Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. A


DENGAN PENYAKIT ISPA

Oleh:
ANJAS ALDHANIAR BEKTI
NIM. 201701020

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES KARYA HUSADA KEDIRI

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini disusun untuk memenuhi tugas Praktik
Klinik Semester VI (enam) prodi S1 Keperawatan STIKES Karya Husada Kediri.

Nama : Anjas Aldhaniar Bekti

Nim : 201701020

Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada


An. A dengan penyakit ISPA

Mengetahui

Pembimbing Akademik Mahasiswa

Melani Kartikasari, M. Kep Anjas Aldhaniar Bekti

NIDN. 0703018702 NIM. 201701020


I. Laporan Pendahuluan Kasus ISPA
A. Definisi
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi yang terutama mengenai
struktur saluran pernafasan di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai
bagian saluran atas dan bawah secara simultan atau berurutan (Behrman, 2000 : 885)
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli, termasuk sinus, rongga telinga
tengah dan pleura (Nelson, 2003:725).Kesimpulan dari penulis ISPA adalah infeksi
saluran pernafasan yang menyerang organ seperti tenggorokan, hidung, dan paru-paru
yang disebabkan oleh bakteri dan virus.
Common Cold
Istilah common cold/selesma biasanya digunakan untuk menunjukkan gejala-gejala
infeksi saluran napas atas. Ditandai oleh kongesti nasal, sakit tenggorok, dan batuk.
Selesma sangat menular karena pasien mengandung virus selama sekitar 2 hari sebelum
timbul gejala dan selama bagian pertama fase gejala (Smeltzer & Bare, 2002 : 545)

B. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain dari genus streptokokus, stafilikokus, pneumokokus,
hemorillus, bordetele, adenovirus, korinobakterium. Virus penyebab ISPA antara lain
adalah golongan miksovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpes
virus dan lain-lain. Virus merupakan penyebab tersering infeksi saluran pernafasan,
mereka menginfeksi mukosa hidung trachea dan bronkus. Infeksi virus primer pertama
kali ini akan menyebabkan mukosa membengkak dan menghasilkan banyak mucus
lendir dan terjadilah akumulasi sputum di jalan nafas.
C. Manifestasi Klinis
Kongesti nasal, sakit tenggorok, bersin-bersin, malaise, demam, menggigil, dan
sering sakit kepala serta sakit otot. Dengan berkembangnya selesma, biasanya timbul
batuk. Secara lebih spesifik, istilah cold mengacu pada afebris, infeksius, inflamasi akut
membran mukosa rongga nasal. Lebih luas lagi, istilah tersebut mengacu pada infeksi
saluran napas, sementara istilah seperti rinitis, faringitis, laringitis, dan chest cold
membedakan letak gejala utamanya.
Gejala berlangsung 5 hari sampai 2 minggu. Jika terdapat demam yang signifikan
atau gejala pernapasan sistemik yang lebih berat, maka gejala ini bukan lagi merupakan
gejala common cold tetapi merupakan salah satu gejala infeksi saluran pernapasan atas
akut. Lebih dari 200 virus yang berbeda, dikelomppokan kedalam lima kelompok utama,
diketahui menyebabkan common cold: pikornavirus, koronavirus, miksovirus, dan para
virus, dan adenovirus. Rhinovirus, “the classic head cold,” dan anggota dari kelompok
pikornavirus, bertanggung jawab terhadap 30% sampai 40% dari semua selesma.
Kondisi alergik juga dapat menyerang hidung dan menyerupai gejala selesma (Smeltzer
& Bare, 2002 : 545).
Cold lebih berat pada anak kecil dari pada anak yang lebih tua atau dewasa. Pada
umunya, anak yang berumur 3 bulan sampai 5 tahun menderita demam pada awal
perjalanan infeksi, kadang-kadang beberapa jam sebelum tanda-tanda yang berlokalisasi
muncul. Bayi yang lebih muda biasanya tidak demam, dan anak yang lebih tua dapat
menderita demam ringan, komplikasi purulen terjadi lebih sering dan parah pada umur-
umur yang lebih muda. Sinusitis persisten dapat terjadi pada semua umur.
Pada awal bayi yang umurnya lebih dari 3 bulan adalah demam yang timbul
mendadak, iritabilitas, gelisah, dan bersin. Ingus hidung mulai keluar dalam beberapa
jam, segera menyebabkan obstruksi hidung, yang dapat menggangu pada saat menyusu,
pada bayi kecil yang mempunyai ketergantungan lebih besar pada pernapasan hidung,
tanda-tanda kegawatan pernapasan sedang dapat terjadi. Selama 2-3 hari pertama
membrana timpani biasanya mengalami kongesti, dan cairan dapat ditemukan di
belakang membrana tersebut, yang selanjutnya dapat terjadi otitis media purulenta atau
tidak. Sebagian kecil bayi mungkin muntah, dan beberapa penderita menderita diare.
Fase demam berakhir dari beberapa jam sampai 3 hari, demam dapat berulang dengan
komplikasi purulen dan infeksi faring. Pada anak yang tua gejala awalnya adalah
kekeringan dan iritsi dalam hidung dan tidak jarang, di dalam faring. Gejala ini dalam
beberapa jam diserti dengan bersin, rasa menggigil, nyeri otot, ingus hidung yang encer,
dan kadang-kadang batuk. Nyeri kepala, lesu, anoreksia, dan demam ringan mungkin
ada. Dalam 1 hari sekresi biasanya menjadi lebih kental dan akhirnya menjadi purulen.
Obstruksi hidung menyebabkan pernapasan mulut, dan hal ini, melalui pengeringan
membrana mukosa tenggorokan, menambah rasa nyeri. Pada kebanyakan kasus, fase
Akut berakhir selama 2-4 hari (Nelson, 2003: 1456)

Tanda dan Gejala yang sering muncul pada penyakit ISPA adalah :

1. Batuk,pilek dengan nafas cepat atau sesak nafas.

Pada umur kurang dari 2 bulan ,nafas cepat lebih dari 60x/menit.Penyakit ini
dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam,adanya obstruksi hidung dengan
secret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan,bayi menjadi gelisah
dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum.

