STATUS PASIEN
A. Identitas
Nama : Ny. J
Umur : 29 tahun
Alamat : Ponggaluku
Agama : Islam
Suku : Tolaki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
No. RM :
Tanggal perawatan :14 Februari – 17 Februari 2019
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Nyeri perut bawah
2. Anamnesis Terpimpin
Pasien mengeluhkan nyeri perut bagian bawah yang dirasakan 2 hari
yang lalu dan memberat 2 jam SMRS, nyeri yang dirasakan terus menerus
dengan sensasi nyeri seperti tertusuk-tusuk kemudian nyeri yang dirasakan
menjalar hampir seluruh perut. Keluhan ini disertai dengan mual, pasien
juga mengeluh sering pusing dan lemas, adanya keluhan keluarnya darah
dari jalan lahir disangkal. Keluhan lain seperti sakit kepala (-), sesak (-),
BAB dan BAK kesan normal. Riwayat penyakit dahulu : penyakit jantung
(-), Diabetes mellitus (-), ginjal (-), hipertensi (-), asma (+), maag (-).
Riwayat penyakit dalam keluarga (-). Riwayat alergi : alergi terhadap asap
rokok, alergi makanan atau obat-obatan disangkal. Riwayat menarke umur
13 tahun, haid teratur setiap bulan dengan siklus haid 28 hari dan lama haid
± 5 hari dengan 3-4 kali ganti pembalut. HPHT 18 desember 2018. Riwayat
KB : suntik 3 bulan dan implan.
1
Riwayat obstetri :
1. I / 2008 / Laki-laki/ Cukup bulan / Normal / Bidan / Puskesmas/ 3,1kg/
Sehat
2. II / 2011 / Laki-laki / Cukup bulan / Normal / Bidan / Puskesmas/ 3,9kg/
Sehat
3. III / 2013/ Laki-laki/ Cukup bulan/ Normal/ Bidan/ Puskesmas/ 3,1kg/
Sehat
4. IV / 2019 / Kehamilan Sekarang
C. Pemeriksaan Fisis
1. Status Generalis
Keadaan umum : Sakit berat
Kesadaran : composmentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82x/m (reguler, kuat angkat)
Pernapasan : 18 x/m
Suhu : 36,7oC
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : Normocephal, deformitas (-).
Mata : Konjungtiva anemis +/+, Sklera ikterik -/-
Edema palpebra (-)
Hidung : Septum deviasi -/-, sekret -/-
Telinga : Liang telinga lapang, serumen -/-
Mulut : Bibir pucat (+), stomatitis (-), caries (-)
Leher : KGB tidak membesar
Tenggorok : Hiperemis (-), Tonsil T1/T1
Jantung : Bunyi jantung I/II murni regular
Paru : Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen Inspeksi : Cembung, ikut gerak napas
2
Auskultasi : peristaltik kesan normal
Palpasi : TFU Tidak teraba, nyeri tekan perut
bawah (+), Defans Muskuler (+)
Perkusi : Timpani (+)
Alat genital : Fluksus (-)
Ekstremitas : Edema -/-, pucat +/+
3. Pemeriksaan obstetri
Pemeriksaan Luar : TFU tidak teraba, abdomen cembung, nyeri tekan
perut bawah (+), defans muskuler (+)
Pemeriksaan dalam :
Vulva : Dalam batas normal
Vagina : Dalam batas normal
Portio : Tebal lunak, nyeri goyang (+)
OUE/OUI : Tertutup
Uterus : Sulit dinilai
Adneksa : Sulit dinilai
Pelepasan :-
4. Pemeriksaan penunjang
Plano test (+)
Ultrasonografi : Uterus Antefleksi
14 Februari 2019
3
Laboratorium
14 Februari 2019
Parameter Hasil Nilai
rujukan
WBC 16,42 [10^3/uL] 3,5 – 10,0
HGB 7,2 [g/dL] 11,0 – 17,9
PLT 289 [10^3/uL] 150 – 450
15 Februari 2019
Parameter Hasil Nilai rujukan
D. Diagnosa
Pre Operatif : G4P3A0 + Kehamilan Ektopik Terganggu
Post Operatif : Kehamilan Ektopik Terganggu (tuba fallopi pars ampullaris
kanan)
