DISUSUN OLEH :
AULIA AYU NINGTYAS
S21130028
B. Etiologi
Proses terjadinya ISPA diawali dengan masuknya beberapa bakteri dari
genus streptokokus, stafilokokus, pneumokokus, hemofillus, bordetella, dan
korinebakterium dan virus dari golongan mikrovirus (termasuk didalamnya
virus para influenza dan virus campak), adenoveirus, koronavirus,
pikornavirus, herpesvirus ke dalam tubuh manusia melalui partikel udara
(droplet infection). Kuman ini akan melekat pada sel epitel hidung dengan
mengikuti proses pernapasan maka kuman tersebut bisa masuk ke bronkus
dan masuk ke saluran pernapasan yang mengakibatkan demam, batuk, pilek,
sakit kepala dan sebagainya. (Marni,2014)
Selain bakteri dan virus ISPA juga dapat dipengaruhi oleh banyak faktor,
yaitu kondisi lingkungan (polutan udara seperti asap rokok dan asap bahan
bakar memasak, kepadatan anggota keluarga, kondisi ventilasi rumah
kelembaban, kebersihan, musim, suhu), ketersediaan dan efektifitas
pelayanan kesehatan serta langkah-langkah pencegahan infeksi untuk
pencegahan penyebaran (vaksin, akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan,
kapasitas ruang isolasi), faktor penjamu (usia, kebiasaan merokok,
kemampuan penjamu menularkan infeksi, status gizi, infeksi sebelumnya atau
infeksi serentak yang disebabkan oleh pathogen lain, kondisi kesehatan
umum) dan karakteristik pathogen (cara penularan, daya tular, faktor virulensi
misalnya gen, jumlah atau dosis mikroba). (WHO,2007:12). Menurut
Widoyono (2008), Kondisi lingkungan yang berpotensi menjadi faktor risiko
ispa adalah lingkungan yang banyak tercemar oleh asap kendaraan bermotor,
bahan bakar minyak, asap hasil pembakaran serta benda asing seperti mainan
plastik kecil.
C. Manifestasi Klink
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri
tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan
konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise,
mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan insomnia. Bila
peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit.
(Suriani, 2018) Gejala ISPA berdasarkan tingkat keparahan adalah sebagai
berikut Rosana (2016):
D. Patofisiologi
Saat bakteri masuk atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau
mulut, amandel berperan sebagai filter, menyelimuti organisme yang
berbahaya tersebut sel-sel darah putih ini akan menyebabkan infeksi ringan
pada amandel. Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk antibody
terhadap infeksi yang akan datang akan tetapi kadang kadang amandel sudah
kelelahan menahan infeksi atau virus. Infeksi dari virus ini lah yang
menyebabkan tonsilitis. Bakteri atau virus menginfeksi lapisan epitel tonsil-
tonsil epitel mejadikan terkikis dan terjadi peradangan serta infeksi pada
tonsil. Infeksi tonsil jarang menampilkan gejala tetapi dalam kasus yang
ekstrim pembesaran ini dapat menimbulkan gejala menelan. Infeksi tonsil
yang ini adalah peradangan di tenggorokan terutama dengan tonsil yang abses
(abses peritonsiler). Abses besar yang terbentuk di belakang tonsil
menimbulkan rasa sakit yang intens dan demam tinggi (39c-40c) abses secara
perlahan-lahan mendorong tonsil menyebrang ke tengah tenggorokan. Di
mulai dengan sakit tenggorokan ringan sehingga menjadi parah. Pasien hanya
mengeluh merasa sakit tenggorokan nya sehingga berhenti makan. Tonsilitis
dapat menyebabkan kesukaran menelan,panas,bengkak dan kelenjar getah
bening melemah didalam daerah submandibuler,sakit pada sendi dan
otot,kedingan, seluruh tubuh sakit,sakit kepala dan biasa nya sakit telinga.
Sekresi yang berlebih membuat pasien sukar menelan,belakang tenggorokan
merasa mengental. Hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut biasa nya
berakhir 72 jam ( Edward,2001 Reeves Charlene J.Roux,Gayle dkk,2001).
INVASI BAKTERI / VIRUS PATOGEN
PENYEBARAN LIMFOGEN
INFLAMASI
NAFSU MAKAN
MENURUN PENDENGARAN MENURUN, OTITIS MEDIA MENGOROK
SAKIT KEPALA SAAT TIDUR
KEKURANGAN
NUTRISI
GANGGUAN PADA SENSORI SUARA SENGAU
PENDENGARAN
F. Komplikasi
Komplikasi tonsilitis akut dan kronik yaitu :
1. Abses pertonsil
2. Otitis media akut
3. Mastoiditis akut
4. Laringitis
5. Sinusitis
6. Rhinitis
G. Penatalaksanaan Medis
Tonsilitis kronis kebanyakan berasal dari bakteri yang terdapat di
parenkim tonsil dibanding permukaan tonsil, sehingga swab dari permukaan
tonsil saja dapat menjadi keliru. Penatalaksanaan medis termasuk pemberian
antibiotik sesuai kultur. Tonsilektomi merupakan tindakan pembedahan yang
paling sering dilakukan pada penderita tonsilitis kronis, yaitu berupa tindakan
pengangkatan jaringan tonsil palatina dari fosa tonsil (Jeyakumar, dkk.,
2013). Kaedah tonsilektomi sangat efektif dilakukan pada anak yang
menderita tonsilitis kronis dan berulang dan indikasi absolut karena adanya
sumbatan jalan napas akibat hipertrofi tonsil, tetapi tonsilektomi dapat
menimbulkan berbagai masalah dan berisiko menimbulkan komplikasi seperti
perdarahan, syok, nyeri pasca tonsilektomi, maupun infeksi. Tonsilitis yang
disebabkan oleh virus harus ditangani secara simptomatik. Obat kumur,
analgetik, dan antipiretik biasanya dapat membantu. Gejala yang timbul
biasanya akan hilang sendiri. Efektivitas penggunaan obat kumur masih
dipertanyakan, karena bisa saja saat berkumur tidak mengenai tonsil tetapi
lebih banyak mengenai dinding faring.
H. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas klien
Umur, nama, jenis kelamin, alamat, pekerjaan
2) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Penderita biasanya demam, nyeri tengkorak, mungkin sakit berat
dan merasa sangat nyeri terutama saat menelan dan membuka
mulut disertai dengan trismus (kesulitan membuka mulut). Bila
laring terkena, suara akan menjadi serak. Pada pemeriksaan tampak
faring hiperemis, tonsil membengkak, hiperemis : terdapat detritus
(tonsillitis folibularis), kadang detritus berdekatan menjadi sati
(tonsillitis laturasis) atau berupa membrane semu. Tampak arkus
palatinus anterior terdorong ke luar dan uvula terdesak melewati
garis tengah. Kelenjar sub mandibula membengkak dan nyeri
tekan, terutama pada anak-anak. Pembesaran adenoid dapat
menyebabkan pernafasan mulut, telinga mengeluarkan cairan,
kepala sering panas, bronchitis, nafas bau dan pernafasan bising.
b) Riwayat kesehatan keluarga
Pasien dengan tonsillitis diturunkan dari keluarga. Penyakit yang
mungkin di derita oleh keluarga adalah gangguan infeksi
pernafasan. Tetapi tonsilitis lebih disebabkan karena anak
mengkonsumsi makanan seperti makanan manis, mengandung
banyak pengawet dan perawatan mulut yang tidak baik.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Tidak ada penyakit selama ibu hamil yang menjadi latar belakang
dari tonsillitis. Hanya saja kemungkinan besar anak terserang
tonsillitis dikarenakan anak dilahirkan premature. Hal itu
disebabkan dari kegunaan organ tubuh yang belum matur sehingga
akan menyebabkan cepat dan gampang diserang penyakit. Hal itu
termasuk dengan tonsil pada anak.
3) Pemeriksaan fisik
a) Nadi
Pada pasien yang memiliki tonsillitis biasanya nadinya cepat
(takikardi)
b) Suhu
Bila terjadi infeksi tonsillitis suhu akan naik (hipertermi, >
37,5oC)
c) Pernapasan
Pada pasien dengan tonsillitis memiliki respirasi yang meningkat.
d) B1 (breathing)
Inspeksi
Pada pasien dengan tonsillitis terlihat adanya peningkatan
usaha dan frekuensi pernafasan, serta penggunaan otot bantu
pernafasan.
Palpasi
Ekspansi paru meningkat, fremiktus traktil dada berkurang
atau tidak ada
Perkusi
Pada dada terdengar suara normal, diafragma mendatar dan
menurun, penanjakan hati mengecil, batas paru dan hati lebih
rendah, pekak jantung berkurang.
e) B2 (Blood)
Pada pasien dengan tonsilitis terlihat peningkatan tekanan darah
dan nadi, serta terjadi pula peningkatan suhu karena infeksi pada
tonsil sehingga terjadi pembengkakan tonsil.
f) B3 (brain)
Pada infeksi perlu dikasi tingkat kesadarannya. Di samping itu, di
perlukan pemeriksaan GCS, untuk menentukan tingkat kesadaran
klien apakah composmentis, somnolen,dll.
g) B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine perlu dilakukan karena berkaitan
dengan kecukupan intake cairan, output urine menurun
h) B5 (Bowel)
Mual/muntah (anoreksia)
Nafsu makan memburuk
Tidak mampu untuk mengkonsumsi makanan karena
pembengkakan tonsil
Penurunan berat badan menetap.
i) B6 (Bone)
Penderita tonsillitis merasa keletihan, kelemahansecara umum
memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Hal tersebut diakibatkan karena kebutuhan nutrisi dan
cairan pasien berkurang akibat nyeri saat menelan makanan dan
minuman.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia b.d proses penyakit
2. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
3. Nyeri akut b.d pencedera fisiologis
4. Gangguan rasa nyaman b.d tindakan pembedahan
c. Intervensi Keperawatan
3. Edukasi
a. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
b. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
d. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan langkah keempat dari proses
keperawatan yang telah di rencanakan oleh perawat untuk di kerjakan dalam
membantu pasien mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau
respon yang di timbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan,
pelaksanaan tindakan keperawatan. Implementasi keperawatan sesuai dengan
intervensi yang telah dibuat sebelumnya.
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya. Evaluasi yang diharapkan antara lain :
1. Hipertermia pada pasien sudah teratasi
2. Ansietas pada pasien sudah teratasi
3. Nyeri akut pada pasien sudah teratasi
4. Gangguan rasa nyaman pada pasien sudah teratasi
DAFTAR PUSTAKA