Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar ISPA

Kesehatan adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan masalah
pendidikan, perekonomian dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak merupakan usia yang rentan
penyakit. Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Akut) .

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita
yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6
episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA
(Anonim,2009)

Hal ini dapat dikarenakan beberapa faktor misalnya, rendahnya tingkat pendidikan sehingga
pengetahuan mengenai kesehatan juga masih rendah atau faktor ekonomi yang menyebabkan tingkat
kesehatan kurang diperhitungkan.

Konsep Dasar ISPA


1. Pengertian
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi yang terutama mengenai struktur saluran
pernafasan di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah
secara simultan atau berurutan (Behrman, 2000 : 885)

ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan
mulai dari hidung hingga alveoli, termasuk sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Nelson,
2003:725).

Kesimpulan dari penulis ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang menyerang organ seperti
tenggorokan, hidung, dan paru-paru yang disebabkan oleh bakteri dan virus.

Common Cold
Istilah common cold/selesma biasanya digunakan untuk menunjukkan gejala-gejala infeksi saluran
napas atas. Ditandai oleh kongesti nasal, sakit tenggorok, dan batuk. Selesma sangat menular
karena pasien mengandung virus selama sekitar 2 hari sebelum timbul gejala dan selama bagian
pertama fase gejala (Smeltzer & Bare, 2002 : 545)
2. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA
antara lain dari genus streptokokus, stafilikokus, pneumokokus, hemorillus, bordetele, adenovirus,
korinobakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan miksovirus, adenovirus,
koronavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpes virus dan lain-lain. Virus merupakan penyebab
tersering infeksi saluran pernafasan, mereka menginfeksi mukosa hidung trachea dan bronkus.
Infeksi virus primer pertama kali ini akan menyebabkan mukosa membengkak dan menghasilkan
banyak mucus lendir dan terjadilah akumulasi sputum di jalan nafas.
3. Patofisiologi
Virus masuk melalui udara/droplet dan melalui tangan sehingga virus mengfiltrasi epitel dan epitel
terkikis, menyebabkan peradangan hingga terjadi peradangan menyebabkan suhu tubuh meningkat
yang berakibat tubuh menjadi lemah dan hipertermi, dari keadaan ini didapatkan diagnosa
intoleransi aktivitas. Nyeri tenggorokan, produksi sekret dan terjadi pembengkakan mengakibatkan
pasien sulit bernapas, RR meningkat, menggunakan otot bantu pernapasan dan tidak menggunakan
retraksi dinding dada sehingga didapatkan diagnosa pola napas tidak efektif, ketidaktahuan orang
tua akan kondisi anak dan cemas (Rasmaliah, 2004 : paragraf 5).

4. Manisfestasi klinik
Kongesti nasal, sakit tenggorok, bersin-bersin, malaise, demam, menggigil, dan sering sakit kepala
serta sakit otot. Dengan berkembangnya selesma, biasanya timbul batuk. Secara lebih spesifik,
istilah cold mengacu pada afebris, infeksius, inflamasi akut membran mukosa rongga nasal. Lebih
luas lagi, istilah tersebut mengacu pada infeksi saluran napas, sementara istilah seperti rinitis,
faringitis, laringitis, dan chest cold membedakan letak gejala utamanya.

Gejala berlangsung 5 hari sampai 2 minggu. Jika terdapat demam yang signifikan atau gejala
pernapasan sistemik yang lebih berat, maka gejala ini bukan lagi merupakan gejala common cold
tetapi merupakan salah satu gejala infeksi saluran pernapasan atas akut. Lebih dari 200 virus yang
berbeda, dikelomppokan kedalam lima kelompok utama, diketahui menyebabkan common cold:
pikornavirus, koronavirus, miksovirus, dan para virus, dan adenovirus. Rhinovirus, “the classic head
cold,” dan anggota dari kelompok pikornavirus, bertanggung jawab terhadap 30% sampai 40% dari
semua selesma. Kondisi alergik juga dapat menyerang hidung dan menyerupai gejala selesma
(Smeltzer & Bare, 2002 : 545)

Cold lebih berat pada anak kecil dari pada anak yang lebih tua atau dewasa. Pada umunya, anak
yang berumur 3 bulan sampai 5 tahun menderita demam pada awal perjalanan infeksi, kadang-
kadang beberapa jam sebelum tanda-tanda yang berlokalisasi muncul. Bayi yang lebih muda
biasanya tidak demam, dan anak yang lebih tua dapat menderita demam ringan, komplikasi purulen
terjadi lebih sering dan parah pada umur-umur yang lebih muda. Sinusitis persisten dapat terjadi
pada semua umur.

