Anda di halaman 1dari 19

Nama : Mutiah Khoirunnisak

NIM : 04011181823048
Kelas : Gamma 2018
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Hemoglobin (Hb)
Nilai normal :
Pria : 13 - 18 g/dL SI unit : 8,1 - 11,2 mmol/L
Wanita : 12 - 16 g/dL SI unit : 7,4 – 9,9 mmol/L

Penetapan anemia didasarkan pada nilai hemoglobin yang berbeda secara


individual karena berbagai adaptasi tubuh (misalnya ketinggian, penyakit paru-
paru, olahraga). Secara umum, jumlah hemoglobin kurang dari 12 gm/dL
menunjukkan anemia (Kemenkes RI, 2011).
Implikasi klinik :
a) Penurunan nilai Hb dapat terjadi pada anemia (terutama anemia karena
kekurangan zat besi), sirosis, hipertiroidisme, perdarahan, peningkatan
asupan cairan dan kehamilan.
b) Peningkatan nilai Hb dapat terjadi pada hemokonsentrasi (polisitemia, luka
bakar), penyakit paru-paru kronik, gagal jantung kongestif dan pada orang
yang hidup di daerah dataran tinggi.
c) Konsentrasi Hb berfl uktuasi pada pasien yang mengalami perdarahan dan
luka bakar.
d) Konsentrasi Hb dapat digunakan untuk menilai tingkat keparahan anemia,
respons terhadap terapi anemia, atau perkembangan penyakit yang
berhubungan dengan anemia.
2. Leukosit (sel darah putih)
Nilai normal : 3200 – 10.000/mm3 SI : 3,2 – 10,0 x 109/L
Deskripsi:
Fungsi utama leukosit adalah melawan infeksi, melindungi tubuh dengan
memfagosit organisme asing dan memproduksi atau mengangkut/
mendistribusikan antibodi. Ada dua tipe utama sel darah putih:
a) Granulosit: neutrofi l, eosinofi l dan basofi l
b) Agranulosit: limfosit dan monosit (Kemenkes RI, 2011).
3. Trombosit (platelet)
Nilai normal : 170 – 380. 103/mm3 SI : 170 – 380. 109/L

1
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM : 04011181823048
Kelas : Gamma 2018
Deskripsi
Trombosit adalah elemen terkecil dalam pembuluh darah. Trombosit
diaktivasi setelah kontak dengan permukaan dinding endotelia. Trombosit
terbentuk dalam sumsum tulang. Masa hidup trombosit sekitar 7,5 hari. Sebesar
2/3 dari seluruh trombosit terdapat disirkulasi dan 1/3 nya terdapat di limfa.
Implikasi klinik:
a) Trombositosis berhubungan dengan kanker, splenektomi, polisitemia vera,
trauma, sirosis, myelogeneus, stres dan arthritis reumatoid.
b) Trombositopenia berhubungan dengan idiopatik trombositopenia purpura
(ITP), anemia hemolitik, aplastik, dan pernisiosa. Leukimia, multiple
myeloma dan multipledysplasia syndrome.
c) Obat seperti heparin, kinin, antineoplastik, penisilin, asam valproat dapat
menyebabkan trombositopenia.
d) Penurunan trombosit di bawah 20.000 berkaitan dengan perdarahan spontan
dalam jangka waktu yang lama, peningkatan waktu perdarahan
petekia/ekimosis.
e) Asam valproat menurunkan jumlah platelet tergantung dosis.
f) Aspirin dan AINS lebih mempengaruhi fungsi platelet daripada jumlah
platelet (Kemenkes RI, 2011).
4. Laju Endap Darah (LED)
Nilai normal:
Pria <15mm/1 jam
Wanita <20mm/1 jam
Deskripsi:
LED atau juga biasa disebut Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR)
adalah ukuran kecepatan endap eritrosit, menggambarkan komposisi plasma
serta perbandingan eritrosit dan plasma. LED dipengaruhi oleh berat sel darah
dan luas permukaan sel serta gravitasi bumi (Kemenkes RI, 2011).
Laju endap darah (LED) disebut juga erythrocyte sedimentation rate
(ESR) atau sedimentation rate (sed rate) atau bezinking-snelheid der
erythrocyten (BSE) adalah kecepatan pengendapan sel-sel eritrosit di dalam
tabung berisi darah yang telah diberi antikoagulan dalam waktu satu jam.

