Anda di halaman 1dari 13

Nama : Dinda Dwipermata Putri

NIM : 04011181823051
LEARNING ISSUE
TRIKIASIS
Definisi
Trikiasis adalah suatu keadaan dimana bulu mata tumbuh mengarah pada bola mata yang
akan menggosok kornea atau konjungtiva. Bulu mata dapat tumbuh dalam posisi yang abnormal
sementara palpebra tetap pada posisi normal. Pertumbuhan bulu mata ke arah bola mata yang
disertai dengan keadaan melipatnya margo palpebra ke arah dalam (entropion) disebut
pseudotrikiasis.

Gambar 1. Trichiasis
Epidemiologi
Trikiasis biasanya terjadi bersama penyakit lain seperti trakoma, sikatrisial pemfigoid,
entropion, dan trauma lainnya yang mengenai palpebra. Trakoma merupakan penyebab
terpenting terjadinya trikiasis. Terdapat ± 50 negara yang termasuk negara endemik trakoma.
Negara-negara tersebut tersebar di benua afrika, timur tengah, asia tenggara, india, dan amerika
selatan. Laporan terbaru WHO pada tahun 2013 menyebutkan bahwa terdapat ± 40 juta orang
menderita trakoma, 8.2 juta orang diantaranya menderita trikiasis dan 1.3 juta orang menderita
kebutaan sebagai komplikasinya.
Di Indonesia sendiri, walaupun tidak ada data pasti tentang angka kejadian gangguan
penglihatan ataupun kebutaan akibat trikiasis terkait dengan kasus trakoma, namun dengan
berhasilnya Program Kesehatan Masyarakat dalam mengontrol infeksi trakoma dan defisiensi
vitamin A maka secara tidak langsung terjadi penurunan angka kebutaan karena penyakit
tersebut.
Etiologi
Trikiasis sering kali berasal dari inflamasi atau jaringan sikatrik palpebra yang terbentuk setelah
menjalani operasi palpebra, trauma, kalazion, atau blepharitis ulseratif. Berikut ini adalah
beberapa penyakit yang sering menjadi penyebab trikiasis:
1. Trakoma
Trakhoma adalah keradangan konjungtiva yang akut, sub akut atau kronis yang
disebabkan oleh Chlamidia Trachomatis. Penyebaran trakhoma terjadi secara kontak
langsung maupun tidak langsung dan uerat hubungannya dengan faktor lingkungan dan
higiene sanitasi.

Gambar 2. Trachoma

2. Blefaritis ulseratif
Merupakan peradangan margo palpebra dengan tukak akibat infeksi staphylococcus. Pada
blefaritis olseratif terdapat krusta berwarna kekuningan, serta skuama yang kering dan
keras, yang bila keduanya diangkat akan terlihat ulkus yang kecil dan mengeluarkan
darah disekitar bulu mata. Penyakit ini sangat infeksius. Ulserasi berjalan lanjut dan lebih
dalam sehingga merusak follikel rambut mengakibatkan rontok (madarosis), dan apabila
ulkus telah menyembuh akan membentuk jaringan parut atau sikatrik. Sikatrik ini akan
menimbulkan tarikan sehingga menyebabkan bulu mata tumbuh mengarah ke bola mata
(trikiasis)

Gambar 3. Blefaritis ulseratif. Tampak krusta dan eritema pada margo palpebral

3. Hordeolum eksterna
Hordeolum eksterna adalah inflamasi supuratif akut yang terjadi pada glandula Zeis atau
Moll. Dapat disebabkan oleh kebiasaan menggaruk mata dan hidung, blafaritis kronik
dan diabetes mellitus. Dapat juga disebabkan oleh infeksi Staphylococcus aureus.
Hordeolum eksterna terbagi menjadi dua stadium yaitu stadium sellulitis dan stadium
abses. Pada stadium selulitis hanya didapatkan tanda-tanda inflamasi seperti gambaran
edema yang berbatas tegas, kemerahan dan teraba keras. Sedangkan pada stadium abses,
telah tampak gambaran pus pada margo palpebra yang dapat mempengaruhi bulu mata.
Gambar 4. Hordeolum Eksterna
4. Konjungtivitis membranous
Konjungtivitis membranous adalah suatu penyakit inflamasi yang terjadi pada
konjungtiva yang disebabkan oleh infeksi Corynebacterium diphtheriae, ditandai dengan
terbentuknya membran pada konjungtiva.

Gambar 5. Konjungtivitis Mebranous

5. Sikatrisial pemphigoid
Sikatrik Okuler Pemphigoid (SOP) atau mucous membrane pemphigoid adalah kelainan
autoimun kronik yang ditandai dengan adanya bullae pada konjungtiva. SOP merupakan
kelainan yang bersifat bilateral, mengenai kedua mata dan lebih sering ditemukan pada
wanita lanjut usia. Gejalanya dapat berupa rasa nyeri dan sensai benda asing pada mata
disertai kotoran mata. Salah satu tanda SOP adalah simblefaron, yaitu adhesi antara
konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbi. Hal ini menunjukkan terjadinya proses
pembentukan sikatrik subepitelial yang progresif. Keadaan ini dapat menyebabkan
terjadinya trikiasis apabila terbentuk sikatrik yang tebal. Trikiasis ini dapat menyebabkan
keratinisasi pada permukaan kornea dan konjungtiva.
Gambar6. Sikatrisial pemphigoid
6. Entropion
Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau margo
palpebra kearah dalam. Hal ini menyebabkan 'trichiasis' dimana bulu mata yang biasanya
mengarah keluar kini menggosok pada permukaan mata.

Gambar 7. Entropion

7. Distikiasis
Distikiasis adalah terdapatnya pertumbuhan bulu mata abnormal atau terdapatnya
duplikasi bulu mata daerah tempat keluarnya saluran meibom. Berbentuk lebih halus,
tipis dan pendek dibanding bulu mata normal. Dapat tumbuh ke dalam sehingga
mengakibatkan bulu mata menusuk ke jaringan bola mata atau trikiasis. Bersifat
kongenital dominan. Biasanya disertai kelainan kongenital lainnya.
Gambar 8. Distikiasis

Klasifikasi
Trikhiasis dapat diklasifikasikan menurut jumlah bulu mata yang tumbuh salah arah,
yaitu trikhiasis minor menyerang kurang dari 5 silia dan trikhiasis mayor yang mengenai 5 atau
lebih silia. Trikhiasis minor relatif umum, meskipun angka pastinya tidak diketahui.
Patofisiologi
Pada trichiasis yang timbul akibat infeksi kronis, parut folikel bulu mata yang terbentuk
akibat inflamasi kronis dapat menyebabkan arah pertumbuhan bulu mata yang salah.
Gambaran Klinis
Pada trikiasis, posisi tepi palpebra dapat normal, atau jika tidak, dapat dihubungkan
dengan entropion. Bulu mata yang melengkung ke dalam menyebabkan pasien mengeluhkan
sensasi benda asing dan iritasi permukaan bola mata kronik. Abrasi kornea, injeksi konjungtiva,
fotofobia, 16 dan lakrimasi merupakan gambaran yang sering ditemukan. Pada kasus yang lebih
berat dapat ditemukan ulkus kornea.
Faktor Risiko
1. Entropion
2. Epiblefaron
3. Penyakit radang kronik palpebra, contoh blefaritis (parut folikel bulu mata yang terbentuk
dapat menyebabkan arah pertumbuhan bulu mata yang salah)
4. Trakoma
5. Sikatrisial pemfigoid
6. Trauma kimia basa
7. Trauma kelopak lainnya
Komplikasi
1. Erosi kornea
2. Keratitis
3. Ulkus kornea
4. Endolftalmitis
5. Kebutaan
Diagnosis
Diagnosis trikhiasis dapat ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik.
1. Anamnesis
Pada anamnesis dapat ditanyakan mengenai riwayat penyakit sebelumnya yang pernah
diderita oleh pasien. Misalnya:
a. Apakah pasien pernah menderita infeksi mata berat atau pernah berada di negara
endemik trakoma seperti di Afrika dan negaranegara timur tengah?
b. Apakah pasien memiliki riwayat penyakit autoimmune seperti pemphigoid sikatrik?
c. Apakah ada riwayat mengalami sindrom steven johnson sebelumnya?
d. Apakah ada riwayat trauma pada mata?
e. Apakah pasien pernah menjalani operasi mata sebelumnya? Pasien dengan trikiasis
dapat mengeluhkan sensasi benda asing dan iritasi permukaan bola mata kronik.
Apabila lebih berat hingga menimbulkan ulkus kornea , maka akan timbul keluhan
mata merah, sakit pada mata, fotofobia, dan penglihatan menurun.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Pada pemeriksaan inspeksi dengan menggunakan slit lamp didapatkan satu atau lebih silia
tumbuh ke arah kornea atau konjungtiva bulbi. Refleks blefarospasme, kongestif
konjungtiva, dan fotofobia dapat terjadi apabila kornea telah mengalami abrasi. Tanda dan
gejala penyakit penyerta seperti trakoma, blefaritis, dan lain-lain, dapat ditemukan.
Gambar 9. Trikiasis pada palpebra inferior

b. Eversi kelopak mata


Eversi kelopak dilakukan dengan mata pasien melihat jauh ke bawah. Pasien diminta
jangan mencoba memejamkan mata. Tarsus ditarik ke arah orbita. Pada konjungtiva
dapat dicari adanya folikel, perdarahan, sikatriks dan kemungkinan benda asing.
c. Fluoresein
Fluoresin adalah bahan yang berwarna jingga merah yang bila disinari gelombang
biru akan memberikan gelombang hijau. Kertas fluoresein yang dibasahi terlebih
dahulu dengan garam fisiologik diletakkan pada sakus konjungtiva inferior. Penderita
diminta untuk menutup matanya selama 20 detik, beberapa saat kemudia kertas ini
diangkat. Dilakukan irigasi konjungtiva dengan garam fisiologik. Dilihat permukaan
kornea bila terlihat warna hijau dengan sinar biru berarti ada kerusakan epitel kornea.
Defek kornea terlihat berwarna hijau karena pada bagian defek tersebut bersifat basa.
Pada keadaan ini disebut uji fluoresein positif. Pemeriksaan ini dipakai untuk melihat
terdapatnya defek epitel kornea akibat gesekan dari silia bulu mata yang mengalami
trikiasis.
Diagnosis Banding
Beberapa kondisi yang mempunyai tanda dan gejala sama dengan trikiasis ialah sebagai
berikut: blepharitis dewasa, blepharospasm esensial jinak, luka bakar kimia, pemfigoid cicatricial
(membran lendir), benda asing pada kornea, distichiasis, perawatan darurat untuk abrasi kornea,
entropion, evaluasi mata merah, sindrom stevens-johnson, trachoma.
Tatalaksana
Jika hanya sedikit bulu mata yang terlibat, epilasi mekanik dapat menangani sementara.
Pertumbuhan baru biasanya dalam tiga hingga empat minggu. Penanganan permanen merusak
folikel bulu mata yang terlibat. Hal ini dilakukan dengan elektrolisis atau cryotherapy.

Gambar 10. Elektrolisis. Sebuah jarum di insersikan ke dalam folikel rambut dengan
bantuan slit lamp atau dengan mikroskop.

Kekurangan metode elektrolisis yaitu sulitnya menempatkan jarum tepat pada folikel
rambut yang akan dirusak sehingga berisiko untuk menyebabkan kerusakan mukosa dan struktur
sekitarnya yang akhirnya akan menyebabkan terbentuknya sikatrik yang lebih luas dan trikiasis
yang lebih hebat.
Jika melibatkan area tepi palpebra yang lebih luas, dapat dilakukan bedah beku atau
cryotherapy yaitu suatu teknik pengrusakan folikel rambut dengan menggunakan suhu yang
sangat dingin (nitrogen oksida). Folikel silia bulu mata sensitif terhadap dingin dan dapat rusak
pada temperatur - 20ᵒC hingga -30ᵒC. Ablasi laser dari folikel bulu mata juga dilaporkan
bermanfaat. Pada kebanyakan kasus, penatalaksanan ulang penting selama beberapa sesi untuk
mengeliminasi seluruh bulu mata yang terlibat. Jika entropion ditemukan, tepi palpebra
sebaiknya dikoreksi sebagai tambahan untuk menghilangkan bulu mata yang terlibat. Bila
hampir semua bulu mata mengalami trikiasis, maka koreksi bedah ddapat dianjurkan. Prosedur
bedah yang dilakukan sama dengan prosedur yang dilakukan pada entropion sikatrik, salah
satunya yaitu dengan teknik modifikasi Ketssey’s .
Gambar 11. Cryotherapy

Pada teknis modifikasi ketssey’s (Transposition of tarsoconjunctival wedge), sebuah


insisi horizontal dibuat sepanjang sulkus subtarsalis, (2-3 mm diatas margo palpebra) termasuk
konjungtiva dan tarsal plate. Bagian terbawah dari tarsal plate di tempel pada margo kelopak
mata. Penjahitan matras dilakukan setelah pemotongan bagian atas dari tarsal plate dan jahitan
tersebut timbul pada kulit 1 mm di atas margo kelopak mata.
Gambar 12. Teknik modifikasi Ketssey’s

Terapi medikamentosa dengan menggunakan kloramphenikol ointment dapat membantu


mencegah terjadinya kerusakan kornea. Pada trachomatous trichiasis, dapat pula digunakan
doxycycline sebagai terapi untuk mencegah terjadinya proses sikatrisasi yang lebih luas sehingga
secara tidak langsung mencegah terjadinya trikiasis.

Konseling & Edukasi : Biasanya kejadian akan berulang akibat pertumbuhan bulu mata kembali
dalam 6-8 minggu. Terapi akan lebih efektif dengan elektrolisis. Bila dilakukan pada bagian
yang lebih luas maka dilakukan dengan terapi krio.
Kriteria Rujukan : -
Prognosis
Trikiasis pada umumnya memiliki prognosis yang baik. Keefektifan pengobatannya
tergantung pada penyebab utama dan tingkat keparahan penyakitnya.
SKDI
Standar kompetensi dokter untuk trikhiasis adalah 4A, yakni: lulusan dokter mampu membuat
diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.

ANALISIS MASALAH
a. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin terhadap keluhan pada kasus?
Jawab:
Tidak ada predileksi jenis kelamin yang diketahui terbukti. Trichiasis dapat terjadi pada
segala usia; namun, paling sering terlihat pada usia dewasa.
b. Bagaimana mekanisme mata berair tanpa penglihatan yang kabur?
Jawab:
Mata berair dan terasa gatal pada pasien merupakan akibat dari adanya gesekan antara
bulu mata dan mukosa mata sehingga mata terasa gatal dan memicu pengeluaran air mata
berlebih. Penglihatan pasien pada kasus ini masih normal (tidak kabur) karena masalah
pada pasien ini diakibatkan oleh trikhiasis, dengan media refraksi (kornea dan lensa)
yang masih normal sehingga penglihatan tidak kabur.
c. Mengapa keluhan hilang timbul?
Jawab:
hal ini dikarenakan pasien memiliki riwayat blepharitis kronis, dimana terdapat
peradangan pada kelopak mata sehingga menimbukan manifestasi-manifestasi klinis pada
pasien tersebut secara berulang.
DAFTAR PUSTAKA

Konsil Kedokteran Indonesia, 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. 2th ed. Jakarta:
Konsil Kedokteran Indonesia.

Lukitasari, A., 2011. TRACHOMA. JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA, Volume 11, p. 1.

Novitasari, A., 2015. BUKU AJAR Sistem Indera Mata. 1 ed. Semarang: Unimus Press.

Anda mungkin juga menyukai