Pembimbing:
dr. Sofyan Effendi, Sp.THT
Oleh:
Nabila Tamara, S.Ked (712018007)
Anisia Ayunda Putri, S.Ked (712018009)
Roseline Natazsa Puri Gracia, S.Ked (712018010)
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Difteri adalah suatu penyakit infeksi akut yang sangat menular, disebabkan oleh toxin
dari bakteri yang ditandai dengan pembentukan pseudomembran pada kulit dan atau
mukosa, dan penyebarannya melalui udara.
Cara penularan kontak dengan pasien atau karier melalui droplet ketika batuk,
bersin atau berbicara
Kejadian luar biasa dapat terjadi terutama pada golongan umur rentan yaitu bayi dan
anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DIFTERI
Difteri adalah suatu infeksi akut yang sangat menular, disebabkan oleh Corynebacterium
diphtheriae dengan ditandai pembentukan pseudo-membran pada kulit dan atau mukosa.
Sifat:
kuman batang gram-positif , tidak bergerak,
pleomorfik, tidak berkapsul, tidak
membentuk spora, mati pada pemanasan
60ºC, tahan dalam keadaan beku dan kering.
3 tipe utama garvis intermedius mistis
Manusia sebagai reservoir infeksi, transmisi terutama terjadi karena kontak dekat
dengan kasus atau carrier.
Identifikasi Sumber Infeksi : Mencari carrier dari kultur hidung dan tenggorok
pada orang yang kontak dekat dengan penderita difteri
Identifikasi Kontak Dekat : Identifikasi semua kontak dekat, khususnya
anggota keluarga
PATOGENESIS
MANIFESTASI KLINIS
1. Difteri 2. Difteri
Hidung Tonsil-Faring
•Menyerupai common cold •nyeri tenggorok gejala awal yang
•Sekret hidung berangsur umum
menjadi serosanguinus dan •1-2 hari timbul membrane yang
melekat berwarna putih kelabu
kemudian mukopurulen, •Bull neck : Edema jaringan lunak
menyebabkan lecet pada nares dibawahnya dan pembesaran
dan bibis atas. Pada limfonodi
pemeriksaan tampak membran •Pada kasus berat, dapat terjadi
putih pada daerah septum nasi. kegagalan pernafasan atau sirkulasi.
MANIFESTASI KLINIS
Anamnesis
Kontak dengan penderita difteri
Suara serak
Pemeriksaan Fisik
Tonsilitis, faringitis, rinitis
Laboratorium
Kriteria konfirmasi laboratorium difteri adalah kultur atau PCR positif.
DIAGNOSIS BANDING
1. Difteria 2. Difteria 3. Difteria
4. Difteria Kulit
Hidung, Faring, Laring,
• rhinorrhea • tonsillitis • laryngitis • impetigo dan
• benda asing membranosa • benda asing infeksi kulit
dalam hidung, akut ec dalam laring yang
streptokokus disebabkan
• tonsillitis oleh
membranosa streptokokus
non-bakterial atau
• tonsilitis stafilokokus
herpetika
primer
KOMPLIKASI
1. Obstruksi jalan napas
2. Dampak toksin dapat bermanifestasi pada jantung berupa
miokarditis yang dapat terjadi baik pada difteria ringan
maupun berat
3. Infeksi sekunder bakteri
PENATALAKSANAAN
Umum
Istirahat tirah baring selama kurang lebih 2 - 3 minggu atau lebih
lama bila terjadi miokrditis
Oksigen bila sesak nafas
Pemberian cairan serta diet makanan lunak yang mudah dicerna
dengan kalori tinggi
Khusus pada difteria laring dijaga agar nafas tetap bebas serta dijaga
kelembaban udara dengan menggunakan humidifier.
Trakeostomi pada kasus dengan obstruksi saluran nafas berat
Prednisone 1 – 1,5 mg/kgbb/hari, peroral, tiap 6 – 8 jam pada kasus
berat selama 14 hari.
Khusus
Prognosis difteri setelah ditemukannya ADS dan antibiotik lebih baik daripada
sebelumnya.
tonsil dan faring, difteri laring, difteri kulit, difteri vulvovaginal, difteri
konjungtiva, dan difteri telinga.
Diagnosis dini difteri sangat penting karena keterlambatan pemberian antitoksin
Hendarto TW, Indarso F, Pusponegoro TJ. Bab VI imunisasi pasif. In: Ranuh IN, Suyitno H, Hadinegoro, Sri Rezeki S,
Kartasasmita, Cissy B, Ismoedjianto, Soedjatmiko, editors. Pedoman imunisasi di Indonesia. 5th ed. Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2014. p. 195.
SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Sanglah. Difteria. In: Pedoman pelayanan medis ilmu kesehatan anak.
Denpasar: SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Sanglah; 2010.
Hadinegoro SRS. Bab II Jadwal imunisasi. In: Ranuh IN, Suyitno H, Kartasasmita CB, Ismoedjianto, Soedjatmiko,
editors. Pedoman imunisasi di Indonesia. 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2014. p. 275–7.
Pemerintah optimis KLB difteri bisa teratasi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [Internet]. 2018 [cited 2019
Augt 26]. Available from: http://www.depkes. go.id/pdf.php?id=18011500004.
FAQ seputar kegiatan outbreak response immunization (ORI) difteri. IDAI [Internet]. 2017 [cited 2019 Augt 26].
Available from: http://www.idai.or.id/about-idai/idaistatement/faq-seputar-kegiatan-outbreak-response-immunization-ori-
difteri.
Kementerian Kesehatan RI. Bab VI pengendalian penyakit. In: Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2017. p. 174–5.
TERIMAKASIH