Anda di halaman 1dari 105

SKRIPSI

PENGARUH CUCI HIDUNG DENGAN NACL 0,9% TERHADAP


PENINGKATAN KUALITAS HIDUP MAHASISWA DENGAN
RINITIS ALERGI DI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Oleh :
FARID AULIA NASUTION
130100089

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


SKRIPSI

PENGARUH CUCI HIDUNG DENGAN NACL 0,9% TERHADAP


PENINGKATAN KUALITAS HIDUP MAHASISWA DENGAN
RINITIS ALERGI DI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan
Sarjana Kedokteran

Oleh :
FARID AULIA NASUTION
130100089

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
ii

ABSTRAK

Pendahuluan: Rinitis alergi merupakan suatu peradangan pada mukosa hidung yang
ditandai dengan bersin – bersin, hidung berair, gatal, dan tersumbat. Rinitis alergi
menyerang hampir 20% populasi dunia. Manifestasi ini sangat mempengaruhi kualitas
hidup dan berdampak terhadap interaksi sosial, aktivitas sekolah, dan produktivitas kerja
penderitanya. Cuci hidung merupakan terapi yang sudah lama digunakan oleh masyarakat
India kuno untuk menjaga keseimbangan dan kebersihan rongga sinonasal. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh cuci hidung menggunakan NaCl 0,9% terhadap
peningkatan kualitas hidup mahasiswa dengan gejala rinitis alergi.
Metode: Penelitian ini bersifat analitik pre-eksperimental dengan desain one group
pretest-posttest. Populasi penelitian meliputi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara angkatan 2013, 2014, dan 2015 dengan gejala rinitis alergi. Skrining
rinitis alergi menggunakan kuesioner SFAR tervalidasi tanpa melakukan uji skin prick
test. Kualitas hidup dinilai dengan menggunakan kuesioner RQLQ tervalidasi
Hasil: Skrining terhadap 279 mahasiswa memperlihatkan 114 orang (40,9%) memiliki
gejala rinitis alergi dengan skor SFAR ≥ 7. Dengan simple random sampling diperoleh
sampel sebanyak 42 orang. Rata – rata total skor RQLQ sebelum melakukan cuci hidung
adalah 62,12 ± 30,989, dan setelah melakukan cuci hidung 2 kali sehari selama 14 hari
menurun menjadi 29,21 ± 30,397. Dengan uji wilcoxon didapatkan penurunan bermakna
rata – rata total skor RQLQ dengan nilai p value (0,000) < 0,05.
Kesimpulan: Cuci hidung menggunakan NaCl 0,9% dapat menurunkan rata – rata total
skor RQLQ secara bermakna pada mahasiswa dengan gejala rinitis alergi. Dengan
demikian, cuci hidung efektif untuk memperbaiki kualitas hidup pasien rinitis alergi.

Kata Kunci: Cuci Hidung, NaCL 0,9%, Rinitis Alergi, RQLQ

Universitas Sumatera Utara


iii

ABSTRACT

Introduction : Allergic rhinitis is a type of inflammation in nasal mucous membrane


which is signed as sneezing; runny, itchy, and stuffy nose. Allergic rhinitis occurs almost
20% of world’s population. This manifestation terribly affects quality of life such as social
interaction, school activity, and productivity of patients. Nasal irrigation has been a long
time known as therapy in (ancient India) to keep sinonasal cavity be clean and balance.
This study is to assure the impact of nasal irrigation using NaCl 0,9% with increasing the
quality of medical students’ life who suffer allergic rhinitis.
Methods : The study is a pre-experimental analytic with one group pretest-posttest
design. The population is all of the medical students of year 2013 to 2015 in Universitas
Sumatera Utara whom suffer allergic rhinitis. Screening is using valid SFAR
questionnaire without doing skin prick test. Quality of life is measured with valid RQLQ
questionnaire.
Results : Screening with 279 students showed that 114 students (40,9%) have allergic
rhinitis by SFAR score ≥ 7. By using simple random sampling, the samples are 42 people.
The mean of RQLQ score before doing nasal irrigation is 62,12 ± 30,989, and after doing
nasal irrigation twice in a day for 14 days, the mean decreased to 29,21 ± 30,397. By
using wilcoxon test, obtained that there is a significant decrease of the mean of RQLQ
score with p value (0,000) < 0,05.
Conclusion : Nasal irrigation using NaCl 0,9% may significantly decrease the mean of
RQLQ score of the students with allergic rhinitis. Therefore, nasal irrigation is effective
to increase the quality of life of patients with allergic rhinitis.

