Anda di halaman 1dari 37

HIV DAN AIDS

Disusun oleh ABHI BHIMA TARUMA (406080029)

Pendahuluan
Acquired immune deficiencyd syndrome (AIDS) merupakan suatu penyakit relatif baru yang ditandai dengan adanya kelainan yang kompleks dari sistem pertahanan seluler tubuh dan menyebabkan korban menjadi sangat peka terhadap mikroorganisma oportunistik. Gambaran klinik yang menyolok dari AIDS ialah adanya infeksi oportunistik dan neoplasia pada individu yang sebelumnya sehat. Infeksi oportunistik dan neoplasia pada penderita AIDS merupakan penyakit yang menimbulkan kematian dengan harapan hidup selama 23 tahun setelah timbulnya secara penuh manifestasi klinik (full-blown) AIDS.

Pendahuluan
AIDS merupakan persoalan kesehatan masyarakat yang sangat penting di beberapa negara dan bahkan mempunyai implikasi yang bersifat internasional dengan angka mortalitas yang persentasenya di atas 80 persen pada penderita 3 tahun setelah timbulnya manifestasi kliniks AIDS. Etiologi AIDS ialah human immunodeficiency virus (HIV), suatu nama yang berdasarkan konvensi telah diterima pada tahun 1986. Sebelumnya virus tersebut dinamai untuk pertama kalinya sebagai Lymphadenopatyassociated virus (LAV) atau Human T-lymphotropic virus type III (HTLV-III).

Pendahuluan
Virus AIDS bersifat limfotropik khas dan mempunyai kemampuan untuk merusak sel darah putih spesifik yang disebut limfosit Thelper atau limfosit pembawa factor T4 (CD4). Virus ini dapat mengakibatkan penurunan jumlah limfosit T-helper secara progresif dan menimbulkan imunodefisiensi serta untuk selanjutnya terjadi infeksi sekunder atau oportunistik oleh kuman, jamur, virus dan parasit serta neoplasma. Sekali virus AIDS menginfeksi seseorang, maka virus tersebut akan berada dalam tubuh korban untuk seumur hidup.

Pendahuluan
Individu yang telah terinfeksi oleh HIV dapat diklasifikasikan menjadi empat golongan, yaitu: 1. Tanpa adanya tanda-tanda imunosupresi pembawa virus asimptomatik 2. Dengan limfadenopati pada ketiak, leher dan lain-lain: persistent generalized lymphadenopathy( PGL). 3. Simptomatik dengan gejala kelelahan, demam dan kerusakan sistem imunitas: AIDS-related complex (ARC). 4. Simptomatik dengan ancaman jiwa (life threatening) akibat adanya infeksi oportunistik dan sarcoma kaposi: full-blown AIDS.

Definisi
AIDS atau Sindrom Kehilangan Kekabalan Tubuh adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia sesudah sistem kekebalannya dirusak oleh virus HIV. Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah terkena berbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus tertentu yang bersifat oportunistik. Selain itu penderita AIDS sering sekali menderita keganasan, khususnya sarkoma Kaposi dan limfoma yang hanya menyerang otak.

Epidemiologi
Penderita pada umumnya berumur antara 15-60 tahun tanpa penyakit imunodefisiensi maupun mendapat terapi obat imunosupresi. Menurut laporan pada bulan September 1985, di AS kasus penyakit ini sudah mencapai 13.000. Di Eropa peningkatan kasus juga sangat cepat. Pada akhir tahun 1984 di Perancis ditemukan 3 kasus baru per minggu. Di Jerman Barat dan Inggris angka ini 2 kasus tiap minggu, sedangkan di Swiss dan Belanda tiap minggu ditemukan 1 kasus AIDS.

Epidemiologi
Menurut catatan hingga 31 Maret 2006 jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di seluruh indonsia ialah HIV 4332, AIDS 5822, semuanya 10.154. Kasus HIV/AIDS yang terbanyak di DKI Jakarta 3601, peringkat II Papua 1633, peringkat III Jawa Timur 1031. Di seluruh dunia lebih dari 40 juta orang terkena AIDS pada tahun 2004.

Aspek virologi AIDS Etiologi AIDS secara virology termasuk golongan Retrovirus, yaitu family Retroviridae. Virus AIDS termasuk golongan virus RNA, mula-mula dimasukkan dalam subfamilia Oncovirinae, tetapi kemudian dikoreksi oleh Gonda dan kawan-kawan, menjadi subfamily Lentivirinae. Retrovirus sangat dikenal karena kemampuannya untuk menginduksi terjadinya tumor.