Pada awal bayi yang umurnya lebih dari 3 bulan adalah demam yang timbul mendadak, iritabilitas,
gelisah, dan bersin. Ingus hidung mulai keluar dalam beberapa jam, segera menyebabkan obstruksi
hidung, yang dapat menggangu pada saat menyusu, pada bayi kecil yang mempunyai
ketergantungan lebih besar pada pernapasan hidung, tanda-tanda kegawatan pernapasan sedang
dapat terjadi. Selama 2-3 hari pertama membrana timpani biasanya mengalami kongesti, dan cairan
dapat ditemukan di belakang membrana tersebut, yang selanjutnya dapat terjadi otitis media
purulenta atau tidak. Sebagian kecil bayi mungkin muntah, dan beberapa penderita menderita diare.
Fase demam berakhir dari beberapa jam sampai 3 hari, demam dapat berulang dengan komplikasi
purulen dan infeksi faring. Pada anak yang tua gejala awalnya adalah kekeringan dan iritsi dalam
hidung dan tidak jarang, di dalam faring. Gejala ini dalam beberapa jam diserti dengan bersin, rasa
menggigil, nyeri otot, ingus hidung yang encer, dan kadang-kadang batuk. Nyeri kepala, lesu,
anoreksia, dan demam ringan mungkin ada. Dalam 1 hari sekresi biasanya menjadi lebih kental dan
akhirnya menjadi purulen. Obstruksi hidung menyebabkan pernapasan mulut, dan hal ini, melalui
pengeringan membrana mukosa tenggorokan, menambah rasa nyeri. Pada kebanyakan kasus, fase
Akut berakhir selama 2-4 hari (Nelson, 2003: 1456)

5. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi adalah otitis media, yang ditemukan pada bayi-bayi kecil sampai
sebanyak 25% nya. Walaupun komplikasi ini dapat terjadi awal pada perjalanan cold, ia biasanya
muncul sesudah fase Akut nasofaringitis. Dengan demikian otitis media harus dicurigai jika memang
berulang. Kebanyakan ISPA juga melibatkan saluran pernapasan bawah. Dan banyak kasus, fungsi
paru menurun walaupun gejala pernapasan bawah tidak mencolok atau tidak ada. Sebaliknya,
laringotrakheobronkitis, bronkiolitis, atau pneumoni dapat berkembang selama perjalanan
nasofaringitis akut. Nasofaringitis virus juga sering merupakan pemicu gejala asma pada anak
dengan saluran pernapasan reaktif (Nelson, 2003: 1457).

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang ISPA menurut Catzel & Roberts (2000 : 452).
1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan
kuman (+) sesuai dengan jenis kuman.
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai
dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan.

7. Penatalaksanaan Medis
Tidak ada pengobatan yang spesifik terhadap ISPA. Penatalaksanaan ISPA terdiri atas terapi
simptomatik. Beberapa tindakan dapat mencakup pemberian cairan yang adekuat, istirahat,
pencegahan menggigil, dekongestan nasal aqueous, vitamin C, dan ekspektoran sesuai kebutuhan.
Kumur air garam hangat dapat melegakan sakit tenggorokan, dan aspirin atau asetominofen
meredakan gejala konstitusional umum. Antibiotik tidak mempengaruhi virus atau mengurangi
insiden komplikasi bakteri, namun demikian, antibiotik mungkin digunakan sebagai profilatik bagi
pasien yang berisiko tinggi terhadap kondisi pernapasan (Smeltzer & Bare, 2002 : 545).
8. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan ISPA menurut Smeltzer & Bare (2002 : 545)
 Penyuluhan kepada keluarga tentang cara memutuskan infeksi
 Pendidikan pasien berupa :

1. Mencuci tangan untuk mencegah penyebaran organisme


2. Menghindari kerumunan orang banyak
3. Menutup mulut ketika batuk
4. Meningkatkan masukan cairan
5. Mengintruksikan pada pasien untuk meningkatkan drainase seperti inhalasi uap

