Anda di halaman 1dari 29

Laboratorium Obgyn Tutorial Klinik

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

PERSALINAN MACET

Oleh
Fakhrul Arifin
Muhammad Mirza
Nurhasanah
Nurlaela Sari
Suhana
Winda Ayu Purnamasari
Yesiana Nikmatun Azalia

Pembimbing
dr. Samuel Randa Bunga, Sp. OG

LAB / SMF OBGYN


Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
RSUD Abdul Wahab Sjahranie
2016

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penelitian Gessesssew dan Mesfin di RS Adigrat Zonal tahun 2001 diperoleh
195 kasus persalinan macet, 114 kasus terjadi pada wanita usia 20-34 tahun
dengan proporsi 58,4%, 60 kasus terjadi pada wanita usia > 34 tahun dengan
proporsi 30,8% dan 21 kasus terjadi pada wanita usia < 20 tahun dengan proporsi
10,8%. Sedangkan pada paritas diperoleh 90 kasus terjadi pada paritas 1-4 dengan
proporsi 46,2%, 59 kasus terjadi pada paritas 0 dengan proporsi 30,2% dan 46
kasus terjadi pada paritas 5 dengan proporsi 23,6%.

Penelitian Simbolon di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang tahun 2007


diperoleh 273 kasus persalinan macet, 201 kasus terjadi pada wanita usia 20-35
tahun dengan proporsi 73,6%, 63 kasus terjadi pada wanita usia > 35 tahun
dengan proporsi 23,1% dan 9 kasus terjadi pada wanita usia < 20 tahun dengan
proporsi 3,3%. Sedangkan pada paritas diperoleh 118 kasus terjadi pada paritas 0
dengan proporsi 43,2%, 98 kasus terjadi pada paritas 1-3 dengan proporsi 35,9%
dan 57 kasus terjadi pada paritas > 3 dengan proporsi 20,9%.

Negara-negara maju panggul kecil telah berkurang sebagai penyebab


distosia. namun pada kelompok ekonomi lemah di negara maju dan penduduk
kota yang miskin di negara berkembang, panggul kecil masih ada dan
menyebabkan persalinan macet. Di negara-negara maju 70% wanita bentuk
panggul normal dan di Asia 80% wanita bentuk panggul normal.

Penelitian Adhikari dkk di RS di India tahun 1993-1998 diperoleh 43.906


persalinan terdapat 245 kasus persalinan macet dengan proporsi 1%.37 Penelitian
Ikojo dkk di RS Pendidikan Enugu Nigeria tahun 1999-2004 diperoleh 4.521
persalinan terdapat 120 kasus persalinan macet dengan proporsi 2,7%.

Di Indonesia proporsi persalinan macet 9% dari penyebab kematian ibu


langsung.8 Penelitian Olva di RSU Unit Swadana Subang Jawa Barat tahun 2001
diperoleh 400 persalinan terdapat 200 kasus persalinan macet dengan proporsi

2
50%. Hasil penelitian Sidabutar di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2000-2004
diperoleh proporsi persalinan macet 19,7% yaitu 1.418 kasus dari 7.163
persalinan. 40 Hasil penelitian Idriyani di RSIA Fatimah Makasar tahun 2006
diperoleh proporsi persalinan macet 2,9% yaitu 74 kasus dari 2.552 persalinan.

1.2 Manfaat penulisan


1. Bagi dokter muda sebagai bahan pembelajaran kepaniteraan klinik
mengenai garis besar persalinan macet.
2. Bagi masyarakat dapat memberikan sumber informasi mengenai persalinan
macet.

1.3 Tujuan penulisan


1. Untuk mengetahui definisi hingga penatalaksanaan persalinan lama.
2. Untuk mengetahui perbandingan antara teori dan kasus nyata persalinan
lama.

BAB II

3
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persalinan Lama

2.1.1 Definisi

Persalinan lama, disebut juga distosia, didefinisikan sebagai persalinan


yang abnormal/sulit. Sebab-sebabnya dapat dibagi dalam 3 golongan berikut ini.

1. Kelainan tenaga (kelainan his). His yang tidak normal dalam kekuatan
atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim
terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan
mengalami hambatan atau kemacetan
2. Kelainan janin. Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan
Karena kelainan dalam letak atau dalam bentuk janin.
3. Kelainan jalan lahir. Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa
menghalangi kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan.

2.2 Kelainan Kala Satu

2.2.1 Fase Laten Memanjang

Menurut Friedman, awitan persalinan laten didefinisikan sebagai saat ketika


ibu memulai merasakan kontraksi yang teratur. Selama fase kontraksi uterus
berlangsung bersama perlunakan dan pendataran serviks. Kriteria minimum
Friedman untuk fase laten ke dalam fase aktif adalah kecepatan pembukaan
serviks 1,2 cm/jam bagi nulipara dan 1,5 cm/jam untuk ibu multipara. Kecepatan
pembukaan serviks ini tidak dimulai pada pembukaan tertentu.

Friedman dan Sachtleben mendefinisikan fase laten berkepanjangan apabila


lama fase ini lebih dari 20 jam pada nulipara dan 14 jam pada ibu multipara.
Kedua patokan ini adalah persentil ke-95. Dalam laporan sebelumnya, Friedman
menyajikan data mengenai durasi fase laten pada nulipara. Durasi rata-ratanya
adalah 8,6 jam dan rentangnya dari 1 sampai 44 jam. Dengan demikian, lama fase
laten sebesar 20 jam pada ibu nulipara dan 14 jam pada ibu multipara
mencerminkan nilai maksimum secara statistik.

4
Faktor yang mempengaruhi durasi fase laten antara lain adalah anesthesia
regional atau sedasi yang berlebihan, keadaan serviks yang buruk (misal tebal,
tidak mengalami pendataran atau tidak membuka), dan persalinan palsu. Friedman
mengklaim bahwa istirahat atau stimulasi oksitosin sama efektif dan amannya
dalam memperbaiki fase laten memanjang. Istirahat lebih disarankan karena
persalinan palsu sering tidak disadari.

2.2.2 Fase Aktif Memanjang

Fase aktif persalinan dari segi kecepatan pembukaan serviks tertinggi, secara
konsistensi berawal saat serviks mengalami pembukaan 3 sampai 4 cm.
pembukaan serviks 3-4 cm atau lebih, disertai adanya kontraksi uterus, dapat
secara meyakinkan digunakan sebagai batas awal persalinan aktif.

Rerata durasi persalinan fase aktif pada nulipara adalah 4,9 jam. Deviasi
standar 3,4 jam cukup lebar. Dengan demikian, fase aktif dilaporkan memiliki
maksimum statistik sebesar 11,7 jam dengan durasi yang cukup bervariasi.
Memang, kecepatan pembukaan serviks berkisar antara 1,2 sampai 6,8 cm/jam.
Dengan demikian, apabila kecepatan pembukaan yang dianggap normal untuk
persalinan pada nulipara adalah 1,2 cmjam, maka kecepatan normal minimum 1,5
cm/jam.

Secara spesifik ibu nulipara yang masuk fase aktif dengan pembukaan 3-4 cm
dapat diharapkan mencapai pembukaan 8 sampai 10 cm dalam 3 sampai 4 jam.
Pengamatan ini mungkin bermanfaat. Sebagai contoh, apabila pembukaan serviks
mencapai 4 cm, dokter dapat memperkirakan bahwa pembukaan lengkap akan
tercapai dalam 4 jam apabila persalinan spontan berlangsung normal. Namun,
kelainan persalinan fase aktif sering dijumpai. Sokol dan rekan melaporkan bahwa
25 persen persalinan nulipara dipersulit kelainan fase aktif, sedangkan pada
multigravida angkanya adalah 15 persen.

Friedman membagi lagi masalah aktif menjadi gangguan protraction


(berkepanjangan/berlarut-larut) dan arrest (macet, tidak maju). Ia mendefinisikan
protraksi sebagai kecepatan pembukaan atau penurunan yang lambat, yang untuk
nulipara adalah kecepatan pembukaan kurang dari 1,2 cm per jam atau penurunan

5
kurang dari 1 cm per jam. Untuk multipara, protraksi didefinisikan sebagai
kecepatan pembukaan kurang dari 1,5 cm per jam atau penurunan kurang dari 2
cm per jam. Ia mendefinisikan sebagai berhentinya total pembukaan atau
penurunan. Kemacetan pembukaan (arrest of dilatation) didefinisikan sebagai
tidak adanya perubahan serviks dalam 2 jam, dan kemacetan penurunan (arrest of
descent) sebagai tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam.

Keterkaitan atau faktor lain yang berperan dalam persalinan yang


berkepanjangan dan macet adalah sedasi berlebihan, anesthesia regional, dan
malposisi janin, misalnya oksiput posterior persisten. Pada persalinan yang
berkepanjangan dan macet, Friedman menganjurkan pemeriksaan fetopelvik
untuk mendiagnosis disproporsi sefalopelvik. Terappi yang dianjurkan untuk
persalinan yang berkepanjangan adalah penatalaksanaan menunggu, sedangkan
oksitosin dianjurkan untuk tanpa disproporsi sefalopelvik.

Handa dan Laros mendiagnosis kemacetan fase aktif (tidak ada pembukaan
selama 2 jam atau lebih) pada 5 persen nulipara aterm. 80 persen ibu dengan
kemacetan fase aktif disebabkan kontraksi uterus yang kurang adekuat. American
College of Obstetricians and Gynecologist menyarankan bahwa sebelum
ditegakkan diagnosis kemacetan pada persalinan kala satu, kedua kriteria ini harus
dipenuhi:

1. Fase laten telah selesai, dengan serviks membuka 4 cm atau lebih.


2. Sudah terjadi pola kontraksi uterus sebesar 200 satuan Montevideo atau
lebih dalam periode 10 menit selama 2 jam tanpa perubahan pada serviks.

2.3. Kelainan Kala Dua

Tahap ini berawal saat pembukaan seviks telah lengkap dan berakhir dengan
keluarnya janin. Median durasinya adalah 50 menit untuk nulipara dan 20 menit
untuk multipara tetapi angka ini juga sangat bervariasi. Pada ibu dengan paritas
tinggi yang vagina dan perineumnya melebar, dua atau tiga kali usaha mengejan
setelah pembukaan lengkap mungkin cukup untuk mengeluarkan janin.
Sebaliknya pada ibu dengan panggul sempit atau janin besar, atau dengan kelainan
gaya ekspulsif akibat anesthesia regional atau sedasi yang berat, maka kala dua

6
dapat sangat memanjang. Kala II persalinan pada nulipara dibatasi 2 jam dan
diperpanjang sampai 3 jam apabila digunakan anesthesia regional. Untuk
multipara satu jam adalah batasnya, diperpanjang menjadi 2 jam pada penggunaan
anesthesia regional.