E. Perencanaan
1. Rencana Diagnostik
Observasi tanda-tanda vital
Observasi perdarahan
2. Rencana Terapi
IVFD RL 500 cc
Siapkan PRC 2 sack
Pasang kateter
CITO Laparatomi
4
F. Foto Operasi
G. Hasil Operasi
1. Regional Anestesi
2. Asepsis dan antisepsis.
3. Insisi medial ± 10 cm, buka otot dan peritoneum.
4. Tampak perdarahan intrabdominal ±1000cc.
5. Evaluasi bekuan darah.
6. Tampak kehamilan tuba pars ampullaris kanan.
7. Tindakan salphingektomi kanan.
8. Tutup abdomen.
5
H. Perkembangan Pasien
PDV :
V/V: dalam batas normal
Portio : tebal lunak, nyeri goyang
porsio (+)
Uterus Adneksa : sulit dinilai
Pelepasan : (-)
Ekstremitas : pucat +/+
6
N : 78 x/ menit - Inj. Ketorolac 30 mg/8jam/IV
P : 20 x / menit - Inj. Ranitidine 50 mg/8jam/IV
S : 36,5ºC
Fluksus : (+) sedikit
Urine : 600/12 jam
Verban : kering
A : POH1 + Kehamilan Ektopik
Terganggu (tuba fallopi kanan)
+ Anemia
Sabtu, S :Nyeri bekas operasi R/
16/02/ 2019 O : TD : 120/70 mmHg - Aff infus
N : 78 x/ menit - Aff kateter
P : 18x / menit - Cefadroxyl 2x1500mg
S : 37ºC - Paracetamol 3x1
Fluksus : (+) sedikit - Sulfas ferrosus 2x1
Urine : 500/15 jam
Verban : kering
A : POH2+ Kehamilan Ektopik
Terganggu (tuba fallopi kanan)
+ Anemia
Minggu, S : Tidak ada R/
17/02/ 2019 O : TD : 120/70 mmHg - Asam mefenamat 3x500mg
N : 80 x/ menit - SF 2x1
P : 20x / menit - GV
S : 36,5ºC - Kontrol 3 hari kemudian
Fluksus : (-) - BPL
Verban : kering
A : POH3+ Kehamilan Ektopik
Terganggu (tuba fallopi kanan)
+ Anemia
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
rongga endometrium. Kata ini berasal dai bahasa Yunani ektopos-di luar
diagnosis dan perawatan yang tepat waktu, kehamilan ektopik dapat menjadi
uterus lebih besar dari pada kehamilan yang memberi hasil lahir hidup atau
hamil dengan baik akan berkurang setelah kehamilan ektopik. Namun, dengan
diagnosis yang lebih dini, baik kelangsungan hidup ibu maupun konservasi
Kehamilan ektopik adalah salah satu dari keadaan darurat akut abdomen
yang paling umum yang sering ditemui oleh seorang ahli ginekologi dalam
8
B. Epidemiologi
1.000 kehamilan dengan variasi usia, ras, dan lokasi tetapi tertinggi ada di
hingga 1,5 persen dari semua kehamilan trimester pertama di Amerika Serikat.
Proporsi kecil ini secara terpisah menyumbang 3 persen dari semua kematian
perseribu kehamilan.1,4,5,6
antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Lebih dari 60% kehamilan
ektopik terjadi pada wanita 20-30 tahun dengan sosio-ekonomi rendah dan
tinggi. 7
C. Etiologi
adalah infeksi rongga panggul, perlekatan tuba akibat oprasi non ginekologis
seperti apendiktomi, alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR), ligase tuba yang
9
Kehamilan ektopik membutuhkan terjadinya 2 peristiwa: pembuahan sel
terjadinya kehamilan ektopik. Secara teori, apa pun yang menghambat atau
ektopik. Penyebab paling utama gangguan transportasi hasil konsepsi pada tuba
lumen tuba fallopii menyempit, akibat hasil konsepsi tidak dapat lewat
10
1) Operasi rekontruksi tuba fallopii, tetapi lumennya tidak selebar semula
di bagian bawah kavum uteri dalam bentuk plasenta previa dan kehamilan
servikalis.
D. Klasifikasi
a. Kehamilan tuba, meliputi > 95 % yang terdiri atas : Pars ampularis (55%),
pars ismika (25%), pars fimbriae (17%) dan pars pars interstitial (2%)
11
merupakan kehamilan abdominal sekunder dimana semua merupakan
12
E. Patofisiologi
rongga rahim. Pada proses awal kehamilan apabila embrio tidak bisa mencapai
endometrium untuk proses nidasi, maka embrio dapat tumbuh di saluran tuba
dan kemudian akan mengalami beberapa proses seperti pada kehamilan pada
umumnya. Karena tuba bukan merupakan suatu media yang baik untuk
Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena
oleh vili korialis pada dinding tuba ditempat implantasi dapat melepaskan
13
Pada pelepasan hasil konsepsi yang tidak sempurna pada abortus,
hematokel retrouterina. 4
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan
terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan
trauma ringan seperti koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan
tuba. Darah dapat mengalir ke dalam rongga perut melalui ostium tuba
abdominal. 4
Bila pada abortus dalam tuba ostium tuba tersumbat, ruptur sekunder dapat
terjadi. Dalam hal ini dinding tuba, yang telah menipis oleh invasi
14
Pada ruptur ke rongga perut seluruh janin dapat keluar dari tuba, tetapi bila
cepat jatuh dalam keadaan anemia atau syok karena hemoragia. Darah
tuanya kehamilan. Bila janin mati dan masih kecil, dapat diresorbsi
seluruhnya, bila besar kelak dapat diubah menjadi litopedion. Janin yang
dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh kantung amnion dan
15
F. Gambaran Klinis
Gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas, dan
kehamilan, sampai terjadinya abortus tuba atau mprur tuba. Pada umumnya
nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak seberapa dihiraukan. Tuba yang
kehamilan ini apakah intrauterin atau kehamilan ektopik. Untuk itu setiap ibu
USG.4
16
1) Laparoskopi untuk mengangkat hasil konsepsi
2) Menyuntikkan kemoterapi sehingga hasil konsepsi mati dan
direabsorpsi
G. Diagnosis
2) Ultrasonografi transvaginal
17
1) Gejala klinik : nyeri perut (90-100%), amenore (75-95%), perdarahan
10%)
disertai syok.