9. Pencegahan
Vaksin yang efektif belum ada. Gamma glubulin atau vitamin C tidak mengurangi frekuensi
keparahan infeksi dan penggunaan tidak dianjurkan. Karena selesma cold terdapat dimana-mana,
maka tidak mungkin mengisolasi anak dari keadaan ini. Namun karena komplikasi pada bayi yang
amat muda dapat relatif serius, maka harus dilakukan beberapa upaya untuk melindungi bayi dari
kontak dengan orang-orang yang berpotensi terinfeksi. Penyebaran infeksi adalah dengan aerosol
(bersin, batuk) atau kontak langsung dengan bahan yang terinfeksi (tangan) (Berhman, 2000 :
1457).
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
 Data dasar: Usia
Diderita oleh usia bayi dan usia dewasa. Pada usia bayi kebanyakan diderita dengan usia 0-5
tahun, pada usia dewasa diderita pada umur 18-30 tahun.
 Jenis kelamin
Jenis kelamin perempuan mayoritas yang terkena penyakit ini karena kekebalan tubuh perempuan
lebih rendah dibanding laki-laki.
 Riwayat penyakit sekarang
Timbulnya ISPA disebabkan karena riwayat keluarga dan lingkungan
terjadi pada anak-anak dengan adanya pernapasan dalam dan dangkal, retraksi dinding dada,
pernapasan cuping hidung, sianosis pada mulut dan hidung, suhu tubuh meningkat 39-40oC.
Penyakit ISPA membuat aktivitas klien berkurang, timbulnya ISPA sering terjadi pada anak-anak
dan lingkungan.
 Riwayat keluarga
Penyakit ini bukan penyakit keturunan karena penyebabnya virus, bakteri.
 Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan, malaise dan gelisah.
 Sirkulasi
Denyut jantung menjadi cepat, sianosis, suhu tubuh meningkat 39-40oC dan membran mukosa
lembab.
 Integritas ego
Cemas, rewel, dan gelisah.
 Makanan dan cairan
Mual, muntah, penurunan berat badan.
 Neurosensori
Kesadaran apatis.
 Interaksi sosial
Anaknya menjadi pendiam.
 Keamanan
Peningkatan suhu tubuh dan peningkatan frekuensi napas.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada penyakit ISPA :
 Pola nafas tidak efektif b.d proses inflamasi
Intervensi :
1. Periksa posisi anak dengan sering untuk memastikan bahwa anak tidak merosot\
2. Hindari pakaian dan bedong yang ketat
3. Berikan bantal dan bantuan untuk mempertahankan jalan nafas
4. Beri peningkatan kelembapan dan oksigen
5. Tingkatkan istirahat dan tidur dengan menjadwalkan aktivitas dan periode istirahat
yang tepat
6. Anjurkan teknik relaksasi
7. Ajarkan pada anak dan keluarga tindakan untuk mengurangi upaya pernapasan
Rasional
1. Untuk menghindari penekanan diagpragma
2. Untuk membuka jalan nafas
3. Agar anak bisa bernafas dengan lega
4. Untuk mengetahui gangguan nafas
5. Mengurangi kerja paru
6. Membuat pasien lebih nyaman
7. Mengurangi sesak dan kerja paru
 Cemas b.d kesulitan bernafas, prosedur dan lingkungan yang tidak dikenal
Intervensi :
1. Ciptakan hubungan anak dan orang tua
2. Tetap bersama anak selama prosedur
3. Berikan objek kedekatan (misalnya: mainan, keluarga, selimut)
4. Anjurkan perawatan yang berpusat pada keluarga dengan kehadiran orang tua.
Rasional :
1. Anak lebih dekat dengan orang tua
2. Untuk mengurangi kecemasan anak
3. Anak lebih senang dengan objek misalnya mainan.
4. Orang tua salah satu peran yang dekat dengan orang tua
 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d inflamasi, peningkatan sekresi
Intervensi :
1. Posisikan anak pada kesejajaran tubuh yang tepat
2. Lakukan pengisapan sekret dari jalan napas sesuai kebutuhan
3. Beri posisi terlentang dengan kepada pada posisi menarik napas dan leher sedikit
ekstensi serta hidung menghadap langit-langit
4. Lakukan fisioterapi dada
5. Hindari pemeriksaan dan kultur tenggorokan pada pasien
6. Bantu anak menahan area insisi/cidera
7. Pastikan asupan cairan yang adekuat
8. Ciptakan suasana yang lembab
9. Lakukan perkusi, vibrasi, dan drainase postural
Rasional :
1. Untuk memungkinkan ekspansi paru yang lebih baik
2. Untuk memungkinkan reoksigenasi
3. Memudahkan klien dalam bernapas
4. Membantu klien dalam mengeluarkan sekret
5. Karena dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas
6. Untuk memaksimalkan efek batuk dan fisioterapi dada
7. Untuk mengencerkan sekret
8. Untuk mencegah pembentukan krusta dari sekret hidung dan pengeringan membran
mukosa
9. Untuk memfasilitasi drainase sekresi
 Resiko infeksi b.d adanya organisme infektif, tak adekuatnya pertahanan
sekunder
Intervensi:
1. Isolasi anak sesuai indikasi
2. Beri antibiotik sesuai ketentuan
3. Berikan diit bergizi sesuai kesukaan anak
4. Ajarkan pada anak dan keluarga yang sakit metode-metode protektif
5. Batasi jumlah pngunjung/anggota keluarga/saudara kandung dan skrining adanya
penyakit lain pada pengungjung
Rasional :
1. Untuk mencegah penyebaran infeksi nosokimial
2. Untuk mencegah atau mengatasi infeksi
3. Untuk mendukung pertahanan tubuh alami
4. Untuk mencegah penyebaran infeksi
5. Untuk mencegah penyebaran infeksi dari luar
 Intoleransi aktivitas b.d proses inflamasi, ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
Intervensi :
1. Bantu aktivitas hidup sehari-hari yang mungkin melebihi toleransi
2. Beri aktivitas bermain
3. Instruksikan anak untuk beristirahat bila lelah
4. Anjurkan keluarga untuk tidak melakukan prosedur yang tidak penting
5. Atur jadwal kunjungan