Keywords: Nasal Irrigation, NaCL 0,9%, Allergic Rhinitis, RQLQ

Universitas Sumatera Utara


iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Cuci Hidung dengan NaCl 0,9%
Terhadap Peningkatan Kualitas Mahasiswa dengan Rinitis Alergi di Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara” ini sebagai salah satu syarat kelulusan Sarjana Kedokteran
di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan
dukungan dari orangtua dan berbagai pihak, mulai dari pemilihan topik dan judul hingga
terbentuk hasil skripsi yang sudah mumpuni ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Dr. dr. Aldi Syafruddin Rambe, Sp. S(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
2. dr. Ferryan Sofyan, M.Kes, Sp.THT-KL, selaku dosen pembimbing I dan dr. Flora
Marlita Lubis, Sp.KK, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak membantu
penulis, meluangkan waktu, tenaga, dan ide pikiran, memberikan saran dan
masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik –
baiknya.
3. dr. Siska Mayasari Lubis, M.Ked.(Ped), Sp.A, selaku ketua dosen penguji dan Dr.
dr. Sry Suryani Widjaja, M.Kes, selaku anggota dosen penguji yang telah
memberikan nasihat dan saran yang sangat konstruktif sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan sebaik – baiknya.
4. Ayahanda Drs. H. Parimpunan Nasution (alm) dan Ibunda Maslan Pohan selaku
orangtua penulis, serta Kakanda Syukri Yusuf Nasution, ST, dan Zaki Abdullah
Nasution, S.ST, yang senantiasa menjadi penyemangat dengan memberikan
dukungan dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh
keyakinan dan semangat.
5. Rekan – rekan sejawat mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara yang telah bersedia menjadi responden penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara


v

6. Teman – teman sejawat dan seperjuangan yang tercinta di Fakultas Kedokteran


Universitas Sumatera Utara, Dinda Hartami Lubis, Azmi Muliatua Panjaitan,
Chairul Ihsan Lubis, Maulana Jamil Nasution, Ifan Kusuma Wardana,
Muhammad Ary Guhtama, Muhammad Farhansyah Pane, Muhammad Iqbal
Nusa, Muhammad Taqiyuddin Harahap, Muhammad Riza Lubis, Utama Hadi
Putra Surbakti, Muhammad Anggi Ikhsan Siregar, Muhammad Rizky Assilmy
Lubis, Zikri Putra Lan Lubis, dan Wendy Army yang telah memberikan motivasi,
semangat, dan saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan sebaik –
baiknya.
7. Teman satu dosen pembimbing, Aisha Zasnamira Lubis yang sudah banyak
membantu selama proses penelitian.
Penulis menyadari bahwa skripsi yang merupakan hasil penelitian ini masih
memiliki banyak kekurangan dari berbagai sisi, baik dari segi struktur dan isi. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang berguna
untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Semoga penelitian ini dapat memberikan
sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia kedokteran.

Medan, 14 Desember 2016


Penulis,

Farid Aulia Nasution

Universitas Sumatera Utara


vi

DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................... ii
ABSTRACT .................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1


1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian......................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian....................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5

2.1. Hidung dan Sinus Paranasal ........................................................ 5


2.1.1. Anatomi Hidung ................................................................ 5
2.1.2. Vaskularisasi dan Persarafan Rongga Hidung .................. 6
2.1.3. Sistem Limfatik ................................................................. 7
2.1.4. Anatomi Sinus Paranasal ................................................... 7
2.1.5. Fisiologi Hidung................................................................ 8
2.1.6. Sistem Transpor Mukosiliar .............................................. 8
2.2. Rinitis Alergi ............................................................................... 10
2.2.1. Definisi Rinitis Alergi ....................................................... 10
2.2.2. Klasifikasi Rinitis Alergi ................................................... 10
2.2.3. Faktor Resiko Rinitis Alergi ............................................. 11
2.2.4. Patofisiologi Rinitis Alergi................................................ 12
2.2.5. Manifestasi Klinis Rinitis Alergi....................................... 13
2.2.6. Diagnosis Rinitis Alergi .................................................... 14
2.2.6.1. Anamnesis............................................................. 14
2.2.6.2. Pemeriksaan Fisik ................................................. 14
2.2.6.3. Pemeriksaan Penunjang ........................................ 14
2.2.7. Algoritma Tatalaksana Rinitis Alergi ............................... 16
2.2.8. Komplikasi Rinitis Alergi ................................................. 17
2.3. Kualitas Hidup............................................................................. 17
2.4. Cuci Hidung ................................................................................ 18
2.4.1. Mekanisme Kerja .............................................................. 18
2.4.2. Indikasi dan Kontraindikasi serta Efek Samping .............. 19
2.4.3. Bahan Cuci Hidung ........................................................... 19
2.4.4. Metode Cuci Hidung ......................................................... 20

Universitas Sumatera Utara


vii

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS


PENELITIAN ................................................................................... 22

3.1. Kerangka Teori ............................................................................ 22


3.2. Kerangka Konsep ........................................................................ 23
3.3. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 23

BAB 4 METODE PENELITIAN ................................................................ 24

4.1. Jenis Penelitian ............................................................................ 24


4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 24
4.2.1. Waktu ................................................................................ 24
4.2.2. Tempat ............................................................................... 24
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 24
4.3.1. Populasi ............................................................................. 24
4.3.1. Sampel ............................................................................... 24
4.4. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 26
4.4.1. Jenis Data .......................................................................... 26
4.4.2. Instrumen Penelitian .......................................................... 26
4.4.2.1. Kuesioner SFAR ................................................... 26
4.4.2.2. Kuesioner RQLQ .................................................. 27
4.5. Uji Validitas dan Reliabilitas ...................................................... 28
4.6. Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 30
4.7. Definisi Operasional .................................................................... 30
4.7.1. Mahasiswa dengan Gejala Rinitis Alergi .......................... 30
4.7.2. Cuci Hidung ...................................................................... 30
4.7.3. Kualitas Hidup................................................................... 31
4.8. Alur Penelitian............................................................................. 32

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 33

5.1. Hasil Penelitian ........................................................................... 33


5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................... 33
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian......................... 33
5.1.3. Analisis Data dan Uji Statistik .......................................... 35
5.2. Pembahasan ................................................................................. 38

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 43

6.1. Kesimpulan.................................................................................. 43
6.2. Saran ............................................................................................ 43

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 45


LAMPIRAN .................................................................................................. 49

Universitas Sumatera Utara


viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


Tabel 2.1. Klasifikasi Rinitis Alergi ....................................................... 10
Tabel 2.2. Interpretasi Hasil Skin Prick Test ........................................... 15
Tabel 2.3. Komposisi Larutan untuk Irigasi Rongga Hidung ................. 20
Tabel 4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner SFAR .................... 28
Tabel 4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner RQLQ .................... 29
Tabel 5.1. Distribusi Hasil Penyaringan Mahasiswa yang Dinyatakan
Memiliki Rinitis Alergi .......................................................... 33
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan
Jenis Kelamin ......................................................................... 34
Tabel 5.3. Distribusi Total Skor SFAR Pada Subjek Penelitian ............. 35
Tabel 5.4. Hasil Pengukuran Skor Kualitas Hidup RQLQ Sebelum dan
Sesudah Melakukan Cuci Hidung .......................................... 36
Tabel 5.5. Uji Normalitas Data Pengukuran ........................................... 37
Tabel 5.6. Hasil Uji Wilcoxon Pada Variabel Penelitian ........................ 37
Tabel 5.7. Uji Wilcoxon Pada Setiap Domain Kualitas Hidup............... 38

Universitas Sumatera Utara


ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


Gambar 2.1. Stuktur Dinding Lateral Hidung ........................................... 5
Gambar 2.2. Mekanisme Rinitis Alergi..................................................... 12
Gambar 2.3. Algoritma Tatalaksana Rinitis Alergi ................................... 16
Gambar 2.4. Teknik Melakukan Cuci Hidung .......................................... 21
Gambar 3.1. Kerangka Teori ..................................................................... 22
Gambar 3.2. Kerangka Konsep ................................................................. 23