Aspek virologi AIDS


Retrovirus merupakan suatu virus RNA yang mampu membuat DNA dari RNA dengan pertolongan ensim reverse transcriptase yang kemudian disisipkan dalam DNA sel hospes sebagai mesin genetik. Dengan demikian virus mampu menggunakan mesin replikatif sel hospes untuk memproduksi, baik dirinya, maupun pelbagai zat yang ternyata dapat mentransformasikan sel hospes menjadi sel maligna

Cara menginaktifkan virus AIDS HIV dapat ditemukan dalam darah, produk darah (serum, plasma, fraksi VIII), semen, saliva, air mata, otak dan kelenjar limfe. Virus AIDS dalam bahan tersebut dapat bertahan hidup sampai 7 hari pada suhu kamar. Inaktivasi kimiawi terhadap HIV dapat dilaksanakan dengan menggunakan etanol 25% dan glutaradehid 1%.

Cara menginaktifkan virus AIDS HIV dapat diinaktifkan pada suhu 560C selama 30 menit HIV tidak dapat diinaktifkan dengan radiasi sinar gamma yang berkekuatan 2.5 x 105 rad atau dengan sinar ultraviolet dosis tinggi. Hambatan pada proses replikasi virus merupakan langkah yang sangat penting dalam proses penyembuhan AIDS

Patogenesis
Cara penularan terutama melalui darah, cairan tubuh, dan hubungan seksual. Virus HIV ditemukan dalam jumlah besar dalam cairan sperma dan darah, sedangkan dalam jumlah kecil ditemukan dalam air liur dan air mata. HIV menginfeksi sistem imun terutama sel CD4 dan menimbulkan destruksi sel tersebut. Sistem imun dikuasai oleh virus yang berproliferasi cepat di seluruh tubuh. Bila sel CD4 turun di bawah 100/l, infeksi oportunistik dan keganasan meningkat. Demensia HIV dapat terjadi akibat bertambahnya virus di otak.

Gejala klinis dan kriteria diagnosis Tingkat Klinis 1 (Asimptomatik / Limfadenopati Generalisata Persisten (LGP) ) - Tanpa gejala sama sekali - LGP Pada tingkat ini penderita belum mengalami kelainan dan dapat melakukan aktivitas normal.

Gejala klinis dan kriteria diagnosis


Tingkat Klinis 2 (dini) - Penurunan berat badan kurang dari 10% - Kelainan mulut dan kulit yang ringan, misalnya dermatitis seborok, prurigo, onikomikosis, ulkus pada mulut yang berulang dan kelititis angularis. - Herpes zoster yang timbul pada 5 tahun terakhir - Infeksi saluran nafas bagian atas berulang, misalnya sinusistis Pada tingkat ini penderita sudah menunjukkan gejala, tetapi aktivitas tetap normal.

Gejala klinis dan kriteria diagnosis


Tingkat Klinis 3 (menengah) - Penurunan berat badan lebih dari 10% - Diare kronik lebih dari 1 bulan, tanpa diketahui sebabnya - Deman yang tidak diketahui sebabnya selama lebih dari 1 bulan, hilang timbul maupun terus menerus - Kandidosis mulut - Bercak putih berambut di mulut (Hairy leukoplakia) - Tuberculosis paru setahun terakhir - Infeksi bacterial berat, misalnya pneumonia

Gejala klinis dan kriteria diagnosis


Tingkat Klinis 4 (lanjut) - Badan menadi kurus HIV wasting syndrome, yaitu berat badan turun lebih dari 10% dan diare kronik tanpa diketahui sebabnya selama lebih dari 1 bulan atau kelemahan kronik dan demam tanpa diketahui sebabnya lebih dari 1 bulan - Pneumonia pneumocystis carinii - Toksoplasmosis otak - Kriptokokosis dengan diare lebih dari 1 bulan - Kriptokokosis di luar paru

Gejala klinis dan kriteria diagnosis


- Infeksi sitomegalo virus pada organ tubuh kecuali di limpa, hati atau kelenjar getah bening - Infeksi virus herpes simpleks di mukokutan lebih dari 1 bulan atau di alat dalam (visceral) lamanya tidak dibatasi - Mikosis apa saja (misalnya histoplasmosis, koksidiodomikosis) yang endemic, menyerang banyak organ tubuh (diseminata) - Kandidosis esophagus, trakea, bronkus, atau paru - Mikobakteriosis atipik diseminata - Septicemia salmonella non tifoid - Tuberculosis di luar paru - Limfoma - Sarkoma Kaposi - Ensefalopati HIV