Rasional :
1. Untuk mencegah terjadinya kelemahan
2. Agar anak mampu melakukan aktivitas
3. Untuk mencegah terjadinya kelemahan
4. Untuk memaksimalkan istirahat anak
5. Agar anak dapat beristirahat dengan cukup
B. Definisi ISPA

Gambar 1.1 Bagian Saluran Pernafasan Atas

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran
pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya
seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila
infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian

Program Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan
yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan
pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas
bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan
napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman
Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin,
semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik.

C. Klasifikasi ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest
indrawing).

2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.


3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan
dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan
pneumonia

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan
untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.

Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :

Pneumonia berat: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah atau napas
cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.

Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah
atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :

1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah
kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tidak
menangis atau meronta).

2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali
permenit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.

3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan
tidak ada napas cepat(Rasmaliah, 2004).

D. Etiologi ISPA

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebabnya antara lain dari
genus Streptococcus, Stafilococcus, Pnemococcus, Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium. Virus
penyebabnya antara lain golongan Micsovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma,
Herpesvirus.

E. Patofisiologi ISPA
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu :

1. Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.

2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah
apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.

3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan batuk.
Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan atelektasis,
menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.
Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat
infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan
gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil,
pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).

F. Pathways

Gambar 1.2 Pathways ISPA

G. Gejala ISPA

Penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul karena menurunnya sistem
kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres. Pada stadium awal, gejalanya
berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung
tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak
merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung
bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang
mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga
bronkhitis dan pneumonia (radang paru).
H. Cara Penularan Penyakit ISPA

Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit masuk kedalam
tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne
Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan
penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula
menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya
adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab.
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui:

a. Polusi udara

b. Asap rokok

c. Bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernapasan

d. Asap pembakaran bahan kayu yang biasanya digunakan untuk memasak.

I. Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA

a. Agent

Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa secara akut atau
kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks, faringitis, tonsilitis, dan sinusitis. Rinitis simpleks atau
yang lebih dikenal sebagai selesma/common cold/koriza/flu/pilek, merupakan penyakit virus yang paling
sering terjadi pada manusia. Penyebabnya adalah virus Myxovirus, Coxsackie, dan Echo.

b. Manusia

1. Umur
Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia dibawah 2 tahun
mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Keadaan
ini terjadi karena anak di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran nafasnya
masih sempit.

2. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993), menunjukkan bahwa tidak terdapat


perbedaan prevalensi, insiden maupun lama ISPA pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.

3. Status Gizi

Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama kematian
terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan tetapi anak-anak yang meninggal karena penyakit
infeksi itu biasanya didahului oleh keadaan gizi yang kurang memuaskan. Rendahnya daya tahan tubuh
akibat gizi buruk sangat memudahkan dan mempercepat berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh.

4. Berat Badan Lahir

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir <2.500 gram. Menurut
Tuminah (1999), bayi dengan BBLR mempunyai angka kematian lebih tinggi dari pada bayi dengan berat
≥2500 gram saat lahir selama tahun pertama kehidupannya. Pneumonia adalah penyebab kematian
terbesar akibat infeksi pada bayi baru lahir.