2. Demam
Pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak sudah
mencapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun .Seringkali demam muncul sebagai
tanda pertama terjadinya infeksi.Suhu tubuh bisa mencapai 39,5ºC-40ºC.
3. Meningismus
Adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens,biasanya terjadi
selama periodic bayi mengalami panas,gejalanya adalah nyeri kepala,kaku dan nyeri
pada punggung serta kuduk,terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
4. Anorexia
Biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit.Bayi akan menjadi susah minum
dan bahkan tidak mau minum.
5. Diare ( Mild Transient Diare )
Seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus.
6. Sumbatan pada jalan napas / nasal
Pada saluran napas yang sempit akan lebih mudah tersumbat oleh banyaknya secret.
7. Batuk
Merupakan tanda umum dari terjadinya infeksi saluran pernafasan , mungkin tanda
ini merupakan tanda akibat dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.
8. Suara nafas
Biasa terdapat wheezing,stridor,crackles,dan tidak terdapatnya suara pernafasan.

D. Patofisologi
Virus masuk melalui udara/droplet dan melalui tangan sehingga virus
mengfiltrasi epitel dan epitel terkikis, menyebabkan peradangan hingga terjadi
peradangan menyebabkan suhu tubuh meningkat yang berakibat tubuh menjadi lemah
dan hipertermi, dari keadaan ini didapatkan diagnosa intoleransi aktivitas. Nyeri
tenggorokan, produksi sekret dan terjadi pembengkakan mengakibatkan pasien sulit
bernapas, RR meningkat, menggunakan otot bantu pernapasan dan tidak menggunakan
retraksi dinding dada sehingga didapatkan diagnosa pola napas tidak efektif,
ketidaktahuan orang tua akan kondisi anak dan cemas (Rasmaliah, 2004 : paragraf 5).
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu :

1.Tahap prepatogenesis : Penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.

2.Tahap inkubasi : Virus merusak epitel dan lapisan mukosa.Tubuh menjadi lemah
apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan tubuh sebelumnya rendah.

3.Tahap dini penyakit : Dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam
dan batuk.

Tahap lanjut prnyakit,dibagi menjadi 4 yaitu :

a) Dapat sembuh sempurna.


b) Sembuh dengan atelektasis
c) Menjadi kronis
d) Meninggal akibat pneumonia

WOC (Web Of Caution)

Virus Intoleransi
Lemah Aktivitas
Masuk melalui
udara/droplet/tangan Suhu tubuh meningkat Hipertermi

Virus memfiltrasi
epitel Nyeri tenggorokan Nyeri Akut

Epitel terkikis

Menghasilkan Bersihan Jalan


sekret Napas Tidak Efektif
Peradangan

Pembengkakan

Sulit bernapas

Ketidakpengetahu RR meningkat,penggunaan
an orang tua akan otot bantu napas,retraksi
kondisi anak dinding dada

Pola Napas Tidak


Ansietas
Efektif

E. Pemeriksaan Penunjang/diagnostik
Pemeriksaan penunjang ISPA menurut Catzel & Roberts (2000 : 452):
1.Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman
(+) sesuai dengan jenis kuman.

2.Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai
dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia

3.Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan.

F. Penalatalaksanaan
-Penatalaksanaan Medis
Tidak ada pengobatan yang spesifik terhadap ISPA. Penatalaksanaan ISPA terdiri atas
terapi simptomatik. Beberapa tindakan dapat mencakup pemberian cairan yang adekuat,
istirahat, pencegahan menggigil, dekongestan nasal aqueous, vitamin C, dan
ekspektoran sesuai kebutuhan. Kumur air garam hangat dapat melegakan sakit
tenggorokan, dan aspirin atau asetominofen meredakan gejala konstitusional umum.
Antibiotik tidak mempengaruhi virus atau mengurangi insiden komplikasi bakteri,
namun demikian, antibiotik mungkin digunakan sebagai profilatik bagi pasien yang
berisiko tinggi terhadap kondisi pernapasan (Smeltzer & Bare, 2002 : 545).
- Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan ISPA menurut Smeltzer & Bare (2002 : 545)
1. Penyuluhan kepada keluarga tentang cara memutuskan infeksi
2. Pendidikan pasien berupa :
a.Mencuci tangan untuk mencegah penyebaran organisme
b.Menghindari kerumunan orang banyak
c.Menutup mulut ketika batuk
d.Meningkatkan masukan cairan
e.Mengintruksikan pada pasien untuk meningkatkan drainase seperti inhalasi uap

Pencegahan :

Vaksin yang efektif belum ada. Gamma glubulin atau vitamin C tidak mengurangi
frekuensi keparahan infeksi dan penggunaan tidak dianjurkan. Karena selesma cold
terdapat dimana-mana, maka tidak mungkin mengisolasi anak dari keadaan ini. Namun
karena komplikasi pada bayi yang amat muda dapat relatif serius, maka harus dilakukan
beberapa upaya untuk melindungi bayi dari kontak dengan orang-orang yang berpotensi
terinfeksi. Penyebaran infeksi adalah dengan aerosol (bersin, batuk) atau kontak
langsung dengan bahan yang terinfeksi (tangan) (Berhman, 2000 : 1457).

G. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi adalah otitis media, yang ditemukan pada bayi-
bayi kecil sampai sebanyak 25% nya. Walaupun komplikasi ini dapat terjadi awal pada
perjalanan cold, ia biasanya muncul sesudah fase Akut nasofaringitis. Dengan demikian
otitis media harus dicurigai jika memang berulang. Kebanyakan ISPA juga melibatkan
saluran pernapasan bawah. Dan banyak kasus, fungsi paru menurun walaupun gejala
pernapasan bawah tidak mencolok atau tidak ada. Sebaliknya, laringotrakheobronkitis,
bronkiolitis, atau pneumoni dapat berkembang selama perjalanan nasofaringitis akut.
Nasofaringitis virus juga sering merupakan pemicu gejala asma pada anak dengan
saluran pernapasan reaktif (Nelson, 2003: 1457).

H. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Data dasar: Usia
Diderita oleh usia anak dan usia dewasa. Pada usia anak kebanyakan diderita
dengan usia 0-5 tahun, pada usia dewasa diderita pada umur 18-30 tahun.
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin perempuan mayoritas yang terkena penyakit ini karena kekebalan
tubuh perempuan lebih rendah dibanding laki-laki.
3. Riwayat penyakit sekarang
Timbulnya ISPA disebabkan karena riwayat keluarga dan lingkungan
terjadi pada anak-anak dengan adanya pernapasan dalam dan dangkal, retraksi
dinding dada, pernapasan cuping hidung, sianosis pada mulut dan hidung, suhu
tubuh meningkat 39-40ᵒC. Penyakit ISPA membuat aktivitas klien berkurang,
timbulnya ISPA sering terjadi pada anak-anak dan lingkungan.
4. Riwayat keluarga
Penyakit ini bukan penyakit keturunan karena penyebabnya virus, bakteri.
5. Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan, malaise dan gelisah.
6. Sirkulasi
Denyut jantung menjadi cepat, sianosis, suhu tubuh meningkat 39-40oC dan
membran mukosa lembab.
7. Integritas ego
Cemas, rewel, dan gelisah.
8. Makanan dan cairan
Mual, muntah, penurunan berat badan.
9. Neurosensori
Kesadaran apatis.
10. Interaksi sosial
Anaknya menjadi pendiam.
11. Keamanan
Peningkatan suhu tubuh dan peningkatan frekuensi napas.

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan Buku SDKI edisi 1 cetakan tahun 2016, Diagnosa keperawatan yang
sering muncul pada pasien penderita ISPA ialah :
1) Pola Nafas Tdak Efektif
2) Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
3) Hipertermi
4) Nyeri Akut
5) Intoleransi Aktivitas
6) Ansietas
C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa SLKI SIKI


1. Pola Nafas Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
Tidak Efektif intervensi, maka pola napas Observasi :
membaik, dengan kriteria -Monitor pola
hasil: napas(Frekuensi,kedalaman,usaha
- Dispnea menurun napas)
- Penggunaan otot bantu -Monitor bunyi napas tambahan
napas menurun (mis.gurgling,mengi,wheezing,ronk
- Pemanjangan fase hi kering)
ekspirasi menurun -Monitor
- Frekuensi napas membaik sputum(jumlah,warna,aroma)
- Kedalaman napas Terapeutik :
membaik -Pertahankan kepatenan jalan napas
dengan head-tilt dan chin lift (jaw
thrust jika curiga trauma servikal)
-Posisikan semi Fowler atau
Fowler.
-Berikan minuman hangat.
-Lakukan fisioterapi dada,jika
perlu.
-Lakukan penghisapan lender
kurang dari 15 detik.
-Beikan oksigen jika perlu.
Edukasi :
-Anjurkan teknik batuk efektif.
Kolaborasi :
-Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektoran,mukoliti
k,jika perlu.
2 Bersihan Jalan Setelah dilakukan intervensi 1.Manajemen Jalan Napas
Napas Tidak keperawatan selama 3x24 Observasi :
Efektif jam maka Bersihan Jalan -Monitor pola
Napas meningkat dengan napas(Frekuensi,kedalaman,usaha
kriteria hasil: napas)
-Produksi sputum menurun. -Monitor bunyi napas tambahan
-Gelisah menurun (mis.gurgling,mengi,wheezing,ronk
-Frekuensi napas membaik. hi kering)
-Pola napas membaik -Monitor sputum
(jumlah,warna,aroma)
Terapeutik :
-Pertahankan kepatenan jalan napas
dengan head-tilt dan chin lift (jaw
thrust jika curiga trauma servikal)
-Posisikan semi Fowler atau
Fowler.
-Berikan minuman hangat.
-Lakukan fisioterapi dada,jika
perlu.
-Lakukan penghisapan lender
kurang dari 15 detik.
-Beikan oksigen jika perlu.
Edukasi :
-Anjurkan teknik batuk efektif.
Kolaborasi :
-Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektoran,mukoliti
k,jika perlu.

3. Hipertermia Setelah dilakukan interensi Manajemen Hipertermia


keperawatan selama 3x24 Observasi :
maka termoregulasi -Identifikasi penyebab
membaik dengan kriteria hipertermia(mis.dehidrasi,terpapar,l
hasil : ingkungan panas,penggunaan
-Suhu tubuh membaik incubator)
-Suhu kulit membaik -Monitor suhu tubuh
-Monitor kadar elektrolit
-Monitor haluaran urin
-Monitor komplikasi akibat
hipertermia
Terapeutik
-Sediakan lingkungan yang dingin
-Longgarkan atau lepaskan pakaian
-Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
-Berikan cairan oral
-Ganti linen setiap hari atau lebih
sering hiperhidrosis (keringat
berlebih)
-Lakukan pendinginan eksternal
( mis.selimut hipotermia,atau
kompres dingin pada dahi
,leher,dada,abdomen,aksila)
-Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
-Berikan oksigen,jika perlu
Edukasi :
-Anjurkan tirah baring.
Kolaborasi :
-Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena,jika perlu
4. Nyeri akut Setelah dilakukan 1.Manajemen Nyeri
intervensi,maka tingkat Observasi :
nyeri menurun, dengan -Identifikasi
kriteria hasil: lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi
- Keluhan nyeri menurun ,kualitas,intensitas nyeri.
- Gelisah menurun - Identifikasi skala nyeri
- Kesulitan tidur menurun -Identifikasi respon nyeri non
-Frekuensi nadi membaik verbal.
-Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri.
Terapeutik :
-Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis.TENS,hypnosis,akupresur,tera
pi music,biofeedback,terapi
pijat,aromaterapi,teknik imajinasi
terbimbing,kompres hangat atau
dingin,terapi bermain).
-Kontrol ligkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.suhu
ruangan,pencahayaan,kebisingan).
-Pertimbnagkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi :
-Jelaskan penyebab,periode,dan
pemicu nyeri.
-Jelaskan strategi pereda nyeri.
-Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri.
-Anjurkan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi :
-Kolaborasi pemberian
analgesik,jika perlu.
2.Perawatan Kenyamanan
Observasi :
-Identifikasi gejala yang tidak
menyenangkan
(mis.mual,nyeri,gatal,sesak).
-Identifikasi masalah emosional
dan spiritual.
Terapeutik:
-Berikan posisi nyaman.
-Berikan kompres dingin atau
hangat.
-Ciptakan Lingkungan yang
nyaman.
-Berikan pemijatan.
-Berikan terapi akupresur.
-Diskusikan mengenai situasi dan
pilihan terapi/pengobatan yang
diinginkan.
Edukasi :
-Jelaskan mengenai kondisi dan
pilihan terapi/pengobatan.
-Ajarkan terapi relaksasi.
-Ajarkan latihan pernapasan.
-Ajarkan teknik distraksi dan
imajinasi terbimbing.
Kolaborasi :
-Kolaborasi pemberian
analgesic,antipruritus,antihistamin,j
ika perlu.