2.4 Persalinan Macet

yaitu persalinan yang ditandai tidak adanya pembukaan serviks dalam 2 jam
dan tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam. Persalinan macet () berarti
meskipun kontraksi uterus kuat, janin tidak dapat turun karena faktor mekanis.
Kemacetan persalinan biasanya terjadi pada pintu atas panggul, tetapi dapat juga
terjadi pada ronga panggul atau pintu bawah panggul.

yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak menunjukan
kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar paksi selama 2 jam
terakhir.

2.4.1 Penyebab Persalinan Macet

Penyebab persalinan macet yaitu :

2.4.1.1 Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan,


tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan panggul ibu.
Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu menentukan
apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak.

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati


panggul. Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang
efisien, letak, presentasi, kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan
kepala janin untuk mengadakan molase. Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek,
kedudukan abnormal, ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat
menyebabkan persalinan normal tidak mungkin. Kehamilan pada ibu dengan
tinggi badan < 145 cm dapat terjadi disproporsi sefalopelvik, kondisi luas panggul
ibu tidak sebanding dengan kepala bayi, sehingga pembukaannya berjalan lambat

7
dan akan menimbulkan komplikasi obstetri.

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis, hal ini
akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan
selamat. Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal,
atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis
sempit. Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan
37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai
ukuran lahir normal.

Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi :

1. Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan,


relaksasi sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat
memungkinkan berlangsungnya kelahiran pervaginam).
2. Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini
memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi).
3. Definit (ini berarti pelvis sempit, bentuk kepala abnormal atau janin
mempunyai ukuran besar yang abnormal, misalnya hidrosefalus, operasi
diperlukan pada kelahiran ini).

2.4.1.2 Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu posterior dan kepala
yang sulit lahir pada presentasi bokong.

1. Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara fleksi
maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah.
Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan panggul, saat
persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga panggul sehingga
persalinan menjadi lambat dan sulit.

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali bila bayi
kecil atau pelvis luas, persalinan dilakukan dengan tindakan caesarea. IR
presentasi dahi 0,2% kelahiran pervaginam, lebih sering pada primigravida.

8
2. Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar dari
satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada pintu
atas panggul menjelang persalinan. Bila pasien berada pada persalinan lanjut
setelah ketuban pecah, bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis dengan satu
tangan atau lengan keluar dari vagina. Presentasi bahu terjadi bila poros yang
panjang dari janin tegak lurus atau pada sudut akut panjangnya poros ibu,
sebagaimana yang terjadi pada letak melintang. Presentasi bahu disebabkan
paritas tinggi dengan dinding abdomen dan otot uterus kendur, prematuritas,
obstruksi panggul.

3. Presentasi Muka

Pada presentasi muka, kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput


menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah. Presentasi
muka terjadi karena ekstensi pada kepala, bila pelvis sempit atau janin sangat
besar. Pada wanita multipara, terjadinya presentasi muka karena abdomen yang
menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung ke depan atau ke
lateral, seringkali mengarah kearah oksiput. Presentasi muka tidak ada faktor
penyebab yang dapat dikenal, mungkin terkait dengan paritas tinggi tetapi 34%
presentasi muka terjadi pada primigravida.

2.4.1.3 Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya : Hidrosefalus,
pertumbuhan janin lebih besar dari 4.000 gram, bahu yang lebar dan kembar siam.

2.4.1.4 Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis, stenosis vagina


kongenital, perineum kaku dan tumor vagina.

2.4.2 Komplikasi Persalinan yang Terjadi Pada Persalinan macet

2.4.2.1 Ketuban pecah dini

9
Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak tertutup dengan
sempurna oleh janin ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil. Bila kepala
tertahan pada pintu atas panggul, seluruh tenaga dari uterus diarahkan ke bagian
membran yang menyentuh os internal, akibatnya ketuban pecah dini lebih mudah
terjadi.

2.4.2.2 Pembukaan serviks yang abnormal

Pembukaan serviks terjadi perlahan-lahan atau tidak sama sekali karena


kepala janin tidak dapat turun dan menekan serviks. Pada saat yang sama, dapat
terjadi edema serviks sehingga kala satu persalinan menjadi lama. Namun
demikian kala satu dapat juga normal atau singkat, jika kemacetan persalinan
terjadi hanya pada pintu bawah panggul. Dalam kasus ini hanya kala dua yang
menjadi lama. Persalinan yang lama menyebabkan ibu mengalami ketoasidosis
dan dehidrasi. Seksio caesarea perlu dilakukan jika serviks tidak berdilatasi.
Sebaliknya, jika serviks berdilatasi secara memuaskan, maka ini biasanya
menunjukan bahwa kemacetan persalinan telah teratasi dan kelahiran pervaginam
mungkin bisa dilaksanakan (bila tidak ada kemacetan pada pintu bawah panggul).

2.4.2.3 Bahaya ruptur uterus

Ruptur uterus, terjadinya disrupsi dinding uterus, merupakan salah satu dari
kedaruratan obstetrik yang berbahaya dan hasil akhir dari persalinan macet yang
tidak dilakukan intervensi. Ruptur uterus menyebabkan angka kematian ibu
berkisar 3-15% dan angka kematian bayi berkisar 50%.

Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir keluar, janin akan
didorong ke segmen bawah rahim melalui kontraksi. Jika kontraksi berlanjut,
segmen bawah rahim akan merengang sehingga menjadi berbahaya menipis dan
mudah ruptur. Namun demikian kelelahan uterus dapat terjadi sebelum segmen
bawah rahim meregang, yang menyebabkan kontraksi menjadi lemah atau
berhenti sehingga ruptur uterus berkurang.

Ruptur uterus lebih sering terjadi pada multipara jarang terjadi, pada nulipara
terutama jika uterus melemah karena jaringan parut akibat riwayat seksio

10
caesarea. Ruptur uterus menyebabkan hemoragi dan syok, bila tidak dilakukan
penanganan dapat berakibat fatal.

