Dosen Pembimbing :
Ns. Febi Ratnasari.,S.Kep.,M.Kep
Disusun Oleh :
NOVITA ROSDIANA
NIM : 20317104
A. DEFINISI
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut
yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14
hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini
mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin,
2015).
ISPA atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut mengandung dua unsur, yaitu
infeksi dan saluran pernafasan. Pengertian infeksi adalah masuknya kuman atau
mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan
gejala penyakit (Gunawan, 2010).
B. ETIOLOGI
ISPA disebabkan oleh adanya infeksi pada bagian saluran pernapasan. ISPA dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan polusi udara:
- Pada umumnya ISPA disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang dapat
menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus pneumonia, Mycoplasma
pneumonia, Staphylococcus aureus, dan bekteri yang paling sering
menyebabkan ISPA adalah Streptococcus pneumonia.
- ISPA yang disebabkan oleh virus dapat disebabkan oleh virus sinsisial
pernapasan, hantavirus, virus influenza, virus parainfluenza, adenovirus,
rhinovirus, virus herpes simpleks, sitomegalovirus, rubeola, varisella.
- ISPA yang disebabkan oleh jamur dapat disebabkan oleh candidiasis,
histoplasmosis, aspergifosis, Coccidioido mycosis, Cryptococosis,
Pneumocytis carinii.
- ISPA yang disebabkan oleh polusi, antara lain disebabkan oleh asap rokok,
asap pembakaran di rumah tangga, asap kendaraan bermotor dan buangan
industri serta kebakaran hutan dan lain-lain (WHO, 2007)
C. KLASIFIKASI
a. Secara Anatomis
Secara anatomis ISPA dapat dibagi dalam dua bagian yaitu (Hastuti, 2010) :
1. ISPA Atas (Acute Upper Respiratory Infections) ISPA atas yang perlu
diwaspadai adalah radang saluran tenggorokan atau pharingitis dan radang
telinga tengah atau otitis. Pharingitis yang disebabkan kuman tertentu
(streptococcus hemolyticus) dapat berkomplikasi dengan penyakit
jantung(endokarditis). Sedangkan radang telinga tengah yang tidak diobati
dapat berakibat terjadinya ketulian.
2. ISPA Bawah (Acute Lower Respiratory Infections) Salah satu ISPA Bawah
yang berbahaya adalah pneumonia.
b. Hidayat, N (2009) mengklasifikasikan penyakit ISPA terdiri dari:
1. Bukan Pneumonia.
Mencakup kelompok pasien balita dengan batuk yang tidak menunjukkan
gejala peningkatan frekuensi napas dan tidak menunjukkan adanya tarikn
dinding dada bagian bawah ke rah dalam. Contohnya ada common cold,
faringitis, tonsillitis dan otitis.
2. Pneumonia.
Didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernapas, diagnosis gejala
ini berdasarkan usia. Batas frekuensi napas cepat pada anak berusia dua bulan
sampai <1 tahun adalah 50 kali per menit dan untuk anak usia 1 smpai <5
tahun adalah 40 kali per menit.
3. Pneumonia Berat.
Didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernapas disertai sesak
napas atau tarikan dinding dada bagian bawah ke arah dalam (chest indrawing)
pada anak berusia dua bulan sampai <5 tahun. Untuk anak usia <2 bulan,
diagnosis pneumonia berat ditandai dengan adanya napas cepat yaitu frekuensi
pernapasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau adanya tarikan yang
kuat pada dinding dada bagian bawah ke arah dalam (severe chest indrawing).
c. Berdasarkan kelompok umur program pemberantasan ISPA (P2 ISPA)
mengklasifikasikan ISPA sebagai berikut:
1. Kelompok umur kurang dari 2 bulan, diklasifikasikan atas :
a. Pneumonia berat: apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya
penarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah ke dalam dan
adanya nafas cepat, frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih.
b. Bukan pneumonia (batuk pilek biasa): bila tidak ditemukan tanda tarikan
yang kuat dinding dada bagian bawah ke dalam dan tidak ada nafas cepat,
frekuensi kurang dari 60 menit.
