NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018
1. Entemoeba Histolytica
1.1 Klasifikasi
1.2 Morfologi
E. histolytica mempunyai 2 stadium, yaitu stadium trofozoit (bentuk histolitika
dan bentuk minuta) dan stadium kista
1. Histolytica
Bentuk histolitika bersifat patogen dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan
bentuk minuta. Bentuk histolitika memiliki diameter 12-60 mikron, ukuran yang
lebih besar ditemukan pada jaringan dan ukuran yang lebih kecil ditemukan pada
karier asimtomatik.6 Endoplasma mengandung butiran halus, biasanya tidak
mengandung bakteri atau sisa makanan, tetapi mengandung sel darah merah (SDM).
Ektoplasmanya tidak berwarna dan terdapat pada bagian terluar sel. Terdapatnya
pseudopodium yang dibentuk oleh ektoplasma memudahkan E. histolytica untuk
bergerak secara cepat. Inti membran nukleus dibentuk garis kromatin sama rata,
terdapat jaring-jaring fibril, dan terdapat karyosome di tengahnya.Bentuk ini
berkembang biak dengan pembelahan biner dalam jaringan yang ditempatinya dan
bersifat merusak jaringan sekitarnya melalui sekresi enzim proteinase
2. Minuta
Bentuk minuta merupakan bentuk pokok (esensial) dalam daur hidup E.
histolytica. Bentuk minuta berukuran 10-20 mikron, memiliki inti entamoeba
dengan endoplasma berbutir-butir halus. Pada bagian endoplasmanya tidak
1
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018
3. Kista
Bentuk kista dibentuk di rongga usus besar, ukurannya 10-20 mikron, dengan
bentuk bulat hingga lonjong, mempunyai dinding kista sebagai pelindung diri, dan
berinti entamoeba. Dalam tinja, bentuk ini biasanya memiliki inti sebanyak 1, 2,
atau 4. Pada endoplasma terdapat benda kromatoid berukuran besar yang
sebenarnya merupakan kumpulan ribosom. Bentuk kista memiliki viabilitas yang
tinggi, yakni dapat bertahan hingga 3 bulan pada lingkungan yang sesuai.
Sumber :
Chiodini, P. L., Moody, A. H., & Manser, D. W. (2001). Atlas of Medical Helminthology and
Protozoology. Churcill Livingstone.
Kista dewasa dicerna dan melewati usus kecil tempat eksistasi (“penetasan”)
terjadi. Kista yang telah terksitasi kemudian berkembang menjadi bentuk trofozoit dan
mulaii berkembang biak melalui pembelahan biner dalam lumen colon. Trofozoit
2
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018
kemudian dapat memulai proses yang disebut encystations, dan kista yang belum
matang diekskresikan melalui defekasi dimana kontaminasi tinja memulai siklus infektif
yang akan berdampak pada hewan lain. Baik kista yang belum dewasa maupun yang
sudah dewasa ditemukan di dalam feses bersama dengan trofozoit, tahap yang paling
banyak lazim di tinja berair. Beberapa trofozoit mungkin menginvasi dinding usus besar
tempat mereka berkembang biak dan masuk ke sistem pembuluh darah untuk
menginfeksi organ di luar colon.
3
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018
4
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018
2. GEJALA KLINIS
Sel epitel usus adalah jenis sel pertama yang bersentuhan dengan E.
histolytica . Trofozoit mengeluarkan protein imunomodulator yang merangsang
sel-sel epitel, menghasilkan produksi sitokin dan infiltrasi sel inflamasi
selanjutnya. Berbagai sel, termasuk sel epitel usus, menghasilkan interleukin-8
(IL-8), sebuah sitokin kemoatraktan neutrofil yang kuat. Suatu bahan kimia yang
dikeluarkan oleh neutrofil, kalikrein, mengubah prekursor protein-protein
plasma spesifik yang dihasilkan oleh hati menjadi kinin yang aktif. Bradikinin
dan senyawa-senyawa terkait memicu nyeri dengan merangsang nosiseptor
polimodal, mengirim sinyal melalui neutransmiter P dan glutamat menuju korda
spinalis dimana terjadi sinaps antara nervus visceral dan nervus somatik
(Sherwood, 2012).
Sensor nyeri kemudian menuju thalamus sehingga timbul presepsi nyeri.
Sensor kemudian menuju korteks somatosensorik dimana nyeri akan dilokalisasi.
6
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018
Nyeri di usus ini adalah nyeri viscera yang akan menghasilkan nyeri yang
menyebar ke kulit di daerah yang berbeda karena Saraf sensoris bersinaps di
tempat yang sama dengan saraf sensoris dari usus di medulla spinalis. Apabila
ada stimulus nyeri dari usus maka daerah kulit dengan sinaps yang sama juga
merasakannya. Inilah yang menyebabkan terjadi nyeri perut dan nyeri
tekan pada abdomen. Nyeri dapat diperpara dengan dihasilkannya
prostaglandin dan histamin yang menyebabkan meningkatnya sekresi mukus
(Sherwood, 2012).
Nyeri dari bagian awalan tractus gastrointestinalis dialihkan ke regio
epigastrium, nyeri dari pertengahan tractus gastrointestinalis dialihkan ke regio
umbilicalis, dan nyeri dari bagian akhir tractusgastrointestinalis dialihkan ke
regio pubica/hypogastrium. Diperkirakan, nyeri terasa mulai dari regio dibawah
planus transpyloricum termasuk daerah hipogastrium (meliputi organ uterus,
vesical urinaria, int. tenue dan colon sigmoideum) (Drake, et al., 2012).
2.2 Tenesmus
Nyeri akibat proses inflamasi parasit E.histolytica telah diketahui menyebabkan
timbulnya nyeri visceral dimana nyeri juga akan terasa pada daerah yang
dipersarafi saraf yang bersinaps dengan corda spinalis yang sama (S2—S4) (Drake,
et al., 2012).
Rectum memiliki Saraf-saraf simpatik dan parasimpatik nervi sphlanchnici
melalui plexus hypogastricus inferior. Tunica mucosa setengah bagian atas canalis
analis peka terhadap regangan dan disarafi oleh serabut-serabut yang berjalan ke
atas melalui plexus hypogasctricus. Musculus sphincter ani internus disarafi oleh
serabut-serabut simpatik dari plexus hypogastricus inferior. Musculus sphincter ani
externus volunter disarafi oleh nervus rectalis inferior (Snell, 2002).
Keinginan untuk defekasi dimulai dari rangsangan reseptor regangan di dalam
dinding rectum oleh masuknya feces ke dalam lumen rectum. Kegiatan defekasi
melibatkan refleks koordinasi yang mengakibatkan pengosongan colon descendens,
colon sigmoideum, rectum, dan canalis analis. Kegiatan ini dibantu oleh
peningkatan tekanan intra abdominal dengan kontraksi otot-otot dinding anterior
abdomen. Selanjutnya, kontraksi tonik musculus sphincter ani internus, musculus
7
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018
8
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018
9
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018
Saat terjadi inflamasi di usus, terjadi hipersekresi mukus oleh sel epitel,
peregangan oleh histamin, hal ini menyebabkan usus teregang (rasa penuh) yang
menyebabkan pengiriman sinyal inhibisi melalui N.Vagus untuk menekan pusat
makan sehingga nafsu makan berkurang (Guyton, 2011).
10
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018
ANALISIS MASALAH
1. Tn. X, laki-laki usia 21 tahun, dengan keluhan nyeri perut dan BAB cair sejak 2
hari yang lalu.
a. Apa hubungan nyeri perut dengan BAB cair terhadap kasus tersebut?
Jawab:
Ulkus pada usus akibat invasi E. histolytica menyebabkan respons
inflamasi yang kompleks. Bradikinin dan senyawa-senyawa terkait memicu
nyeri dengan merangsang nosiseptor polimodal, mengirim sinyal melalui
neutransmiter P dan glutamat menuju korda spinalis dimana terjadi sinaps antara
nervus visceral dan nervus somatik. Neurotransmitter nyeri kemudian menuju
thalamus sehingga timbul presepsi nyeri.sensor kemudian menuju korteks
somatosensorik dimana nyeri akan dilokalisasi. Nyeri di usus ini adalah nyeri
viscera yang akan menghasilkan nyeri yang menyebar ke kulit di daerah yang
berbeda karena Saraf sensoris bersinaps di tempat yang sama dengan saraf
sensoris dari usus di medulla spinalis. Apabila ada stimulus nyeri dari usus maka
daerah kulit dengan sinaps yang sama juga merasakannya. Inilah yang
menyebabkan terjadi nyeri perut dan nyeri tekan pada abdomen. Nyeri ini juga
diperparah oleh dihasilkannya protaglandin oleh macrofag.
Zat lain yang dihasilkan dari respon imun adalah histamin. Histamin
yang dihasilkan oleh sel mast memicu hipersekresi sel goblet menghasilkan
mucin/lendir. Lendir menghambat akses bakteri dan toksin ke epitel dan
memfasilitasi pengangkatannya oleh aliran luminal. Mucin juga memungkinkan
kolonisasi oleh anggota flora asli yang bersaing dengan organisme patogen dan,
melalui ikatan afinitas rendah jangka pendek antara antibodi musin dan sekresi,
membantu antibodi dalam menjebak patogen dan antigen mikroba. Dalam
melakukan fungsi-fungsi ini, lendir disekresikan terus menerus dan kemudian
luruh dan dibuang atau dicerna dan didaur ulang. Sekresi lendir dan laju
penumpahan dapat meningkat secara dramatis untuk menghilangkan zat beracun.
11
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018
c. Pada regio abdomen bagian mana rasa nyeri dirasakan pada kasus?
Diperkirakan, nyeri terasa mulai dari regio dibawah planus transpyloricum
termasuk daerah hipogastrium (meliputi organ uterus, vesical urinaria, int. tenue
dan colon sigmoideum). Hal ini terkait mekanisme nyeri visceral. Nyeri dari
bagian awalan tractus gastrointestinalis dialihkan ke regio epigastrium, nyeri
dari pertengahan tractus gastrointestinalis dialihkan ke regio umbilicalis, dan
nyeri dari bagian akhir tractus gastro intestinalis dialihkan ke regio
pubica/hypogastrium.
d. Bagaimana mekanisme keluhan nyeri perut pada kasus? (must to know) (4)
Jawab:
Sel epitel usus adalah jenis sel pertama yang bersentuhan dengan E.
histolytica . Trofozoit mengeluarkan protein imunomodulator yang merangsang
sel-sel epitel, menghasilkan produksi sitokin dan infiltrasi sel inflamasi
selanjutnya. Berbagai sel, termasuk sel epitel usus, menghasilkan interleukin-8
(IL-8), sebuah sitokin kemoatraktan neutrofil yang kuat. Suatu bahan kimia yang
dikeluarkan oleh neutrofil, kalikrein, mengubah prekursor protein-protein
plasma spesifik yang dihasilkan oleh hati menjadi kinin yang aktif. Bradikinin
12
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018
3. Penderita juga mengalami tenesmus, demam intermiten dan tidak nafsu makan.
a. Bagaimana hubungan antara tenesmus, demam intermiten, dan tidak nafsu
makan pada kasus?
Jawab: tenesmus, demam intermitten dan tidak nafsu makan merupakan dampak
dari infeksi E. histolytica. Tenesmus disebabkan oleh berhubungannya musculus
sphincter ani internus disarafi oleh serabut-serabut simpatik dari plexus
hypogastricus inferior S2—s4 dengan nyeri visceral akibat inflamasi pada
daerah usus. Demam intermitten disebabkan oleh mekainsme pyerogen endogen
dari respons imun dan eksogen dari parasit sedangkan tidak nafsu makan
diakibatkan presepsi penuh usus akibat edema dan hipersekresi sebagai bagaind
ari proses inflamasi.
b. bagaimana makna klinis dari tenesmus, demam intermiten, dan tidak nafsu
makan? (must to know) (4)
Jawab:
Tenesmus mengindikasikan adanya kerusakan jaringan dan/ atau inflamasi pada
daerah dengan persarafan corda spinalis yang sama (kemungkinan terjadi pada
colon sigmoideum, rectum, intestinum tenue, colon descenden). Demam
intermitten mengindikasikan infeksi oleh mikroorganisme yang umumnya
menghasilkan pyrogen exogen (contohnya Lipopolysaccharides (LPS) dari
bakteri gram negatif). Tidak nafsu makan mengindikasikan terjadinya
penghambatan pengosongan lambung oleh stimulus peregangan usus akibat
histamin dan hipersekresi mucin sebagai bagain dari proses inflamasi.
c. Bagaimana mekanisme tenesmus, demam intermiten, dan tidak nafsu? (must to
know) (4)
13
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018
Jawab:
Mekanisme tenesmus
Rectum memiliki Saraf-saraf simpatik dan parasimpatik nervi
sphlanchnici melalui plexus hypogastricus inferior. Tunica mucosa setengah
bagian atas canalis analis peka terhadap regangan dan disarafi oleh serabut-
serabut yang berjalan ke atas melalui plexus hypogasctricus. Musculus sphincter
ani internus disarafi oleh serabut-serabut simpatik dari plexus hypogastricus
inferior. Musculus sphincter ani externus volunter disarafi oleh nervus rectalis
inferior.
Keinginan untuk defekasi dimulai dari rangsangan reseptor regangan di
dalam dinding rectum oleh masuknya feces ke dalam lumen rectum. Kegiatan
defekasi melibatkan refleks koordinasi yang mengakibatkan pengosongan colon
descendens, colon sigmoideum, rectum, dan canalis analis. Kegiatan ini dibantu
oleh peningkatan tekanan intra abdominal dengan kontraksi otot-otot dinding
anterior abdomen. Selanjutnya, kontraksi tonik musculus sphincter ani internus,
musculus sphincter ani externus, termasuk musculus puborectalis secara
volunter dihambat, dan feces dikeluarkan melalui canalis analis. Tergantung
pada kelemasan tela submucosa, tunica mucosa bagian bawah canalis analis
menonjol melalui anus mendahului massa feces.
Pada akhir defekasi, tunica mucosa kembali ke canalis analis akibat
tonus serabut-serabut longitudinal dinding canalis analis serta kontraksi dan
penarikan ke atas oleh musculus puborectalis. Kemudian lumen canalis analis
yang kosong ditutup oleh kontraksi tonik musculus sphincter ani. Proses
defekasi ini yang melibatakan sinaps persarafan yang sama yaitu Plexus
Hypogastricus inferior pada S2—S4 menimbulkan nyeri saat akan mengedan
dan rasa tidak puas (tenesmus).
Saat ada antigen asing, beberapa senyawa kimia yang dilepaskan oleh
makrofag, yaitu interleukin 1 (IL-1), interleukin 6 (IL-6), dan faktor nekrosis
tumor (tumor necrosis factor, TNF) secara bersama bertindak untuk
menghasilkan efek yang beragam baik secara lokal maupun ke seluruh tubuh,
14
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018
15
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018
16
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018
17
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018
TROFOZOIT KISTA
Sumber :
Chiodini, P. L., Moody, A. H., & Manser, D. W. (2001). Atlas of Medical Helminthology and
Protozoology. Churcill Livingstone.
18
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018
KERANGKA KONSEP
Ulkus Flask-shape Produksi IL-8 (kemotaxic Hipersekresi Pelepasan IL1, IL6 dan
neutrofil) oleh sel epitel mucin TNF oleh macrofag
Defekasi Nyeri visceral (nyeri tekan dan Diare cair, berlendir Tidak nafsu makan
sakit perut) dan berdarah
Tenesmus
19
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018
DAFTAR PUSTAKA
Ghosh, S., Padalia, J., & Moonah, S. (2019). Tissue Destruction Caused by Entamoeba
histolytica Parasite: Cell Death, Inflammation, Invasion, and the Gut Microbiome.
Current clinical microbiology reports, 6(1), 51–57. doi:10.1007/s40588-019-
0113-6
Ralston, K. S., & Petri, W. A., Jr (2011). Tissue destruction and invasion by Entamoeba
histolytica. Trends in parasitology, 27(6), 254–263. doi:10.1016/j.pt.2011.02.006
20