Gejala klinis dan kriteria diagnosis


Stadium Jumlah CD4 Lamanya 1 4 mg 2 15 tahun < 1 5 tahun < 1 3 tahun

HIV akut/primer 500 1000 Asimtomatis Simptomatis dini Simptomatis lanjut 200 750 100 500 0 200

Gejala klinis dan kriteria diagnosis


Pembagian lain AIDS pada orang dewasa menurut gejala mayor dan minor : MAYOR : Berat badan turun > 10% dalam 1 bulan Diare kronik > 1 bulan Demam > 1 bulan (kontinu/intermiten) MINOR : Batuk > 1 bulan Dermatitis pruritik umum Herpes zoster rekurens Kandidiasis orofaring Limfadenopati umum Herpes simpleks diseminata yang kronik progesif

Gejala klinis dan kriteria diagnosis


GEJALA AIDS PADA ORANG DEWASA Harus terdapat : 2 mayor 1 minor Sebab imunosupresi lain (-) DIAGNOSA Dasar diagnose AIDS: Test adanya antigen, antibodi HIV - Metode Elisa - Metode Western Blot - Kultur HIV Test menurutnya kekebalan tubuh Test adanya keganasan, infeksi oportunistik

Gejala klinis dan kriteria diagnosis


Sebelum dilakukan pemerikaan anti HIV, diperlukan konseling pra dan pasca test. (persetujuan tertulis) Pemeriksaan dengan metode Elisa dilakukan dengan reagen 3 kali, bila didapatkan hasilnya reaktif tidak perlu konfirmasi lagi dengan western blot, karena teknik ini mahal. Dan bila dari ketiga pengujian ada yang tidak reaktif maka dilakukan pengujian ulang.

Gejala klinis dan kriteria diagnosis


Tes Elisa dilakukan 3 6 bulan setelah pemaparan virus. WHO menganjurkan pemakaian salah satu dari tiga strategi pemeriksaan antibodi HIV.

Gejala klinis dan kriteria diagnosis


Pembacaan hasil tes HIV : HIV (+), berarti : - Ada anti virus AIDS - Telah terinfeksi virus AIDS - Dapat menularkan HIV (+), tidaklah berarti: - Anda menderita AIDS - Dapat memperkecil kemungkinan timbulnya AIDS dengan cara hidup sehat dan mengurangi terinfeksi lagi. - Anda kebal terhadap AIDS

Gejala klinis dan kriteria diagnosis


HIV (-), berarti : - Tidak terinfeksi - Pernah terpapar namun tidak tertular - Telah terinfeksi, tapi zat anti belum terbentuk (2-8 minggu, kd 2 > 6 bulan) HIV (-), tidaklah berarti: - Pasti bebas dari virus AIDS - Kebal terhadap virus AIDS

Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan odha terdiri atas : Pengobatan untuk menekan replikasi virus HIV dengan obat ARV Pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kanker yang menyertai penyakit infeksi HIV, seperti jamur, TBC, toksoplasma, sarcoma, limfoma dan kanker serviks Pengobatan suportif, yaitu makanan, psikososial dan agama serta juga tidur yang cukup dan perlu menjaga kebersiahan.

Penatalaksanaan
Golongan/nama obat Nucleoside RTI Abacavir (ABC) Didanosine (ddl) 300 mg setiap 12 jam 400 mg sekali sehari, jika BB < 60 kg 250 mg 250 mg juga diberikan jika dikombinasi dengan TDF 150 mg setiap 12 jam atau 300 mg sekali sehari 40 mg setiap 12 jam, jika BB < 60 kg 30 mg 300 mg setiap 12 jam 300 mg sekali sehari Dosis

Lamivudine (3TC) Stavudine (d4T) Zidovudine (ZDV atau AZT) Nucleotide RTI Tenofovir (TDF)

Penatalaksanaan
Non-nucleoside RTIs Efavirens (EFV) 600 mg sekali sehari

Nevirapine (NVP)
Protease inhibitors Indinavir/ritonavir (IDV/r)

200 mg sekali sehari selama 14 hari, kemudian 200 mg setiap 12 jam


800 mg/100 mg setiap 12 jam

Lopinavir/ritonavir (LPV/r)

400 mg/100 mg setiap 12 jam, (533 mg/133 mg setiap 12 jam bila dikombinasi dengan EFV atau NVP
1250 mg setiap 12 jam

Nelfinavir (NFV)

Saquinavir/ritonavir (SQV/r)
Ritonavir (RTV, r)

1000 mg/100 mg setiap 12 jam atau 1600 mg/200 mg sekali sehari


Capsule 100 mg, larutan otal 400 mg/5ml

Penatalaksanaan
A. Tujuan pengobatan ARV a) Mengurangi laju penularan HIV di masyarakat b) Menurunkan angka kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan HIV c) Memperbaiki kualitas hidup ODHA d) Memulihkan fungsi kekebalan tubuh e) Menekan replikasi virus secara maksimal dan secara terus menerus

Penatalaksanaan
B. Indikasi ARV ARV segera dimulai manakala infeksi HIV telah ditegakkan secara laboratoris disertai salah satu kondisi dibawah ini : Infeksi HIV stadium IV, tanpa memandang jumlah CD4 Infeksi HIV stadium III dengan jumlah CD4 <350/mm3 Infeksi HIV stadium I atau II dengan jumlah CD4 <200/mm3

Penatalaksanaan
Pada pedoman WHO terdahulu (Aplil 2002) direkomendasikan bahwa rejimen lini pertama terdiri atas dua NRTI ditambah salah satu NNRTI atau abacavir, atau protease inhibitor. EFV dapat dipakai sebagai NNRTI pilihan untuk pasien dengan koinfeksi TB-HIV, sedangkan NVP merupakan pilihan terbaik bagi perempuan usia subur atau hamil.

Penatalaksanaan
Perlu pula mempertimbangkan peggunaan ARV dalam bentuk kombinasi tetap yang terjamin mutunya (Fixed dose combination/FDC). Ada 4 kemungkinan rejimen kombinasi tetap yaitu : AZT+3TC+NVP d4T+3TC+NVP AZT+3TC+EFV d4T+3TC+EFV

Penatalaksanaan
Jika gagal pada pengobatan lini pertama maka diganti dengan TDF/ABC+ddl+LPV/r atau SQV/r Untuk umur <3 tahun atau BB <10kg, berikan NVP+3TC+d4T/AZT sedangkan jika usia >3 tahun atau BB >10 kg berikan NVP/EFV+3TC+AZT/d4T. Sedangkan untuk pemberian ARV terhadap pasien TBC harus diperhatikan interaksi antara OAT dengan ARV, terutama efek hepatotoksisitasnya.

Penatalaksanaan
CD4 Rejimen yang dinjurkan Keterangan

CD4 <200/mm3

Mulai terapi TBMulai ARV segera setelah Dianjurkan ARV terapi TB dapat ditoleransi (antara 2 minggu hingga 2 bulan). Kombinasinya AZT/d4T+3TC+EFV. Setelah OAT selesai maka bila perlu EFV dapat diganti dengan NVP. Bila NVP terpaksa harus digunakan bersama dengan OAT maka dilakukan pemantauan funsi hati (SGOT/SGPT) secara ketat. Pertimbangkan ARV
Tunda ARV

CD4 200 -350/mm3 Mulai terapi TB


CD4 >350/mm3 Mulai terapi TB

CD4 tidak mungkin diperiksa

Mulai terapi TB

Pertimbangkan ARV

Upaya pencegahan dan penanggulangan


(a) pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa muda; (b) program penyuluhan sebaya untuk berbagai kelompok sasaran; (c) program kerjasama dengan media cetak dan elektronik; (d) paket pencegahan komprehensif untuk pengguna narkotika, termasuk program pengadaan jarum suntik steril; (e) program pendidikan agama; (f) program layanan pengobatan infeksi menular seksual (IMS); (g) program promosi kondom di lokalisasi pelacuran dan panti pijat; (h) pelatihan ketrampilan hidup; (i) program pengadaan tempat-tempat untuk tes HIV dan konseling; (j) dukungan untuk anak jalanan dan pengentasan prostitusi anak; (k) integrasi program pencegahan dengan program pengobatan, perawatan dan dukungan untuk ODHA; dan (l) program pencegahan penularan HIV dari ibu keanak dengan pemberian obat ARV.

Anda mungkin juga menyukai