Universitas Sumatera Utara


x

DAFTAR SINGKATAN

APC Antigen Presenting Cell


ARIA Allergic Rhinitis and Impacts on Asthma
CD4 Cluster of Differentiation 4
CO Carbon Monoxide
ECP Eosinophil Cationic Protein
ECRHS European Community Respiratory Health Survey
EPO Eosinophil Peroxidase
IgE Imnunoglobulin E
IL-4 Interleukin-4
ISAAC The International Study of Asthma and Allergies in Childhood
ISPA Infeksi Saluran Pernafasan Atas
MBP Major Basic Protein
MHC Major Histocompatibility Complex
NO Nitric Oxide
RAST Radio Allergo Sorbent Test
RQLQ Rhinoconjunctivitis Quality of Life Questionnaire
SFAR Score for Allergic Rhinitis
SPSS Statistical Product and Service Solutions
SPT Skin Prick Test
WHO World Health Organization

Universitas Sumatera Utara


xi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Daftar Riwayat Hidup


LAMPIRAN 2 Lembar Persetujuan Komisi Etik
LAMPIRAN 3 Surat Izin Penelitian
LAMPIRAN 4 Lembar Penjelasan Penelitian
LAMPIRAN 5 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
LAMPIRAN 6 Kuesioner SFAR
LAMPIRAN 7 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner SFAR
LAMPIRAN 8 Kuesioner RQLQ
LAMPIRAN 9 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner RQLQ
LAMPIRAN 10 Data Induk Penelitian
LAMPIRAN 11 Hasil Analisis Data

Universitas Sumatera Utara


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rinitis alergi merupakan suatu reaksi inflamasi pada mukosa hidung akibat
paparan alergen terhadap individu yang telah tersensitisasi dan ditandai dengan
gejala berupa bersin (5-10 kali berturut-turut), rinore, hidung tersumbat serta dapat
dijumpai mata berair, rasa gatal (pada mata, hidung, telinga, tenggorokan, palatum),
post nasal drip, tekanan pada sinus, dan rasa lelah.1 Berdasarkan bangkitannya,
rinitis alergi dapat terjadi secara seasonal (musiman) ataupun secara parennial
(menahun). Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma (ARIA) telah
mengklasifikasikan rinitis alergi berdasarkan lamanya serangan
(intermittent/persistent) dan derajat keparahan penyakit (mild/moderate/severe).2
Rinitis alergi merupakan penyakit imunologi yang sering ditemukan dan telah
menjadi masalah global yang menyerang 10-20 % populasi dunia. Oleh sebab itu,
rinitis alergi telah menjadi masalah kesehatan yang serius dikarenakan
prevalensinya yang terus meningkat dan memberikan dampak terhadap kehidupan
sosial, aktivitas sekolah, dan produktivitas kerja penderita.3
The International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) telah
melakukan pemetaan terhadap prevalensi rinitis alergi di beberapa negara belahan
dunia, antara lain: USA (12-30%), Amerika Latin (5,5-45,1%), Afrika (7,2-54,1%),
Eropa (23-30%), Turki (2,9-37,7%), kawasan Timur Tengah (7,4-45,2%), China /
Hong kong / Taiwan (1,6-43%), Australia (12,41,3%), Asia Tenggara (5,5-44,2%),
dan Jepang / Korea (9,1-35,7%).4
Selanjutnya penelitian Wong et al lebih spesifik di kawasan Asia Pasifik
menunjukkan prevalensi berdasarkan usia 6-7 tahun dan 13-14 tahun. Pada anak
usia 6-7 tahun, di Jepang 10,6%, Korea (Seoul) 9%, Thailand (Bangkok) 13,4%,
Singapura 8,7%, dan Indonesia 3,6%. Sementara untuk anak usia 13-14 tahun, di
Jepang 17,6%, Korea (Seoul) 11,9%, Thailand (Bangkok) 23,9%, Singapura 16,5%,
dan Indonesia 4,8%. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa negara

