Oleh :
CI pembimbing :
2. ETIOLOGI
Etiologi ISPA terdiri dari agen infeksius dan agen non- infeksius.
Agen infeksius yang paling umum dapat menyebabkan infeksi saluran
pernafasan akut adalah virus, seperti respiratory syncytial virus (RSV),
nonpolio enterovirus (coxsackie viruses Adan B), Adenovirus,
Parainfluenza, dan Human metapneumo viruses. Agen infeksius selain
virus juga dapat menyebabkan ISPA, staphylococcus, haemophilus
influenza, Chlamydia trachomatis, mycoplasma, dan pneumococcus
(Hockenberry dan Wilson,2013). Misnadiarly (2008) menyebutkan bahwa
selain agen infeksius, agen non-infeksius juga dapat menyebabkan ISPA
seperti inhalasi zat-zat asing seperti racun atau bahan kimia, asap rokok,
debu, dan gas.
3. MANIFESTASI KLINIS
Saluran Pernafasan merupakan bagian tubuh yang seringkali
terjangkit infeksi oleh berbagai jenis mikroorganisme. Tanda dan gejala
dari infeksi yang terjadi pada sluran pernafasan tergantung pada fungsi
saluran pernafasan yang terjangkit infeksi, keparahan proses infeksi, dan
usia seseorang serta status kesehatan secara umum (Porth, 2011).
Djojodibroto (2009) menyebutkan tanda dan gejala ISPA sesuai
dengan anatomi saluran pernafasan yang terserang yaitu:
A. Gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas. Gejala yang sering
timbul yaitu pengeluaran cairan (discharge) nasal yang berlebihan,
bersin, obstruksi nasal, mata berair, konjungtivitis ringan, sakit
tenggorokan yang ringan sampai berat, rasa kering pada bagian
posterior palatum mole dan uvula, sakit kepala, malaise, lesu, batuk
seringkali terjadi, dan terkadang timbul demam.
B. Gejala infeksi saluran pernafasan bagian bawah. Gejala yang timbul
biasanya didahului oleh gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas
seperti hidung buntu, pilek, dan sakit tenggorokan. Batuk yang
bervariasi dari ringan sampai berat, biasanya dimualai dengan batuk
yang tidak produktif. Setelah beberapa hari akan terdapat produksi
sputum yang banyak; dapat bersifat mucus tetapi dapat juga
mukopurulen. Pada pemeriksaan fisik, biasanya akan ditemukan suara
wheezing atau ronkhi yang dapat terdengar jika produksi sputum
meningkat. Dan juga tanda dan gejala lainnya dapat berupa batuk,
kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala.
Sebagian besar dari gejala saluran pernapasan hanya bersifat ringan
seperti batuk, kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan
sakit kepala tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotic
(Rahmayatul, 2013).
4. KOMPLIKASI
Komplikasi merupakan akibat dari invasi bakteri sinus paranasal
dan bagian – bagian lain saluran pernafasan. Limfonodi servikalis dapat
juga menjadi terlibat dan kadang –kadang bernanah, Mastoiditis, selulitis
peritonsiler, sinusitis, atau selulitis periorbital dapat terjadi. Komplikasi
yang paling sering adalah otitis media, yang ditemukan pada bayi – bayi
kecil sampai sebanyak 25 persennya. Kebanyakan, infeksi virus saluran
pernafasan atas juga melibatkan saluran pernafasan bawah, dan pada
banyak kasus, fungsi paru menurun walaupun gejala saluran pernafasan
bawah tidak mencolok atau tidak ada (Nelson, 2007).
5. PENATALAKSANAAN
Menurut WHO (2007), penatalaksanaan ISPA sedang meliputi :
1) Suportif
Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat,
pemberian multivitamin
2) Antibiotic
a. Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab.
b. Utama ditujukan pada pneumonia, influenza dan Aureus
c. Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol 1mg, amoksisillin 3 x
½ sendok teh, amplisillin (500mg) 3 tab puyer/x bungkus / 3x
sehari/8 jam, penisillin prokain 1 mg.
d. Pneumonia berat yaitu Benzil penicillin 1 mg, gentamisin (100 mg)
3 tab puyer/x bungkus/3x bungkus/3x sehari/8 jam.
e. Antibiotik baru lain yaitu sefalosforin 3 x ½ sendok teh, quinolon 5
mg,dll.
f. Beri obat penurun panas seperti paracetamol 500 mg, asetaminofen
3 x ½ sendok teh. Jika dalam 2 hari anak yang diberikan antibiotik
tetap sama ganti antibiotik atau rujuk dan jika anak membaik
teruskan antibiotik sampai 3 hari (Kepmenkes RI, 2011)
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Kultur
Kultur tenggorok dapat dilakukan untuk mengidentifikasi
organisme yang menyebabkan faringitis.