2.4.2.4 Fistula

Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka sebagian kandung
kemih, serviks, vagina, rektum terperangkap diantara kepala janin dan tulang-
tulang pelvis mendapat tekanan yang berlebihan. Akibat kerusakan sirkulasi,
oksigenisasi pada jaringan-jaringan ini menjadi tidak adekuat sehingga terjadi
nekrosis, yang dalam beberapa hari diikuti dengan pembentukan fistula. Fistula
dapat berubah vesiko-vaginal (diantara kandung kemih dan vagina), vesiko-
servikal (diantara kandung kemih dan serviks) atau rekto-vaginal (berada diantara
rektum dan vagina). Fistula umumnya terbentuk setelah kala II persalinan yang
sangat lama dan biasanya terjadi pada nulipara, terutama di negara-negara yang
kehamilan para wanitanya dimulai pada usia dini.

2.4.2.5 Sepsis puerferalis

Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat terjadi
setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42
hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat gejala-gejala : nyeri pelvis,
demam 38,50c atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja cairan vagina yang
abnormal, berbau busuk dan keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran
uterus.

Infeksi merupakan bagian serius lain bagi ibu dan janinya pada kasus partus
lama dan partu tak maju terutama karena selaput ketuban pecah dini. Bahaya
infeksi akan meningkat karena pemeriksaan vagina yang berulang-ulang.

2.4.3 Pengaruh Persalinan macet Pada Bayi

2.4.3.1 Perubahan-perubahan tulang-tulang kranium dan kulit kepala

Akibat tekanan dari tulang-tulang pelvis, kaput suksedaneum yang besar atau
pembengkakan kulit kepala sering kali terbentuk pada bagian kepala yang paling

11
dependen dan molase (tumpang tindih tulang-tulang kranium) pada kranium janin
mengakibatkan perubahan pada bentuk kepala. Selain itu dapat terjadi
sefalhematoma atau penggumpalan darah di bawah batas tulang kranium, terjadi
setelah lahir dan dapat membesar setelah lahir.

2.4.3.2 Kematian Janin

Jika persalinan macet dibiarkan berlangsung lebih dari 24 jam maka dapat
mengakibatkan kematian janin yang disebabkan oleh tekanan yang berlebihan
pada plasenta dan korda umbilikus.

Janin yang mati, belum keluar dari rahim selama 4-5 minggu mengakibatkan
pembusukan sehingga dapat mencetuskan terjadinya koagulasi intravaskuler
diseminata (KID) keadaan ini dapat mengakibatkan hemoragi, syok dan kematian
pada maternal.

2.4.4 Tanda Persalinan macet

Pada kasus /tidak maju akan ditemukan tanda-tanda kelelahan fisik dan mental
yang dapat diobservasi dengan :

a. Dehidrasi dan Ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering)

b. Demam

c. Nyeri abdomen

d. Syok (nadi cepat, anuria, ekteremitas dingin, kulit pucat, tekanan darah rendah)
syok dapat disebabkan oleh ruptur uterus atau sepsis.

2.4.5 Determinan dari Persalinan macet

2.4.5.1 Usia

Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu untuk hamil dan melahirkan
adalah 20-35 tahun karena pada usia ini secara fisik dan psikologi ibu sudah

12
cukup matang dalam menghadapi kehamilan dan persalinan.

Usia <20 tahun organ-organ reproduksi belum sempurna secara keseluruhan


dan perkembangan kejiwaan belum matang sehingga belum siap menjadi ibu dan
menerima kehamilannya. Usia >35 tahun organ reproduksi mengalami perubahan
yang terjadi karena proses menuanya organ kandungan dan jalan lahir kaku atau
tidak lentur lagi. Selain itu peningkatn umur seseorang akan mempengaruhi organ
yang vital seperti sistim kardiovaskuler, ginjal dll (pada umur tersebut mudah
terjadi penyakit pada ibu yang akan memperberat tugas organ-organ tersebut
sehingga berisiko mengalami komplikasi pada ibu dan janin). Sesuai dengan hasil
penelitian di Makassar yang dilakukan oleh Idriyani tahun 2006 dengan
menggunakan desain penelitian case control study menemukan ibu yang
mengalami persalinan macet kemungkinan 1,8 kali lebih besar berumur < 20
tahun dan > 35 tahun dibandingkan umur 20-35 tahun.

2.4.5.2 Paritas

Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian
maternal. Paritas 0 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal
yang lebih tinggi. Lebih tinggi paritas lebih tinggi kematian maternal.

Ibu hamil yang memiliki paritas 4 kali atau lebih, kemungkinan mengalami
gangguan kesehatan, kekendoran pada dinding perut dan kekendoran dinding
rahim sehingga berisiko mengalami kelainan letak pada janin, persalinan letak
lintang, robekan rahim, dan perdarahan pasca persalinan.

Sesuai dengan hasil penelitian di Subang Jawa Barat yang dilakukan oleh
Olva tahun 2001 dengan menggunakan desain penelitian case control study
menemukan ibu yang mengalami persalinan macet kemungkinan 1,3 kali lebih
besar yang paritasnya 0 dan > 3 dibandingkan paritas 1-3.