2 Kelompok umur 2 bulan sampai <5 tahun diklasifikasikan atas:
Pneumonia berat: apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya tarikan
dinding dada dan bagian bawah ke dalam.
a. Pneumonia: tidak ada tarikan dada bagian bawah ke dalam, adanya
nafas cepat, frekuensi nafas 50 kali atau lebih pada umur 2 - <12 bulan
dan 40 kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan-bulan - <5 tahun.
b. Bukan pneumonia: tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam, tidak ada nafas cepat, frekuensi kurang dari 50 kali per menit
pada anak umur 2- <12 bulan dan kurang dari 40 permenit 12 bulan -
<5 bulan.
D. PENCEGAHAN
Menurut Hastuti, D (2013) pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan:
1. Menyediakan makanan bergizi sesuai preferensi anak dan kemampuan untuk
mengkonsumsi makanan untuk mendukung kekebalan tubuh alami.
2. Pemberian imunisasi lengkap kepada anak.
3. Keadaan fisik rumah yang baik, seperti: ventilasi rumah dan kelembaban yang
memenuhi syarat.
4. Menjaga kebersihan rumah, tubuh, makanan dan
lingkungan agar bebas kuman penyakit.
5. Menghindari pajanan asap rokok, asap dapur.
6. Mencegah kontak dengan penderita ISPA dan isolasi
penderita ISPA untuk mencegah penyebaran penyakit.
E. PATHWAY
Nyeri Resiko
Ganggua
Akut infeksi virus masuk ke faring
Keterbatasan aktivitas
Defisit nutrisi
bersihan jalan nafas
tidak efektif
Intoleransi
aktivitas
pola nafas tidak
efektif Batuk
Ansietas
Gangguan pola
tidur
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan darah di laboratorium.
- Pengambilan sampel dahak untuk diperiksa di laboratorium.
- Pencitraan dengan x-ray atau CT scan untuk menilai kondisi paru-paru.
G. KOMPLIKASI
Jika infeksi terjadi di paru-paru dan tidak ditangani dengan baik,
dapat terjadi komplikasi yang serius dan dapat berakibat fatal.
Komplikasi yang sering terjadi akibat ISPA adalah gagal napas
akibat paru-paru berhenti berfungsi, peningkatan kadar karbon
dioksida dalam darah, serta gagal jantung.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan
antibiotik parenteral, oksigendan sebagainya.
2. Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral.
Bila penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau
ternyata dengan pemberian kontrmoksasol keadaan
penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik
pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin
prokain.
3. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik.
Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat
digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain
yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti
kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam
diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol.
Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada
pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah
(eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening
dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh
kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik
(penisilin) selama 10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau
anak dengan tanda bahaya harus diberikan perawatan
khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN ANAK
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : An. T
2. Tempat tgl lahir/usia : Tangerang, 09 Jnuari 2013
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. A g a m a : Islam
5. Pendidikan : SD
6. Alamat : Kp. Bayur Bambu RT010/RW005 Kec. Sepatan
Timur
7. Tgl masuk :-
8. Tgl pengkajian : Senin, 08-Maret-2021
9. Diagnosa medik : Ispa
10. Rencana terapi :-
Ibu klien mengatakan anaknya Batuk berdahak, pilek, demam, nafsu makan menurun dan anaknya sering
merinti kesakitan karena kondidinya yang tidak nyaman sering batuk-batuk berdahak. Ibu kliien bilang
anaknya sudah dikasih obat batuk tetepi masih belum ada perubahan hingga sekarang dan batuk masih
berdahak ibu klien mengatakan anakanya setiap malam susah tidur dan sering menringis semnajak
Ny.R Ny.
Tn. E Tn. M R
An. An. L
T 1,5 Th
Keterangan :
: Laki-laki : Meninggal : Klien
KESIMPULAN :
Tn. E adalah anak ketiga (terakhir) dari 3 bersaudara, kemudian Ny.R anak pertama dari 2 bersaudara,
setelah menikah Tn. S dan Ny.D tinggal 1 rumah bersama 2 anaknya, An.T (klien) dan An.L.