2
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM : 04011181823048
Kelas : Gamma 2018
Laju endap darah juga didefinisikan sebagai kecepatan pengendapan sel-
sel eritrosit dalam plasma (Burns, 2004). Hasil pemeriksaan LED digunakan
sebagai penanda non spesifik perjalanan penyakit, khususnya memantau proses
inflamasi dan aktivitas penyakit akut (Seldon, 1998; Herdiman T. Pohan, 2004).
Peningkatan nilai LED menunjukkan suatu proses inflamasi dalam tubuh
seseorang, baik inflamasi akut maupun kronis, atau adanya kerusakan jaringan.
Proses pengendapan darah terjadi dalam 3 tahap yaitu tahap awal adalah
fase pembentukan rouleaux dimana sel-sel eritrosit tersusun bertumpuk-tumpuk
yang berlangsung dalam waktu 10 menit, tahap kedua adalah fase pengendapan
rouleaux eritrosit dengan kecepatan konstan yang berlangsung selama 40 menit,
dan tahap ketiga adalah fase pengendapan eritrosit dengan kecepatan melambat
disertai proses pemadatan eritrosit. Maka pembacaan hasil pemeriksaan darah
adalah 1 jam setelah tabung Westergren yang telah berisi sampel darah
diletakkan tegak lurus pada raknya. Nilai rujukan normal LED wanita dewasa 0-
20 mm/jam (wanita usia > 50 tahun 0-30 mm/jam), pria dewasa 0-15 mm/jam
(pria usia > 50 tahun 0-20 mm/jam), anak-anak 0-10 mm/jam, dan neonatus 0-2
mm/jam .
Metode Westergren menggunakan darah yang diencerkan (4 volume
darah dan 1 volume sitrat) dan dibiarkan mengendap di dalam tabung kaca
terbuka dengan panjang 300 mm, diletakkan tegak lurus pada rak khusus.
Interpretasi hasil pemeriksaan LED metode Westergren perlu waktu cukup lama
yaitu 1 jam dan kadang diperlukan hasil LED setelah 2 jam, maka diperkenalkan
metode modifikasi Westergren, yaitu dengan cara memiringkan posisi tabung
450 dan metode ini telah dipublikasikan dapat mempersingkat waktu
pemeriksaan yaitu menjadi 7-15 menit dengan hasil setara dengan metode
Westergren standar pada 1--3 jam setelah tabung ditegakkan (Repository
Maranatha).

Gambar 1. LED

3
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM : 04011181823048
Kelas : Gamma 2018
5. Sel Darah Putih Differensial
Deskripsi:
a) Neutrofil melawan infeksi bakteri dan gangguan radang
Nilai normal: Segment : 36% - 73% SI unit : 0,36 – 0,73
Bands : 0% - 12% SI unit : 0,00 – 0,12
Deskripsi
Neutrofi l adalah leukosit yang paling banyak. Neutrofi l terutama berfungsi
sebagai pertahanan terhadap invasi mikroba melalui fagositosis. Sel ini
memegang peranan penting dalam kerusakan jaringan yang berkaitan dengan
penyakit noninfeksi seperti artritis reumatoid, asma dan radang perut
(Kemenkes RI, 2011).
b) Eosinofil melawan gangguan alergi dan infeksi parasit
Nilai normal : 0% - 6%
Deskripsi
Eosinofi l memiliki kemampuan memfagosit, eosinofi l aktif terutama pada
tahap akhir infl amasi ketika terbentuk kompleks antigen-antibodi. Eosinofi
l juga aktif pada reaksi alergi dan infeksi parasit sehingga peningkatan nilai
eosinofil dapat digunakan untuk mendiagnosa atau monitoring penyakit
Basofi l melawan diskrasia darah dan penyakit myeloproliferatif
c) Basofil
Nilai normal : 0% - 2%
Deskripsi
Fungsi basofi l masih belum diketahui. Sel basofi l mensekresi heparin dan
histamin. Jika konsentrasi histamin meningkat, maka kadar basofil biasanya
tinggi. Jaringan basofi l disebut juga mast sel.
d) Limfosit melawan infeksi virus dan infeksi bakteri
Nilai normal : 15% - 45%
Deskripsi:
Merupakan sel darah putih yang kedua paling banyak jumlahnya. Sel ini
kecil dan bergerak ke daerah inflamasi pada tahap awal dan tahap akhir
proses infl amasi. Merupakan sumber imunoglobulin yang penting dalam
respon imun seluler tubuh. Kebanyakan limfosit terdapat di limfa, jaringan