2.4.5.3 Riwayat Persalinan

Persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan persalinan prematur, seksio
caesarea, bayi lahir mati, persalinan lama, persalinan dengan induksi serta semua
persalinan tidak normal yang dialami ibu merupakan risiko tinggi pada persalinan

13
berikutnya.Sesuai dengan hasil penelitian di Medan yang dilakukan oleh
Sarumpaet tahun 1998-1999 dengan menggunakan desain penelitian case control
study menemukan ibu yang mengalami komplikasi persalinan kemungkinan 7,3
kali lebih besar mempunyai riwayat persalinan jelek dibandingkan yang tidak
mempunyai riwayat persalinan jelek. Riwayat persalinan jelek pada kasus
didapatkan persalinan macet 24,6%.

Hasil penelitian di Kasongo Zaire tahun 1971-1975, Ibu yang memiliki


riwayat persalinan yang buruk kemungkinan 10 kali lebih besar untuk mengalami
dari pada ibu yang tidak memiliki riwayat persalinan buruk.

2.4.5.4 Anatomi Tubuh Ibu Melahirkan

Ibu bertubuh pendek < 150 cm yang biasanya berkaitan dengan malnutrisi
dan terjadinya deformitas panggul merupakan risiko tinggi dalam persalinan,
tinggi badan < 150 cm berkaitan dengan kemungkinan panggul sempit. Tinggi
badan Ibu < 145 cm terjadi ketidakseimbangan antara luas panggul dan besar
kepala janin.

Sebagian besar kasus persalinan macet disebabkan oleh tulang panggul ibu
terlalu sempit sehingga tidak mudah dilintasi kepala bayi waktu bersalin. Proporsi
wanita dengan rongga panggul yang sempit menurun dengan meningkatnya tinggi
badan, yang disebabkan panggul sempit jarang terjadi pada wanita tinggi.
Penelitian di Nigeria Utara dari seluruh ibu yang mengalami , proporsi wanita
dengan panggul sempit memiliki tinggi badan < 145 cm sebesar 40%, tinggi
badan 150 cm sebesar 14% dan tinggi badan 160 cm sebesar 1%.

2.4.5.5 Pendidikan

Ibu dengan pendidikan yang lebih tinggi lebih memperhatikan kesehatannya


selama kehamilan dibandingkan dengan ibu yang tingkat pendidikannya rendah.
Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penting dalam usaha menjaga
kesehatan ibu, anak dan juga keluarga. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu
semakin meningkat juga pengetahuan dan kesadarannya dalam mengantisipasi
kesulitan kehamilan dan persalinan sehingga termotivasi untuk melakukan

14
pengawasan kehamilan secara berkala dan teratur.

2.4.5.6. Janin

Persalinan macet disebabkan faktor mekanik pada persalinan yaitu


terhambatnya jalan lahir janin. Terhambatnya jalan lahir disebabkan
ketidakseimbangan bentuk dan ukuran panggul (passage), besarnya janin
(passenger) dan kontraksi uterus (power). Bentuk dan ukuran panggul yang
sempit menghambat jalan lahir janin, panggul yang sempit dipengaruhi faktor
nutrisi dalam pembentukan tulang panggul, penyakit dan cedera pada tulang
panggul.

2.4.5.7 Keadaan Sosial ekonomi

Derajat sosial ekonomi masyarakat akan menunjukan tingkat kesejahteraan


dan kesempatannya dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Jenis pekerjaan ibu
maupun suaminya akan mencerminkan keadaan sosial ekonomi keluarga.
Berdasarkan jenis pekerjaan tersebut dapat dilihat kemampuan mereka terutama
dalam pemenuhan makanan bergizi, khususnya bagi ibu hamil, pemenuhan
kebutuhan makanan bergizi sangat berpengaruh terhadap kehamilannya.
Kekurangan gizi dapat berakibat buruk pada ibu dan anak, misalnya terjadi
anemia, keguguran, perdarahan saat hamil. sesudah hamil, infeksi dan partus
macet.

Perbedaan pemukiman antara daerah perkotaan dan pedesaan ternyata


mempengaruhi tinggi rendahnya kematian maternal. Kemiskinan, ketidaktahuan,
kebodohan, transportasi yang sulit, ketidakmampuan membayar pelayanan yang
baik, kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan, jarak rumah yang jauh untuk
mendapatkan bantuan tenaga ahli juga mempengaruhi persalinan, kebiasaan kawin
muda, kepercayaan masyarakat dan praktik tradisional, pantangan makanan
tertentu pada wanita hamil merupakan faktor ikut berperan.

2.4.5.7 Ketersediaan Tenaga Ahli dan Rujukan

Angka kematian maternal yang tinggi disuatu negara sesungguhnya


mencerminkan rendahnya mutu pelayanan. Pelayanan kesehatan mempunyai

15
peran yang sangat besar dalam kematian materal. Faktor tersebut meliputi :
kurangnya kemudahan untuk pelayanan kesehatan maternal, asuhan medik yang
kurang dan kurangnya tenaga yang terlatih.23 Petugas kesehatan yang tidak
terlatih untuk mengenali (partograf tidak digunakan). Kegagalan dalam bertindak
terhadap faktor risiko dan penundaan dalam merujuk ke tingkat pelayanan yang
lebih tinggi (misalnya untuk seksio caesarea) merupakan fakor persalinan macet.

2.4.6 Pencegahan

2.4.6.1 Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang


sehat agar tetap sehat atau tidak sakit.

Untuk menghindari risiko persalinan macet dapat dilakukan dengan :

a. Memberikan informasi bagi ibu dan suaminya tentang tanda bahaya selama
kehamilan dan persalinan.

b. Pendidikan kesehatan reproduksi sedini mungkin kepada wanita usia reproduksi


pra-nikah.

c. Meningkatkan program keluarga berencana bagi ibu usia reproduksi yang sudah
berkeluarga.

d. Memperbaiki perilaku diet dan peningkatan gizi.

e. Antenatal Care dengan yang teratur untuk mendeteksi dini kelainan pada ibu
hamil terutama risiko tinggi

f. Mengukur tinggi badan dan melakukan pemeriksaan panggul pada


primigravida.

g. Mengajurkan untuk melakukan senam hamil.

h. Peningkatan pelayanan medik gawat darurat.

i. Menyediakan sarana transportasi dan komunikasi bagi ibu-ibu yang melahirkan


dirumah (Maternity Waiting Home) apabila terjadi komplikasi, sehingga harus di

16
rujuk ke fasilitas yang lebih baik.

2.4.6.2 Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan


yang tepat untuk mencegah timbulnya komplikasi, yaitu :

1. Diagnosis dini persalinan macet meliputi


a. Pemeriksaan Abdomen
Tanda-tanda persalinan macet dapat diketahui melalui pemeriksaan abdomen
sebagai berikut :

1) Kepala janin dapat diraba diatas rongga pelvis karena kepala tidak dapat
turun
2) Kontraksi uterus sering dan kuat (tetapi jika seorang ibu mengalami
kontraksi yang lama dalam persalinanya maka kontraksi dapat berhenti
karena kelelahan uterus)
3) Uterus dapat mengalami kontraksi tetanik dan bermolase (kontraksi uterus
bertumpang tindih) ketat disekeliling janin.
4) Cincin Band/Bandles ring ; cincin ini ialah nama yang diberikan pada
daerah diantara segmen atas dan segmen bawah uterus yang dapat dilihat
dan diraba selama persalinan. Dalam persalinan normal, daerah ini disebut
cincin retraksi. Secara normal daerah ini seharusnya tidak terlihat atau
teraba pada pemeriksaan abdomen, cincin bandl adalah tanda akhir dari
persalinan tidak maju. Bentuk uterus seperti kulit kacang dan palpasi akan
memastikan tanda-tanda yang terlihat pada waktu observasi.
b. Pemeriksaan Vagina
Tanda-tandanya sebagai berikut :
1) Bau busuk dari drainase mekonium
2) Cairan amniotik sudah keluar
3) Kateterisasi akan menghasilkan urine pekat yang dapt mengandung
mekonium atau darah
4) Pemeriksaan vagina : edema vulva (terutama jika ibu telah lama
mengedan), vagina panas dan mengering karena dehidrasi, pembukaan
serviks tidak komplit. Kaput suksedaneum yang besar dapat diraba dan
penyebab antara lain kepala sulit bermolase akibat terhambat di pelvis,
presentasi bahu dan lengan prolaps.

17
c. Pencatatan Partograf
dapat juga diketahui jika pencatatan pada partograf menunjukan :
1) Kala I persalinan lama (fase aktif) disertai kemacetan sekunder
2) Kala II yang lama
3) Gawat janin (frekuensi jantung janin < dari 120 permenit, bau busuk dari
drainase mekonium sedangkan frekuensi jantung janin normal 120-160
permenit)
4) Pembukaan serviks yang buruk walaupun kontraksi uterus yang kuat.

Melakukan penanganan secepat mungkin untuk mencegah terjadinya


komplikasi, persalinan macet berisiko mengalami infeksi sampai ruptur uterus dan
biasanya ditangani dengan tindakan bedah, seksio caesarea, ekstraksi cunam atau
vacum oleh sebab itu harus dirujuk kerumah sakit.

2.4.6.3 Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier dilakukan dengan mencegah terjadinya komplikasi yang


lebih berat dan kematian, yaitu rehidrasikan pasien untuk mempertahankan
volume plasma normal dan menangani dehidrasi, ketosis dengan memberikan
natrium laktat 1 liter dan dekstrosa 5% 1-2 liter dalam 6 jam serta pemberiaan
antibiotik untuk mencegah sepsis puerperalis dan perawatan intensif setelah
melahirkan.

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Anamnesa
a) Identitas Pasien
Nama : Ny.R
Usia : 41 tahun

18
Agama : Islam
Suku : Kutai
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Bunga Baru
Masuk Rumah Sakit pada tanggal 19 September 2016, pukul 17.00
b) Identitas Suami
Nama : Tn. A
Usia : 24 tahun
Agama : Islam
Suku : Kutai
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Bunga Baru
c) Keluhan Utama:
Perut kencang sejak pagi kemarin dan keluar cairan menyerupai air
d) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan perut kencang-kencang sejak 2 hari
yang lalu disertai cairan menyerupai air. Pasien segera datang ke praktek
bidan dan dilakukan observasi oleh bidan. Setelah observasi tidak terjadi
kemajuan persalinan sehingga dirujuk oleh bidan ke RS. Sebelumnya
pasien sudah diberikan drip oxytocin di praktek bidan.
e) Riwayat Haid
Menarche pada usia 12 tahun, lama haid 7 hari, jumlah darah haid : ganti
pembalut 2 kali sehari.
Hari pertama haid terakhir : 09 - 12 - 2015
Taksiran waktu persalinan : 16 09 2016

f) Riwayat Obstetri
Jenis Keadaan
N Tahun Tempat Umur Jenis Penolong
Kelamin Anak
o Partus Partus kehamilan Persalinan Persalinan
Anak/ BB Sekarang
1 1995 Rumah Aterm Spontan Dokter Pr / 2800 gr Hidup

19
2 1999 Abortus
3 2002 Bidan Aterm Spontan Bidan Pr/ 3000 gr Meninggal
4 2005 RS Aterm Spontan Dokter Pr/4000 gr Hidup
5 2016 Hamil ini

g) Riwayat Penyakit Dahulu


-`
h) Riwayat Penyakit Keluarga
-
i) Riwayat Penggunaan Kontrasepsi
-
3.2 Pemeriksaan Fisik
a) Berat badan : 48 kg
b) Tinggi badan : 148 cm
c) Keadaan umum : Sedang
d) Kesadaran : Composmentis (E4V5M6)
e) Tanda vital
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Frekuensi nadi : 93 kali/menit
Frekuensi nafas : 24 kali/menit
Suhu : 36,5 0C

f) Status generalisata
Kepala / leher : mata cowong (-/-), konjunctiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-)
Thorax
- Pulmo
Inspeksi : bentuk dan pergerakan simetris
Palpasi : fremitus raba dextra=sinistra
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)
- Cor

20
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas kanan ICS 2I parasternal line dextra
batas kiri ICS V midclavicular line sinistra
Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Lihat status obstetri
Ekstremitas : edema -/-, akral hangat
g) Status obstetrik :
1) Inspeksi : Membesar dengan arah memanjang, Linea Nigra (+)
Striae albicans (+)
2) Palpasi : Leopold I : TFU 36 cm. Teraba bokong
Leopold II : Punggung Kanan
Leopold III : Teraba Kepala
Leopold IV : Belum Masuk PAP
VT : pembukaan 5 cm, porsio tebal lunak, kepala Hodge I, ketuban (+)

3.3 Diagnosis Kerja di Ruangan


G5P3A1 Gravid 40-41 minggu+ BSC + Kala 1 fase aktif memanjang

3.4 Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium:
Hb : 9,2
L : 19.200
PLT : 275.000
HT : 29 %
BT : 3
CT : 9
GDS : 92
HbsAg : NR

21
112 : NR
Protein :-

3.5 Penatalaksanaan
Observasi KU, TTV dan kemajuan persalinan
IVFD RL:D5 = 1 : 1 guyur
IVFD RL 20 tpm
Injeksi Cefotaxim 1 gr
Operasi section caesaria + MOW

3.6 Follow Up
Rencana tindakan dan
Tanggal Follow up
Penatalaksanaan
19/09/2016 S : perut terasa mules, ada perasaan ingin Observasi KU, TTV, DJJ dan
17.00 mengejan. kemajuan persalinan
O : CM, TD: 140/80 mmHg, HR: 73x/mnt Advis dr. Sp.OG:
RR:24x/mnt, Temp: 36,4C Guyur Infus RL 500 cc
DJJ : 138 kali/menit, TFU : 36 cm Guyur Infus D5 500 cc
His : 4x dalam 10 menit 40-45 Kemudian RL20 tpm
VT : pembukaan 5 cm, portio tebal dan Injeksi Cefotaxim 1 gr
lunak, ketuban (+) kepala Hodge I Observasi, 4 jam kemudian
A : G5P3A1 Gravid 40-41 minggu+ BSC + lapor
Kala 1 fase aktif memanjang
17.50 Melakukan Skin Test Cefotaxim
18.10 Memberi Injeksi Cefotaxim 1 gr
19.00 S : perut terasa mules, ada perasaan ingin Advis dr. Sp.OG
mengejan Rencana SC Cito
O : CM, TD: 150/100 mmHg, HR: Motivasi MOW
74x/menit, RR: 18x/menit, Temp: 36,7C Siapkan transfuse PRC 1 kolf
DJJ : 147x/menit, His :2x dalam 10 menit
durasi 35-40
VT : Pembukaan 5 cm, portio tebal kepala
H-I ketuban (-) mengalir jernih

22
21.00 S: Perut terasa mulas, ada perasaan ingin Mempersiapkan pasien untuk
mengejan rencana SC
O: CM, TD: 150/100 mmHg, HR:
78x/menit, RR: 22x/menit, Temp: 36,7C
DJJ: 132x/menit, His: 4x dalam 10 menit
durasi 40-45
Pemeriksaan fisik abdomen: Terdapat
tanda bandles ring
VT: Pembukaan 5 cm, Portio atas edema,
Ketuban (-) Kepala Hodge I
A: G5P3A1 gravid 40-41 minggu + Inpartu
Kala 1 Fase Aktif + Persalinan macet
20/09/2016 Menerima Pasien dari OK IGD
02.00 S : (-) Memindahkan pasien ke nifas
O : CM, TD: 140/100, HR : 70x/mnt RR Memberikan terapi sesuai
18x/mnt, Temp: 36,8C instruksi post op
A : P4A1 Post SC a/i Persalinan Macet

20/09 /2016 S= nyeri luka bekas operasi

07.00 O=KU: sedang, CM

TD= 140/90 mmHg

N= 76x/menit, RR: 26X/menit, suhu:


36,70 C, anemis -/-, ikterus -/-,
Abdomen: kontraksi (+), TFU sepusat

Extramitas: edema -/-

A= P4A1 + post SC a/i persalinan macet


+ Bekas sectio Caesaria

23
P=

IVFD RL + Oxytocin 2 amp= 20


tpm(s/d jam 13.00)
Inj. Cefotaxime 3x1 gr IV
Inj. Ketorolac 3x30 gr IV
Inj, Ranitidin 2X1 amp IV

S= Nyeri bekas luka operasi


08.00
O=KU sedang, CM

TD 140/90, N= 76x/menit, RR:


26X/menit, suhu: 36,70 C

A=Post Sc + MOW a/i BSC + persalinan


macet hari ke 0

P=

Inj. Cefotaxim 1 gr
ketorolac 1 amp
infus RL drip oxytocin 2amp 20
tpm s/d jam 12.00

S= nyeri bekas operasi berkurang


16.00
O= sedang, CM

TD= 130/80 mmHg, N=80x/menit,

A= Post Sc +MOW a/i BSC + Persalinan

24
Macet

P=

Inj. Cefotaxim 1 gr
Ketorolac 1 amp
Diet susu 150cc

21/09/2016 S= Nyeri bekas luka operasi

07.00 O= KU; sedang, CM TD:110/90 mmHg,

A= Post Sc +MOW hari 1 a/i BSC +


Persalinan Macet

P= Inj. Cefotaxim 1 gr

12.00 S= Nyeri bekas luka operasi

O= KU; sedang, CM TD:130/80 mmHg,

A= Post Sc +MOW hari 1 a/i BSC +


Persalinan Macet (hari 1)

P=

Inj. Cefotaxim 3x1 gr IV


As. Mefenamat 3x500 mg tab
Bronsabe 1x1 tab
Mobilisasi duduk-jalan

Besok rencana pulang.

25
BAB IV
PEMBAHASAN

Berikut adalah perbandingan antara teori dan fakta pada kasus ini. Perbandingan
dibuat dalam bentuk tabel agar lebh mudah dipahami.
Teori Fakta
Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan dalam fase aktif Pada pemeriksaan dalam,
memanjang, didapatkan pembukaan didapatkan pembukaan 5 cm
serviks dan penurunan kepala janin yang sudah berlangsung lebih
yang kecepatannya < 1,5 cm per jam dari 2 jam dan tidak ada
dan penurunan < 2 cm per jam. penurunan kepala.
apabila tidak ada pembukaan lebih Pada pemeriksaan abdomen,
dari 2 jam dan penurunan kepala didapatkan kepala belum masuk
lebih dari 1 jam PAP, kontraksi uterus sering dan
Kepala janin dapat diraba diatas kuat, terdapat tanda bandles ring.
rongga pelvis karena kepala tidak

26
dapat turun
Kontraksi uterus sering dan kuat
(tetapi jika seorang ibu mengalami
kontraksi yang lama dalam
persalinanya maka kontraksi dapat
berhenti karena kelelahan uterus)
Uterus dapat mengalami
kontraksi tetanik dan bermolase
(kontraksi uterus bertumpang tindih)
ketat disekeliling janin.
Cincin Band/Bandles ring ;
cincin ini ialah nama yang diberikan
pada daerah diantara segmen atas
dan segmen bawah uterus yang
dapat dilihat dan diraba selama
persalinan. Dalam persalinan
normal, daerah ini disebut cincin
retraksi. Secara normal daerah ini
seharusnya tidak terlihat atau teraba
pada pemeriksaan abdomen, cincin
bandl adalah tanda akhir dari
persalinan tidak maju. Bentuk uterus
seperti kulit kacang dan palpasi akan
memastikan tanda-tanda yang
terlihat pada waktu observasi.
Penatalaksanaan Melakukan penanganan secepat Pasien ditangani dengan sectio
mungkin untuk mencegah terjadinya caesaria.
komplikasi, persalinan macet
berisiko mengalami infeksi sampai
ruptur uterus dan biasanya ditangani
dengan tindakan bedah, seksio
caesarea, ekstraksi cunam atau
vacum oleh sebab itu harus dirujuk

27
kerumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Gessessew A, Mesfin M, 2003. Obstructed Labor in Adigrat Zonal Hospital,


Tigray Region, Ethiopia. Ethiop.J.Health Dev. Vol. 17 No.3, 2003.
http://www.ajol.info.

Huda, N.L., 2005. Hubungan Status Reproduksi, Status Kesehatan, Akses


Pelayanan Kesehatan dengan Komplikasi Obstetri di Banda Sakti Lhokseumawe.
Jurnal Kesmas. Vol. 1. No. 6. Juni 2007.

Rochjati, P., 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Pusat Safe Mother
Hood-Lab/SMF Obgyn RSU Dr. Sutomo/Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya.

Prawihardjo, S., 2009. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Cetakan 2. Jakarta : Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo

WHO, 2002. Modul Persalinan Macet. Jakarta : EGC Penerbit Buku


Kedokteran

Simbolon, D., 2008. Karakteristik Ibu Dengan Persalinan Tak Maju Yang di
Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang Tahun 2007. Skripsi, FKM
USU Medan.

28
Mochtar, Rustam. (2012). Sinopsis Obstetri jilid 1. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, S. (2007). Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. Jakarta: PT. Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Scott, J.,dkk, 2002. Danforth Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :
Widya Medika. 33

WHO, 2002. Modul Sepsis Puerperalis. Jakarta : EGC Penerbit Buku


Kedokteran.

Liewellyn, D.,dkk, 2001. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :


Hipokrates.

Ikojo, et al, 2004. Obstructed Labor in Enugu Nigeria. International Jurnal of


Gynecologi & Obstetrics. Vol. 39, Issue 1, September 2004.
http://www.sciencedirect.com

Olva, M., 2001. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Lama Persalinan di


RSU Unit Swadana Daerah Kabupaten Subang Jawa Barat Tahun 2001.
http://repository.ui.ac.id 34

Idriyani, A.R., 2007. Faktor Risiko Kejadian Partus Lama di RSIA Siti
Fatimah Makassar Tahun 2006. http://www.scribd.com

Sarumpaet, S., 2001. Komplikasi Persalinan dan Analisis Upaya


Penanggulangan di Propinsi Sumatera Utara. Pidato Pengukuhan Guru Besar
Tetap Dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat. FKM USU. Medan.

29

Anda mungkin juga menyukai