B. Biopsi
Prosedur biopsi mencakup tindakan mengeksisi sejumlah kecil
jaringan tubuh, dilakukan untuk memungkinkan pemeriksaan sel-sel
dari faring, laring, dan rongga hidung. Dalam tindakan ini mungkin
saja pasien mendapat anastesi lokal, tropical atau umum tergantung
pada tempat prosedur dilakukan.
C. Pemeriksaan pencitraan,
Termasuk di dalamnya pemeriksaan sinar-X jaringan lunak, CT
Scan, pemeriksaan dengan zat kontras dan MRI (pencitraan resonansi
magnetik). Pemeriksaan tersebut mungkin dilakukan sebagai bagian
integral dari pemeriksaan diagnostik untuk menentukan keluasan
infeksi pada sinusitis atau pertumbuhan tumor dalam kasus tumor
7. PATHWAY
Kuman Dilatasi
Infeksi saluran
berlebih di pembuluh
cerna
Defisit
Volume anoreksi
Ketidaksei
mbangan
8. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1) Pengkajian menurut (Amalia Nurin, dkk, 2014):
a. Identitas Pasien
b. Umur
Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak
usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering
menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut.
a) Jenis kelamin
Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun,
dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada
laki-laki di negara Denmark.
b) Alamat
Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota
keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA.
Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan
pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah
ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia.
Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di
dalam rumah seperti yang terjadi di Negara Zimbabwe akan
mempermudah terjadinya ISPA anak.
2) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan
lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan
sakit tenggorokan.
b. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit ini
c. Riwayat penyakit keluarga
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit
seperti penyakit klien tersebut.
d. Riwayat sosial
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu
dan padat penduduknya. (Nursing Student, 2015)
3) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.
b. 2. Tanda vital :
Bagaimana suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah klien
c. Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk
kepala, apakah ada kelainan atau lesi pada kepala
d. Wajah
Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak
e. Mata
Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak,
sclera ikterik/ tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada
gangguan dalam penglihatan
f. Hidung
Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada
hidung serta cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah
ada gangguan dalam penciuman
g. Mulut
Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab,
lidah kotor/ tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah,
apakah ada gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan
dalam berbicara.
h. Leher
Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah
ditemukan distensi vena jugularis.
i. Thoraks
Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan,
apakah ada wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan.
Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada Pengkajian Sistem
Pernafasan
a) Inspeksi
1. Membran mukosa- faring tamppak kemerahan
2. Tonsil tampak kemerahan dan edema
3. Tampak batuk tidak produktif
4. Tidak ada jaringan parut dan leher
5. Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan,
pernafasan cuping hidung
b) Palpasi
1. Adanya demam
2. Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah
leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalis
3. Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
c) Perkusi
1. Suara paru normal (resonance)
d) Auskultasi
1. Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi
paru.
j. Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah
terdapat nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa
kembung, lakukan pemeriksaan bising usus, apakah terjadi
peningkatan bising usus/tidak.
k. Genitalia
Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin
,warna rambut kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis,
apakah ada kelainan/tidak. Pada wanita lihat keadaan labia
minora, biasanya labia minora tertutup oleh labia mayora.
l. Integumen
Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/
tidak, apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba
panas.
m. Ekstremitas atas
Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot
serta kelainan bentuk. (Nursing Student, 2015).
B. DIAGNOSA
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi
saluran pernafasa
b. Ketidakseimbangan bersihan jalan napas berhubungan dengan
mucus berlebih
c. Defisit Volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang
tidak adekuat dan kesulitan menelan.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan makanan
e. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
C. INTERVENSI
7. Selimuti pasien
DAFTAR PUSTAKA
Amalia Nurin,dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan ISPA.
Poltekes Kemenkes Riau : DIIIKeperawatan