Universitas Sumatera Utara


2

dengan prevalensi tertinggi di Asia Pasifik adalah Hong Kong dan Thailand
(Bangkok).5
Berdasarkan studi prevalensi yang dilakukan terhadap mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara selama periode Juli – Oktober 2014
menggunakan kuesioner modifikasi ECRHS II, diperoleh data prevalensi rinitis
alergi sebanyak 41,4%. Kejadian rinitis alergi lebih tinggi pada jenis kelamin
perempuan (61%) dibandingkan dengan laki-laki (39%). Riwayat keluarga atopi
berpengaruh terhadap 55,3% sampel yang mengalami rinitis alergi. Sebanyak
32,7% penderita rinitis alergi disertai dengan adanya komorbid, dengan faktor
komorbid terbanyak adalah eksema sebesar 22,0%.6
Hidung sebagai organ penting yang terlibat dalam rinitis alergi memiliki
sejumlah fungsi penting. Selain sebagai penghidu, hidung juga berperan untuk
purifikasi udara. Rongga hidung memiliki vibrisa pada vestibulum nasi yang
berperan untuk filtrasi udara. Silia dan lapisan mukus berperan penting terhadap
fungsi transpor mukosiliar yaitu pembersihan saluran hidung dari benda asing,
termasuk bakteri dan virus dengan cara diekspektoran atau disterilkan oleh asam
lambung. Mukus juga berfungsi untuk menghangatkan udara inspirasi dan
mendinginkan udara ekspirasi, serta melembapkan udara inspirasi dengan lebih dari
satu liter uap setiap harinya.7
Oleh karena itu kebersihan hidung merupakan hal yang perlu untuk
diperhatikan, terlebih jika dijumpai adanya gangguan. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan cara cuci hidung. Terapi cuci hidung merupakan prosedur
sederhana yang telah dilakukan untuk mengatasi gejala di rongga sinonasal.
Prinsipnya adalah dengan menyemprotkan larutan salin pada salah satu lubang
hidung dan membiarkannya mengalir keluar melalui lubang hidung sebelahnya.
Cuci hidung diindikasikan untuk beberapa kasus seperti sinusitis (akut & kronis),
rinitis alergi, ISPA, dan terapi pasca bedah sinus endoskopi (BSE). Sedangkan
kontraindikasinya jika terdapat penyembuhan trauma wajah yang inkomplit.8 Studi
meta-analisis menunjukkan hasil yang menarik mengenai cuci hidung dengan
larutan salin, didapati sebanyak 27,66% terjadi perbaikan gejala hidung, 62,1%

Universitas Sumatera Utara


3

mengurangi konsumsi obat, 31,19% terjadi peningkatan kecepatan waktu transpor


mukosiliar, dan 27,88% terjadi perbaikan kualitas hidup.9
Berdasarkan paparan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti kembali
mengenai pengaruh cuci hidung dengan larutan NaCl 0,9% terhadap peningkatan
kualitas hidup mahasiswa dengan rinitis alergi di Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara selama 14 hari.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan masalah
penelitian yaitu :
“Bagaimana pengaruh cuci hidung dengan NaCl 0,9% terhadap peningkatan
kualitas hidup mahasiswa dengan rinitis alergi di Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara ?”

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan umum
Mengetahui dan menilai pengaruh cuci hidung dengan NaCl 0,9% terhadap
peningkatan kualitas hidup mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara yang mengalami rinitis alergi.
1.3.2. Tujuan khusus
1. Mengetahui prevalensi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yang mengalami rinitis alergi.
2. Mengetahui total skor kualitas hidup mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara yang mengalami rinitis alergi sebelum
mendapat perlakuan cuci hidung dengan NaCl 0,9%.
3. Mengetahui total skor kualitas hidup mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara yang mengalami rinitis alergi setelah mendapat
perlakuan cuci hidung dengan NaCl 0,9%.

