ Berlangsung rata-rata 8 sampai 10 tahun


STADIUM HIV AIDS
3. HIV Symptomatic (CDC Category B: 200 to
499 CD4 T Lymphocytes/mm 3)
➢ sel CD4T secara bertahap turun
➢ Kondisi harus memenuhi salah satu dari kriteria
berikut: (1) kondisi ini disebabkan oleh infeksi
HIV atau cacat dalam imunitas seluler, atau (2)
kondisi ini dianggap memiliki perjalanan klinis
atau memerlukan manajemen oleh infeksi HIV
STADIUM HIV AIDS
4. AIDS (CDC Category C: Fewer Than 200 CD4
T Lymphocytes/mm3 )
➢ sel T CD4 turun di bawah 200 sel/mm3, orang
tersebut dikatakan memiliki AIDS
➢ Infeksi oportunistik.
INFEKSI OPORTUNITIS
Infeksi ini terjadi jika sudah terjadi AIDs
dimana jumlah CD4 dibawah 200 sel / uL.
Infeksi oportunistik yang paling umum
adalah
❖Pneumonia cariniipneumonia (PCP),
❖ Oropha-ryngeal atau Kandidiasis esofagus
(thrush),
❖ Cytomegalovirus (CMV), dan

❖ Infeksi saluran pernapasan oleh Mycobacterium


avium-intracellulare complex (MAC)
INFEKSI OPORTUNITIS
1. Sal. Pernapasan
A. Infeksi. Penyebab paling umum :
✓ PCP (pneumonia cariniipneumonia )
✓ TB paru (TBC).
✓ CMV (cytomegalovirus )
✓ MAC (Mycobacterium avium-intracellulare
complex)
✓ Toxoplasma gondii, dan
✓ Cryptococcus neoformans.
✓ Pneumonia juga dapat terjadi karena
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenzae, dan Legionella pneumophila
B. Keganasan : Sarkoma Kaposi (KS) terjadi di paru-
paru
INFEKSI OPORTUNITIS
2. Infeksi Gastrointestinal.
A. Infeksi Esophagitis :
➢Kandidiasis esofagus (thrush),
➢Infeksi
CMV
➢Herpes simplex virus
B. Diare : Cryptosporidium parvum ( Paling Umum
terjadi. Oganisma lainnya : Salmonella, CMV,
Clostridium difficile, Escherichia coli, Shigella,
Giardia, dan Microsporida.
Bentuk parah jika jumlah CD4 + kurang dari 50
sel / uL, dan gejala mencakup malabsorpsi,
gangguan elektrolit, dehidrasi, dan penurunan
berat badan
INFEKSI OPORTUNITIS

3. Infeksi Sistem Saraf.


➢ AID Demensia Complex (ADC).
➢ Toksoplasmosis ( aktivasi dormant di SSP )

➢ Progressive multifocal leukoencephalopathy


(PML). Demilinisasi oligodendrocytes.
Demensia AIDS complex : sindrom disfungsi
kognitif dan motorik. ADC disebabkan oleh HIV itu
sendiri, bukan infeksi opportunistic, dan biasanya
merupakan komplikasi akhir dari HIV. Gambaran
klinis ADC adalah gangguan perhatian dan
konsentrasi, keterlambtaan mental dan kelincahan,
gerak motor lambat, dan perilaku apatis
INFEKSI OPORTUNITIS

4. Keganasan.
➢ Sarkoma Kaposi (KS) : kulit, rongga mulut,
saluran pencernaan, dan paru-paru.
➢ Limfoma non-Hodgkin
➢ Karsinoma serviks : human papillomavirus.
➢ Sarkoma Kaposi
INFEKSI OPORTUNITIS

4. Sidrome Wasting.
❑ Kehilangan BB sedikitnya 10% dari berat
badan awal dengan adanya diare lebih dari
dua kali per hari, atau kelemahan kronis
dan demam.
❑ Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
wasting adalah anoreksia, kelainan
metabolik, disfungsi endokrin,
malabsorption, dan disregulasi sitokin
PEMERIKSAAN PPENUNJANG

 Tes Serologi:
 Tes cepat / Rapid test: mendeteksi antibodi HIV 1
dan HIV 2.
 Tes EnzymeImmunoassay(EIA): mendeteksi antibodi
untuk HIV-1 dan HIV-2.
 Tes virologis Polymerase Chain Reaction(PCR):
 HIV DNA kualitatif (EID).