5. Status ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi kaya akan faktor antibodi
untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan virus, terutama selama minggu pertama (4-6 hari) payudara
akan menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awal mengandung zat kekebalan (Imunoglobulin, Lisozim,
Laktoperin, bifidus factor dan sel-sel leukosit) yang sangat penting untuk melindungi bayi dari infeksi.

6. Status Imunisasi

Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap penyakit menular
tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu. Pentingnya imunisasi didasarkan pada
pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan
anak.

c. Lingkungan

1. Kelembaban Ruangan

Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan (2004), dengan desain cross
sectional didapatkan bahwa kelembaban ruangan berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada balita.
Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh bahwa faktor kelembaban ruangan mempunyai exp (B) 28,097,
yang artinya kelembaban ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko
terjadinya ISPA pada balita sebesar 28 kali.

2. Suhu Ruangan

Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 300C. Hal ini berarti,
jika suhu ruangan rumah dibawah 180C atau diatas 300C keadaan rumah tersebut tidak memenuhi
syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada
balita sebesar 4 kali.

3. Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga agar aliran udara
di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni
rumah tersebut tetap terjaga.

4. Kepadatan Hunian Rumah

Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan (2004) menemukan proses kejadian
pneumonia pada anak balita lebih besar pada anak yang tinggal di rumah yang padat dibandingkan
dengan anak yang tinggal di rumah yang tidak padat. Berdasarkan hasil penelitian Chahaya tahun 2004,
kepadatan hunian rumah dapat memberikan risiko terjadinya ISPA sebesar 9 kali.

5. Penggunaan Anti Nyamuk

Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat menyebabkan
gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap dan bau tidak sedap. Adanya pencemaran
udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru sehingga mempermudah
timbulnya gangguan pernafasan.

6. Bahan Bakar Untuk Memasak

Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkan kualitas udara
menjadi rusak. Kualitas udara di 74% wilayah pedesaan di China tidak memenuhi standar nasional pada
tahun 2002, hal ini menimbulkan terjadinya peningkatan penyakit paru dan penyakit paru ini telah
menyebabkan 1,3 juta kematian.

7. Keberadaan Perokok

Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok terdiri dari
4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan racun antara lain Carbon Monoksida (CO), Polycyclic
Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian Pradono dan Kristanti (2003),
secara keseluruhan prevalensi perokok pasif pada semua umur di Indonesia adalah sebesar 48,9% atau
97.560.002 penduduk.

8. Status Ekonomi dan Pendidikan


Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa bila rasio pengeluaran
makanan dibagi pengeluaran total perbulan bertambah besar, maka jumlah ibu yang membawa anaknya
berobat ke dukun ketika sakit lebih banyak. Bedasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa ibu dengan
status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih banyak pergi berobat ke pelayanan kesehatan dibandingkan dengan
ibu yang status ekonominya rendah.

J. Cara Mengatasi ISPA

a. Mengatasi panas (demam)

1. Untuk orang dewasa, diberikan obat penurun panas yaitu paracetamol.

2. Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun, demam diatasi dengan memberikan paracetamol
dan kompres.

b. Mengatasi batuk

1. Dianjurkan memberi obat batuk yang aman, yaitu ramuan obat tradisional berupa jeruk
nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh, diberikan 3 kali sehari.

2. Dapat menggunakan obat batuk lainnya yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti
kodein, dekstrometorfan dan antihistamin.

c. Pemberian makanan

1. Berikan makanan yang cukup bergizi biarpun hanya sedikit tetapi berikan secara berulang-ulang.

2. Pemberian ASI pada bayi yang menyusui tetap diberikan.

d. Pemberian minuman

1. Usakan pemberian cairan seperti air putih, air buah dan sebagainya, diberikan lebih dari biasanya.
Ini akan membantu mengencerkan dahak dan mencegah kekurangan cairan.

2. Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, apalagi jika pada
anak yang menderita demam karena akan menghambat keluarnya panas.
3. Jika pilek, bersihkan hidung untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang
lebih parah.

4. Usahakan lingkungan tetap terjaga dan selalu sehat, yaitu ventilasi yang cukup, dengan cahaya
yang memadai dan tidak berasap.