KESIMPULAN :
Pola perubahan nutrisi An. T yaitu pada usia 0-24 bulan diberikan ASI, 6-24 bulan diberikan ASI + cereal
dan saat ini jenis nutrisi diberikan nasi, buah-buahan, sayur dan lauk.
KESIMPULAN :
An. T tinggal dirumah bersama dengan orang tuanya, lingkungan rumahnya berada di desa, An.T
memiliki kamar tidubarengan dengan adiknya hubungan antar keluarganya harmonis dan An.T dari bayi
sampai sekarang diasuh oleh orang tuanya.
VIII. Riwayat Spiritual
¤ Support sistem dalam keluarga : saling mengingatkan satu sama lain
¤ Kegiatan keagamaan : shalat dan mengaji
KESIMPULAN :
Dalam support keluarga yaitu saling mengingatkan satu sama lain dan dalam kegiatan keagamaan nya itu
shalat dan ngaji.
KESIMPULAN: belum ada riwayat keluarga yang dibawa kerumah skit rawat inap
KESIMPULAN : Ibu klien mengatakan anaknya belum dibawa kerumah sakit . masih perawatan mandiri
dirumah
X. Aktivitas sehari-hari
A. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Selera makan Baik Berkurang
2. Menu makan Buah, Sayur, Nasi dan Lauk Nasi, Sayur
KESIMPULAN :
An. T sebelum sakit selera makannya baik,dengan sajian makanan buah, sayur, nasi dan lauk, makan 3
kali sehari, tidak ada pantangan makanan, dan tidak ada pembatas makan, An.T makan sendiri dan ritual
saat makan yaitu membaca doa, Pada saat An. T sakit selera makannya menjadi berkurang, sajian
makanan nya hanya nasi dan sayur, maka 3 kali sehari tetapi tidak habis, saat sakit sekarang An.T
terdapat pantangan makanan seperti goreng-gorengandan makanan pedas karena sebelum sakit An.T
sring jajan dan makan makanan yang mengaadung minyak berlebih seperti makanan naget, sosis goreng
dan baso gprek beli dipinggirannya jalan dan tidak ada pembatas makan, An.T makan sendiri dan ritual
saat makan yaitu membaca doa.
B. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jenis minuman air putih air putih
2. Frekuensi minum 8 gelas 7 gelas
KESIMPULAN :
Jenis minum An. T sebelum sakit dan saat sakit yaitu air putih dengan frekuensi minum sebelum sakit
8 gelas (2000 ml) pada saat sakit 7 gelas (1,750 ml).
C. Eliminasi (BAB&BAK)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
BAB (Buang Air Besar ) :
1. Tempat pembuangan Toilet Toilet
2. Frekuensi (waktu) 1 kali sehari 1 kali sehari
3. Konsistensi lembek lembek
D. Istirahat tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jam tidur Normal 9-12 jam Tidak teratur
- Siang Jam 12:00 Tidak tidur siang
E. Olah Raga
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Program olah raga Lari pagi disetiap hari minggu Tidak berolahraga
Lari pagi, 1 minggu 1 kali
2. Jenis dan frekuensi Badan terasa segar Tidak ada
KESIMPULAN :
An. T melakukan kegiatan olahraga (lari pagi) disetiap hari minggu, dengan frekuensi 1 minggu 1
kali, dan kondisi setelah olah raga An.T badan terasa segar. Namun pada saat sakit An.T tidak
melakukan kegiatan olahraga apapun.
F. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Mandi
- Cara Mandi sendiri Mandi sendiri
- Frekuensi 2 Kali (Pagi dan sore) 1 Kali (Pagi)
- Alat mandi Sabun, Sikat gigi + odol, Sabun, Sikat gigi + Odol
Shampo
2. Cuci rambut
- Frekuensi 1 minggu 2 kali Selama sakit pasien blm
3. Gunting kuku
- Frekuensi 1 minggu 1 kali Tidak
4. Gosok gigi
2 kali (Pagi dan sore) 2 kali (Pagi dan sore)
- Frekuensi
Menggosok gigi sendiri Menggosok gigi sendiri
- Cara
KESIMPULAN :
Tidak ada masalah terkait dengan personal hygiene An.T, ibu klien mengatakan An. T anak yang rajin
dan sering membatu ibunya menyapu dan mengepel rumah sehari-hari . An. T termasuk anak yang
bersih dan rapih terhadap lingkungan disekitar .
G. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Kegiatan sehari-hari Bermain Tiduran
2. Pengaturan jadwal harian Tidak ada Tidak ada
3. Penggunaan alat Bantu aktifitas Tidak ada
Tidak ada
4. Kesulitan pergerakan tubuh
Tidak ada Tidak ada
KESIMPULAN :
Tidak ada keluhan terkait mobilitas fisik An.T.Ibu klien mengatakan An.T jika pulang main baru
capek dengan kondisinya yang sering main bersepeda dan main lari-ain an dengan temannya dan
An.T sehabis pulang main sering merasakan sakit kaki
H. Rekreasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Perasaan saat sekolah Senang (walaupun belajar Lemas, Belajar dirumah
dirumah secara online) (Online)
2. Waktu luang Bermain Tiduran
KESIMPULAN :
Tidak ada masalah terkait dengan rekreasi An. T karena saat sakit An. T tetap mengikuti pembelajaran
dirumah secara daring walaupun dalam kondisi lemas.
XI. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan umum klien
Baik - , Lemah √ , Sakit berat -
B. Tanda-tanda vital
=Suhu : 38,9°C
=Nadi : 98 x/menit
= Respirasi : 18 x/menit
= Tekanan darah : 95/60 mmHg
KESIMPULAN :
Pemeriksaan fisik keadaan umum An. T lemah, Suhu terdapat 38,9 °C (Demam), Nadi 98 x/menit, Rr
18 x/menit, dan Td 95/60 mmHg. Terdapat masalah pada suhu tubuh An.T.
C. Antropometri
= Tinggi Badan : 133 Cm
= Berat Badan : 34 Kg
= Lingkar lengan atas : Tidak diukur/ dikaji
= Lingkar kepala : Tidak diukur/ dikaji
= Lingkar dada : Tidak diukur/ dikaji
= Lingkar perut : Tidak diukur/ dikaji
= Skin fold : Tidak diukur/ dikaji
KESIMPULAN:
Tb An. S yaitu 133 Cm dan Bb 34 Kg.
D. Sistem pernapasan
= Hidung : simetris √, pernapasan cuping hidung - secret √ , polip -
epistaksis -
= Leher : pembesaran kelenjar - , tumor -
= Dada
¤ Bentuk dada normal , barrel
√ , pigeon
- chest -
¤ Perbandingan ukuran AP dengan transversal -
¤ Gerakan dada : simetris √ , terdapat retraksi - , otot Bantu pernapasan -
¤ Suara napas : VF - , Ronchi - , Wheezing - , Stridor - , Rales -
= Apakah ada Clubbing finger -
KESIMPULAN :
Pada sistem pernafasan An. S terdapat secret. Daan A.T terlihat tidak nyaman karena hidung tersumbat
KESIMPULAN :
KESIMPULAN :
Tidak ada masalah terkait dengan sistem pencernaan An.T.dan An.T rajin makan buah dan sayur
sehungga titidak ada masalah dalaam sistem pencernaan An.T
G. Sistem indra
1. Mata
- Kelopak mata √ , bulu mata √ , alis √
- Visus (gunakan Snellen chard)
- Lapang pandang Baik
2. Hidung
- Penciuman √ -
, perih dihidung , trauma -
, mimisan -
- Sekret yang menghalangi penciuman -
3. Telinga
- Keadaan daun telinga √ , kanal auditoris : bersih , serumen
√ -
- Fungsi pendengaran : Baik
KESIMPULAN :
Tidak ada masalah terkait dengan sistem indra An.T.
H. Sistem saraf
1. Fungsi cerebral
a. Status mental : Oreintasi, Baik. daya ingat Baik, perhatian & perhitungan, Baik.
Bahasa, Indonesia
b. Kesadaran : Eyes 4. , Motorik 6. , Verbal 5 , dengan GCS 15.
c. Bicara ekspresif , Baik , Resiptive Baik
2. Fungsi cranial
a. N I penciuman pasien normal (klien mampu mencium minyak kayu putih)
b. N II : Visus normal , lapang pandang tajam
c. N III, IV, VI : Gerakan bola mata normal (klien dapat menggerakan ke kanan, ke kiri, ke
atas dan ke bawah)., pupil : isoskor , anisokor
d. N V : Sensorik dapat menggerakan dahi, mata, hidung Motorik dapat menggerakan rahang
bawah, bibir bawah, mukosa pipi dan lidah
e. N VII : klien dapat mengekpresikan senyum, bersiul, mengangkat alis
f. N VIII : Pendengaran klien dapat mendengar dengan baik
g. N IX : klien dapat merasakan manis asam
h. N X : klien dapat menelan dengan baik
i. N XI : klien mampu menggerakan bahu
j. N XII : Gerakan lidah klien dapat menggerakan lidah dari sisi ke sisi
3. Fungsi motorik : Massa otot (baik), tonus otot (baik), kekuatan otot (baik)
4. Fungsi sensorik : Suhu klien dapat merasakan sensasi panas atau dingin, Nyeri klien dapat
merasakan sensasi nyeri getaran klien mampu merasakan sensasi getar posisi klien mampu
menggerakan posisi, diskriminasi klien mampu membedakan 2 rangsangan pada ujung jari
bila jarak kedua rangsangan tersebut lebih besar dari 3 mm
5. Fungsi cerebellum : Koordinasi………….., keseimbangan………….
6. Refleks : Bisep (+) , trisep (+) , patella (+), Babinski (+)
7. Iritasi meningen : Kaku kuduk (-), laseque sign (-) , Brudzinki I /II (-)
KESIMPULAN :
Tidak ada masalah terkait dengan fungsi cranial An.T.
I. Sistem Muskuloskeletal
1. Kepala : Bentuk kepala, Bulat , gerakan normal
2. Vertebrae : Scoliosis , - Lordosis , kyposis
- , gerakan
- , - ROM -,
Fungsi gerak -
3. Pelvis : Gaya jalan (-), gerakan (-), ROM (-),
Trendelberg test (-), Ortolani/Barlow (-)
4. Lutut : Bengkak (-), kaku (-) , gerakan (+), Mc Murray test (-)
Ballotement test (-)
5. Kaki : bengkak (-), gerakan (+) , kemampuan jalan (+) , tanda tarikan (-)
6. Tangan : bengkak (-) , gerakan (+), ROM (-)
KESIMPULAN :
Tidak ada masalah terkait dengan sistem muskulo skeletal An.T.
J. Sistem Integumen
= Rambut : Warna hitam , Mudah dicabut tidak
KESIMPULAN :
Tidak ada masalah terkait dengan sistem integumen An.T.
K. Sistem Endokrin
= Kelenjar thyroid : tidak ada kelenjar typoid
= Ekskresi urine berlebihan (-), poldipsi (-) , poliphagi (-)
= Suhu tubuh yang tidak seimbang (-), keringat berlebihan (-)
= Riwayat bekas air seni dikelilingi semut (-)
KESIMPULAN :
Tidak ada masalah terkait dengan sistem endokrin An.T.
L. Sistem Perkemihan
= Oedema palpebral (-), moon face (-), oedema anasarka (-)
= Keadaan kandung kemih
= Nocturia (-), dysuria (-), kencing batu (-)
KESIMPULAN :
Tidak ada masalah terkait dengan sistem perkemihan An.T.
M. Sistem Reproduksi
1. Wanita
- Payu dara : Putting (√) , aerola mammae (√), besar kecil
- Labia mayora & minora bersih (√), secret(-) , bau (-)
2. Laki-laki
- Keadaan glans penis : uretra , kebersihan
- Testis sudah turun
- Pertumbuhan rambut : kumis , janggut , ketiak
- Pertumbuhan jakun , perubahan suara
KESIMPULAN :
Tidak ada masalah terkait dengan sistem reproduksi An.T.
N. Sistem Imun
= Alergi (cuca Tidak , debu Tidak , bulu binatang Tidak , zat kimia Tidak)
= Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca : flu (-), urticarial (-),lain-lain
KESIMPULAN :
Tidak ada masalah terkait dengan sistem imun An.T
= Foto Rotgen
Tidak ada hasil foto rotgen
= CT Scan
Tidak ada hasil CT Scan
A. Prioritas Masalah
1. (D. 0001) - Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. (D.0130)- Hipertermia
3. D. 0055 Gangguan pola tidur
B. Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan &
data penunjang (DO & SLKI SIKI
DS)
L 01001 Bersihan jalan nafas I.01011 Manajemen jalan nafas
Katagori : Fisiologis
- Batuk efektif 1-4 Observasi :
Subkatagori : Respirasi - Monitor sputum (jumlah, warna,
- Produksi sputum 1-4
D. 0149 Bersihan jalan aroma)
- Gelisah 1-4
nafas tidak efektif Teraupetik :
- Berikan minuman hangat
- Posisikan semi fowler atau fowler
Edukasi :
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Ajarkan teknik relaksasi nafas
dalam
Permatasari, Ayu Novita, Ni
Luh Putu Eka Sudiwati, and
Wahyu Dini Metrikayanto.
"PENGARUH PEMBERIAN
NAFAS DALAM DAN
BATUK EFEKTIF
TERHADAP KEBERSIHAN
JALAN NAFAS PADA ANAK
INFEKSI SALURAN
PERNAFASAN ATAS
(ISPA)." Nursing News: Jurnal
Ilmiah Keperawatan 4.1 (2019).
C. Implementasi Keperawatan
IMPLEMENTASI HARI KE-1
IMPLEMENTASI HARI KE -3
No. Tgl/Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Dx (tgl& jam)
1. - Memonitor sputum (jumlah, S : - Ibu klien mengatakan
Rabu,11 Maret
2021 warna, aroma) keadaan anaknya
Jam 08. 00- - Memberikan minuman hangat sudah membaik dan
08.30 WIB - Memposisikan semi fowler sudah tidak sering
atau fowler batuk
- Mengajarkan teknik batuk O : - klien masih tampak
efektif sedikit batuk
- Mengajarkan cara batuk - Saat batuk klien
efektif terhadap kebersihan terdapat dahak
jalan nafas anak - Klien tampak mulai
Permatasari, Ayu Novita, segar
Ni Luh Putu Eka Sudiwati, A : Masalah Bersihan jalan
and Wahyu Dini nafas tidak efektif
teratasi sebagian
Metrikayanto.
P : Lanjutkan intervensi
"PENGARUH
- ajarkan cara batuk efektif
PEMBERIAN NAFAS
terhadap kebersihan jalan
DALAM DAN BATUK
nafas anak
EFEKTIF TERHADAP
Permatasari, Ayu Novita,
KEBERSIHAN JALAN
Ni Luh Putu Eka
NAFAS PADA ANAK
Sudiwati, and Wahyu
INFEKSI SALURAN
PERNAFASAN ATAS Dini Metrikayanto.
(ISPA)." Nursing News: "PENGARUH
Jurnal Ilmiah PEMBERIAN NAFAS
Keperawatan 4.1 (2019). DALAM DAN BATUK
EFEKTIF TERHADAP
KEBERSIHAN JALAN
NAFAS PADA ANAK
INFEKSI SALURAN
PERNAFASAN ATAS
(ISPA)." Nursing News:
Jurnal Ilmiah
Keperawatan 4.1 (2019).
Apri Nur Ramadhani, dkk, JOM PSIK VOL. 1 NO.2 OKTOBER 2014 Efektifitas Pemberian Minum Jahe
Madu Terhadap Keparahan Batuk Pada Anak Dengan Ispa.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.