 HIV RNA kuantitatif


INDIKASI DILAKUKAN TEST LABORATORIUM

 Pasien yang secara klinis curiga AIDS


 Orang dengan risiko tinggi
 Pasien infeksi menular seksual
 Pasangan seks atau anak dari pasien positif HIV

 Sebelum tes harus dilakukan konseling dulu dan harus


menandatangani surat per setujuan (inform consent).
 Konseling dapat dilakukan di klinik khusus oleh
konselor terlatih dan di tempat praktek , Puskesmas
oleh petugas kesehatan terlatih
PENGOBATAN
Menghambat aktifitas reserve transcriptase :
➢ Deoxythymidine nucleoside analogues seperti :
➢ 3′-azido-3′-deoxythymidine (AZT),
➢ Deoxycytidine nucleoside analogues,
➢ Deoxyadenosine analogues
➢ Inhibitor Protease virus : menghambat pembentukan
capsid dan protein core
➢ triple-drug therapy, HAART (highly active antiretroviral
therapy) or ART (antiretroviral therapy) : mengurangi
RNA virus
➢ Entry inhibitors : menghambat masuk virus ke CD4 :
➢ Enfuvirtide : mencegah fusion
PENDIDIKAN KESEHATAN

1. Promosi Kesehatan: Pendidikan Kesehatan


kepada masyarakat dan penderita serta
kelompok risiko.
2. Pencegahan penularan HIV
3. Pengobatan , perawatan dan dukungan
4. Rehabilitasi
PENGKAJIAN

 Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko


tinggi, menggunakan obat-obat.
 Penampilan umum : pucat, kelaparan.
 Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau
tanpa menggigil, keringat malam hari berulang kali,
lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit
tidur.
 Psikososial : kehilangan pekerjaan dan
penghasilan, perubahan pola hidup, ungkapkan
perasaan takut, cemas, meringis.
MASALAH KEPERAWATAN
 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.
 Risk for injury related to weakness, fatigue, sedation,
neurological impairment
 Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang kurang,
meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya
absorbsi zat gizi.
 Diare berhubungan dengan infeksi GI
 Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan
cemas tentang keadaan yang orang dicintai.
RESIKO TINGGI INFEKSI B.D IMUNOSUPRESI

 Kaji faktor risiko : kondisi kulit, hasil lab, adanya


infeksi lain, sumber infeksi.
 Pakai APD sesuai standar dan gunakan teknik
aseptik.
 Batasi pengunjung dan ajarkan teknik mencegah
penyebaran infeksi dengan cuci tangan,
pengunjung yang sakit tidak boleh masuk.
 Perawat yang menderita infeksi saluran napas
atas tidak boleh merawat pasien HIV.
INTOLERAN AKTIFITAS
MANAJEMEN ENERGI (I. 05178)
 Observasi
 Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
 Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Monitor pola dan jam tidur
 Terapeutik
 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
 Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif (ROM)
 Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
 Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
 Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
 Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
DIARE
MANAJEMEN DIARE (I.03101)
 Observasi
 Identifikasi penyebab diare (mis. Inflamasi gastrointestinal, iritasi gastrointestinal)
 Monitor warna, volume, frekwensi, dan konsistensi tinja.
 Monitor tanda dan gejala hipovolemia
 Monitor iritasi dan ulserasi kulit didaerah perineal
 Monitor jumlah pengeluaran diare
 Monitor keamanan penyiapan makanan
 Terapeutik
 Berikan asupan cairan oral
 Pasang jalur intravena
 Berikan cairan intravena
 Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit
 Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu
 Edukasi
 Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
 Anjurkan menghindari makanan, pembentuk gas, pedas, dan mengandung lactose
 Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
 Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
 Kolaborasi pemberian obat antispasmodic/ spasmolitik
RISIKO INJURI B.D KELEMAHAN MOBILITAS.

 Kaji kemampuan pasien melakukan aktifitas.


 Hilangkan kondisi lingkungan yang
membahayakan pasien.
 Anjurkan pasien untuk menghindari aktifitas
yang risiko cedera.
 Bantu pasien dalam melakukan aktifitas.

 Bantu untuk melakukan perawatan diri secara


mandiri
TIDAK EFEKTIF KOPING B.D KEADAAN
TERMINAL.

 Lakukan komunikasi terapeutik secara terbuka


dan bina hubungan saling percaya.
 Bantu pasien untuk mengekpresikan
perasaannya.
 Kolaborasi dengan konselor untuk membantu
masalah pasien.
 Berikan informasi sesuai kebutuhan pasien.
 Berikan informasi tentang penyakitnya dan
cara memperbaiki kondisi tubuh.

Anda mungkin juga menyukai