Anda di halaman 1dari 28

,,

BATASAN
Difteri adalah penyakit infeksi akut yang
disebabkan oleh kuman Corynebacterium
diphtherie, disertai terbentuknya
Pseudomembran pada mukosa dan atau
kulit.

Difteri dapat menyerang bagian tubuh


seperti tenggorok, bibir, kulit, mata, hidung,
tonsil faring dan laring.
INSIDEN KEJADIAN
Akhir tahun 2012 di Jawa Timur KLB difteri
kurang lebih 700 kasus yang terbanyak anak
kurang dari 5 tahun dan orang tua lebih dari 60
tahun
GEJALA KLINIS
Gejala klinis yang terjadi merupakan
kumpulan gejala dari berbagai lokasi,
sebagai akibat kerja kuman, toksin dan
penyulit.
DIFTERI HIDUNG
Sekret Serosanguinus, kadang-kadang
epistaksis, luka lecet pada daerah
nasolabialis, dan ditemukannya
pseudomembran di septum nasi
DIFTERI FARING
Panas tidak tinggi (kecuali bila ada infeksi
tumpangan dari kuman lain), nyeri telan
ringan, mual, muntah, tidur ngorok.
Didapatkan pseudomembran di daerah
orotaring. Bila berat, dapat disertai bullneck
dan perdarahan.
DIFTERI LARING
Primer atau sebagai perluasan dari difteri
faring. Didapatkan batuk menggonggong,
suara parau dan gejala sumbatan saluran
nafas atas (stridor inspirator).
DIAGNOSIS
Dibuat atas dasar gejala klinis, ditunjang
oleh biakan kuman yang positif
FOTOFISIOLOGI
Kuman berkembang biak pada saluran nafas
atas, dapat juga pada vulva, kulit, mata,
walaupun jarang sekali.
Kuman membentuk pseudomembran dan
menjalar dari faring, laring dan saluran nafas
atas. Kelenjar getah bening akan tampak
membengkak dan mengandung toxin.
Eksotoksin bila mengenai otot jantung, akan
mengakibatkan terjadinya miokarditis dan
timbul paralisis otot-otat pernafasan bila
mengenai jaringan saraf.
Sumbatan pada jalan nafas sering terjadi akibat
dari pseudumembran pada laring dan trakea
dan dapat menyebabkan kondisi yang fatal.
Cornybacterium diphterie
Kontak langsung dg org yg
Terinfeksi/ barang2 yg
Terkontaminasi

Msk kedlm tubuh mell Sal pencrnaan&prnfsn

Aliran sistemik
Masa inkubasi 2-5 hari

Mengeluarkan toxin(eksotoxin)

Nasal Tonsil/Faringeal Laring


Prdangan mukosa Tgorokan sakit, Demam,
Hidung (flu,sekret demam, anorexia, suara
Hidung serosa) lemah, membran serak,
wrn pth keabu2an, batuk,
Limtadenitis (bull’s obs. sal
neck), toxemia, nps, ssk
syok sptik nafas,
sianosis
KOMPLIKASI
 Miokarditis (minggu ke dua)
 Bronkopneumonia
 Nefritis
 Paralisis
KOMPLIKASI DIPENGARUHI OLEH
Kekuatan kuman, luas membran, jumlah toksin,
waktu timbunya pe yakit dengan pemberian anti
toksin
PENCEGAHAN DIFTERI
a) Imunisasi
1. DPT-Hepatitis B (pada bayi)
2. DT (usia anak SD/MI kelas 1)
3. TD (usia SD/MI kelas 2 dan
kelas 3)
b) Menjaga kebersihan diri dan
lingkungan
c) Jika ada keluhan sakit di
tenggorokan segera periksa ke
unit layanan terdekat
d) Hindari kontak dengan penyakit difteri
e) Menjaga daya tahan tubuh (makanan bergizi dan
olahraga)
f) Tidak batuk dan bersin disembarang tempat
g) Batuk atau bersin dengan menggunan tissue atau
lengan
PENULARAN
1. Percikan ludah dari orang yang terkena kuman
difteri
2. Benda yang terkontaminasi dengan kuman difteri
3. Melakukan kontak intim
FAKTOR RESIKO DIFTERI
Beberapa faktor lain yang mempermudah terinfeksi
difteri :
1. Cakupan imunisasi kurang, yaitu pada bayi yang
tidak mendapat imunisasi DPT
secara lengkap. Berdasarkan penelitian bahwa
anak dengan status imunisasi DPT dan DT yang
tidak lengkap beresiko menderita difteri 46 kali
lebih besar darI pada anak yang status imunisasi
DPT dan DT lengkap.
2. Kualitas vaksin tidak bagus, artinya pada saat
proses pemberian vaksinasi kurang menjaga
Coldcain secara sempurna sehingga
mempengaruhi kualitas vaksin.
3. Faktor Lingkungan tidak sehat, artinya lingkungan
yang buruk dengan sanitasiyang rendah dapat
menunjang terjadinya penyakit difteri. Letak
rumah yang berdekatan sangat mudah
menyebarkan penyakit difteri bila ada sumber
penular.
4. Tingkat pengetahuan ibu rendah, dimana
pengetahuan akan pentingnya imunisasi rendah
dan kurang bisa mengenali secara dini gejala
penyakit difteri.
5. Akses pelayanan kesehatan kurang, dimana hal ini
dapat dilihat dari rendahnya cakupan imunisasi di
beberapa daerah tertentu.
PENATALAKSANAAN
• Tirah baring mutlak (10-14 hr) pd miokarditis,
tirah baring (4-6 minggu)
• Perawatan isolasi
• Pemberian oksigen
• Terapi cairan perinfus
• Pemberian antibiotik sesuai program
• Beri cairan cukup dan kalori
• Makanan lunak dan mudah dicerna
• Jika ada sumbatan jalan nafas beri penguapan
bila perlu trakeostomi
• Jika ada kelumpuhan pd palatum molle dan otot
faring, pasang sonde lambung untuk mencegah
aspirasi
PENGKAJIAN
Riwayat keperawatan (riwayat terkena peny.
Infeksi, status imunisasi)
Kaji tnda-tanda yang terjadi pada nasal, tonsil/
faring dan laring
Lihat dari manifestasi klinis berdasarkan alur
patofisiologi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas
berhubungan dengan obstruksi pada jalan
nafas.
2. Resiko penyebarluasan infeksi berhubungan
dg organisme viluren.
3. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan
dengan proses penyakit (metabolisme
meningkat, intake cairan menurun)
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
yang kurang,

Anda mungkin juga menyukai