K. Pencegahan ISPA

Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:

a. a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik

Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita atau terhindar dari penyakit
yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima
sempurna, banyak minum air putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya
itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita
akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus /bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh
kita.

b. b. Imunisasi

Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Immunisasi
dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam penyakit
yang disebabkan oleh virus / bakteri.

c. c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi polusi asap dapur / asap
rokok yang ada di dalam rumah, sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang
bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara
(atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia.

d. d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri yang ditularkan oleh seseorang
yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit
ini biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang
melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan
yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di udara), yang kedua duet (campuran antara
bibit penyakit).
BAB II

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian ISPA

1. Identitas Pasien
Nama : An. K
Umur : 18 bulan
Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : -

Pekerjaan : -

Status : Belum menikah


Alamat : Jl. Siliwangi Babakan Tasik Rt/Rw 01/12

Kelurahan Sawah Gede Kecamatan

Cianjur Kabupaten Cianjur

Jawa Barat

Agama : Islam

Suku / bangsa : Sunda / Indonesia


Tanggal masuk puskesmas : 05 Februari 2016
Diagnosa medis : ISPA

No.Registrasi : 2067

2. Identitas penanggung jawab

Nama : Tn. Z

Umur : 37 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki

Hubungan dengan pasien : Ayah

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Status : Menikah

Alamat : Jl. Siliwangi Babakan Tasik Rt/Rw 01/12

Kelurahan Sawah Gede Kecamatan

Cianjur Kabupaten Cianjur Jawa Barat

B. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama

Tn. dari An. K mengatakan bahwa anaknya mengalami batuk, pilek selama 5 hari disertai dengan
demam, sakit tenggorokan dan adanya suara tambahan saat tidur (stridor).

2. Riwayat kesehatan sekarang

Pada saat pengkajian tanggal 5 Februari 2016 Tn. dari An. K mengatakan bahwa anaknya
mengalami batuk, pilek selama 5 hari disertai dengan demam, sakit tenggorokan, dan adanya suara
tambahan (stridor) saat tidur. Skala nyeri 3 dari 0-5.

3. Riwayat kesehatan dahulu

Klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang tetapi tidak disertai dengan sakit
tenggorokan dan suara tambahan (stridor) ketika sedang tidur.

4. Riwayat kesehatan keluarga

Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut.
C. Pemeriksaan fisik (Data Objektif)

1. Keadaan umum : Lemas

2. Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah :-

b) Respirasi : 20 x/menit

c) Nadi : x/menit

d) Suhu : 38 oC

3. Berat badan : 12 Kg

4. Tinggi badan : 72 Cm

a. Pemeriksaan Head to Toe

1. Kepala

Bentuk kepala simetris, warna rambut hitam tebal, kulit kepala tidak kotor, tidak ada nyeri tekan.

2. Mata

Bentuk mata simetris, konjungtiva non anemis , sklera putih, tidak ada nyeri tekan. Pupil mengecil ketika
di beri rangsangan cahaya.

3. Hidung

Bentuk hidung simetris, klien dapat mencium kayu putih.

4. Mulut

Mulut simetris, bibir kering, tidak ada stomatitis.

5. Telinga

Lubang telinga simetris, tidak ada nyeri tekan, klien dapat mendengar detak jam.

6. Leher

Bentuk leher simetris. Adanya nyeri tekan pada leher.

7. Dada / thorax
Bentuk dada simetris, tidak ada nyeri tekan, adanya suara tambahan (stridor) ketika sedang tidur.

8. Abdomen

Bentuk abdomen simetris, tidak ada nyeri tekan.

9. Punggung

Bentuk punggung simetris, tidak ada nyeri tekan.

10. Ekstremitas

a) Atas

Tangan lengkap simetris, tidak ada nyeri tekan, kuku tidak kotor dan tidak panjang, tidak ada
kelainan.

b) Bawah

Kaki lengkap simetris, tidak ada nyeri tekan, kuku tidak kotor dan tidak panjang, tidak ada
kelainan.