5. Intoleransi Setelah dilakukan intervensi Manajemen Energi


Aktivitas keperawatan selama x24 Observasi :
jam maka toleransi aktivitas - Identifikasi gangguan fungsi
meningkat, dengan kriteria tubuh yang mengakibatkan
hasil: kelelahan
- Frekuensi nadi meningkat - Monitor kelelahan fisik dan
- Keluhan lelah menurun emosional
- Dipsnea saat aktivitas - Monitor pola dan jam tidur
menurun Teraupetik :
- Tekanan darah membaik - Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus
- Lakukan latihan rentan gerak
pasif dan atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melaukan aktivitas
secara bertahap
- Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
-Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan.
6. Ansietas Setelah dilakukan intervensi Reduksi Ansietas
keperawatan selama 3x24 Observasi :
jam maka Tingkat Ansietas -Identifikasi saat tingkat ansietas
menurun dengan kriteria berubah
hasil : ( mis.kondisi,waktu,stressor)
-Verbalisasi kebingungan -Identifikasi kemampuan
menurun mengambil keputusan
-Verbalisasi khawatir akibat -Monitor tanda-tanda ansietas
kondisi yang dihadapi (verbal dan non verbal)
menurun Terapeutik :
-Perilaku gelisah menurun -Ciptakan suasana terapeutik untuk
-Perilaku tegang menurun menumbuhkan kepercayaan
-Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan,jika memungkinkan
-Pahami situasi yang membuat
ansietas dengarkan penuh dengan
perhatian
-Gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
-Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
-Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi :
-Jelaskan prosedur,termasuk
sensasi yang mungkin dialami
-Informasikan secara factual
mengenai
diagnosis,pengobatan,dan
prognosis
-Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien,jika perlu
-Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
-Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
-Latih teknik relaksasi
Kolaborasi :
-Kolaborasi pemberian obat
antiansietas,jika perlu.

YAYASAN KARYA HUSADA PARE KEDIRI AS


Y A YE D I R AI N
K

STIKES KARYA HUSADA PARE KEDIRI


K A

R Y
A H U SA
D

Ijin Mendiknas RI No. 164/D/O/2005 Rekomendasi Depkes RI No. HK.03.2.4.1.03862

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


Jl. Soekarno Hatta, Kotak Pos 153, Telp/Fax. (0354) 395203 Pare Kediri

Website: www.stikes-khkediri.ac.id

FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN ANAK

I. DATA UMUM

Nama : An.A

Ruang : Anggrek

No. Register : 1234567

Umur : 4 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa

Bahasa : Indonesia

Alamat : Ds.Gondang,Kec.Gondang,Kab.Tulungagung

Pekerjaan : Wiraswasta

Penanggung jawab : Tn.P

Pendidikan Terakhir : SMA

Golongan Darah : O

Tanggal MRS : 15 Juni 2020,10.00 WIB

Tanggal Pengkajian : 15 Juni 2020,14.00 WIB

Diagnosa Medis : ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas)

II. DATA DASAR

Keluhan Utama : Tn.P mengatakan baha anaknya mengalami batuk,pilek selama 5 hari
disertai dengan demam,sakit tenggorokan dan adanya suara nafas tambahan saat tidur
( stridor).

Alasan Masuk Rumah Sakit : An.A mengalami batuk,pilek selama 5 hari disertai
dengan demam,sakit tenggorokan,dan adanya suara nafas tambahan saat tidur (stridor).

Riwayat Penyakit Sekarang : Sudah 5 hari yang lalu An.A mengeluh sekujur tubuhnya
demam,sering menggigil,batuk berdahak dengan lendir berwarna kehijauan,susah
nafas,nafsu makan berkurang,sakit tenggorokan,serta disertai adanya suara nafas tambahan
saat tidur(Stridor).Menurut pernyataan dari keluarga,An.A juga mendapatkan imunisasi yang
lengkap,disekitar lingkungan rumahnya terdapat banyak pabrik dan rumahnya kurang
mencukupi ventilasinya.Keluarga menganggap bahwa An.A hanya sakit flu biasa dan gejala
asma biasa.Namun sudah 5 hari tidak kunjung sembuh,lalu keluarga membawanya ke
klinik.Hasil pemeriksaan diketahui bahwa An.A menderita ISPA,frekuensi pernapasan≥
30x /menit,suhu tubuh mencapai 39,5ᵒC.Dokter pun menyarankan agar An.A dirawat inap di
Rumah Sakit untuk ditangani lebih lanjut.

Upaya yang telah dilakukan: An.A sebelumnya sudah dibawa ke klinik tetapi belum juga
kunjung sembuh.

Terapi yang telah diberikan: An.A hanya diberikan terapi oral yaitu obat penurun demam
serta pernah dipasang oksigen.

Riwayat Kesehatan Dahulu : Klien sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit


seperti sekarang ini .

Riwayat Kesehatan Keluarga : Menurut anggota keluarga,tidak ada keluarga yang pernah
mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut.