4
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM : 04011181823048
Kelas : Gamma 2018
limfatikus dan nodus limfa. Hanya 5% dari total limfosit yang beredar pada
sirkulasi.
e) Monosit
Nilai normal : 0%-11% (Kemenkes RI, 2011).
Deskripsi:
Monosit merupakan sel darah yang terbesar. Sel ini berfungsi sebagai lapis
kedua pertahanan tubuh, dapat memfagositosis dengan baik dan termasuk
kelompok makrofag. Manosit juga memproduksi interferon

Tabel 1. Nilai Normal Darah Putih Differensial


Sumber : Pedoman Interpretasi Data Klinik. (2011). Kemenkes RI .

6. Widal Test
Test widal adalah tes serologis untuk menentukan diagnosis demam
tifoid. Pada uji Widal, akan dilakukan pemeriksaan reaksi antara antibodi
aglutinin dalam serum penderita yang telah mengalami pengenceran berbeda-
beda terhadap antigen somatic (O) dan flagela (H) yang ditambahkan dalam
jumlah yang sama sehingga terjadi aglutinasi. Pengenceran tertinggi yang masih
menimbulkan aglutinasi menunjukaan titer anti bodi dalam (Mahartini, 2018).
Prinsip tes Widal adalah pasien dengan demam tifoid atau demam enteric
akanmemiliki antibodi di dalam serumnya yang dapat bereaksi dan beraglutinasi
dilusi ganda. Pada daerah endemis demam typhoid sering ditemukan level
antibodi yang rendah pada populasi normal. Penentuan diagnosis yang tepat
untuk hasil positif dapat menjadi sulit pada area yang berbeda. Reaksi positif

5
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM : 04011181823048
Kelas : Gamma 2018
bisa ada pada orang yang pernah tertular Salmonella tiphy dan pada orang yang
pernah mendapatkan vaksin demam tifoid (Mahartini, 2018)
Prosedur
1. Spesimen
Spesimen yang digunakan dalam tes Widal adalah serum yang didapatkan
dari pembuluh darah vena pasien. Khusus pada kasus yang tes Widalnya
ditunda atau tidak dilakukan segera setelah pengambilan sampel serum,
maka spesimen serum pasien harus disimpan pada tempat yang dingin
dengan temperature 20C-80C.
2. Penyimpanan dan Stabilitas Reagen
Semua reagen (Suspensi antigen S. typhi O, Suspensi antigen S. typhi H,
Suspensi antigen S. paratyphi “AH‟, dan Suspensi antigen S. paratyphi
“BH‟) yang siap digunakan disimpan pada ruangan dengan temperatur 20C-
80C.sampai jika akan digunakan
3. Reagen dan Alat
a. Alat dan Bahan
I. Tes Aglutinsi Slide::
Alat :
a) Rak tes Widal;
b) Slide tes Widal;
c) Pipet;
d) Applicator stick;
e) Rotator; dan
f) Sentrifugue.
Bahan :
a. Spesimen serum pasien

b. Suspensi antigen Salmonella enterica serotype typhi O (somatik) dan H


(flagellar)

c. Suspensi antigen Salmonella enterica serotype paratyphi AH dan BH

6
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM : 04011181823048
Kelas : Gamma 2018
II. Tes Aglutinasi Tabung
Alat :
a) Rak tes Widal;
b) Tabung Felix (tabung dengan dasar berbentuk bulat);
c) Tabung Dreyer‟s (tabung dengan dasar berbentuk kerucut); dan
d) Pipet
Bahan :
a. Spesimen serum pasien

b. Dilusi ganda serum pasien


c. Suspensi antigen Salmonella enterica serotype typhi O (somatik) dan H
(flagellar)
d. Suspensi antigen Salmonella enterica serotype paratyphi AH dan BH