D. Data Psikososial

a. Pengkajian psikologi

a) Status emosional : Gelisah

Karena klien terlihat meronta dan menangis

b) Konsep diri :-

c) Cara berkomunikasi :-

d) Pola interaksi : Baik

Karena masih bisa berinteraksi dengan perawat

b. Pengkajian sosial

a) Hubungan sosial :-

b) Faktor kultursosial :-

c) Pola hidup : Baik


Karena keluarga Tn. Z menjaga pola hidup sehat

d) Hubungan dengan keluarga : Baik

Sebagai hubungan peran anak dan keluarga

c. Kebutuhan dasar / pola aktivitas sehari-hari

1. Nutrisi

1) Makan

a) Frekuensi : 3x sehari

b) Porsi : 1 porsi habis

c) Jenis makanan :-

d) Keluhan :-

2) Minum

a) Frekuensi : < 8 botol atau gelas / hari

b) Jenis minuman : air putih dan susu formula

d. Terapi Medis

1) Amoxilin sirup 3x2

2) Glyceryl Guaiacolate 1 x 1/4

3) Chlorpheniramine Maleate 1 x 1/4

4) Vitamin B Kompleks 1 x 1/2

5) Paracetamol sirup 3x1

E. Tentang Keluarga Pasien

a. Tipe keluarga

Keluarga Tn. Z termasuk tipe keluarga sederhana yaitu didalam satu rumah terdapat 4 orang yang terdiri
dari Tn. Z (Ayah), Ny. I (Ibu), An. B (Anak ke 1) dan An. K (Anak ke 2 ).

b. Suku bangsa
Bahasa yang digunakan Tn. Z adalah bahasa sunda karena berasal dari Jawa Barat. Dalam keluarga tidak
ada pantangan makanan apapun.

c. Agama

Keluarga Tn. Z beragama Islam dan taat menjalankan shalat 5 waktu biasanya dilakukan dirumah dan
sering membaca Al-Quran.

d. Status sosial ekonomi keluarga

Kebutuhan sehari-hari keluarga semua dipenuhi oleh Tn. Z yang bekerja sebagai wiraswasta. Ny. I
membantu pekerjaan rumah.

e. Aktifitas keluarga

Keluarga menjalankan aktifitas masing-masing seperti Tn. Z sibuk mencari nafkah, Ny. I membantu
pekerjaan rumah, sedangkan dua orang anaknya sibuk sekolah.

F. Analisa Data

Data Etiologi Masalah

Ds: Tn dari An. K Pencemaran Udara (asap Batuk, pilek selama 5 hari
mengatakan bahwa klien rokok, asap kendaraan, disertai dengan demam,
mengalami batuk, pilek asap pabrik dll) sakit tenggorokan dan
selama 5 hari disertai mengandung virus dan adanya suara tambahan
dengan demam, sakit bakteri saat tidur (stridor).
tenggorokan, dan adanya
suara tambahan saat tidur
(stridor).

Terhirup oleh hidung

Virus / bakteri jenis


Streptococcus dan
Micsovirus, merusak
lapisan epitel dan lapisan
mukosa
Anak menjadi lemas dan
terdapat gangguan sistem
pernafasan

Do: Klien terlihat lemas dan


gelisah

Tabel 1.1 Analisa Data

G. Diagnosa Keperawatan dan Prioritas Masalah

Klien batuk, pilek, demam, sakit tenggorokan, dan adanya suara tambahan saat tidur (stridor).
Berhubungan dengan saluran pernapasan atas.

H. Rencana Asuhan Keperawatan

Nama : An. K

Dx Medis : ISPA

No. Reg : 2067

N Diagnosa Tujuan Perencanaan Implementasi Evaluasi Par


o af
Intervensi Rasional

1 Batuk Tujuan Lakukan Dengan Melakukan S: Klien Putr


berhubung panjang: Dalam pemberian pemberian pemberian mengatak i
an dengan waktu 3x24 posisi yang posisi yang posisi yang an batuk Ren
terjadinya jam batuk klien nyaman nyaman nyaman masih ada a
penyempita hilang dengan usaha nafas Sari
n pada kriteria: akan O: -Klien
saluran kembali masih
-Batuk terlihat
pernafasan normal
klien hilang sekaligus batuk
DS: Tn dari -Skala 0 dapat -Skala 3
An. K mengeluark
mengataka an sputum A:
n dengan Masalah
batuk sela mudah dan klien
Tujuan pendek: meningkatn belum
ma 5 hari
Dalam waktu 8 ya suplai teratasi
DO: Klien jam batuk klien oksigen ke
terlihat P:
berkurang den paru-paru Intervensi
batuk gan kriteria: dilanjutka
berulang-
ulang -Klien terlihat n
tenang Dengan
-Skala nyeri
-Skala 2 Berikan memberika
3 dari 0-5
therapy obat n therapy
Glyceryl obat batuk Memberikan
klien therapy
Guaiacolate
berkurang obat Glyceryl
1 x 1/4 ataupun Guaiacolate
S: Klien
hilang
1 x 1/4 mengatak
an batuk
berkurang