III.RIWAYAT ANTENATAL & POST NATAL


1. Riwayat selama kehamilan
-Antenatal : Ibu melakukan pemeriksaan kehamilan rutin di Bidan,mengkonsumsi Fe
rutin.

-Intranatal : Lahir dalam usia kehamilan 9 bulan,di Rumah Sakit dengan BB 3000 gr
dan PB BBL 50 cm

-Postnatal : Tali pusat lepas pada hari ke 6,tidak ada penyakit yang menyertainya.

2. Obat-obatan yang digunakan


An.A selalu rutin meminum vitamin untuk kekebalan tubuhnya.

3. Tindakan operasi
An.A dilahirkan di Rumah Sakit swasta dengan proses melahirkan secara SC.Dengan
BB 3000 gram.PB : 50 cm

4. Riwayat alergi
An.A tidak alergi makanan atau obat-obatan

5. Kecelakaan
Keluarga mengatakan An.A tidak pernah mengalami kecelakaan.

6. Imunisasi
Keluarga mengatakan bahwa An.A sudah mendapatkan imunisasi lengkap yaitu
Hepatitis B,DPT,BCG,Polio dan Campak

IV. PENGKAJIAN PERKEMBANGAN (DDST ATAU KPSP)


1. Moto rik Kasar
An.A sudah bisa berjalan,berlari,menendang bola,naik turun tangga.

2. Motorik Halus
An.A juga sudah pandai dalam menggambar,menulis,melukis bahkan bermain puzzle.

3. Personal Sosial
An.A mempunyai kemampuan bersosialisasi dengan teman sebaya maupun orang
dewasa yang sangat baik.

4. Bahasa
An.A tidak dapat menyampaikan sesuatu yang ia inginkan melalui bahasa,rewel,anak
hanya bisa menangis apabila perawat datang dan melakukan tindakan.

V. RIWAYAT SOSIAL
1. Pengasuh
An.A diasuh oleh kedua orang tua nya sendiri yaitu Tn. dan Ny.P beserta semua
keluarga sangat menyayanginya.

2. Hubungan dengan anggota keluarga juga saudara


Hubungan An.A dengan anggota keluarga dan saudara sangat baik,semua anggota
keluarga selalu memperhatikan An.A dengan penuh kasih sayang.Status anak dalam
keluarga yaitu anak kandung.

3. Pembawaan secara umum


An.A memiliki sifat seperti ayahnya,postur tubuhnya,tinggi badannya.Secara fisik
An.A meniru ayahnya.Tidak ada bagian tubuh yang cacat.An.A juga memiliki bakat
menari,gaya bicara An.A juga sangat mirip dengan ayahnya.

4. Lingkungan rumah
Saat ini pemilik rumah adalah orang tua dari An.A itu sendiri,keadaan rumah saat ini
juga mencukupi,lingkungan disekitar rumah cukup banyak polusi karena dekat dengan
pabrik-pabrik industri,fasilitas disekitar rumah juga lengkap dan modern.

VI. POLA FUNGSI KESEHATAN

1. Persepsi terhadap Kesehatan – Manajemen Kesehatan


Keluarga mengatakan apabila ada keluarga yang sakit maka keluarga langsung
membawa kepelayanan kesehatan,keluarga mengatakan kesehatan itu sangat
penting,apabila mengalami sakit,maka aktivitas akan terganggu.

2. Pola Aktivitas dan Latihan


 Kemampuan Perawatan Diri
Skor 0 : mandiri, 1 : dibantu sebagian, 2 : perlu bantuan orang lain, 3 : perlu bantuan
orang lain dan alat, 4 : tergantung pada orang lain / tidak mampu.

Aktivitas 0 1 2 3 4

Mandi 

Berpakaian 

Eleminasi 

Mobilisasi di tempat 
tidur

Pindah 

Ambulasi 

Naik tangga 

Makan dan minum 

Gosok gigi 

Keterangan : An.A belum bisa melakukan aktivitas secara mandiri karena sepenuhnya
masih butuh bantuan orang lain.

3. Pola Istirahat dan Tidur :

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Jumlah Jam Tidur Siang Keluarga mengatakan Jam tidur berkurang


anak tidur 3 jam sehari karena kadang-
dan tidak mengalami kadang terbangun
gangguan akibat sesak nafas

Jumlah Jam Tidur Malam Keluarga mengatakan Anak kadang-kadang


anak tidur 8 jam sehari terbangun pada
dan tidak mengalami malam hari karena
gangguan sesak akibat
penumpukan sekret
dijalan nafas

Pengantar Tidur Menonton tv Dielus-elus


punggungnya

Gangguan Tidur Tidak ada Tidak terbiasa dengan


lingkungan Rumah
Sakit

Perasaan Waktu Bangun Rasa ingin berkemih Sayu

4. Pola Nutrisi – Metabolik


1) Berat badan sebelum sakit dan saat sakit
Tanggal Pemeriksaan BB sebelum sakit BB saat sakit

15 Juni 2020 25 Kg 24 Kg

17 Juni 2020 24 Kg 22 Kg

19 Juni 2020 22 Kg 20 Kg

2) Tinggi badan atau panjang badan


Tinggi badan An.A 90 cm

3) Kebiasaan pemberian makanan


KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Frekuensi 3x sehari 2-3x sehari

Jenis Karbohidrat,serat Karbohidrat,serat


tinggi, tinggi,protein,mineral
protein,kalsium dan
mineral

Porsi Banyak Sedikit

Total Konsumsi 3x sehari 2xsehari

Keluhan Tidak ada Tidak nafsu makan

4) Diit khusus
Diet khusus untuk An. A adalah makanan berminyak,susu karena susu dapat
memicu terbentuknya lendir dan bernafas akan semakin tidak nyaman.Selain susu
produk olahan susu seperti keju dan mayones harus dihindari.