Dasar diagnosisnya :
18
4) Pemeriksaan dalam : nyeri goyang pada cerviks, teraba massa pada
H. Penatalaksanaan
kondisi penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan
salpingektomi.4,10,11
Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum pecah
19
b) Tidak terdapat perdarahan aktif
kemudian)
1) Gambaran darahnya :
20
I. Prognosis
dini dan persediaan darah yang cukup. Akan tetapi, bila pertolongan terlambat,
angka kematian dapat tinggi.4 Risiko kematian akibat kehamilan di luar uterus
lebih besar daripada kehamilan yang memberi hasil lahir hidup atau yang
terhadap faktor risiko dan diagnosis kehamilan ektopik serta tatalaksana bedah
21
PEMBAHASAN
1. Anamnesa
Kasus Teori
Pada kasus ditemukan gejala berupa : Trias kriteria kehamilan ektopik :
- Tidak sedang haid - Amenorea
- Nyeri perut bawah - Nyeri abdomen
- Perdarahan pervaginam
bawah dan pasein tidak sedang haid. Hal tersebut sesuai dengan trias
kehamilan ektopik
2. Pemeriksaan Fisik
Kasus Teori
Pada kasus, ditemukan pemeriksaan Pemeriksaan Fisik:1,4,9,11
Fisik: a. Umum :
Pasien Tampak Anemis - Tampak anemis, yang bervariasi
a. Pemeriksaan Abdomen - Kesadaran bervariasi
- nyeri tekan (+) - Tampak sakit akibat hilangnya darah
b. Pemeriksaan Dalam dari sistem sirkulasi sistemik
- Nyeri goyang portio (+) - Akibat jumlah darah yang banyak di
dalam peritoneum akan tampak
colleen sign
b. Pemeriksaan Abdomen
- Abdomen tegang, nyeri tekan dan
22
nyeri susulan
- Tanda cairan bebas
c. Pemeriksaan Dalam
- Nyeri goyang serviks
- Adneksa dan cavum douglasi
menonjol serta nyeri
Pada pemeriksaan Fisik didapatkan gejala yang spesifik kehamilan
ektopik mengalami ruptur pada tuba tempat lokasi nidasi kehamilan ini
akan memberikan gejala dan tanda yang khas yaitu timbulnya sakit perut
mendadak dan nyeri goyang portio yang disebut dengan nyeri goyang (+)
3. Pemeriksaan Penunjang
Kasus Teori
Pada kasus, dilakukan pemeriksaan : Pemeriksaan Penunjang : 3,9,10
a. Darah lengkap → WBC : 16,42x103/ul, a. Pem. Laboratorium : dilakukan
HGB : 7,2 g/dl, PLT : 289x103/ul dengan pemeriksaan hemoglobin
b. Tes Kehamilan : (+) dan jumlah sel darah merah berguna
c. USG : Nampak kantung gestasi yang dalam menegakkan diagnosis KET,
berisi mudigah berada diluar terutama bila ada tanda-tanda
intrauterine (pada adneksa kanan) perdarahan dalam rongga perut.
b. Tes Kehamilan : tes kehamilan
berguna apabila positif, akan tetapi
tes negatif tidak menyingkirkan
kemungkinan kehamilan ektopik
karena kematian hasil konsepsi dan
degenerasi trofoblas menyebabkan
produksi human chorionic
23
gonadotropin menurun dan
menyebabkan tes negatif.
c. ẞ-hCG : cukup sensitif untuk kadar
10 – 20 mIU/ml dan positif pada
lebih 99% kehamilan ektopik.
d. USG : untuk memastikan diagnosa
klinis yang dicurigai mengalami
gestasi ektopik dan mengetahui
lokasi dan ukuran kehamilan
e. Kuldosintesis : suatu cara
pemeriksaan untuk mengetahui
apakah dalam cavum douglas ada
darah. Cara ini sangat berguna dalam
membantu membuat diagnosis KET
f. Laparoskopi : hanya digunakan
sebagai alat bantu diagnostic terakhir
untuk kehamilan ektopik apabila
hasil penilaian prosedur diagnostik
yang lain meragukan.
kehamilan ektopik pada pasien ini adalah tes kehamilan dan pemeriksaan
USG
24
4. Penatalaksanaan
Kasus Teori
Pada kasus, tindakan pembedahan yang Penanganan kehamilan ektopik pada
dilakukan salpingostomi.
25
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta. 2008.
Unila. 2016.
9. Manuaba IBG, Chandranita IA, Fajar IB. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri.
26
10. National Institute for Health and care Excellence. Ectopic pregnancy and
2012.
27