Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
PERSALINAN MACET
Oleh
Fakhrul Arifin
Muhammad Mirza
Nurhasanah
Nurlaela Sari
Suhana
Winda Ayu Purnamasari
Yesiana Nikmatun Azalia
Pembimbing
dr. Samuel Randa Bunga, Sp. OG
1
BAB 1
PENDAHULUAN
2
50%. Hasil penelitian Sidabutar di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2000-2004
diperoleh proporsi persalinan macet 19,7% yaitu 1.418 kasus dari 7.163
persalinan. 40 Hasil penelitian Idriyani di RSIA Fatimah Makasar tahun 2006
diperoleh proporsi persalinan macet 2,9% yaitu 74 kasus dari 2.552 persalinan.
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
1. Kelainan tenaga (kelainan his). His yang tidak normal dalam kekuatan
atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim
terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan
mengalami hambatan atau kemacetan
2. Kelainan janin. Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan
Karena kelainan dalam letak atau dalam bentuk janin.
3. Kelainan jalan lahir. Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa
menghalangi kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan.
4
Faktor yang mempengaruhi durasi fase laten antara lain adalah anesthesia
regional atau sedasi yang berlebihan, keadaan serviks yang buruk (misal tebal,
tidak mengalami pendataran atau tidak membuka), dan persalinan palsu. Friedman
mengklaim bahwa istirahat atau stimulasi oksitosin sama efektif dan amannya
dalam memperbaiki fase laten memanjang. Istirahat lebih disarankan karena
persalinan palsu sering tidak disadari.
Fase aktif persalinan dari segi kecepatan pembukaan serviks tertinggi, secara
konsistensi berawal saat serviks mengalami pembukaan 3 sampai 4 cm.
pembukaan serviks 3-4 cm atau lebih, disertai adanya kontraksi uterus, dapat
secara meyakinkan digunakan sebagai batas awal persalinan aktif.
Rerata durasi persalinan fase aktif pada nulipara adalah 4,9 jam. Deviasi
standar 3,4 jam cukup lebar. Dengan demikian, fase aktif dilaporkan memiliki
maksimum statistik sebesar 11,7 jam dengan durasi yang cukup bervariasi.
Memang, kecepatan pembukaan serviks berkisar antara 1,2 sampai 6,8 cm/jam.
Dengan demikian, apabila kecepatan pembukaan yang dianggap normal untuk
persalinan pada nulipara adalah 1,2 cmjam, maka kecepatan normal minimum 1,5
cm/jam.
Secara spesifik ibu nulipara yang masuk fase aktif dengan pembukaan 3-4 cm
dapat diharapkan mencapai pembukaan 8 sampai 10 cm dalam 3 sampai 4 jam.
Pengamatan ini mungkin bermanfaat. Sebagai contoh, apabila pembukaan serviks
mencapai 4 cm, dokter dapat memperkirakan bahwa pembukaan lengkap akan
tercapai dalam 4 jam apabila persalinan spontan berlangsung normal. Namun,
kelainan persalinan fase aktif sering dijumpai. Sokol dan rekan melaporkan bahwa
25 persen persalinan nulipara dipersulit kelainan fase aktif, sedangkan pada
multigravida angkanya adalah 15 persen.
5
kurang dari 1 cm per jam. Untuk multipara, protraksi didefinisikan sebagai
kecepatan pembukaan kurang dari 1,5 cm per jam atau penurunan kurang dari 2
cm per jam. Ia mendefinisikan sebagai berhentinya total pembukaan atau
penurunan. Kemacetan pembukaan (arrest of dilatation) didefinisikan sebagai
tidak adanya perubahan serviks dalam 2 jam, dan kemacetan penurunan (arrest of
descent) sebagai tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam.
Handa dan Laros mendiagnosis kemacetan fase aktif (tidak ada pembukaan
selama 2 jam atau lebih) pada 5 persen nulipara aterm. 80 persen ibu dengan
kemacetan fase aktif disebabkan kontraksi uterus yang kurang adekuat. American
College of Obstetricians and Gynecologist menyarankan bahwa sebelum
ditegakkan diagnosis kemacetan pada persalinan kala satu, kedua kriteria ini harus
dipenuhi:
Tahap ini berawal saat pembukaan seviks telah lengkap dan berakhir dengan
keluarnya janin. Median durasinya adalah 50 menit untuk nulipara dan 20 menit
untuk multipara tetapi angka ini juga sangat bervariasi. Pada ibu dengan paritas
tinggi yang vagina dan perineumnya melebar, dua atau tiga kali usaha mengejan
setelah pembukaan lengkap mungkin cukup untuk mengeluarkan janin.
Sebaliknya pada ibu dengan panggul sempit atau janin besar, atau dengan kelainan
gaya ekspulsif akibat anesthesia regional atau sedasi yang berat, maka kala dua
6
dapat sangat memanjang. Kala II persalinan pada nulipara dibatasi 2 jam dan
diperpanjang sampai 3 jam apabila digunakan anesthesia regional. Untuk
multipara satu jam adalah batasnya, diperpanjang menjadi 2 jam pada penggunaan
anesthesia regional.
yaitu persalinan yang ditandai tidak adanya pembukaan serviks dalam 2 jam
dan tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam. Persalinan macet () berarti
meskipun kontraksi uterus kuat, janin tidak dapat turun karena faktor mekanis.
Kemacetan persalinan biasanya terjadi pada pintu atas panggul, tetapi dapat juga
terjadi pada ronga panggul atau pintu bawah panggul.
yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak menunjukan
kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar paksi selama 2 jam
terakhir.
7
dan akan menimbulkan komplikasi obstetri.
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis, hal ini
akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan
selamat. Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal,
atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis
sempit. Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan
37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai
ukuran lahir normal.
Hal ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu posterior dan kepala
yang sulit lahir pada presentasi bokong.
1. Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara fleksi
maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah.
Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan panggul, saat
persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga panggul sehingga
persalinan menjadi lambat dan sulit.
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali bila bayi
kecil atau pelvis luas, persalinan dilakukan dengan tindakan caesarea. IR
presentasi dahi 0,2% kelahiran pervaginam, lebih sering pada primigravida.
8
2. Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar dari
satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada pintu
atas panggul menjelang persalinan. Bila pasien berada pada persalinan lanjut
setelah ketuban pecah, bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis dengan satu
tangan atau lengan keluar dari vagina. Presentasi bahu terjadi bila poros yang
panjang dari janin tegak lurus atau pada sudut akut panjangnya poros ibu,
sebagaimana yang terjadi pada letak melintang. Presentasi bahu disebabkan
paritas tinggi dengan dinding abdomen dan otot uterus kendur, prematuritas,
obstruksi panggul.
3. Presentasi Muka
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya : Hidrosefalus,
pertumbuhan janin lebih besar dari 4.000 gram, bahu yang lebar dan kembar siam.
9
Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak tertutup dengan
sempurna oleh janin ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil. Bila kepala
tertahan pada pintu atas panggul, seluruh tenaga dari uterus diarahkan ke bagian
membran yang menyentuh os internal, akibatnya ketuban pecah dini lebih mudah
terjadi.
Ruptur uterus, terjadinya disrupsi dinding uterus, merupakan salah satu dari
kedaruratan obstetrik yang berbahaya dan hasil akhir dari persalinan macet yang
tidak dilakukan intervensi. Ruptur uterus menyebabkan angka kematian ibu
berkisar 3-15% dan angka kematian bayi berkisar 50%.
Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir keluar, janin akan
didorong ke segmen bawah rahim melalui kontraksi. Jika kontraksi berlanjut,
segmen bawah rahim akan merengang sehingga menjadi berbahaya menipis dan
mudah ruptur. Namun demikian kelelahan uterus dapat terjadi sebelum segmen
bawah rahim meregang, yang menyebabkan kontraksi menjadi lemah atau
berhenti sehingga ruptur uterus berkurang.
Ruptur uterus lebih sering terjadi pada multipara jarang terjadi, pada nulipara
terutama jika uterus melemah karena jaringan parut akibat riwayat seksio
10
caesarea. Ruptur uterus menyebabkan hemoragi dan syok, bila tidak dilakukan
penanganan dapat berakibat fatal.
2.4.2.4 Fistula
Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka sebagian kandung
kemih, serviks, vagina, rektum terperangkap diantara kepala janin dan tulang-
tulang pelvis mendapat tekanan yang berlebihan. Akibat kerusakan sirkulasi,
oksigenisasi pada jaringan-jaringan ini menjadi tidak adekuat sehingga terjadi
nekrosis, yang dalam beberapa hari diikuti dengan pembentukan fistula. Fistula
dapat berubah vesiko-vaginal (diantara kandung kemih dan vagina), vesiko-
servikal (diantara kandung kemih dan serviks) atau rekto-vaginal (berada diantara
rektum dan vagina). Fistula umumnya terbentuk setelah kala II persalinan yang
sangat lama dan biasanya terjadi pada nulipara, terutama di negara-negara yang
kehamilan para wanitanya dimulai pada usia dini.
Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat terjadi
setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42
hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat gejala-gejala : nyeri pelvis,
demam 38,50c atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja cairan vagina yang
abnormal, berbau busuk dan keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran
uterus.
Infeksi merupakan bagian serius lain bagi ibu dan janinya pada kasus partus
lama dan partu tak maju terutama karena selaput ketuban pecah dini. Bahaya
infeksi akan meningkat karena pemeriksaan vagina yang berulang-ulang.
Akibat tekanan dari tulang-tulang pelvis, kaput suksedaneum yang besar atau
pembengkakan kulit kepala sering kali terbentuk pada bagian kepala yang paling
11
dependen dan molase (tumpang tindih tulang-tulang kranium) pada kranium janin
mengakibatkan perubahan pada bentuk kepala. Selain itu dapat terjadi
sefalhematoma atau penggumpalan darah di bawah batas tulang kranium, terjadi
setelah lahir dan dapat membesar setelah lahir.
Jika persalinan macet dibiarkan berlangsung lebih dari 24 jam maka dapat
mengakibatkan kematian janin yang disebabkan oleh tekanan yang berlebihan
pada plasenta dan korda umbilikus.
Janin yang mati, belum keluar dari rahim selama 4-5 minggu mengakibatkan
pembusukan sehingga dapat mencetuskan terjadinya koagulasi intravaskuler
diseminata (KID) keadaan ini dapat mengakibatkan hemoragi, syok dan kematian
pada maternal.
Pada kasus /tidak maju akan ditemukan tanda-tanda kelelahan fisik dan mental
yang dapat diobservasi dengan :
b. Demam
c. Nyeri abdomen
d. Syok (nadi cepat, anuria, ekteremitas dingin, kulit pucat, tekanan darah rendah)
syok dapat disebabkan oleh ruptur uterus atau sepsis.
2.4.5.1 Usia
Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu untuk hamil dan melahirkan
adalah 20-35 tahun karena pada usia ini secara fisik dan psikologi ibu sudah
12
cukup matang dalam menghadapi kehamilan dan persalinan.
2.4.5.2 Paritas
Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian
maternal. Paritas 0 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal
yang lebih tinggi. Lebih tinggi paritas lebih tinggi kematian maternal.
Ibu hamil yang memiliki paritas 4 kali atau lebih, kemungkinan mengalami
gangguan kesehatan, kekendoran pada dinding perut dan kekendoran dinding
rahim sehingga berisiko mengalami kelainan letak pada janin, persalinan letak
lintang, robekan rahim, dan perdarahan pasca persalinan.
Sesuai dengan hasil penelitian di Subang Jawa Barat yang dilakukan oleh
Olva tahun 2001 dengan menggunakan desain penelitian case control study
menemukan ibu yang mengalami persalinan macet kemungkinan 1,3 kali lebih
besar yang paritasnya 0 dan > 3 dibandingkan paritas 1-3.
Persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan persalinan prematur, seksio
caesarea, bayi lahir mati, persalinan lama, persalinan dengan induksi serta semua
persalinan tidak normal yang dialami ibu merupakan risiko tinggi pada persalinan
13
berikutnya.Sesuai dengan hasil penelitian di Medan yang dilakukan oleh
Sarumpaet tahun 1998-1999 dengan menggunakan desain penelitian case control
study menemukan ibu yang mengalami komplikasi persalinan kemungkinan 7,3
kali lebih besar mempunyai riwayat persalinan jelek dibandingkan yang tidak
mempunyai riwayat persalinan jelek. Riwayat persalinan jelek pada kasus
didapatkan persalinan macet 24,6%.
Ibu bertubuh pendek < 150 cm yang biasanya berkaitan dengan malnutrisi
dan terjadinya deformitas panggul merupakan risiko tinggi dalam persalinan,
tinggi badan < 150 cm berkaitan dengan kemungkinan panggul sempit. Tinggi
badan Ibu < 145 cm terjadi ketidakseimbangan antara luas panggul dan besar
kepala janin.
Sebagian besar kasus persalinan macet disebabkan oleh tulang panggul ibu
terlalu sempit sehingga tidak mudah dilintasi kepala bayi waktu bersalin. Proporsi
wanita dengan rongga panggul yang sempit menurun dengan meningkatnya tinggi
badan, yang disebabkan panggul sempit jarang terjadi pada wanita tinggi.
Penelitian di Nigeria Utara dari seluruh ibu yang mengalami , proporsi wanita
dengan panggul sempit memiliki tinggi badan < 145 cm sebesar 40%, tinggi
badan 150 cm sebesar 14% dan tinggi badan 160 cm sebesar 1%.
2.4.5.5 Pendidikan
14
pengawasan kehamilan secara berkala dan teratur.
2.4.5.6. Janin
15
peran yang sangat besar dalam kematian materal. Faktor tersebut meliputi :
kurangnya kemudahan untuk pelayanan kesehatan maternal, asuhan medik yang
kurang dan kurangnya tenaga yang terlatih.23 Petugas kesehatan yang tidak
terlatih untuk mengenali (partograf tidak digunakan). Kegagalan dalam bertindak
terhadap faktor risiko dan penundaan dalam merujuk ke tingkat pelayanan yang
lebih tinggi (misalnya untuk seksio caesarea) merupakan fakor persalinan macet.
2.4.6 Pencegahan
a. Memberikan informasi bagi ibu dan suaminya tentang tanda bahaya selama
kehamilan dan persalinan.
c. Meningkatkan program keluarga berencana bagi ibu usia reproduksi yang sudah
berkeluarga.
e. Antenatal Care dengan yang teratur untuk mendeteksi dini kelainan pada ibu
hamil terutama risiko tinggi
16
rujuk ke fasilitas yang lebih baik.
1) Kepala janin dapat diraba diatas rongga pelvis karena kepala tidak dapat
turun
2) Kontraksi uterus sering dan kuat (tetapi jika seorang ibu mengalami
kontraksi yang lama dalam persalinanya maka kontraksi dapat berhenti
karena kelelahan uterus)
3) Uterus dapat mengalami kontraksi tetanik dan bermolase (kontraksi uterus
bertumpang tindih) ketat disekeliling janin.
4) Cincin Band/Bandles ring ; cincin ini ialah nama yang diberikan pada
daerah diantara segmen atas dan segmen bawah uterus yang dapat dilihat
dan diraba selama persalinan. Dalam persalinan normal, daerah ini disebut
cincin retraksi. Secara normal daerah ini seharusnya tidak terlihat atau
teraba pada pemeriksaan abdomen, cincin bandl adalah tanda akhir dari
persalinan tidak maju. Bentuk uterus seperti kulit kacang dan palpasi akan
memastikan tanda-tanda yang terlihat pada waktu observasi.
b. Pemeriksaan Vagina
Tanda-tandanya sebagai berikut :
1) Bau busuk dari drainase mekonium
2) Cairan amniotik sudah keluar
3) Kateterisasi akan menghasilkan urine pekat yang dapt mengandung
mekonium atau darah
4) Pemeriksaan vagina : edema vulva (terutama jika ibu telah lama
mengedan), vagina panas dan mengering karena dehidrasi, pembukaan
serviks tidak komplit. Kaput suksedaneum yang besar dapat diraba dan
penyebab antara lain kepala sulit bermolase akibat terhambat di pelvis,
presentasi bahu dan lengan prolaps.
17
c. Pencatatan Partograf
dapat juga diketahui jika pencatatan pada partograf menunjukan :
1) Kala I persalinan lama (fase aktif) disertai kemacetan sekunder
2) Kala II yang lama
3) Gawat janin (frekuensi jantung janin < dari 120 permenit, bau busuk dari
drainase mekonium sedangkan frekuensi jantung janin normal 120-160
permenit)
4) Pembukaan serviks yang buruk walaupun kontraksi uterus yang kuat.
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Anamnesa
a) Identitas Pasien
Nama : Ny.R
Usia : 41 tahun
18
Agama : Islam
Suku : Kutai
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Bunga Baru
Masuk Rumah Sakit pada tanggal 19 September 2016, pukul 17.00
b) Identitas Suami
Nama : Tn. A
Usia : 24 tahun
Agama : Islam
Suku : Kutai
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Bunga Baru
c) Keluhan Utama:
Perut kencang sejak pagi kemarin dan keluar cairan menyerupai air
d) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan perut kencang-kencang sejak 2 hari
yang lalu disertai cairan menyerupai air. Pasien segera datang ke praktek
bidan dan dilakukan observasi oleh bidan. Setelah observasi tidak terjadi
kemajuan persalinan sehingga dirujuk oleh bidan ke RS. Sebelumnya
pasien sudah diberikan drip oxytocin di praktek bidan.
e) Riwayat Haid
Menarche pada usia 12 tahun, lama haid 7 hari, jumlah darah haid : ganti
pembalut 2 kali sehari.
Hari pertama haid terakhir : 09 - 12 - 2015
Taksiran waktu persalinan : 16 09 2016
f) Riwayat Obstetri
Jenis Keadaan
N Tahun Tempat Umur Jenis Penolong
Kelamin Anak
o Partus Partus kehamilan Persalinan Persalinan
Anak/ BB Sekarang
1 1995 Rumah Aterm Spontan Dokter Pr / 2800 gr Hidup
19
2 1999 Abortus
3 2002 Bidan Aterm Spontan Bidan Pr/ 3000 gr Meninggal
4 2005 RS Aterm Spontan Dokter Pr/4000 gr Hidup
5 2016 Hamil ini
f) Status generalisata
Kepala / leher : mata cowong (-/-), konjunctiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-)
Thorax
- Pulmo
Inspeksi : bentuk dan pergerakan simetris
Palpasi : fremitus raba dextra=sinistra
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)
- Cor
20
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas kanan ICS 2I parasternal line dextra
batas kiri ICS V midclavicular line sinistra
Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Lihat status obstetri
Ekstremitas : edema -/-, akral hangat
g) Status obstetrik :
1) Inspeksi : Membesar dengan arah memanjang, Linea Nigra (+)
Striae albicans (+)
2) Palpasi : Leopold I : TFU 36 cm. Teraba bokong
Leopold II : Punggung Kanan
Leopold III : Teraba Kepala
Leopold IV : Belum Masuk PAP
VT : pembukaan 5 cm, porsio tebal lunak, kepala Hodge I, ketuban (+)
21
112 : NR
Protein :-
3.5 Penatalaksanaan
Observasi KU, TTV dan kemajuan persalinan
IVFD RL:D5 = 1 : 1 guyur
IVFD RL 20 tpm
Injeksi Cefotaxim 1 gr
Operasi section caesaria + MOW
3.6 Follow Up
Rencana tindakan dan
Tanggal Follow up
Penatalaksanaan
19/09/2016 S : perut terasa mules, ada perasaan ingin Observasi KU, TTV, DJJ dan
17.00 mengejan. kemajuan persalinan
O : CM, TD: 140/80 mmHg, HR: 73x/mnt Advis dr. Sp.OG:
RR:24x/mnt, Temp: 36,4C Guyur Infus RL 500 cc
DJJ : 138 kali/menit, TFU : 36 cm Guyur Infus D5 500 cc
His : 4x dalam 10 menit 40-45 Kemudian RL20 tpm
VT : pembukaan 5 cm, portio tebal dan Injeksi Cefotaxim 1 gr
lunak, ketuban (+) kepala Hodge I Observasi, 4 jam kemudian
A : G5P3A1 Gravid 40-41 minggu+ BSC + lapor
Kala 1 fase aktif memanjang
17.50 Melakukan Skin Test Cefotaxim
18.10 Memberi Injeksi Cefotaxim 1 gr
19.00 S : perut terasa mules, ada perasaan ingin Advis dr. Sp.OG
mengejan Rencana SC Cito
O : CM, TD: 150/100 mmHg, HR: Motivasi MOW
74x/menit, RR: 18x/menit, Temp: 36,7C Siapkan transfuse PRC 1 kolf
DJJ : 147x/menit, His :2x dalam 10 menit
durasi 35-40
VT : Pembukaan 5 cm, portio tebal kepala
H-I ketuban (-) mengalir jernih
22
21.00 S: Perut terasa mulas, ada perasaan ingin Mempersiapkan pasien untuk
mengejan rencana SC
O: CM, TD: 150/100 mmHg, HR:
78x/menit, RR: 22x/menit, Temp: 36,7C
DJJ: 132x/menit, His: 4x dalam 10 menit
durasi 40-45
Pemeriksaan fisik abdomen: Terdapat
tanda bandles ring
VT: Pembukaan 5 cm, Portio atas edema,
Ketuban (-) Kepala Hodge I
A: G5P3A1 gravid 40-41 minggu + Inpartu
Kala 1 Fase Aktif + Persalinan macet
20/09/2016 Menerima Pasien dari OK IGD
02.00 S : (-) Memindahkan pasien ke nifas
O : CM, TD: 140/100, HR : 70x/mnt RR Memberikan terapi sesuai
18x/mnt, Temp: 36,8C instruksi post op
A : P4A1 Post SC a/i Persalinan Macet
23
P=
P=
Inj. Cefotaxim 1 gr
ketorolac 1 amp
infus RL drip oxytocin 2amp 20
tpm s/d jam 12.00
24
Macet
P=
Inj. Cefotaxim 1 gr
Ketorolac 1 amp
Diet susu 150cc
P= Inj. Cefotaxim 1 gr
P=
25
BAB IV
PEMBAHASAN
Berikut adalah perbandingan antara teori dan fakta pada kasus ini. Perbandingan
dibuat dalam bentuk tabel agar lebh mudah dipahami.
Teori Fakta
Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan dalam fase aktif Pada pemeriksaan dalam,
memanjang, didapatkan pembukaan didapatkan pembukaan 5 cm
serviks dan penurunan kepala janin yang sudah berlangsung lebih
yang kecepatannya < 1,5 cm per jam dari 2 jam dan tidak ada
dan penurunan < 2 cm per jam. penurunan kepala.
apabila tidak ada pembukaan lebih Pada pemeriksaan abdomen,
dari 2 jam dan penurunan kepala didapatkan kepala belum masuk
lebih dari 1 jam PAP, kontraksi uterus sering dan
Kepala janin dapat diraba diatas kuat, terdapat tanda bandles ring.
rongga pelvis karena kepala tidak
26
dapat turun
Kontraksi uterus sering dan kuat
(tetapi jika seorang ibu mengalami
kontraksi yang lama dalam
persalinanya maka kontraksi dapat
berhenti karena kelelahan uterus)
Uterus dapat mengalami
kontraksi tetanik dan bermolase
(kontraksi uterus bertumpang tindih)
ketat disekeliling janin.
Cincin Band/Bandles ring ;
cincin ini ialah nama yang diberikan
pada daerah diantara segmen atas
dan segmen bawah uterus yang
dapat dilihat dan diraba selama
persalinan. Dalam persalinan
normal, daerah ini disebut cincin
retraksi. Secara normal daerah ini
seharusnya tidak terlihat atau teraba
pada pemeriksaan abdomen, cincin
bandl adalah tanda akhir dari
persalinan tidak maju. Bentuk uterus
seperti kulit kacang dan palpasi akan
memastikan tanda-tanda yang
terlihat pada waktu observasi.
Penatalaksanaan Melakukan penanganan secepat Pasien ditangani dengan sectio
mungkin untuk mencegah terjadinya caesaria.
komplikasi, persalinan macet
berisiko mengalami infeksi sampai
ruptur uterus dan biasanya ditangani
dengan tindakan bedah, seksio
caesarea, ekstraksi cunam atau
vacum oleh sebab itu harus dirujuk
27
kerumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Rochjati, P., 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Pusat Safe Mother
Hood-Lab/SMF Obgyn RSU Dr. Sutomo/Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya.
Simbolon, D., 2008. Karakteristik Ibu Dengan Persalinan Tak Maju Yang di
Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang Tahun 2007. Skripsi, FKM
USU Medan.
28
Mochtar, Rustam. (2012). Sinopsis Obstetri jilid 1. Jakarta : EGC.
Scott, J.,dkk, 2002. Danforth Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :
Widya Medika. 33
Idriyani, A.R., 2007. Faktor Risiko Kejadian Partus Lama di RSIA Siti
Fatimah Makassar Tahun 2006. http://www.scribd.com
29