5) Tanda kecukupan nutrisi (NCHS atau menyesuaikan RS setempat)


-IMT An.A Ideal

-Body Masa Index Ideal

-Lingkar kepala,lingkar dada

5. Pola Eliminasi

Eliminasi Uri

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Frekuensi 5x sehari 3x Sehari

Pancaran Kuat Kuat

Jumlah 1500 cc 810 cc

Bau Khas Khas

Warna Kuning Kuning

Perasaan setelah BAK Lega Lega

Total Produksi Urin 7500cc/24 jam 2430 cc/jam

Eliminasi Alvi

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Frekuensi 2x sehari Kadang tidak BAB


Konsistensi Lembek Padat

Bau Khas Khas

Warna Kuning Kecoklatan Kuning kecoklatan

6. Pola Kognitif dan Persepsi Sensori


Kemampuan melihat,mendengar dan merasakan baik.Tingkat kesadaran lemah karena
pengaruh sedasi.

7. Pola Konsep Diri


An.A dapat mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan identitas
dirinya,gambaran diri dan lain-lain.

8. Pola Mekanisme Koping


An.A tampak cemas,tidak rileks,ekspresi wajah gelisah.

9. Pola Fungsi Seksual – Reproduksi


An.A masih balita sehingga pola seksual belum berjalan sebagaimana
mestinya.Reproduksi juga belum berjalan sebagaimana mestinya.

10. Pola Hubungan – Peran


Anak tidak dapat berinteraksi karena penurunan kesadaran,dan karena adanya
pemasangan infus dan oksigen
11. Pola Nilai dan Kepercayaan
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Nilai Khusus Keluarga selalu Keluarga selalu


mengajarkan anak nilai- mengajarkan anak nilai-
nilai agama islam pada nilai agama islam pada
anak.Ibu selalu anak.Ibu selalu
menganjurkan anak untuk menganjurkan anak untuk
selalu berdoa selalu berdoa

Praktik Ibadah Tidak lupa untuk selalu Tidak lupa untuk selalu
berdoa dimanapun dan berdoa dimanapun dan
kapanpun kapanpun

Pengetahuan tentang An.A selalu diajarkan An.A selalu diajarkan


Praktik Ibadah selama sakit bahwa agama itu sangat bahwa agama itu sangat
penting dan harus penting dan harus
mentaatinya mentaatinya

12. Pola aktivitas bermain


An.A juga sering bermain dengan teman-teman sebaya nya,Ibu An.A tentu tidak lupa
untuk membuatkan jadwal aktivitas yang bermanfaat untuk An.A

VII. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBYEKTIF)

1. Status Kesehatan Umum


Keadaan/ penampilan umum: Lemah,Lemas

Kesadaran : Lemah GCS: 4X10

BB sebelum sakit : 25 Kg TB: 90 cm

BB saat ini : 20 Kg

BB ideal : 18-25 Kg

Perkembangan BB : BB turun saat sakit

Status Gizi : Baik

Status Hidrasi : Baik

Tanda – tanda vital :

TD : 100/70 mmHg

N : 125x/menit

Suhu : 39,5ᵒC

RR : 37x/menit

2. Pemeriksaan Fisik ( B1 – B6 )
1) B1 (Breathing)
-Membran mukosa hidung faring tampak kemerahan

-Tonsil tampak kemerahan

-Tampak batuk tidak produktif


-Tidak tampak menggunakan otot bantu napas

-Ada suara napas tambahan saat tidur

- Palpasi adanya demam

-Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

-Suara paru normal

2) B2 (Bleeding)
-Karotis 149x/menit
-Jugularis 149x/menit
-Radialis 150x/menit
-Femoralis 150x/menit
-Dorsal Pedis 149x/menit
-Tekanan vena jugularis 149x/menit

3) B3 (Brain)
-Pemeriksaan Kepala dan leher : Kepala dan leher simetris,tidak ada nyeri tekan,tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid
-Pemeriksaan fisik mata tidak ada edema,tidak ada hematom,lesi,luka,massa pada
mata,konjungtiva tidak anemis,sklera ikhterik,reaksi pupil terhadap cahaya
miosis,simetris kanan kiri.
-Pemeriksaan telinga : bentuk telinga simetris kanan kiri,kurang bersih,tidak ada
lesi,massa,tidak ada serumen,tidak ada nyeri tekan.
-Pemeriksaan Bibir : Tidak pucat atau anemis

4) B4 (Bladder)
Tidak ada kelainan pada perkemihan

5) B5 (Bowel)
Nafsu makan menurun,porsi makan tidak habis,minum sedikit,nyeri telan pada
tenggorokan

6) B6 (Bone)
-An.A lemah,cepat lelah,sulit tidur karena nafas terganggu,aktivitas selama di RS
hanya berbaring.

3. Pemeriksaan Diagnostik
1) Laboratorium

Pemeriksaan hasil Satuan Rujukan metode Ket.


HEMATOLOGI
RUTIN
Hemoglobin 13.0 g/dl 10.8-12.8
Hematokrit 39 % 31-43
Leukosit 14.8 Ribu/ul 4.5-14.5
Trombisit 206 Ribu/ul 150-450
Eritrist 4.93 Juta/ul 3.70-570

INDEX ERITROSIT
MCV 78.3 /um 80.0-96.0
MCH 26.4 Pg 28.0-33.0
MCHC 33.5 g/dl 33.0-36.0
RDW 15.0 % 11.6-14.6
HDW 3.7 g/dl 2.2-3.2
MPV 8.2 fl 7.2-11.1
PDW 76 % 25-65

HITUNG JENIS
Eosinofil 0.80 % 0.00-4.00
Basofil 0.40 % 0.00-1.00
Netrofil 75.70 % 29.00-72.00
limfosit 12.30 % 36.00-52.00
Monosit 10.10 % 0.00-5.00
LUC/AMC

KIMIA KLINIK
Gula Darah Sewaktu 75 Mg/dl 60 - 100
SGOT 89 u/l 0 - 35
157 u/l 0 - 45

2) Radiologi
1.Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman
(+) sesuai dengan jenis kuman.

4. Terapi
1. Oral
-Paracetamol 500 mg
-Captopril 3x6,25 mg
-Zink 1x20 mg
-Candistatin 3x1
-Chloramphenizol Zalf mata 2x005

2. Parenteral
-Inj Caftazidine 750 mg/8 jam =225 cc /24 jam (IV)
-Inj Antrain 200 mg k/p 1 cc = 24 cc/ jam
-Inj Furosemid 10 mg /12 jam = 20 cc /24 jam
-Inf D1/2s 343cc + D40 157cc + KCL 20mg -> kecepatan 22m/jam = 528 cc/24 jam

3. Lain – lain
-Pemasangan infus
-Pemasangan oksigen

ANALISA DATA

No DATA FAKTOR YG BERHUBUNGAN MASALAH


KEPERAWATAN
1. DS: Tn.P mengatakan Perubahan irama pernafasan Pola Nafas Tidak
bahwa anaknya efektif
mengeluh susah nafas,
lemas
DO:
- N: 125 ×/menit
- TD : 100/70 mmHg
- RR : 37 ×/menit
-S : 39,5ºC
-Adanya suara napas
tambahan saat tidur
( stridor)
2. DS: Produksi sputum yang berlebih Bersihan Jalan Napas
-Tn.P mengatakan Tidak Efektif
bahwa anaknya
megalami batuk,pilek
selama 5 hari
DO:
-Saat batuk berdahak
keluar lendir berwarna
kehijauan
- An.A sulit tidur karena
mengeluh hidung
tersumbat
- N: 125 ×/menit
- TD : 100/70 mmHGg
- RR : 37×/menit
-S : 39,5ºC

3. DS: Gangguan termoregulasi Hipertermia


Tn.P mengatakan bahwa
sekujur tubuhnya
demam dan sering
menggigil
DO:
- An.A tampak
lemah,lemas
-Akral hangat
- Mukosa Nampak
kering
- N: 125 ×/menit
- TD : 100/70 mmHGg
- RR : 37×/menit
-S : 39,5ºC
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Pola Nafas Tdak Efektif


2) Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
3) Hipertermia
4)
RENCANA KEPERAWATAN

NamaKlien : An.A No RekamMedis : 1234567 Hari Rawatke : 1-2

N Diagnosa SLKI SIKI Para


o Keperawata f
n
1. Pola Nafas Setelah Manajemen Jalan Napas
Tidak
dilakukan Observasi :
Efektif
intervensi -Identifikasi adanya kelelahan otot bantu
selama 3x24 napas
jam, maka pola - Identifikasi efek perubahan posisi terhadap
napas membaik, status pernapasan
dengan kriteria - Monitor status respirasi dan oksigen (mis.
hasil: Frekuensi dan kedalam napas, penggunaan
- Dispnea otot bantu napas, bunyi napas tambahan,
menurun saturasi oksigen)
- Penggunaan Teraupetik :
otot bantu - Pertahankan kepatenan jalan napas
napas - Berikan posisi semi fowler atau fowler
menurun - Fasilitasi mengubah posisi senyaman
- Pemanjangan mungkin
fase ekspirasi - Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
menurun (mis: nasal kanul, masker wajah, masker
- Frekuensi rebreathing atau non rebreating)
napas - Gunakan bag-valve mask, jika perlu
membaik Edukasi :
- Kedalaman -Ajarkan melakukan teknik relaksasi napas
napas
dalam
membaik
- ajarkan mengubah posisi secara mandiri
-ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
-Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektoran,mukolitik, jika
perlu
2 Bersihan Setelah 1.Manajemen Jalan Napas
Jalan Napas
dilakukan Observasi :
Tidak
efektif intervensi -Monitor pola
keperawatan napas(Frekuensi,kedalaman,usaha napas)
selama 3x24 -Monitor bunyi napas tambahan
jam maka (mis.gurgling,mengi,wheezing,ronkhi
Bersihan Jalan kering)
Napas -Monitor sputum (jumlah,warna,aroma)
meningkat Terapeutik :
dengan kriteria -Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
hasil: head-tilt dan chin lift (jaw thrust jika curiga
-Produksi trauma servikal)
sputum -Posisikan semi Fowler atau Fowler.
menurun. -Berikan minuman hangat.
-Gelisah -Lakukan fisioterapi dada,jika perlu.
menurun -Lakukan penghisapan lender kurang dari
-Frekuensi 15 detik.
napas membaik. -Berikan oksigen jika perlu.
-Pola napas Edukasi :
membaik
-Anjurkan teknik batuk efektif.
Kolaborasi :
-Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektoran,mukolitik,jika
perlu.
3. Hipertermia Setelah Manajemen Hipertermia
dilakukan Observasi :
interensi -Identifikasi penyebab
keperawatan hipertermia(mis.dehidrasi,terpapar,lingkung
selama 3x24 an panas,penggunaan incubator)
maka -Monitor suhu tubuh
termoregulasi -Monitor kadar elektrolit
membaik -Monitor haluaran urin
dengan kriteria -Monitor komplikasi akibat hipertermia
hasil : Terapeutik
-Suhu tubuh -Sediakan lingkungan yang dingin
membaik -Longgarkan atau lepaskan pakaian
-Suhu kulit -Basahi dan kipasi permukaan tubuh
membaik
-Berikan cairan oral
-Ganti linen setiap hari atau lebih sering
hiperhidrosis (keringat berlebih)
-Lakukan pendinginan eksternal
( mis.selimut hipotermia,atau kompres
dingin pada dahi
,leher,dada,abdomen,aksila)
-Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
-Berikan oksigen,jika perlu
Edukasi :
-Anjurkan tirah baring.
Kolaborasi :
-Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena,jika perlu
IMPLEMENTASI dan EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien : An.A No Rekam Medis : 1234567 Hari Rawat ke : 1

NO TGL. JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


DIAGNOSA KEPERAWATAN (SOAP)
1 15 Juni 14.00 -Bina Hubungan saling S: Tn.P mengatakan
2020 percaya bahwa sesak
14.00 - Observasi tanda-tanda vital anaknya sedikit
N : 125×/menit berkurang
TD: 100/70 mmHg
RR: 37×/menit O:
S : 39,5ºC N: 125 ×/menit
14.55 - Memasang Oksigen TD: 100/70mmHg
2L/menit RR :37 ×/menit
15.30 - Memasang Infus pz 28 S :39,5ºC
tetes/menit
15.45 - Posisikan pasien senyaman A: Masalah teratasi
mungkin semi fowler atau sebagian
15.50 fowler
- Memonitor status respirasi P: Intervensi
dan oksigen(mis.apakah dilanjutkan
An.A menggunakan otot
bantu napas,saturasi oksigen)

2 15 Juni 14.15 -Mempertahankan kepatenan S:


2020 jalan nafas -Tn.P mengatakan
14.15 -Memberikan posisi senyaman bahwa batuk dan
mungkin pilek anaknya sedikit
14.20 -Mengajarkan mengubah berkurang
posisi secara mandiri -Tn.P mengatakan
15.20 -Berkolaborasi memberikan bahwa anaknya
ekspektorant,mukolitik,dan sudah merasa sedikit
15.30 nebulizing nyaman karena
-Mengajarkan teknik batuk mulai bisa mencium
efektif aroma disekitarnya.

O:
-An.A sedikit tidak
rewel
-Sputum sedikit
berkurang

N: 125 ×/menit
TD: 100/70 mmHg
RR :37×/menit
S : 39,5ºC
A: Masalah teratasi
sebagian

P: Intervensi
Dilanjutkan

3 15 Juni 15.30 - Mengganti linen setiap hari S:


2020 atau lebih sering -Tn.P mengatakan
15.35 -Mengidentifikasi penyebab panas anaknya
15.40 hipertermia sedikit turun
-Memonitor suhu tubuh -Tn.P sudah tidak
17.00 -Longgarkan atau lepaskan cemas lagi dengan
17.05 pakaian panas yang diderita
-Menganjurkan pasien untuk An.A
17.05 tirah baring
17.05 -Memberikan cairan oral O:
-Menciptakan suasana yang -An.A sudah mulai
17.10 nyaman dan tenang nampak tidak lemah,
-Edukasi kepada keluarga porsi makan cukup
tentang tata cara perawatan banyak,lumayan
17.15 pasien hipertermia tidak rewel,tidur
-Memberikan pendinginan nyenyak
eksternal (mis.kompres hangat - N: 125 ×/menit
17.20 pada dahi,leher,dada,abdomen TD: 100/70 mmHg
dan aksila) RR :37×/menit
-Memberikan obat penurun S : 39,5ºC
panas atau demam
A: Masalah teratasi
sebagian

P: Intervensi
dilanjutkan

IMPLEMENTASI dan EVALUASI KEPERAWATAN


Nama Klien : An. A No Rekam Medis : 1234567 Hari Rawat ke : 2

NO TGL. JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


DIAGNOSA KEPERAWATAN (SOAP)
1 16 Juni 07.00 -Observasi tanda-tanda S: Tn.P mengatakan
2020 vital bahwa sesak anaknya
N: 90 ×/menit berkurang,tidak ada
TD : 95/70 mmHg suara napas tambahan
RR : 30 ×/menit saat tidur
S : 38,5oC O:
07.10 -Memonitor status -An.A sudah tidak
respirasi dan oksigen lemas dan pucat lagi
07.30 -Memberikan posisi yang -Tidur dengan pulas
senyaman mungkin -Tidak rewel lagi
07.35 -Memfasilitasi mengubah TTV :
posisi senyaman mungkin -N: 90 ×/menit
-TD : 95/70 mmHg
-RR : 30×/menit
-S : 37 oC

A: Masalah teratasi
sebagian
P: Intervensi
dilanjutkan
2 16 Juni 07.45 - Mempertahankan S: Tn.P mengatakan
2020 08.00 kepatenan jalan napas bahwa batuk dan pilek
-Mengajarkan teknik anaknya sembuh
08.10 batuk efektif O:
-Mengkolaborasikan -An.A ceria,tidak
pemberian ekspektoran rewel.
dan mukolitik -Sputum berkurang
-Tidur nyenyak
TTV :
-N: 90 ×/menit
-TD : 95/70 mmHg
-RR : 30×/menit
-S : 37 oC

A: Masalah teratasi

P: Hentikan
Intervensi
3 16 Juni 08.10 -Memonitor Suhu tubuh S: Tn.P mengatakan
2020 -Memonitor kadar bahwa panas anaknya
08.20 elektrolit atau cairan sudah turun
-Menyediakan
08.30 lingkungan yang dingin O: An.A sudah
-Memberikan cairan oral nampak tidak
09.00 -Melonggarkan atau lemah,tidak
09.10 melepas pakaian pucat,tidak rewel
-Memberikan TTV :
09.20 pendinginan eksternal -N: 90 ×/menit
(mis.kompres hangat -TD : 95/70 mmHg
pada -RR : 30×/menit
09.30 dahi,leher,dada,abdomen -S : 37 oC
dan aksila)
09.35 -Menganjurkan tirah A: Masalah teratasi
baring sebagian
-Memberikan obat
penurun panas atau P: Intervensi di
demam. lanjutkan

DAFTAR PUSTAKA
Andaners.(2009).Prevalensi Ispa Pada Anak.Rertrived 18 Juni
2014.From(http://prevalensi repository child.usu.ac.id/bitstream)

Berhman.(2000).Ilmu Kesehatan Anak.(Edisi ke lima belas).Jakarta : EGC

Nelson.(2003).Ilmu Kesehatan Anak.(Edisi ke lima belas).Jakarta : EGC

Nursalam.(2005).Buku Pengkajian Keperawatan.Jakarta : EGC

Rasmaliah.(2004).Patofisiologi ISPA.Rertrived 18 Juni 2014.From


(http://Patofisiologi epository.usu.ac.id/bitstream)

Smeltzer,S.C,Bare.B.G.(2000).Keperawatan Medikal Bedah.(Edisi ke


delapan).Jakarta : EGC

Wong,D.L.(2009).Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.( Edisi 6 ).Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai