Anda di halaman 1dari 27

BAB I

STATUS PASIEN

A. Identitas
Nama : Ny. J
Umur : 29 tahun
Alamat : Ponggaluku
Agama : Islam
Suku : Tolaki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
No. RM :
Tanggal perawatan :14 Februari – 17 Februari 2019
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Nyeri perut bawah
2. Anamnesis Terpimpin
Pasien mengeluhkan nyeri perut bagian bawah yang dirasakan 2 hari
yang lalu dan memberat 2 jam SMRS, nyeri yang dirasakan terus menerus
dengan sensasi nyeri seperti tertusuk-tusuk kemudian nyeri yang dirasakan
menjalar hampir seluruh perut. Keluhan ini disertai dengan mual, pasien
juga mengeluh sering pusing dan lemas, adanya keluhan keluarnya darah
dari jalan lahir disangkal. Keluhan lain seperti sakit kepala (-), sesak (-),
BAB dan BAK kesan normal. Riwayat penyakit dahulu : penyakit jantung
(-), Diabetes mellitus (-), ginjal (-), hipertensi (-), asma (+), maag (-).
Riwayat penyakit dalam keluarga (-). Riwayat alergi : alergi terhadap asap
rokok, alergi makanan atau obat-obatan disangkal. Riwayat menarke umur
13 tahun, haid teratur setiap bulan dengan siklus haid 28 hari dan lama haid
± 5 hari dengan 3-4 kali ganti pembalut. HPHT 18 desember 2018. Riwayat
KB : suntik 3 bulan dan implan.

1
Riwayat obstetri :
1. I / 2008 / Laki-laki/ Cukup bulan / Normal / Bidan / Puskesmas/ 3,1kg/
Sehat
2. II / 2011 / Laki-laki / Cukup bulan / Normal / Bidan / Puskesmas/ 3,9kg/
Sehat
3. III / 2013/ Laki-laki/ Cukup bulan/ Normal/ Bidan/ Puskesmas/ 3,1kg/
Sehat
4. IV / 2019 / Kehamilan Sekarang
C. Pemeriksaan Fisis
1. Status Generalis
 Keadaan umum : Sakit berat
 Kesadaran : composmentis
 Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82x/m (reguler, kuat angkat)
Pernapasan : 18 x/m
Suhu : 36,7oC
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : Normocephal, deformitas (-).
Mata : Konjungtiva anemis +/+, Sklera ikterik -/-
Edema palpebra (-)
Hidung : Septum deviasi -/-, sekret -/-
Telinga : Liang telinga lapang, serumen -/-
Mulut : Bibir pucat (+), stomatitis (-), caries (-)
Leher : KGB tidak membesar
Tenggorok : Hiperemis (-), Tonsil T1/T1
Jantung : Bunyi jantung I/II murni regular
Paru : Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen Inspeksi : Cembung, ikut gerak napas

2
Auskultasi : peristaltik kesan normal
Palpasi : TFU Tidak teraba, nyeri tekan perut
bawah (+), Defans Muskuler (+)
Perkusi : Timpani (+)
Alat genital : Fluksus (-)
Ekstremitas : Edema -/-, pucat +/+
3. Pemeriksaan obstetri
 Pemeriksaan Luar : TFU tidak teraba, abdomen cembung, nyeri tekan
perut bawah (+), defans muskuler (+)
 Pemeriksaan dalam :
Vulva : Dalam batas normal
Vagina : Dalam batas normal
Portio : Tebal lunak, nyeri goyang (+)
OUE/OUI : Tertutup
Uterus : Sulit dinilai
Adneksa : Sulit dinilai
Pelepasan :-
4. Pemeriksaan penunjang
 Plano test (+)
 Ultrasonografi : Uterus Antefleksi
14 Februari 2019

3
 Laboratorium
14 Februari 2019
Parameter Hasil Nilai
rujukan
WBC 16,42 [10^3/uL] 3,5 – 10,0
HGB 7,2 [g/dL] 11,0 – 17,9
PLT 289 [10^3/uL] 150 – 450
15 Februari 2019
Parameter Hasil Nilai rujukan

WBC 9,2 [10^3/uL] 4,0 – 10,0


HGB 8,9 [g/dL] 11,0 – 17,9
PLT 168 [10^3/uL] 150– 450

D. Diagnosa
 Pre Operatif : G4P3A0 + Kehamilan Ektopik Terganggu
 Post Operatif : Kehamilan Ektopik Terganggu (tuba fallopi pars ampullaris
kanan)
E. Perencanaan
1. Rencana Diagnostik
 Observasi tanda-tanda vital
 Observasi perdarahan
2. Rencana Terapi
 IVFD RL 500 cc
 Siapkan PRC 2 sack
 Pasang kateter
 CITO Laparatomi

4
F. Foto Operasi

Hasil evaluasi bekuan darah. Tampak fetus yang telah dikeluarkan.

G. Hasil Operasi
1. Regional Anestesi
2. Asepsis dan antisepsis.
3. Insisi medial ± 10 cm, buka otot dan peritoneum.
4. Tampak perdarahan intrabdominal ±1000cc.
5. Evaluasi bekuan darah.
6. Tampak kehamilan tuba pars ampullaris kanan.
7. Tindakan salphingektomi kanan.
8. Tutup abdomen.

5
H. Perkembangan Pasien

Hari / Tgl Perjalanan Penyakit Rencana Terapi


Kamis, S :Nyeri perut kiri bawah, pusing (+). R/
14/2/ 2019 O : TD : 110/ 70 mmHg  IVFD RL 500 cc
(02.10 WITA) N : 82 x/ menit  Siapkan PRC 2 sack
P : 16 x / menit  Pasang kateter
S : 36,7ºC  CITO Laparatomi
Palpasi : Nyeri tekan perut bagian

bawah (+), defans muskuler (+)

PDV :
V/V: dalam batas normal
Portio : tebal lunak, nyeri goyang
porsio (+)
Uterus Adneksa : sulit dinilai
Pelepasan : (-)
Ekstremitas : pucat +/+

A :G4P3A0 + Kehamilan Ektopik


Terganggu + Anemia
13.15 WITA S : lemas (+) Instruksi Post Op :
O : TD : 120/70 mmHg - Observasi tanda vital
N : 88x/ menit - IVFD RL 28 tpm
P : 16x / menit - Inj. Ceftriakson 1 gr
S : 37ºC - Inj. Ketorolac 30 mg/8jam/IV
A : POH0 + Kehamilan Ektopik - Inj. Ranitidine 50 mg/8jam/IV
Terganggu (tuba fallopi kanan) +
Anemia
Jumat, S :Nyeri luka operasi (+) R/
15/02/ 2019 O : TD : 120/ 80 mmHg - IVFD RL 28 tpm

6
N : 78 x/ menit - Inj. Ketorolac 30 mg/8jam/IV
P : 20 x / menit - Inj. Ranitidine 50 mg/8jam/IV
S : 36,5ºC
Fluksus : (+) sedikit
Urine : 600/12 jam
Verban : kering
A : POH1 + Kehamilan Ektopik
Terganggu (tuba fallopi kanan)
+ Anemia
Sabtu, S :Nyeri bekas operasi R/
16/02/ 2019 O : TD : 120/70 mmHg - Aff infus
N : 78 x/ menit - Aff kateter
P : 18x / menit - Cefadroxyl 2x1500mg
S : 37ºC - Paracetamol 3x1
Fluksus : (+) sedikit - Sulfas ferrosus 2x1
Urine : 500/15 jam
Verban : kering
A : POH2+ Kehamilan Ektopik
Terganggu (tuba fallopi kanan)
+ Anemia
Minggu, S : Tidak ada R/
17/02/ 2019 O : TD : 120/70 mmHg - Asam mefenamat 3x500mg
N : 80 x/ menit - SF 2x1
P : 20x / menit - GV
S : 36,5ºC - Kontrol 3 hari kemudian
Fluksus : (-) - BPL
Verban : kering
A : POH3+ Kehamilan Ektopik
Terganggu (tuba fallopi kanan)
+ Anemia

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan

Kehamilan ektopik adalah hasil dari cacat pada fisiologi reproduksi

manusia yang memungkinkan konsepsi untuk ditanamkan dan matang di luar

rongga endometrium. Kata ini berasal dai bahasa Yunani ektopos-di luar

tempatnya. Blastokista, dalam keadaan normal, tertanam di dalam lapisan

endometrium rongga uterus. Implantasi ditempat lain dianggap sebagai

kehamilan ektopik. Bila kehamilan tersebut mengalami proses pengakhiran

(abortus) maka disebut dengan kehamilan ektopik terganggu (KET). Tanpa

diagnosis dan perawatan yang tepat waktu, kehamilan ektopik dapat menjadi

situasi yang mengancam jiwa.. Risiko kematian akibat kehamilan di luar

uterus lebih besar dari pada kehamilan yang memberi hasil lahir hidup atau

yang diberhentikan secara sengaja. Selain itu kemungkinan untuk kembali

hamil dengan baik akan berkurang setelah kehamilan ektopik. Namun, dengan

diagnosis yang lebih dini, baik kelangsungan hidup ibu maupun konservasi

kapasitas reproduksi dapat ditingkatkan.1,2

Kehamilan ektopik adalah salah satu dari keadaan darurat akut abdomen

yang paling umum yang sering ditemui oleh seorang ahli ginekologi dalam

praktik sehari-harinya. Ini adalah penyebab penting morbiditas dan mortalitas

ibu terutama di negara-negara berkembang, di mana sebagian besar pasien

datang terlambat dengan gangguan heodinamik.3

8
B. Epidemiologi

Kejadian kehamilan ektopik tidak sama di antara senter Pelayanan

kesehatan. Menurut World Health Organization (2007), kehamilan ektopik

adalah penyebab hampir 5% kematian di negara maju. Sepuluh hingga 15 dari

1.000 kehamilan dengan variasi usia, ras, dan lokasi tetapi tertinggi ada di

Jamaika dan Vietnam. Angka kejadian kehamilan ektopik menyumbang 0,5

hingga 1,5 persen dari semua kehamilan trimester pertama di Amerika Serikat.

Proporsi kecil ini secara terpisah menyumbang 3 persen dari semua kematian

terkait kehamilan. Di Indonesia kejadian kehamilan ektopik sekitar 5 – 6

perseribu kehamilan.1,4,5,6

Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur

antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Lebih dari 60% kehamilan

ektopik terjadi pada wanita 20-30 tahun dengan sosio-ekonomi rendah dan

tinggal didaerah dengan prevalensi gonore dan prevalensi tuberkulosa yang

tinggi. 7

C. Etiologi

Pada prinsipnya, kehamilan ektopik disebabkan oleh segala hal yang

menghambat zigot menuju cavum uteri. Faktor mekanis yang menghambat

adalah infeksi rongga panggul, perlekatan tuba akibat oprasi non ginekologis

seperti apendiktomi, alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR), ligase tuba yang

tidak sempurna, teknik-teknik reproduktif misalnya fertilisasi in vitro dan

penggunaan obat-obtan untuk menginduksi ovulasi.8

9
Kehamilan ektopik membutuhkan terjadinya 2 peristiwa: pembuahan sel

telur dan implantasi abnormal. Berbagai faktor berkontribusi terhadap risiko

terjadinya kehamilan ektopik. Secara teori, apa pun yang menghambat atau

menunda migrasi sel telur yang dibuahi (blastokista) ke rongga endometrium

dapat mempengaruhi wanita untuk mengalami kehamilan ektopik. 2

Seperti diketahui, sebagian terbesar (98%) kehamilan ektopik terjadi

pada tuba fallopii. Setiap gangguan transportasi hasil konsepsi mengakibatkan

implantasi pada tuba fallopii yang merupakan penyebab utama kehamilan

ektopik. Penyebab paling utama gangguan transportasi hasil konsepsi pada tuba

adalah sebagai berikut : 9

a. Infeksi alat genitalia interna khususnya tuba fallopii

1) Infeksi STD akibat makin bebasnya hubungan seksual pranikah

2) Infeksi asenden akibat pemakaian IUD

3) Bakteri khusus yang menyebabkan gangguan tuba fallopii adalah

Chlamydia trachomatis yang menimbulkan penyempitan lumen tuba

b. Terdapat desakan dari luar tuba

1) Kista ovarium atau mioma subserosa sehingga pada bagian tertentu,

lumen tuba fallopii menyempit, akibat hasil konsepsi tidak dapat lewat

sehingga tumbuh dan berkembang setempat.

2) Endometriosis : menimbulkan perlekatan dengan sekitarnya sehingga

terjadi penyempitan lumen tuba fallopii

c. Operasi pada Tuba Fallopii

10
1) Operasi rekontruksi tuba fallopii, tetapi lumennya tidak selebar semula

sehingga hasil konsepsi tersangkut dan tumbuh-kembang di dalamnya,

2) Rekanalisasi spontan dari sterilisasi tuba, dengan pembukaan lumen

yang tidak sempurna dan terjadi penyempitan. Akibatnya hasil konsepsi

tersangkut dan terjadi kehamilan ektopik.

d. Kelainan kongenital alat reproduksi interna

1) Tuba fallopii memanjang sehingga dalam perjalanan “blastula” terpaksa

melakukan implantasi dan menimbulkan kehamilan ektopik

2) Terdapat diverticulum dalam tuba fallopii sehingga hasil konsepsi dapat

melakukan implantasi dan menimbulkan kehamilan ektopik.

e. Terjadi migrasi intraperitoneal spermatozoa atau ovum

1) Terjadi kehamilan ektopuk pada uterus rudimenter

2) Terjadi kehamilan pada ovarium

f. Keterlambatan implantasi hasil konsepsi menyebabkan implantasi terjadi

di bagian bawah kavum uteri dalam bentuk plasenta previa dan kehamilan

servikalis.

D. Klasifikasi

Berdasarkan lokasi terjadinya, kehamilan ektopik dapat dibagi menjadi 5


4
berikut ini :

a. Kehamilan tuba, meliputi > 95 % yang terdiri atas : Pars ampularis (55%),

pars ismika (25%), pars fimbriae (17%) dan pars pars interstitial (2%)

b. Kehamilan ektopik lain (<5%) antara lain terjadi di serviks uterus,

ovarium, atau abdominal. Untuk kehamilan abdominal lebih sering

11
merupakan kehamilan abdominal sekunder dimana semua merupakan

kehamilan tuba yang kemudian abortus dan meluncur ke abdomen dari

ostium tuba pars abdominalis (abortus tubaria) yang kemudian

embrio/buah kehamilannya mengalami reimplantasi di cavuma abdomen,

misalnya dimenterium/mesovarium atau di omentum.

c. Kehamilan intraligamenter, jumlahnya sangat sedikit

d. Kehamilan heterotopic merupakan kehamilan ganda dimana satu janin

berada di cavum uteri sedangkan yang lain merupakan kehamilan ektopik.

Kejadian sekitar per 15.000-40.000 kehamilan.

e. Kehamilan ektopik bilateral. Kehamilan ini pernah dilaporkan walaupun

sangat jarang terjadi.

Gambar 1. lokasi terjadinya kehamilan ektopik6

12
E. Patofisiologi

Kerusakan tuba atau perubahan motilitas yang menyebabkan telur yang

dibuahi diangkut secara tidak benar, yang mengakibatkan implantasi di luar

rongga rahim. Pada proses awal kehamilan apabila embrio tidak bisa mencapai

endometrium untuk proses nidasi, maka embrio dapat tumbuh di saluran tuba

dan kemudian akan mengalami beberapa proses seperti pada kehamilan pada

umumnya. Karena tuba bukan merupakan suatu media yang baik untuk

pertumbuhan embrio atau mudigah, maka pertumbuhan dapat mengalami

beberapa perubahan dalam bentuk berikut ini : 4

1. Hasil konsepsi mati dini dan direabsorpsi

Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena

vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorbsi total. Dalam

keadaan ini penderita tidak mengeluh apa-apa, hanya haidnya terlambat

untuk beberapa hari. 4

2. Abortus ke dalam lumen tuba

Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah

oleh vili korialis pada dinding tuba ditempat implantasi dapat melepaskan

mudigah dari dinding tersebut bersama-sama robeknya pseudokapsularis.

Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya, bergantung pada

derajat perdarahan yang timbul. Bila pelepasan menyeluruh, mudigah

dengan selaputnya dikeluarkan dalam lumen tuba dan kemudian didorong

oleh darah ke arah ostium tuba pars abdominalis. 4

13
Pada pelepasan hasil konsepsi yang tidak sempurna pada abortus,

perdarahan akan terus berlangsung, dari sedikit-sedikit oleh darah,

sehingga berubah menjadi mola kruenta. Perdarahan yang berlangsung

terus menyebabkan tuba membesar dan kebiru-biruan (hematosalping),

dan selanjutnya darah mengalir ke rongga perut melalui ostium tuba.

Darah ini akan berkumpul di cavum douglasi dan akana membentuk

hematokel retrouterina. 4

3. Ruptur dinding tuba

Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan

biasanya pada kehamilan muda. Sebaliknya, ruptur pada pars interstitial

terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan

ruptur ialah penembusan vili korialis ke dalam lapisan muskularis tuba

terus ke peritoneum. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena

trauma ringan seperti koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan

terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit, kadang-

kadang banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian. Bila

pseudokapsularis ikut pecah, maka terjadi pula perdarahan dalam lumen

tuba. Darah dapat mengalir ke dalam rongga perut melalui ostium tuba

abdominal. 4

Bila pada abortus dalam tuba ostium tuba tersumbat, ruptur sekunder dapat

terjadi. Dalam hal ini dinding tuba, yang telah menipis oleh invasi

trofoblas, pecah karena tekanan darah dalam tuba. 4

14
Pada ruptur ke rongga perut seluruh janin dapat keluar dari tuba, tetapi bila

robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi dikeluarkan

dari tuba. Perdarahan dapat berlangsung terus sehingga penderita akan

cepat jatuh dalam keadaan anemia atau syok karena hemoragia. Darah

tertampung pada rongga perut akan mengalir ke kavum douglasi yang

makin lama makin banyak dan akhirnya dapat memenuhi rongga

abdomen. Bila penderita tidak dioperasi dan tidak meninggal karena

perdarahan, nasib janin bergantung pada kerusakan yang diderita dan

tuanya kehamilan. Bila janin mati dan masih kecil, dapat diresorbsi

seluruhnya, bila besar kelak dapat diubah menjadi litopedion. Janin yang

dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh kantung amnion dan

dengan plasenta masih utuh, kemungkinan tumbuh uterus dalam rongga

perut, sehingga akan terjadi kehamilan abdominal sekunder. Untuk

mencukupi kebutuhan makanan bagi janin, plasenta dari tuba akan

meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya, misalnya ke sebagian

uterus, ligamentum latum, dasar panggul dan usus. 4

Gambar 2. Komplikasi kehamilan Ektopik, ruptur tuba

15
F. Gambaran Klinis

Gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas, dan

penderita maupun dokternya biasanya tidak mengetahui adanya kelainan dalam

kehamilan, sampai terjadinya abortus tuba atau mprur tuba. Pada umumnya

penderita menunjukkan gejala-gejala kehamilan muda, dan mungkin merasa

nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak seberapa dihiraukan. Tuba yang

mengandung hasil konsepsi karena lembeknya sukar diraba pada pemeriksaan

bimanual. Pada pemeriksaan USG sangat membantu menegakkan diagnosis

kehamilan ini apakah intrauterin atau kehamilan ektopik. Untuk itu setiap ibu

yang memeriksakan kehamilan mudanya sebaiknya dilakukan pemeriksaan

USG.4

Gambaran klinis hamil ektopik tergantung dari dua bentuk, yaitu :9

a. Apakah kehamilan ektopik masih utuh

b. Apakah kehamilan ektopik sudah ruptur sehingga terdapat timbunan darah

intraabdominal yang menimbulkan gejala klinis

Tabel 1. Gambaran klinis kehamilan ektopik(7,9)

Hamil ektopik intak


a. Amenore
b. Rasa tidak nyaman di abdomen bawah
c. Mungkin terdapat perdarahan ringan
d. Pemeriksaan vaginal :
1) nyeri gerak serviks
2) adneksa tegang atau teraba massa
3) masa adneksa terasa nyeri saat palpasi
e. Tanda perdarahan intra abdomen negatif
f. Kesimpulan diagnosis sulit :
1) observasi gambaran darah
2) Konfirmasi dengan pemeriksaan laparoskopi
g. Terapi :

16
1) Laparoskopi untuk mengangkat hasil konsepsi
2) Menyuntikkan kemoterapi sehingga hasil konsepsi mati dan
direabsorpsi

Hamil ektopik dengan rupture


a. Terdapat trias ruptur hamil ektopik :
1) Amenore
2) Nyeri abdomen mendadak,
3) Terdapat perdarahan
b. Perdarahan pervaginam akibat :
1) deskuamasi endometrium
2) aliran darah melalui tuba fallopii
c. tanda perdarahan abdominal positif yaitu :
1) Tanda cairan intraabdomen
2) Collen sign mungkin positif
3) Palpasi abdomen nyeri akibat iritasi peritoneum
d. Pemeriksaan dalam :
1) Terdapat nyeri goyang serviks
2) Kavum douglas menonjol dan nyeri
3) Perdarahan per vaginam
e. Konfirmasi diagnosis : Fungsi kavum douglas akan terdapat darah
f. Terapi :
1) Laparatomi untuk menghentikan sumber perdarahan
2) Menyelamatkan jiwa dari kemungkinan syok irreversible

G. Diagnosis

Diagnosis kehamilan ektopik ada tiga golongan/bentuk : 9

a. Kehamilan ektopik intak

Diagnosis didasarkan pada kombinasi :7

1) Pemeriksaan hormon : Progesteron dan ẞ-hCG

2) Ultrasonografi transvaginal

3) Laparoskopi untuk konfirmasi diagnostik dan terapi

b. Kehamilan ektopik subakut

Diagnosisnya didasarkan atas :

17
1) Gejala klinik : nyeri perut (90-100%), amenore (75-95%), perdarahan

pervaginam (50-80%), pusing (20-35%), gejala hamil muda (25-35%),

pengeluaran massa (5-10%)

2) Hasil pemeriksaan : nyeri-tegang abdomen (80-95%), ketegangan

adneksa (75-90%), terdapat massa adneksa (50%), pembesaran uterus

(20-30%), perubahan orthostatik (10-15%), badan panas-dehidrasi (5-

10%)

3) Konfirmasi diagnosis : fungsi cavum douglass (terdapat darah encer dan

tanpa bekuan darah), laparoskopi diagnostik (terdapat darah dalam

cavum abdomen, dijumpai letak kehamilan ektopik)

Gejala hamil ektopik subakut sebagian besar dijumpai pada

kehamilan isthmus sehingga perdarahannya terjadi secara perlahan

c. Ruptur kehamilan ektopik akut

Ruptur kehamilan ektopik dengan cepat menyebabkan kehilangan

cukup banyak darah menuju cavum abdomen sehingga secara total

mengubah hemodinamik sirkulasi sistemik dan menimbulkan kolaps yang

disertai syok.

Dasar diagnosisnya :

1) Penderita tampak anemis, nyeri, mungkin sudah disertai dengan

gangguan pernapasan dyspneu

2) Tensi turun, akral dingin dan nadi meningkat

3) Pemeriksaan dijumpai : tanda cairan/darah bebas di dalam abdomen,

abdomen nyeri dan tegang

18
4) Pemeriksaan dalam : nyeri goyang pada cerviks, teraba massa pada

adneksa, cavum douglass menonjol

Pada umumnya dengan anamnesis yang teliti dan pemeriksaan yang

cermar diagnosis dapat ditegakkan, walaupun biasanya alat bantu diagnostik

seperti kuldosentesis, ultrasonografi, dan laparoskopi masih diperlukan.4

H. Penatalaksanaan

Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Dalam

tindakan demikian, beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan

yaitu; kondisi penderita saat itu, keinginan penderita akan fungsi

reproduksinya, lokasi kehamiian ektopik, kondisi anatomik organ pelvis,

kemampuan teknik bedah mikro dokter operator, dan kemampuan teknologi

fertilisasi invitro setempat. Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu

dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba, atau dapat dilakukan

pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan salpingostomi. Apabila

kondisi penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan

salpingektomi.4,10,11

Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum pecah

pemah dicoba ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari

tindakan pembedahan. Perawatan medis standar untuk kehamilan ektopik yang

tidak ruptur adalah terapi metotreksat, syarat pemberian metrotreksat adalah :


2,9,10,11

a) Hamil ektopik dengan GS < 3 cm

19
b) Tidak terdapat perdarahan aktif

c) hCG < 1500 mIU/ml

d) tidak terdapat detak jantung (relatif)

Dosis pemberian metrotreksat :9

a) 20-25 mg/IV setiap hari

b) 50 mg/m2 dengan interval sehari

c) Transvaginal langsung 10 mg (jika trofoblas masih aktif 40 mg/7 hari

kemudian)

Tabel 2. Protocol pemberian metrotreksat(9)

Hari Pemeriksaan/Pemberian Pengobatan


Metrotreksat :
1 50 mg/m2
Titer Hcg
4 Tentukan titer hCG
7 Tentukan titer hCG

Perlu diperhatikan syarat pemberian metrotreksat diantaranya : 9

1) Gambaran darahnya :

a. Hb lebih dari 10 gr%

b. Leukosit diatas 5000/ml

c. Bleeding-chlotting time normal

2) Fungsi ginjal dan hati dalam batas normal

Sebaiknya setelah mendapatkan metrotreksat dilakukan evaluasi :

Gambaran darah lengkap dan fungsi ginjal serta hati.

20
I. Prognosis

Prognosis kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis

dini dan persediaan darah yang cukup. Akan tetapi, bila pertolongan terlambat,

angka kematian dapat tinggi.4 Risiko kematian akibat kehamilan di luar uterus

lebih besar daripada kehamilan yang memberi hasil lahir hidup atau yang

diberhentikan secara sengaja. Selain itu kemungkinan untuk kembali hamil

dengan baik akan berkurang setelah kehamilan ektopik. Pengenalan dini

terhadap faktor risiko dan diagnosis kehamilan ektopik serta tatalaksana bedah

sesegera mungkin akan membantu memperbaiki prognosis reproduksi

selanjutnya. Prognosis buruk dihubungkan dengan kurangnya keberhasilan

hamil dengan baik setelah kehamilan ektopik terjadi. 1,5

21
PEMBAHASAN

1. Anamnesa

Kasus Teori
Pada kasus ditemukan gejala berupa : Trias kriteria kehamilan ektopik :
- Tidak sedang haid - Amenorea
- Nyeri perut bawah - Nyeri abdomen
- Perdarahan pervaginam

Pada anamnesa didapatkan pasien mengalami nyeri perut bagian

bawah dan pasein tidak sedang haid. Hal tersebut sesuai dengan trias

kehamilan ektopik

2. Pemeriksaan Fisik

Kasus Teori
Pada kasus, ditemukan pemeriksaan Pemeriksaan Fisik:1,4,9,11
Fisik: a. Umum :
Pasien Tampak Anemis - Tampak anemis, yang bervariasi
a. Pemeriksaan Abdomen - Kesadaran bervariasi
- nyeri tekan (+) - Tampak sakit akibat hilangnya darah
b. Pemeriksaan Dalam dari sistem sirkulasi sistemik
- Nyeri goyang portio (+) - Akibat jumlah darah yang banyak di
dalam peritoneum akan tampak
colleen sign
b. Pemeriksaan Abdomen
- Abdomen tegang, nyeri tekan dan

22
nyeri susulan
- Tanda cairan bebas
c. Pemeriksaan Dalam
- Nyeri goyang serviks
- Adneksa dan cavum douglasi
menonjol serta nyeri
Pada pemeriksaan Fisik didapatkan gejala yang spesifik kehamilan

ektopik mengalami ruptur pada tuba tempat lokasi nidasi kehamilan ini

akan memberikan gejala dan tanda yang khas yaitu timbulnya sakit perut

mendadak dan nyeri goyang portio yang disebut dengan nyeri goyang (+)

atau slinger pijn. Pada pemeriksaan USG sangat membantu menegakkan

diagnosis kehamilan ektopik pada kasus ini.

3. Pemeriksaan Penunjang

Kasus Teori
Pada kasus, dilakukan pemeriksaan : Pemeriksaan Penunjang : 3,9,10
a. Darah lengkap → WBC : 16,42x103/ul, a. Pem. Laboratorium : dilakukan
HGB : 7,2 g/dl, PLT : 289x103/ul dengan pemeriksaan hemoglobin
b. Tes Kehamilan : (+) dan jumlah sel darah merah berguna
c. USG : Nampak kantung gestasi yang dalam menegakkan diagnosis KET,
berisi mudigah berada diluar terutama bila ada tanda-tanda
intrauterine (pada adneksa kanan) perdarahan dalam rongga perut.
b. Tes Kehamilan : tes kehamilan
berguna apabila positif, akan tetapi
tes negatif tidak menyingkirkan
kemungkinan kehamilan ektopik
karena kematian hasil konsepsi dan
degenerasi trofoblas menyebabkan
produksi human chorionic

23
gonadotropin menurun dan
menyebabkan tes negatif.
c. ẞ-hCG : cukup sensitif untuk kadar
10 – 20 mIU/ml dan positif pada
lebih 99% kehamilan ektopik.
d. USG : untuk memastikan diagnosa
klinis yang dicurigai mengalami
gestasi ektopik dan mengetahui
lokasi dan ukuran kehamilan
e. Kuldosintesis : suatu cara
pemeriksaan untuk mengetahui
apakah dalam cavum douglas ada
darah. Cara ini sangat berguna dalam
membantu membuat diagnosis KET
f. Laparoskopi : hanya digunakan
sebagai alat bantu diagnostic terakhir
untuk kehamilan ektopik apabila
hasil penilaian prosedur diagnostik
yang lain meragukan.

Hasil pemeriksaan penunjang yang mendukung diagnosis

kehamilan ektopik pada pasien ini adalah tes kehamilan dan pemeriksaan

USG

24
4. Penatalaksanaan

Kasus Teori
Pada kasus, tindakan pembedahan yang  Penanganan kehamilan ektopik pada

dilakukan adalah salpingektomi dekstra umumnya adalah laparotomi yaitu

salpingektomi pada kehamilan tuba,

atau dapat dilakukan pembedahan

konservatif dalam arti hanya

dilakukan salpingostomi.

 Pada kasus kehamilan ektopik di pars

ampularis tuba yang belum pecah

pemah dicoba ditangani dengan

menggunakan kemoterapi untuk

menghindari tindakan pembedahan.

Perawatan medis standar untuk

kehamilan ektopik yang tidak ruptur

adalah terapi metotreksat

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL,


Bradshaw KD. Williams Gynecology 25nd ed. The McGraw-Hill Companies.
2018.
2. Sepillinan VP. Ectopic Pregnancy. [Internet]. Medscape 2018. [cite on 19
Februari, 2019]. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/2041923-overview
3. Kharat D, Giri PG, Fonseca M, A study of epidemiology of ectopic

pregnancies in a tertiary care hospital of Mumbai, India. Int J Reprod

Contracept Obstet Gynecol. 2017; 6(9):3942-3946

4. Prawirohardjo, sarwono. Ilmu kebidanan, Edisi keempat. PT Bina Pustaka :

Jakarta. 2008.

5. Dewi Tp, Risilwa M. Kehamilan Ektopik Terganggu: Sebuah Tinjauan Kasus.

JKS 2017; 1: 26 -32.

6. Smith R. Netter’s obstetrics and gynecology. 2nd ed.Elsevier. 2008

7. Lomboan PS, Mamengko L, Wantania J. Gambaran kehamilan ektopik

terganggu di RSUP Prof. DR.R.D Kandou Manado periode januari 2012-

desember 2013. Jurnal e-Clinic. 2015.

8. Kriswedhani GAP, Carolia N. Kehamilan Ektopik di Abdomen. J Medula

Unila. 2016.

9. Manuaba IBG, Chandranita IA, Fajar IB. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri.

EGC : Jakarta. Hal. 701-17

26
10. National Institute for Health and care Excellence. Ectopic pregnancy and

miscarriage : diagnosis and initial management. NICE Clinical Management.

2012.

11. Institute of Obstetricians and Gynaecologists, Royal College of Physycians of

Ireland and Directorate of clinical strategyand programmes, Health Service

Executive. The diagnosis and management of ectopic pregnancy. Clinical

Practice Guideline. 2017.

27

Anda mungkin juga menyukai