Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

AIDS (Aquired Immune Defisiensi Syndrom) adalah kumpulan gejala


penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang
disebabkan oleh infeksi kuman Human Immunodeficiensy Virus (HIV). Penyakit ini
biasanya dicirikan dengan timbulnya penyakit infeksi, bakteri, jamur, parasit, dan
virus yang bersifat oppurtunistik atau keganasan seperti sarkoma kaposi dan limfoma
primer diotak. Dengan adanya penyakit-penyakit tersebut, meskipun hasil
pemeriksaan laboratorium untuk infeksi HIV belum dilakukan atau tidak dapat
diambil kesimpulan. Akan tetapi diagnosis AIDS tetap dapat ditegakan.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Sebab Terjadi AIDS


AIDS disebabkan oleh beberapa cara penularan antara lain;
a) Hubungan seksual baik secara vagina, oral maupun anal dengan seorang
pengidap. Ini merupakan cara penularan yang sering terjadi, yang meliputi
80 – 90%.
b) Kontak langsung dengan darah, produk darah atau jarum suntik. Transfusi
darah atau produk darah yang tercemar mempunyai resiko sampai > 90%.
Ditemukan 3-5 % total kasus sedunia. Pemakaian jarum suntik yang tidak
steril atau pemakaian jarum suntuk bersama spuitnya pada pecandu
narkotika beresiko 0,5-1 % ditemukan 5-10 % total kasus sedunia.
Penularan melalui kecelakaan termasuk jarum pada petugas kesehatan
mempunyai resiko 0,5 % dan mencakup < 0,1 %.
c) Transmisi secara vertikal dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya
melalui placenta. Resiko penularan dengan cara ini 25-40 % dan terdapat
lebih kecil 0,1 % total kasus sedunia.

2. Struktur (DNA/RNA)
Setelah HIV masuk kedalam tubuh, virus menuju ke kelenjar limfe dan
berada dalam sel dendritik selama beberapa hari. Kemudian terjadi sindrom
retroviral akut seperti flu (serupa infeksi mononukleosis) disertai viremia hebat
dengan keterlibatan berbagai kelenjar limfe. Pada tubuh timbul respon imun
humoral maupun selular. Syndrom ini akan hilang sendiri setelah 1 – 3 minggu.
Kadar virus yang tinggi didalam darah dapat diturunkan oleh sistem imun tubuh.
Proses ini berlangsung berminggu-minggu sampai terjadi keseimbangan antara
pembentukan virus baru dan upaya eliminasi oleh respon imun. Keseimbangan
yang disebut set point ini penting karena menenukan perjalanan penyakit
selanjutnya. Bila tinggi, perjalanan penyakit menuju AIDS akan berlangsung
lebih cepat.
Serokonversi (perubahan aantibody negatif menjadi positif terjadi 1-3 bulan
setelah infeksi, terapi pernah juga dilaporkan delapan bulan. Kemudian klien
akan memasuki masa tanpa gejala, dalam masa ini terjadi peenurunan bertahap
jumlah CD4 (jumlah normal 800-1000/mm 3) yang terjadi setelah replikasi
persistem HIV dengan kadar RNA virus relatif.
CD4 adalah reseptor pada limfosit T4 yang terjadi target sel utama HIV.
Pada awalnya penurunan jumlah CD4 sekitar 30-60/mm3/tahun, tetapi pada dua
tahun terakhir penurunan jumlah menjadi 50-100/mm3/tahun sehingga bila tanpa
pengobatan rata-rata masa infeksi HIV sampai menjadi AIDS adalah 8-10 tahun,
dimana jumlah CD4 akan mencapai > 200/mm3.

3. Jenis Virus
HIV/AIDS peratama kali ditemukan oleh Dr. Luc Montagnier dkk dari Institut
Pasteur Prancis tahun 1983 dengan nama Lymphadenophaty Assiciated Virus
(LAV). Pada tahun 1984 Dr. Robert Gavo di Lembaga Kanker nasional (NIC)
USA juga menemukan virus dengan nama Human T – Lymphocite Virus tipe
(HTLV III). Pada tahun 1984 juga oleh J. Levy menemukan virus penyebab
AIDS dengan nama AIDS Related Virus (ARV). Diperkirakan AIDS juga sudah
berkembang meluas pada akhir tahun 70-an didaerah Sub-Sahara Aafrika. Pada
tahun 1986 Komisi Taksonomi Internasional memberikan nama HIV sebagai
penyebab AIDS.

4. Mengapa therapi AIDS hingga saat ini belum mencapai 100 % ?


Karena gejala infeksi HIV pada awalnya sulit dikenali, karena seringkali mirip
penyakit ringan sehari-hari seperti flu dan diare sehingga penderita tampak sehat.
Kadang-kadang dalam enam minggu pertama setelah kontak penularan timbul
gejala tidak khas berupa demam, rasa letih, sakit sendi, skait menelan dan
pembengkakan kelenjar getah bening di bawah telinga, ketiak dan selangkangan.
Gejala ini biasanya sembuh sendiri dan sampai 4-5 tahun mungkin tidak muncul
gejala. Pada tahun ke-5 atau ke-6, tergantung masing-masing penderita, mulai
timbul diare berulang, penurunan berat badan secara mendadak, sering sariawan
di mulut dan pembengkakan di daerah kelenjar getah bening. Kemudian tahap
lebih lanjut akan terjadi penurunan berat badan secara cepat (> 10 persen), diare
terus-menerus lebih dari satu bulan disertai panas badan yang hilang timbul atau
terus menerus. Dalam masa sekitar tiga bulan setelah tertular, tubuh penderita
belum membentuk antibodi secara sempurna, sehingga tes darah tidak
memperlihatkan orang itu telah tertular HIV. Masa tiga bulan itu sering disebut
dengan masa jendela. Jika tes darah sudah menunjukkan adanya anti bodi HIV
dalam darah, artinya positif HIV, penderita memasuki masa tanpa gejala (5-7
tahun). Tapi, pada masa ini tidak timbul gejala yang menunjukkan orang itu
menderita AIDS, atau dia tetap tampak sehat. Hingga kemudian, penderita
memasuki masa dengan gejala yang sering disebut masa sebagai penderita AIDS.
Gejala AIDS sudah timbul dan biasanya penderita dapat bertahan enam bulan
sampai dua tahun dan kemudian meninggal.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
AIDS merupakan stadium akhir HIV. Pasien dinyatakan sebagai AIDS
bila dalam perkembangan infeksi dan kanker obstunistik yang mengancam jiwa
penderita. Selain itu termasuk juga enchepalopi, sindrom kelelahan yang
berkaitan dengan AIDS dan hitungan CD4 > 200/mm3.

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai