Anda di halaman 1dari 20

Nama : Mutiah Khoirunnisak

NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018

1. Entemoeba Histolytica

1.1 Klasifikasi

Spesies Entamoeba histolytica, genus Entamoeba, kelas Rhizopoda. Entamoeba


histolytica adalah amuba usus yang paling patogen pada manusia. Trofozoit dari E.
histolytica kadang-kadang bisa tetap di lumen usus (pembukaan seperti tabung) selama
bertahun-tahun tanpa menyebabkan kerusakan dan dalam kasus ini pasien yang tidak
menunjukkan gejala adalah pembawa yang berpotensi dapat menularkan organisme ke
orang lain. Mayoritas (90 persen) pasien termasuk dalam kelompok ini. Pembawa tanpa
gejala didefinisikan sebagai mereka yang terinfeksi oleh organisme tertentu tetapi tidak
melaporkan gejala dan tidak menunjukkan tanda-tanda kondisi amoebiasis.

1.2 Morfologi
E. histolytica mempunyai 2 stadium, yaitu stadium trofozoit (bentuk histolitika
dan bentuk minuta) dan stadium kista

1. Histolytica

Bentuk histolitika bersifat patogen dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan
bentuk minuta. Bentuk histolitika memiliki diameter 12-60 mikron, ukuran yang
lebih besar ditemukan pada jaringan dan ukuran yang lebih kecil ditemukan pada
karier asimtomatik.6 Endoplasma mengandung butiran halus, biasanya tidak
mengandung bakteri atau sisa makanan, tetapi mengandung sel darah merah (SDM).
Ektoplasmanya tidak berwarna dan terdapat pada bagian terluar sel. Terdapatnya
pseudopodium yang dibentuk oleh ektoplasma memudahkan E. histolytica untuk
bergerak secara cepat. Inti membran nukleus dibentuk garis kromatin sama rata,
terdapat jaring-jaring fibril, dan terdapat karyosome di tengahnya.Bentuk ini
berkembang biak dengan pembelahan biner dalam jaringan yang ditempatinya dan
bersifat merusak jaringan sekitarnya melalui sekresi enzim proteinase

2. Minuta
Bentuk minuta merupakan bentuk pokok (esensial) dalam daur hidup E.
histolytica. Bentuk minuta berukuran 10-20 mikron, memiliki inti entamoeba
dengan endoplasma berbutir-butir halus. Pada bagian endoplasmanya tidak

1
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018

terdapat SDM tetapi mengandung bakteri serta sisa makanan. Pseudopodium


yang ada dibentuk secara perlahan-lahan sehingga pergerakannya relatif lambat

3. Kista

Bentuk kista dibentuk di rongga usus besar, ukurannya 10-20 mikron, dengan
bentuk bulat hingga lonjong, mempunyai dinding kista sebagai pelindung diri, dan
berinti entamoeba. Dalam tinja, bentuk ini biasanya memiliki inti sebanyak 1, 2,
atau 4. Pada endoplasma terdapat benda kromatoid berukuran besar yang
sebenarnya merupakan kumpulan ribosom. Bentuk kista memiliki viabilitas yang
tinggi, yakni dapat bertahan hingga 3 bulan pada lingkungan yang sesuai.

Gambar 1. Morfologi umum E. histolytica

Sumber :

Chiodini, P. L., Moody, A. H., & Manser, D. W. (2001). Atlas of Medical Helminthology and
Protozoology. Churcill Livingstone.

1.3 Siklus Hidup

Kista dewasa dicerna dan melewati usus kecil tempat eksistasi (“penetasan”)
terjadi. Kista yang telah terksitasi kemudian berkembang menjadi bentuk trofozoit dan
mulaii berkembang biak melalui pembelahan biner dalam lumen colon. Trofozoit

2
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018

kemudian dapat memulai proses yang disebut encystations, dan kista yang belum
matang diekskresikan melalui defekasi dimana kontaminasi tinja memulai siklus infektif
yang akan berdampak pada hewan lain. Baik kista yang belum dewasa maupun yang
sudah dewasa ditemukan di dalam feses bersama dengan trofozoit, tahap yang paling
banyak lazim di tinja berair. Beberapa trofozoit mungkin menginvasi dinding usus besar
tempat mereka berkembang biak dan masuk ke sistem pembuluh darah untuk
menginfeksi organ di luar colon.

Siklus hidup Entamoeba histolytica :

3
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018

1 Kista dengan 4 inti (mis., Metacyst) dicerna


secara oral dengan makanan yang terkontaminasi atau air minum (A – C).
2 Setelah menetas di intestinal, sitoplasma da nukleus membelah untuk
membentuk 8 amoebula kecil
3 Trofozoit dewasa (mis., Bentuk minuta) bereproduksi dengan pembelahan biner.
4 Kista tidak berinti (Prekista) mengandung badan kromatoid dan vakuola
glikogen.
5 Kista dengan 2 inti dan tubuh kromatoid.
6 Kista dengan 4 nukleus (metacyst) dibebaskan dengan tinja dan menjadi
infeksius ketika tertelan oleh manusia.
7 Beberapa bentuk minuta dapat tumbuh menjadi bentuk magna, yang masuk ke
dalam dinding usus dan, melalui aliran darah, organ-organ lain seperti hati, paru-
paru, dan otak di mana mereka menyebabkan abses (Encyclopedia of Parasitology,
2008)

Gambar 3 . Siklus hidup E. Histolytica

Sumber : Mehlhorn, Heinz (Ed). (2008). Encyclopedia of Parasitology. Springer Reference.

4
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018

2. GEJALA KLINIS

2.1 Nyeri tekan abdomen


Dari lapisan paling dalam ke arah luar, mereka adalah mukosa , submukosa ,
muskularis eksternar , dan serosa.
1. Mukosa 3 lapis :
a. Membran mukosa :Epitel, sel kelenjar eksokrin dan endokrin
b. Lamina propria adalah lapisan tengah tipis jaringan ikat tempat epitel
herada. lapisan ini mengandung gut-associated lynsphoid tissue (GALT)
yang penting dalam pertahanan terhadap bakteri usus
c. Muskularis mukosa, lapisan otot polos yang jarang
2. Submukosa ("di bawah mukosa"), terdapat pembuluh darah,pembuluh limfe
dan pleksus saraf.
3. Muskularis eksterna
4. Serosa (Sherwood, 2012)

Gambar 1. Invasi E. Histolytica


Sumber :
Chiodini, P. L., Moody, A. H., & Manser, D. W. (2001). Atlas of Medical Helminthology and
Protozoology. Churcill Livingstone.
5
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018

Invasi parasit E.histolytica


1. Ulkus primer : invasi lewat cyrpta membentuk Flask-shape (bentuk
labu)
2. Perluasan secara lateral di mukosa dengan lysis necrosis sel
3. Pembentukan sinus : abses dapat menyatu di bawah mukosa intak.
mukosa kemudian bisa mengelupas dengan ulserasi luas
4. Ekstensi dalam: muscularis mucosae akhirnya ditembus (langsung
atau melalui pembuluh daras) meliputi nekrosis yang dalam dari sub
mukosa dan otot dan sub serosa (Chiodini, et al., 2001)

Nyeri terutama adalah mekanisme protektif untuk menimbulkan


kesadaran terhadap sedang atau akan terjadi kerusakan jaringan. Kategori
reseptor nyeri. Terdapat tiga kategori
a. nosiseptor: Nosiseptor mekanis berespons terhadap kerusakan mekanis
misalnya tersayat, terpukul, atau cubitan;
b. nosiseptor suhu berespons terhadap suhu ekstrim, terutama panas;
c. nosiseptor polimodal berespons sama kuat terhadap semua jenis rangsangan
yang merusak, termasuk bahan kimia iritan yang dikeluarkan oleh jaringan
yang cedera.

Sel epitel usus adalah jenis sel pertama yang bersentuhan dengan E.
histolytica . Trofozoit mengeluarkan protein imunomodulator yang merangsang
sel-sel epitel, menghasilkan produksi sitokin dan infiltrasi sel inflamasi
selanjutnya. Berbagai sel, termasuk sel epitel usus, menghasilkan interleukin-8
(IL-8), sebuah sitokin kemoatraktan neutrofil yang kuat. Suatu bahan kimia yang
dikeluarkan oleh neutrofil, kalikrein, mengubah prekursor protein-protein
plasma spesifik yang dihasilkan oleh hati menjadi kinin yang aktif. Bradikinin
dan senyawa-senyawa terkait memicu nyeri dengan merangsang nosiseptor
polimodal, mengirim sinyal melalui neutransmiter P dan glutamat menuju korda
spinalis dimana terjadi sinaps antara nervus visceral dan nervus somatik
(Sherwood, 2012).
Sensor nyeri kemudian menuju thalamus sehingga timbul presepsi nyeri.
Sensor kemudian menuju korteks somatosensorik dimana nyeri akan dilokalisasi.

6
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018

Nyeri di usus ini adalah nyeri viscera yang akan menghasilkan nyeri yang
menyebar ke kulit di daerah yang berbeda karena Saraf sensoris bersinaps di
tempat yang sama dengan saraf sensoris dari usus di medulla spinalis. Apabila
ada stimulus nyeri dari usus maka daerah kulit dengan sinaps yang sama juga
merasakannya. Inilah yang menyebabkan terjadi nyeri perut dan nyeri
tekan pada abdomen. Nyeri dapat diperpara dengan dihasilkannya
prostaglandin dan histamin yang menyebabkan meningkatnya sekresi mukus
(Sherwood, 2012).
Nyeri dari bagian awalan tractus gastrointestinalis dialihkan ke regio
epigastrium, nyeri dari pertengahan tractus gastrointestinalis dialihkan ke regio
umbilicalis, dan nyeri dari bagian akhir tractusgastrointestinalis dialihkan ke
regio pubica/hypogastrium. Diperkirakan, nyeri terasa mulai dari regio dibawah
planus transpyloricum termasuk daerah hipogastrium (meliputi organ uterus,
vesical urinaria, int. tenue dan colon sigmoideum) (Drake, et al., 2012).

2.2 Tenesmus
Nyeri akibat proses inflamasi parasit E.histolytica telah diketahui menyebabkan
timbulnya nyeri visceral dimana nyeri juga akan terasa pada daerah yang
dipersarafi saraf yang bersinaps dengan corda spinalis yang sama (S2—S4) (Drake,
et al., 2012).
Rectum memiliki Saraf-saraf simpatik dan parasimpatik nervi sphlanchnici
melalui plexus hypogastricus inferior. Tunica mucosa setengah bagian atas canalis
analis peka terhadap regangan dan disarafi oleh serabut-serabut yang berjalan ke
atas melalui plexus hypogasctricus. Musculus sphincter ani internus disarafi oleh
serabut-serabut simpatik dari plexus hypogastricus inferior. Musculus sphincter ani
externus volunter disarafi oleh nervus rectalis inferior (Snell, 2002).
Keinginan untuk defekasi dimulai dari rangsangan reseptor regangan di dalam
dinding rectum oleh masuknya feces ke dalam lumen rectum. Kegiatan defekasi
melibatkan refleks koordinasi yang mengakibatkan pengosongan colon descendens,
colon sigmoideum, rectum, dan canalis analis. Kegiatan ini dibantu oleh
peningkatan tekanan intra abdominal dengan kontraksi otot-otot dinding anterior
abdomen. Selanjutnya, kontraksi tonik musculus sphincter ani internus, musculus

7
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018

sphincter ani externus, termasuk musculus puborectalis secara volunter dihambat,


dan feces dikeluarkan melalui canalis analis. Tergantung pada kelemasan tela
submucosa, tunica mucosa bagian bawah canalis analis menonjol melalui anus
mendahului massa feces (Snell, 2002).
Pada akhir defekasi, tunica mucosa kembali ke canalis analis akibat tonus
serabut-serabut longitudinal dinding canalis analis serta kontraksi dan penarikan ke
atas oleh musculus puborectalis. Kemudian lumen canalis analis yang kosong
ditutup oleh kontraksi tonik musculus sphincter ani. Proses defekasi ini yang
melibatakan sinaps persarafan yang sama yaitu Plexus Hypogastricus inferior pada
S2—S4 menimbulkan nyeri saat akan mengedan dan rasa tidak puas (tenesmus).

2.3 Demam intermitten


Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-
hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus .
Demam intermitten adalah demam dimana suhu badan mengalami penurunan
ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Suhu tubuh normal
berkisar antara 36,5-37,2°C. Derajat suhu yang dapat dikatakan demam adalah
rectal temperature≥38,0°C atau oral temperature≥37,5°C atau axillary
temperature≥37,2°C.
Saat ada antigen asing, beberapa senyawa kimia yang dilepaskan oleh
makrofag, yaitu interleukin 1 (IL-1), interleukin 6 (IL-6), dan faktor nekrosis
tumor (tumor necrosis factor, TNF) secara bersama bertindak untuk
menghasilkan efek yang beragam baik secara lokal maupun ke seluruh tubuh,
semuanya dipersiapkan untuk mempertahankan tubuh melawan infeksi atau
kerusakan jaringan. Mereka memacu inflamasi dan bertanggung jawab terhadap
manifestasi sistemik yang menyertai infeksi. (Faktor nekrosis tumor dinamai
atas perannya dalam membasmi sel kanker tetapi sel ini juga menimbulkan efek
lainnya). Trio sitokin yang sama berfungsi bersama sebagai pirogen endogen
(PE) yang memicu terjadinya demam (endogen berarti "dari dalam tubuh"; piro
artinya "panas" atau "api"; gen artinya "produksi"). Respons ini terjadi terutama
jika organisme penginvasi telah menyebar ke dalam darah. Pirogen endogen

8
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018

menyebabkan pengeluaran prostaglandin di dalam hipotalamus, yaitu perantara


kimiawi lokal yang "menyalakan termostat" pengatur suhu tubuh sehingga
terjadilah demam. Selain Pyrogen Endogen, ada pule Pyrogen exogen yang
dihasilkan oleh parasit (Sherwood, 2012).
Mekanisme dem intermitten umumnya berkaitan dengan infeksi bakteri
dan parasit dimana dihasilkan pyrogen eksogen yang menstimulasi terjadinya
demam.

2.4 Tidak Nafsu Makan


Nukleus ventromedial hipotalamus berperan sebagai pusat kenyang.
Pusat ini dipercaya memberikan suatu sensasi kepuasan makanan yang
menghambat pusat makan. Hipotalamus menerima sinyal saraf dari saluran
pencernaan yang memberikan informasi sensorik mengenai isi lambung, sinyal
kimia dan zat nutrisi dalam darah (glukosa, asam amino, dan asam lemak) yang
menandakan rasa kenyang, sinyal dari hormon gastrointestinal, sinyal dari
hormon yang dilepaskan oleh jaringan lemak, dan sinyal dari korteks serebri
(penglihatan, penghidu, dan pengecapan) yang memengaruhi perilaku makan.
(guyton, 2011).
Pengisian Saluran Cerna Menghambat Perilaku Makan. Bila saluran
cerna menjadi teregang, terutama lambung dan duodenum, sinyal inhibisi yang
teregang akan dihantarkan terutama melalui nervus vagus untuk menekan pusat
makan, sehingga nafsu makan akan berkurang
Empat faktor duodenum terpenting yang memengaruhi pengosongan
lambung adalah lemak, asam, hipertonisitas, dan peregangan. Adauya satu atau
lebih rangsangan ini di duodenum akan mengaktifkan reseptor duodenum yang
sesuai, memicu respons saraf atau hormon yang mengerem aktivitas peristaltik
antrum sehingga memperlambat laju pengosongan lambung (Sherwood, 2012)
Jenis-jenis faktor yang terus-menerus dimonitor di dalam duodenum dan
yang dapat mengawali refleks penghambatan enterogastrik adalah sebagai
berikut. Derajat peregangan duodenum, Adanya iritasi dengan derajat berapa
pun dalam mukosa duodenum

9
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018

Saat terjadi inflamasi di usus, terjadi hipersekresi mukus oleh sel epitel,
peregangan oleh histamin, hal ini menyebabkan usus teregang (rasa penuh) yang
menyebabkan pengiriman sinyal inhibisi melalui N.Vagus untuk menekan pusat
makan sehingga nafsu makan berkurang (Guyton, 2011).

10
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018

ANALISIS MASALAH

1. Tn. X, laki-laki usia 21 tahun, dengan keluhan nyeri perut dan BAB cair sejak 2
hari yang lalu.
a. Apa hubungan nyeri perut dengan BAB cair terhadap kasus tersebut?
Jawab:
Ulkus pada usus akibat invasi E. histolytica menyebabkan respons
inflamasi yang kompleks. Bradikinin dan senyawa-senyawa terkait memicu
nyeri dengan merangsang nosiseptor polimodal, mengirim sinyal melalui
neutransmiter P dan glutamat menuju korda spinalis dimana terjadi sinaps antara
nervus visceral dan nervus somatik. Neurotransmitter nyeri kemudian menuju
thalamus sehingga timbul presepsi nyeri.sensor kemudian menuju korteks
somatosensorik dimana nyeri akan dilokalisasi. Nyeri di usus ini adalah nyeri
viscera yang akan menghasilkan nyeri yang menyebar ke kulit di daerah yang
berbeda karena Saraf sensoris bersinaps di tempat yang sama dengan saraf
sensoris dari usus di medulla spinalis. Apabila ada stimulus nyeri dari usus maka
daerah kulit dengan sinaps yang sama juga merasakannya. Inilah yang
menyebabkan terjadi nyeri perut dan nyeri tekan pada abdomen. Nyeri ini juga
diperparah oleh dihasilkannya protaglandin oleh macrofag.
Zat lain yang dihasilkan dari respon imun adalah histamin. Histamin
yang dihasilkan oleh sel mast memicu hipersekresi sel goblet menghasilkan
mucin/lendir. Lendir menghambat akses bakteri dan toksin ke epitel dan
memfasilitasi pengangkatannya oleh aliran luminal. Mucin juga memungkinkan
kolonisasi oleh anggota flora asli yang bersaing dengan organisme patogen dan,
melalui ikatan afinitas rendah jangka pendek antara antibodi musin dan sekresi,
membantu antibodi dalam menjebak patogen dan antigen mikroba. Dalam
melakukan fungsi-fungsi ini, lendir disekresikan terus menerus dan kemudian
luruh dan dibuang atau dicerna dan didaur ulang. Sekresi lendir dan laju
penumpahan dapat meningkat secara dramatis untuk menghilangkan zat beracun.

11
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018

b. Apa faktor penyebab dari nyeri perut pada kasus?


Jawab:
Trofozoit E. Histolytica mengeluarkan protein imunomodulator yang
merangsang sel-sel epitel, menghasilkan produksi sitokin dan infiltrasi sel
inflamasi selanjutnya. Berbagai sel, termasuk sel epitel usus, menghasilkan
interleukin-8 (IL-8), sebuah sitokin kemoatraktan neutrofil yang kuat. Suatu
bahan kimia yang dikeluarkan oleh neutrofil, kalikrein, mengubah prekursor
protein-protein plasma spesifik yang dihasilkan oleh hati menjadi kinin yang
aktif. Bradikinin dan senyawa-senyawa terkait memicu nyeri dengan
merangsang nosiseptor polimodal, mengirim sinyal melalui neutransmiter P dan
glutamat menuju korda spinalis dimana terjadi sinaps antara nervus visceral dan
nervus somatik. Sensor nyeri kemudian menuju thalamus sehingga timbul
presepsi nyeri perut.

c. Pada regio abdomen bagian mana rasa nyeri dirasakan pada kasus?
Diperkirakan, nyeri terasa mulai dari regio dibawah planus transpyloricum
termasuk daerah hipogastrium (meliputi organ uterus, vesical urinaria, int. tenue
dan colon sigmoideum). Hal ini terkait mekanisme nyeri visceral. Nyeri dari
bagian awalan tractus gastrointestinalis dialihkan ke regio epigastrium, nyeri
dari pertengahan tractus gastrointestinalis dialihkan ke regio umbilicalis, dan
nyeri dari bagian akhir tractus gastro intestinalis dialihkan ke regio
pubica/hypogastrium.

d. Bagaimana mekanisme keluhan nyeri perut pada kasus? (must to know) (4)
Jawab:
Sel epitel usus adalah jenis sel pertama yang bersentuhan dengan E.
histolytica . Trofozoit mengeluarkan protein imunomodulator yang merangsang
sel-sel epitel, menghasilkan produksi sitokin dan infiltrasi sel inflamasi
selanjutnya. Berbagai sel, termasuk sel epitel usus, menghasilkan interleukin-8
(IL-8), sebuah sitokin kemoatraktan neutrofil yang kuat. Suatu bahan kimia yang
dikeluarkan oleh neutrofil, kalikrein, mengubah prekursor protein-protein
plasma spesifik yang dihasilkan oleh hati menjadi kinin yang aktif. Bradikinin

12
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018

dan senyawa-senyawa terkait memicu nyeri dengan merangsang nosiseptor


polimodal, mengirim sinyal melalui neutransmiter P dan glutamat menuju korda
spinalis dimana terjadi sinaps antara nervus visceral dan nervus somatik. Sensor
nyeri kemudian menuju thalamus sehingga timbul presepsi nyeri perut.

3. Penderita juga mengalami tenesmus, demam intermiten dan tidak nafsu makan.
a. Bagaimana hubungan antara tenesmus, demam intermiten, dan tidak nafsu
makan pada kasus?
Jawab: tenesmus, demam intermitten dan tidak nafsu makan merupakan dampak
dari infeksi E. histolytica. Tenesmus disebabkan oleh berhubungannya musculus
sphincter ani internus disarafi oleh serabut-serabut simpatik dari plexus
hypogastricus inferior S2—s4 dengan nyeri visceral akibat inflamasi pada
daerah usus. Demam intermitten disebabkan oleh mekainsme pyerogen endogen
dari respons imun dan eksogen dari parasit sedangkan tidak nafsu makan
diakibatkan presepsi penuh usus akibat edema dan hipersekresi sebagai bagaind
ari proses inflamasi.
b. bagaimana makna klinis dari tenesmus, demam intermiten, dan tidak nafsu
makan? (must to know) (4)
Jawab:
Tenesmus mengindikasikan adanya kerusakan jaringan dan/ atau inflamasi pada
daerah dengan persarafan corda spinalis yang sama (kemungkinan terjadi pada
colon sigmoideum, rectum, intestinum tenue, colon descenden). Demam
intermitten mengindikasikan infeksi oleh mikroorganisme yang umumnya
menghasilkan pyrogen exogen (contohnya Lipopolysaccharides (LPS) dari
bakteri gram negatif). Tidak nafsu makan mengindikasikan terjadinya
penghambatan pengosongan lambung oleh stimulus peregangan usus akibat
histamin dan hipersekresi mucin sebagai bagain dari proses inflamasi.
c. Bagaimana mekanisme tenesmus, demam intermiten, dan tidak nafsu? (must to
know) (4)

13
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018

Jawab:
Mekanisme tenesmus
Rectum memiliki Saraf-saraf simpatik dan parasimpatik nervi
sphlanchnici melalui plexus hypogastricus inferior. Tunica mucosa setengah
bagian atas canalis analis peka terhadap regangan dan disarafi oleh serabut-
serabut yang berjalan ke atas melalui plexus hypogasctricus. Musculus sphincter
ani internus disarafi oleh serabut-serabut simpatik dari plexus hypogastricus
inferior. Musculus sphincter ani externus volunter disarafi oleh nervus rectalis
inferior.
Keinginan untuk defekasi dimulai dari rangsangan reseptor regangan di
dalam dinding rectum oleh masuknya feces ke dalam lumen rectum. Kegiatan
defekasi melibatkan refleks koordinasi yang mengakibatkan pengosongan colon
descendens, colon sigmoideum, rectum, dan canalis analis. Kegiatan ini dibantu
oleh peningkatan tekanan intra abdominal dengan kontraksi otot-otot dinding
anterior abdomen. Selanjutnya, kontraksi tonik musculus sphincter ani internus,
musculus sphincter ani externus, termasuk musculus puborectalis secara
volunter dihambat, dan feces dikeluarkan melalui canalis analis. Tergantung
pada kelemasan tela submucosa, tunica mucosa bagian bawah canalis analis
menonjol melalui anus mendahului massa feces.
Pada akhir defekasi, tunica mucosa kembali ke canalis analis akibat
tonus serabut-serabut longitudinal dinding canalis analis serta kontraksi dan
penarikan ke atas oleh musculus puborectalis. Kemudian lumen canalis analis
yang kosong ditutup oleh kontraksi tonik musculus sphincter ani. Proses
defekasi ini yang melibatakan sinaps persarafan yang sama yaitu Plexus
Hypogastricus inferior pada S2—S4 menimbulkan nyeri saat akan mengedan
dan rasa tidak puas (tenesmus).

Mekanisme demam intermitten

Saat ada antigen asing, beberapa senyawa kimia yang dilepaskan oleh
makrofag, yaitu interleukin 1 (IL-1), interleukin 6 (IL-6), dan faktor nekrosis
tumor (tumor necrosis factor, TNF) secara bersama bertindak untuk
menghasilkan efek yang beragam baik secara lokal maupun ke seluruh tubuh,

14
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018

semuanya dipersiapkan untuk mempertahankan tubuh melawan infeksi atau


kerusakan jaringan. Mereka memacu inflamasi dan bertanggung jawab terhadap
manifestasi sistemik yang menyertai infeksi. (Faktor nekrosis tumor dinamai
atas perannya dalam membasmi sel kanker tetapi sel ini juga menimbulkan efek
lainnya). Trio sitokin yang sama berfungsi bersama sebagai pirogen endogen
(PE) yang memicu terjadinya demam. Respons ini terjadi terutama jika
organisme penginvasi telah menyebar ke dalam darah. Pirogen endogen
menyebabkan pengeluaran prostaglandin di dalam hipotalamus, yaitu perantara
kimiawi lokal yang "menyalakan termostat" pengatur suhu tubuh sehingga
terjadilah demam. Selain Pyrogen Endogen, ada pule Pyrogen exogen. Diduga
demam intermitten pada infeksi E. histolytica diakibatkan kista yang tereksitasi
secara intermitten pula.
Mekanisme tidak nafsu makan
Nukleus ventromedial hipotalamus berperan sebagai pusat kenyang.
Pusat ini dipercaya memberikan suatu sensasi kepuasan makanan yang
menghambat pusat makan. Hipotalamus menerima sinyal saraf dari saluran
pencernaan yang memberikan informasi sensorik mengenai isi lambung, sinyal
kimia dan zat nutrisi dalam darah (glukosa, asam amino, dan asam lemak) yang
menandakan rasa kenyang, sinyal dari hormon gastrointestinal, sinyal dari
hormon yang dilepaskan oleh jaringan lemak, dan sinyal dari korteks serebri
(penglihatan, penghidu, dan pengecapan) yang memengaruhi perilaku makan.
(guyton, 2011).
Pengisian Saluran Cerna Menghambat Perilaku Makan. Bila saluran
cerna menjadi teregang, terutama lambung dan duodenum, sinyal inhibisi yang
teregang akan dihantarkan terutama melalui nervus vagus untuk menekan pusat
makan, sehingga nafsu makan akan berkurang
Empat faktor duodenum terpenting yang memengaruhi pengosongan
lambung adalah lemak, asam, hipertonisitas, dan peregangan. Adauya satu atau
lebih rangsangan ini di duodenum akan mengaktifkan reseptor duodenum yang
sesuai, memicu respons saraf atau hormon yang mengerem aktivitas peristaltik
antrum sehingga memperlambat laju pengosongan lambung.

15
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018

Jenis-jenis faktor yang terus-menerus dimonitor di dalam duodenum dan


yang dapat mengawali refleks penghambatan enterogastrik adalah sebagai
berikut. Derajat peregangan duodenum, Adanya iritasi dengan derajat berapa
pun dalam mukosa duodenum
Saat terjadi inflamasi di usus, terjadi hipersekresi mukus oleh sel epitel,
peregangan oleh histamin, hal ini menyebabkan usus teregang (rasa penuh) yang
menyebabkan pengiriman sinyal inhibisi melalui N.Vagus untuk menekan pusat
makan sehingga nafsu makan berkurang (Guyton, 2011).

7. Pemeriksaan feses sediaan lansung (mikroskopis): ditemukan gambaran parasit


dengan alat gerak bening, dibentuk mendadak dan bergerak cepat. Didalam
parasit tersebut terdapat gambaran satu inti sel dan RBC.
a. Bagaimana morfologi parasit hasil pemeriksaan mikroskopis feses? (must to
know) (1)
Jawab:
Bentuk yang ditemukan saat pada fase Histolytica :
Bentuk histolitika memiliki diameter 12-60 mikron. Inti membran nukleus
dibentuk garis kromatin sama rata, terdapat jaring-jaring fibril, dan terdapat
karyosome di tengahnya. Endoplasma mengandung butiran halus, biasanya tidak
mengandung bakteri atau sisa makanan, tetapi mengandung sel darah merah
(SDM). Ektoplasmanya tidak berwarna dan terdapat pada bagian terluar sel.
Terdapatnya pseudopodium yang dibentuk oleh ektoplasma memudahkan E.
histolytica untuk bergerak secara cepat.
b. Apa jenis parasit yang menginfeksi Tn. X?
Jawab: Entamoeba histolytica
c. Apa fase parasit pada pemeriksaan mikroskopis feses tersebut?
Jawab: fase trofozoit
d. Bagaimana siklus hidup dari parasit yang menginfeksi?
Jawab: Siklus hidup Entamoeba histolytica :
Kista dengan 4 inti (mis., Metacyst) dicerna secara oral dengan
makanan yang terkontaminasi atau air minum. Setelah menetas di intestinal,
sitoplasma dan nukleus membelah untuk membentuk 8 amoebula kecil.
Kemudian Trofozoit dewasa (Bentuk minuta) bereproduksi dengan

16
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018

pembelahan biner. Dalam keadaan tertentu menjadi Kista tidak berinti


(Prekista) yang mengandung badan kromatoid dan vakuola glikogen.
Prekista kemudian menjadi Kista dengan 2 inti dan tubuh kromatoid. Kista
menajdi 4 nukleus (metakista) dibebaskan bersama tinja dan menjadi
infeksius ketika tertelan oleh manusia. Beberapa bentuk minuta dapat
tumbuh menjadi bentuk magna, yang masuk ke dalam dinding usus dan,
melalui aliran darah, organ-organ lain seperti hati, paru-paru, dan otak di
mana mereka menyebabkan abses (Encyclopedia of Parasitology, 2008)

8. Pemeriksaan feses sediaan lansung (mikroskopis) Ny. L ditemukan gambaran


beberapa sel bulat dengan inti 2. inti sel memiliki titik ditengah dan pada
dinding dalam inti sel memiliki butiran tersebar rata. Ada sel bulat tanpa atau
disertai bentuk sosis didalamnya.
a. Apa fase parasit pada pemeriksaan mikroskopis feses tersebut?
Jawab: Kista
b. Apa perbandingan fase terhadap pemeriksaan mikrokopis Tn. X?
Jawab:
Pada Tn. X fase yang ditemukan adalah trofozoit dimana parasit tidak
infektif. Pada Ny. L fase parasit ada pada fase infektif berupa kista.
c. Bagaimana perbandingan morfologi hasil pemeriksaan feses mikrokopis Tn.
X dan Ny. L? (must to know) (1)
Jawab:
Pada mikroskopis feses Ny. Y ditemukan E. histolytica fase kista dengan
morfologi kista : ukuran 10-20 mikron, bentuk bulat hingga lonjong,
mempunyai dinding kista sebagai pelindung diri, dan berinti entamoeba.
Memiliki inti sebanyak 1, 2, atau 4 dengan karyosome di tengah/sentral.
Pada endoplasma terdapat benda kromatoid berukuran besar yang
sebenarnya merupakan kumpulan ribosom. Bentuk kista memiliki viabilitas
yang tinggi, yakni dapat bertahan hingga 3 bulan pada lingkungan yang
sesuai.
Sedangkan morfologi fase trofozoit dalam yang ditemukan dalam feses
Tn.X adalah :
Ukuran 12—60 mikron. Inti membran nukleus dibentuk garis kromatin
sama rata, terdapat jaring-jaring fibril, dan terdapat karyosome di tengahnya.

17
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018

Endoplasma mengandung butiran halus, biasanya tidak mengandung bakteri


atau sisa makanan, tetapi mengandung sel darah merah (SDM).
Ektoplasmanya tidak berwarna dan terdapat pada bagian terluar sel
membentuk pseudopodium.

TROFOZOIT KISTA

Sumber :

Chiodini, P. L., Moody, A. H., & Manser, D. W. (2001). Atlas of Medical Helminthology and
Protozoology. Churcill Livingstone.

18
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018

KERANGKA KONSEP

Tn.X, 21 Th, terinfeksi kista E. Hitolytica

Trofozoit E. Hitolytica di usus, lekat dengan Gal/GalNAc lectin

Disrupsi epitel oleh cystein proteinase

Ulkus Flask-shape Produksi IL-8 (kemotaxic Hipersekresi Pelepasan IL1, IL6 dan
neutrofil) oleh sel epitel mucin TNF oleh macrofag

Pembentukan sinus dan


ulsaserasi luas Demam intermitten

Ulcus muscularis Produksi Bradikinin oleh Peregangan usus


mucosa neutrofil dan prsepsi penuh

Defekasi Nyeri visceral (nyeri tekan dan Diare cair, berlendir Tidak nafsu makan
sakit perut) dan berdarah

Tenesmus

19
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM :04011181823048
Kelas : Gamma 2018

DAFTAR PUSTAKA

Chiodini, P. L., Moody, A. H., & Manser, D. W. (2001). Atlas of Medical


Helminthology and Protozoology. Churcill Livingstone.

Drake, et al. (2012). Gray's Anatomy. Elsevier.

Espinosa-Cantellano, M., & Martínez-Palomo, A. (2000). Pathogenesis of intestinal


amebiasis: from molecules to disease. Clinical microbiology reviews, 13(2), 318–
331. doi:10.1128/cmr.13.2.318-331.2000

Ghosh, S., Padalia, J., & Moonah, S. (2019). Tissue Destruction Caused by Entamoeba
histolytica Parasite: Cell Death, Inflammation, Invasion, and the Gut Microbiome.
Current clinical microbiology reports, 6(1), 51–57. doi:10.1007/s40588-019-
0113-6

Guyton, & Hall. (2011). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Elsevier.

Mehlhorn, Heinz (Ed). (2008). Encyclopedia of Parasitology. Springer Reference.

Ralston, K. S., & Petri, W. A., Jr (2011). Tissue destruction and invasion by Entamoeba
histolytica. Trends in parasitology, 27(6), 254–263. doi:10.1016/j.pt.2011.02.006

Sherwood, L. (2012). Introduction to Human Physiology. Elsevier.

Snell, R. S. (2002). Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. EGC.

20

Anda mungkin juga menyukai