O: Skala 2

A:
Masalah
klien
teratasi
sebagian

P:
Intervensi
dilanjutka
n

2 Pilek Tujuan Lakukan Dengan Melakukan S: Klien


berhubung panjang: Dalam pemberian pemberian pemberian mengatak
Putr
an dengan waktu 3x24 posisi yang posisi yang posisi yang an pilek
masuknya jam pilek nyaman berkurang i
nyaman nyaman
bakteri klien hilang terciptanya sedikit Ren
pada dengan jalan nafas a
saluran kriteria: yang bersih O: -Klien Sari
pernafasan dan patent, terlihat
-Klien tidak meningkatn sedikit
DS: Tn dari menghirup ya nyaman
An. K udara ke pengeluara
mengataka hidung secara -Skala 1
n sekret
n pilek berulang-ulang
selama 5 dan cepat A:
hari dengan adanya Masalah
suara klien
DO: Klien teratasi
tambahan
terlihat sebagian
menghirup -Skala 0
udara ke P:
hidung Intervensi
secara dilanjutka
berulang- n
ulang dan
cepat
dengan
adanya
suara
tambahan Tujuan pendek:
Dalam waktu 8
-Skala 2 jam pilek klien
dari 0-5 berkurang
dengan
kriteria:

-Klien terlihat
nyaman

-Skala 2

Dengan
memberika
Berikan
n therapy
therapy obat
obat Memberikan
Chlorpheniram
diharapkan therapy obat
ine Maleate 1
pilek klien Chlorpheniram
berkurang
x 1/4 atau hilang ine Maleate 1
x 1/4
S: Klien
mengatak
an pilek
berkurang

O: Skala 1

A:
Masalah
klien
teratasi
sebagian

P:
Intervensi
dilanjutka
n

3 Demam Tujuan Lakukan Dengan Melakukan S: Klien Putr


berhubung panjang: Dalam kompres kompres kompres mengatak i
an dengan waktu 3x24 daerah frontal diharapkan daerah frontal an demam Ren
proses jam demam demam berkurang a
infeksi atau klien hilang klien hilang Sari
inflamasi dengan O: Klien
terlihat
kriteria:
DS: Tn dari tenang
An. K Klien tidak
mengataka gelisah A:
n demam Masalah
klien
DO: Klien teratasi
terlihat Tujuan pendek:
sebagian
gelisah Dalam waktu 8
jam demam P:
klien berkurang Intervensi
dengan dilanjutka
krtiteria: Dengan n

Berikan memberika Memberikan


Klien terlihat
therapy obat n therapy therapy obat
tenang
Paracetamol obat Paracetamol
sirup 3x1 demam sirup 3x1
klien hilang

S: Klien
mengatak
an demam
berkurang

O: Klien
terlihat
tenang

A:
Masalah
klien
teratasi
sebagian

P:
Intervensi
dilanjutka
n

4 Sakit Tujuan Lakukan Dengan Melakukan S: Klien


tenggoroka panjang: Dalam therapy pijat dilakukan therapy pijat mengatak
n waktu 3x24 therapy an sakit Putr
daerah leher daerah leher
berhubung jam sakit pijat tenggorok i
Ren
an dengan tenggorokan diharapkan an masih
virus atau hilang dengan sakit ada a
bakteri kriteria: tenggoroka Sari
sterptokoku n O: Klien
s atau -Klien tidak berkurang masih
disebut memegang terlihat
dengan tenggorokan memegan
strep throat g
yang tenggorok
menyerang an
tenggoroka A:
n Masalah
DS: Tn dari klien
An. K belum
mengataka teratasi
n sakit P:
tenggoroka Intervensi
n dan dilanjutka
adanya n
suara
tambahan
saat tidur
(stridor)
Tujuan pendek:
DO: Klien Dalam waktu 8
terlihat jam sakit
memegang tenggorokan
tenggoroka klien berkurang
n dengan
kriteria:

Klien terlihat
nyaman
Berikan Dengan Memberikan
therapy obat memberika therapy obat
Amoxilin n therapy Amoxilin sirup
sirup 3 x 2 obat 3x2 dan
dan Vitamin B diharapkan Vitamin B
Kompleks 1 sakit Kompleks
x 1/2 tenggoroka 1x1/2
n klien S: Klien
hilang dan mengatak
suara an sakit
stridorpun tenggorok
hilang an dan
suara
stridor
hilang

O: Klien
terlihat
nyaman

A:
Masalah
klien
teratasi

P:
Intervensi
dilanjutka
n di
rumah

Anda mungkin juga menyukai