4. Cara Kerjaa.
Terdapat 2 cara dalam tes Widal yaitu :
1) Tes Aglutinasi Slide; dan
2) Tes Aglutinasi Tabung.
I. Tes Aglutinasi Slide:

1. Persiapkan enam buah slide tes Widal dan buat lingkaran pada masing-
masing slide.

2. Kemudian beri label lingkaran slide “H”, “O”, “A”, “B”, kontrol negatif (-)
dan kontrol positif (+).

3. Teteskan satu tetes serum undilusi 20 ul pada empat lingkaran pertama


dengan menggunakan pipet pastur steril. Satu tetes serum kontrol positif (+)
dan serum kontrol negatif (-) diteteskan pada masing-masing lingkaran
kelima dan keenam.

4. Teteskan satu tetes antigen H Salmonella enterica serotype typhi (flagellar)


pada lingkaran pertama, satu tetes anigen O Salmonella enterica serotype
typhi (somatik) ditambahkan pada lingkaran kedua. Satu tetes antigen A

7
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM : 04011181823048
Kelas : Gamma 2018
dan B Salmonella enterica serotype paratyphi ditambahkan pada masing-
masing lingkaran ketiga dan keempat.
5. Teteskan satu tetes antigen H Salmonella enterica serotype typhi (flagellar)
pada lingkaran kelima dan keenam. Maka akan didapatkan campuran serum
dan antigen seperti Gambar. 1

6. Dengan menggunakan separate applicator stick, serum dan antigen dicampur


bersama-sama secara rata dan disebarkan sampai mengisi keseluruh
permukaan lingkaran.

7. Kemudian rotator selama satu menit.

8. Lakukan observasi untuk melihat ada tidaknya aglutinsai makroskopis.

9. Jika dengan pencampuran 20 ul serum dan satu tetes antigen terjadi


aglutinasi maka titernya adalah 1:80. Kemudian dilakukan pengenceran
dengan pencampuran 10 ul serum dan satu tetes antigen, jika terjadi
aglutinasi maka titernya adalah 1:160.

10. Lakukan pengenceran sampai tidak terjadi aglutinasi lagi. Aglutinasi


terakhir dipakai sebagai titer.

8
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM : 04011181823048
Kelas : Gamma 2018

Gambar 2. Gambar pencampuran antara serum dan antigen pada tes aglutinasi slide

II. Tes Aglutinasi Tabung11


Serum pasien didilusi ganda dengan pencampuran dan pemindahan dari
1:10 sampai 1:640 pada deretan pertama sampai keempat. Deretan pertama
biasanya terdiri dari tabung Felix, sedangkan untuk semua deretan yang
tersisa terdiri dari tabung Dreyer‟s. Adapun cara kerja dari tes aglutinasi
tabung adalah sebagai berikut (gambar 2):
1. Ambil tabung Felix sejumlah 8 buah dan susun pada deretan pertama.

2. Ambil tabung Dreyer‟s sejumlah 24 buah dan susun pada deretan kedua,
ketiga, dan keempat dengan jumlah masing-masing tiap deret adalah 8
buah tabung.
3. Beri label 1-8 pada masing-masing tabung di tiap deret (deret 1-4) untuk
deteksi antibodi O, H, AH, dan BH.
4. Masukkan 0,1 ml larutan salin isotonik pada tabung no 1 di masing-
masing deret (deret 1-4).
5. Sedangkan untuk tabung sisanya (tabung no 2-8) pada tiap deret
dimasukkan larutan salin isotonik sejumlah 0,5 ml.
6. Kemudian untuk semua tabung no 1 pada tiap deretan ditambahkan 0,9
ml sampel serum pasien untuk dilakukan pengetesan dan pencampuran.
7. Pindahkan 0,5 ml serum dilusi dari tabung no 1 ke tabung no 2 dan
kemudian dilakukan pencampuran pada tabung no 2.

9
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM : 04011181823048
Kelas : Gamma 2018
8. Pindahkan 0,5 ml serum dilusi dari tabung no 2 ke tabung no 3 dan
kemudian dilakukan pencampuran pada tabung no 3. Lakukan serial
dilusi secara berlanjut sampai tabung no 7 di setiap deret.
9. Buang 0,5 ml serum dilusi pada tabung no 7 di setiap deret.
10. Tabung no 8 pada setiap deret digunakan sebagai control salin.
11. Sekarang dilusi yang sudah dicapai pada sampel serum di tiap tabung
pada deret 1-4 adalah sebagai berikut:
Tabung no. 1 2 3 4 5 6 7 8
Dilusi 1:10 1:20 1:40 1:80 1:160 1:320 1:640 –
12. Kemudian semua tabung (tabung no 1-8) pada setiap deretan
ditambahkan dengan dengan 1 tetes suspensi antigen tes Widal (O, H,
AH, BH) dari vial reagen dan campur dengan rata. Sekarang dilusi yang
sudah dicapai pada sampel serum di tiap tabung pada deret 1-4 adalah
sebagai berikut :
Tabung no. 1 2 3 4 5 6 7 8
Dilusi 1:20 1:40 1:80 1:160 1:320 1:640 1:1280 –
13. Tutup semua tabung di setiap deretan dan diinkubasi pada temperature
370C semalam (kurang lebih 18 jam).
14. Kemudian lakukan observasi untuk melihat ada tidaknya aglutinasi
makroskopis.

Gambar 3. Widal test


Sumber : https://microbiologyinfo.com/wpcontent/uploads/2015/05/Interpretation-of-
Widal-Test-Tube-Method.gif

10
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM : 04011181823048
Kelas : Gamma 2018
Aglutinasi slide kualitatif dan aglutinasi tabung semi kuantitatif (titrasi)
dilakukan menggunakan kit antigen demam Salmonella typhi (kit Antigen
Febrile Chromatest, bahan kimia Linear, Barcelona, Spanyol). Tes aglutinasi
slide digunakan sebagai tes skrining untuk keberadaan antibodi anti TO dan anti
TH dalam serum pasien. Untuk tes aglutinasi slide, setetes antigen Salmonella
typhi O dan H ditambahkan pada setetes serum pada kartu dan diputar pada 100
rpm selama satu menit dan dilaporkan sebagai reaktif atau non reaktif. Untuk
aglutinasi slide yang hasilnya reaktif dan titer reaktif lemah ditentukan. Dalam
uji aglutinasi tabung (titrasi), sampel serum diencerkan secara serial dengan
menggunakan sediaan garam segar 0,95% dari 1:20 menjadi 1: 640 untuk anti
TO dan anti TH secara terpisah dalam 12 tabung reaksi. Kemudian setetes
antigen O dan antigen H ditambahkan dalam tabung reaksi, jumlah yang sama di
semua.
Titer antibodi 1:80 untuk antigen O dan 1: 160 untuk antigen H diambil
sebagai potongan nilai untuk menunjukkan infeksi tipus baru-baru ini (titer
positif) (Andualem, 2014).
7. Test tubex
Tes tubex merupakan salah satu dari uji serologis yang menguji
aglutinasi kompetitif semikuantitatif untuk mendeteksi adanya antibodi IgM
terhadap antigen lipopolisakarida (LPS) O-9 S. typhi dan tidak mendeteksi IgG.
Tes tubex memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik daripada uji
widal. Sensitivitasnya mampu ditingkatkan melalui penggunaan partikel
berwarna sedangkan spesifisitasnya ditingkatkan dengan penggunaan antigen
O9. Antigen ini spesifik dan khas pada Salmonella serogrup D .
Tes ini dapat menjadi pemeriksaan yang ideal dan dapat digunakan
untuk pemeriksaan rutin karena prosesnya cepat, akurat, mudah dan sederhana.
Respon terhadap antigen O9 berlangsung cepat karena antigen O9 bersifat
imunodominan yang mampu merangsang respon imun, sehingga deteksi antigen
O9 dapat dilakukan pada hari ke-4 hingga ke-5 (infeksi primer) dan hari ke-2
hingga ke-3 (infeksi sekunder). Tes tubex menggunakan pemisahan partikel
untuk mendeteksi antibodi IgM dari seluruh serum pada antigen serotipe typhi
O9 lipopolisakarida. Antibodi pasien menghambat pengikatan antara partikel

11
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM : 04011181823048
Kelas : Gamma 2018
indikator yang dilapisi dengan antibodi monoklonal anti-O9 dan lipopolisakarida
yang dilapisi partikel magnetik. Spesimen dapat menggunakan sampel serum
atau plasma heparin. Hasil tes tubex ditentukan berdasarkan skor yang
interpretasinya dapat dilihat pada tabel.
a. Prosedur :
a) Bahan :
1. Tubex reaction well strip
2. Tubex TF Brown Reagent
3. Tubex TF Blue Reagent
4. Tubex TF negative controll
5. Tubex TF potive control
6. Tubex coloured sticker
7. Tubex sealing tape
8. Tubex coloure scale
9. Magnetic stand
b) Cara kerja
1. Tambahkan 45 uL brown reagent ke setiap reaction well strip
2. Masukkan 45 uL tubex negtaif pada reaction well strip 1, mix10 x.
3. Masukkan 45 uL positif kontrol pada reaction well strip 2, mix10 x.
4. Masukkan 45 uL sampel yang akan diuji pada reaction well strip
lainnya, mix10 x.
5. Inkubasi selama 2 menit
6. Tambahakn 90 uL tubex TF blue reagent tiap reaction well
7. Tutup reaction well strip menggunakan tubex sealing tape dengan rapat
8. Tahan dan miringkan 90 derajat, kocok 2 menit.
9. Letakkan strip reaksi pada skala warna biarkan 5 menit untuk persiapan
untuk mendapatkan supernatan yang jelas. Baca hasilnya sesuai skala warna.

Tabel 2. Interpretasi Hasil Uji Tubex


Sumber : Setiana, G. P., & Kautsar, A. P. (2017). REVIEW ARTIKEL:
PERBANDINGAN METODE DIAGNOSIS DEMAM TIFOID. Farmaka , 101.

12
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM : 04011181823048
Kelas : Gamma 2018

Gambar 4. Tubex Assay Procedure

Sumber: Tubex TF Assay Procedure, 2007.

13
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM : 04011181823048
Kelas : Gamma 2018
ANALISI MASALAH DAN PEMBAHASAN

1. Pemeriksaan penunjang :

Hb : 11,5 gr%, leukosit : 3000/uL, Trombosit 284000/uL, LED : 40 mm/jam, hitung


jenis : 0/0/1/52/46/1

Widal : Salmonella thypi titer O : 1/160 dan H 1/160, IgM Salmonella thypi (tubex)
: 3.

a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan penunjang pada kasus?

Hb : 11,5 gr/%  anemia (Wanita normal : 12 - 16 g/dL)

leukosit : 3.000/µL  nilai leukosit rendah ( Nilai normal : 3200 – 10.000/mm 3


SI : 3,2 – 10,0 x 109/L)
Trombosit 284.000/µL  284.000/µL = Normal
(Nilai normal : 170 – 380. 103/mm3 SI : 170 – 380. 109/L)
LED : 40 mm/jam diatas normal (normal Wanita <20mm/1 jam)
menunjukkan adanya inflamasi kronis maupun akut.
hitung jenis : 0/0/1/52/46/1

basofil : 0 (normal) , eosinofil : 0 (normal), staf : 1 (normal), neutrofil segmen :


52 (normal) , limfosit 46 (tinggi), dan monosit (normal)

Nilai normal jumlah lekosit berdasarkan Kemenkes RI 2011 adalah Basofil 0—


2%, 0—6%, Staf 0—12%, Netrofil segmen 36—73%, Limfosit 15—45 % dan
Monosit 0—10%.

Widal Test Titer O 1/160 dan H : 1/60  positif Salmonella Typhi (minimum
titer O 1/80 dan H 1/160). Pada beberapa penelitian rata-rata titer O dan H
masing-masing 1/160 apabila positif dan akan menghasilkan titer O rendah
sampai 1/80 pada pasien yang sebelumnya mengonsumsi antibiotik (Velina,
dkk., 2016).

Tes Tubex = 3  borderline : Pengukuran tidak dapat disimpulkan. Ulangi


pengujian, apabila masih meragukan lakukan pengulangan beberapa hari
kemudian.

14
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM : 04011181823048
Kelas : Gamma 2018

b. Bagaimana teknik tes widal pada kasus?

Serum pasien didilusi ganda dengan pencampuran dan pemindahan dari


1:10 sampai 1:640 pada deretan pertama sampai keempat. Deretan pertama
biasanya terdiri dari tabung Felix, sedangkan untuk semua deretan yang
tersisa terdiri dari tabung Dreyer‟s. Adapun cara kerja dari tes aglutinasi
tabung adalah sebagai berikut (gambar 2):
1. Ambil tabung Felix sejumlah 8 buah dan susun pada deretan pertama.

2. Ambil tabung Dreyer‟s sejumlah 24 buah dan susun pada deretan kedua,
ketiga, dan keempat dengan jumlah masing-masing tiap deret adalah 8 buah
tabung.
3. Beri label 1-8 pada masing-masing tabung di tiap deret (deret 1-4) untuk
deteksi antibodi O, H, AH, dan BH.
4. Masukkan 0,1 ml larutan salin isotonik pada tabung no 1 di masing-
masing deret (deret 1-4).
5. Sedangkan untuk tabung sisanya (tabung no 2-8) pada tiap deret
dimasukkan larutan salin isotonik sejumlah 0,5 ml.
6. Kemudian untuk semua tabung no 1 pada tiap deretan ditambahkan 0,9
ml sampel serum pasien untuk dilakukan pengetesan dan pencampuran.
7. Pindahkan 0,5 ml serum dilusi dari tabung no 1 ke tabung no 2 dan
kemudian dilakukan pencampuran pada tabung no 2.
8. Pindahkan 0,5 ml serum dilusi dari tabung no 2 ke tabung no 3 dan
kemudian dilakukan pencampuran pada tabung no 3. Lakukan serial dilusi
secara berlanjut sampai tabung no 7 di setiap deret.
9. Buang 0,5 ml serum dilusi pada tabung no 7 di setiap deret.
10. Tabung no 8 pada setiap deret digunakan sebagai control salin.
11. Sekarang dilusi yang sudah dicapai pada sampel serum di tiap tabung
pada deret 1-4 adalah sebagai berikut:
Tabung no. 1 2 3 4 5 6 7 8
Dilusi 1:10 1:20 1:40 1:80 1:160 1:320 1:640 –
12. Kemudian semua tabung (tabung no 1-8) pada setiap deretan
ditambahkan dengan dengan 1 tetes suspensi antigen tes Widal (O, H, AH,

15
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM : 04011181823048
Kelas : Gamma 2018
BH) dari vial reagen dan campur dengan rata. Sekarang dilusi yang sudah
dicapai pada sampel serum di tiap tabung pada deret 1-4 adalah sebagai
berikut :
Tabung no. 1 2 3 4 5 6 7 8
Dilusi 1:20 1:40 1:80 1:160 1:320 1:640 1:1280 –
13. Tutup semua tabung di setiap deretan dan diinkubasi pada temperature
370C semalam (kurang lebih 18 jam).
14. Kemudian lakukan observasi untuk melihat ada tidaknya aglutinasi
makroskopis. Positif apabila minimal terjadi aglutinasi titer O 1/80 dan
H 1/160

Gambar 3. Widal test


Sumber : https://microbiologyinfo.com/wpcontent/uploads/2015/05/Interpretation-of-
Widal-Test-Tube-Method.gif

C. Bagaimana teknik tes tubex pada kasus?

Bahan :

1) Tubex reaction well strip


2) Tubex TF Brown Reagent
3) Tubex TF Blue Reagent
4) Tubex TF negative controll
5) Tubex TF potive control
6) Tubex coloured sticker
7) Tubex sealing tape

16
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM : 04011181823048
Kelas : Gamma 2018
8) Tubex coloure scale
9) Magnetic stand

Cara kerja

1) Tambahkan 45 uL brown reagent ke setiap reaction well strip


2) Masukkan 45 uL tubex negtaif pada reaction well strip 1, mix10 x.
3) Masukkan 45 uL positif kontrol pada reaction well strip 2, mix10 x.
4) Masukkan 45 uL sampel yang akan diuji pada reaction well strip
lainnya, mix10 x.
5) Inkubasi selama 2 menit
6) Tambahakn 90 uL tubex TF blue reagent tiap reaction well
7) Tutup reaction well strip menggunakan tubex sealing tape dengan rapat
8) Tahan dan miringkan 90 derajat, kocok 2 menit.

9) Letakkan strip reaksi pada skala warna biarkan 5 menit untuk persiapan
untuk mendapatkan supernatan yang jelas. Baca hasilnya sesuai skala
warna

17
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM : 04011181823048
Kelas : Gamma 2018
DAFTAR PUSTAKA

Andualem, G., Abebe, T., Kebede, N., Gebre-Selassie, S., Mihret, A., & Alemayehu, H.
(2014). A comparative study of Widal test with blood culture in the diagnosis of
typhoid fever in febrile patients. BMC research notes, 7, 653. doi:10.1186/1756-
0500-7-653
Mahartini, N. N. (2018). PEMERIKSAAN WIDAL UNTUK MENDIAGNOSIS
SALMONELLA TYPHIDI PUSKESMAS DENPASAR TIMUR 1. Denpasar:
BAGIAN PATOLOGI KLINIKFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS
UDAYANA.

Pedoman Interpretasi Data Klinik. (2011). Kemenkes RI .

Repository Maranatha. (n.d.). Retrieved September 12, 2019, from


https://repository.maranatha.edu/2685/3/0910148_Chapter1.pdf

Setiana, G. P., & Kautsar, A. P. (n.d.). REVIEW ARTIKEL: PERBANDINGAN


METODE DIAGNOSIS DEMAM TIFOID. Farmaka , 100--1-1.

Setiana, G. P., & Kautsar, A. P. (2017). REVIEW ARTIKEL: PERBANDINGAN


METODE DIAGNOSIS DEMAM TIFOID. Farmaka , 100--101.

Velina, V. R., Hanif, A. M., & Efrida. (2016). Gambaran Hasil Uji Widal Berdasarkan
Lama Demam pada Pasien Suspek Demam Tifoid. Jurnal Kesehatan Andalas ,
689.

18
Nama : Mutiah Khoirunnisak
NIM : 04011181823048
Kelas : Gamma 2018

Kerangka Konsep

Nn. A, wanita terinfeksi


salmonella Typhi dari
Makanan/ minuman
terkontaminasi Salmonnela
typhi

Invasi dan multiplikasi Salmonella typhy


di epitel intestinum tenue

Endositosis Salmonella Typhy ke lamina Propria intestinum tenue


dimediasi Salmonella Pathogenicity Island 1 (SPI-1 T3 SS)

Endotoxin Lipopolisakarida (LPS)


menginduksi fagositosis macrofag,
Salmonella bereplikasi dalam macrofag

Terbawa sirkulasi Limfe Induksi Inflamatory


Macrophage Protein-
Ke 1 (IMP-1)
Induksi endogen pirogen
Sum-sum Hepar dan (IL-1, TNF-α, Il-6, dan
Darah
tulang Limfe IFN) oleh leukosit
Ke

Anemia Infeksi Sekunder GI Sintesis PGE-2


melalui empedu di OVLT

Malaise Tidak nafsu makan dan


mual Peningkatan
Thermoregulator Set point
di adenohypofisis

Demam

19

Anda mungkin juga menyukai