Universitas Sumatera Utara


4

1.4. Manfaat Penelitian


Hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak terkait,
antara lain:
1. Bagi bidang pendidikan dan penelitian, dapat menjadi referensi dan
kepustakaan untuk penelitian selanjutnya serta menjadi bahan diskusi
ataupun pembelajaran.
2. Bagi subjek penelitian dan masyarakat, dapat menjadi pengetahuan
tambahan mengenai cuci hidung menggunakan NaCl 0,9% sebagai terapi
adjuvan pada penderita rinitis alergi.
3. Bagi peneliti, sebagai bentuk implementasi terhadap ilmu pengetahuan yang
telah diperoleh selama mengikuti program studi pendidikan dokter.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hidung dan Sinus Paranasal


2.1.1. Anatomi hidung
Berdasarkan struktur anatominya, hidung dibagi menjadi hidung luar dan
hidung dalam. Hidung luar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : 1) Kubah tulang,
merupakan bagian yang paling atas yang tak dapat digerakkan, 2) Kubah kartilago,
merupakan bagian dibawah kubah tulang yang dapat digerakkan, 3) Lobulus
hidung, bagian yang paling bawah dan mudah digerakkan. Kubah kartilago
dibentuk oleh kartilago lateralis supperior yang saling berfusi di garis tengah serta
berfusi pula dengan tepi atas kartilago septum kuadrangularis. Bentuk dari sepertiga
lobulus hidung dipertahankan oleh kartilago lateralis inferior. Lobulus menutupi
vestibulum nasi dan dibatasi di sebelah medial oleh kolumela, di lateral ala nasi,
dan anterosuperior oleh ujung hidung. Mobilitas lobulus hidung penting untuk
ekspresi wajah, gerakan mengendus, dan bersin.7

Gambar 2.1. Struktur Dinding Lateral Hidung10

Universitas Sumatera Utara


6

Sedangkan hidung dalam, terbentang dari os internum di anterior hingga koana


di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring. Septum hidung
merupakan garis tengah yang membagi hidung menjadi 2 buah rongga yang pada
bagian lateral masing-masing rongga terdapat konka. Konka memiliki rongga udara
yang tak teratur di antaranya, yaitu meatus superior, media, dan inferior. Duktus
nasolakrimalis bermuara pada meatus inferior di bagian inferior. Sinus frontalis,
etmoidalis anterior, dan maksilaris bermuara pada hiatus semilunaris dari meatus
media. Sel – sel sinus etmoidalis posterior bermuara pada meatus superior,
sedangkan sinus sfenoidalis berakhir pada resesus sfenoetmoidalis. Ujung - ujung
saraf olfaktorius menempati daerah kecil di bagian medial dan lateral dinding
hidung dalam dan ke atas hingga kubah hidung.7

2.1.2. Vaskularisasi dan persarafan rongga hidung


Suplai darah ke rongga hidung berasal dari cabang arteri maksilaris interna.
Cabang sfenopalatina dari arteri maksilaris interna menyuplai daerah konka, meatus
dan septum. Cabang etmoidalis anterior dan posterior dari arteri oftalmika
menyuplai sinus frontalis dan etmoidalis serta atap hidung. Sinus maksilaris
disuplai oleh cabang arteri labialis superior dan cabang infraorbitalis. Sedangkan
sinus sfenoidalis mendapatkan suplai dari alveolaris dari arteri maksilaris interna
dan cabang faringealis dari arteri maksilaris interna.7
Vena-vena membentuk suatu pleksus kavernosa yang rapat di bawah membrana
mukosa. Pleksus ini terlihat nyata di atas konka media dan inferior, serta bagian
bawah septum dimana ia membentuk jaringan erektil. Drainase vena terutama
melalui vena oftalmika, fasialis anterior, dan sfenopalatina.7
Salah satu saraf yang berperan dalam rongga hidung adalah N. olfaktorius yang
terdapat pada membrana mukosa. Saraf ini naik ke atas melalui lamina cribrosa
dan mencapai bulbus olfactorius. Saraf – saraf sensasi umum berasal dari divisi
ophtalmica dan maxillaris N. trigeminus. Persarafan bagian anterior rongga hidung
berasal dari n. etmoidalis anterior. Sedangkan bagian posteriornya berasal dari
ramus nasalis, ramus nasopalatinus, dan ramus palatinus ganglion
pterygopalatinum.11

Universitas Sumatera Utara


7

2.1.3. Sistem limfatik


Jaringan limfatik anterior adalah kecil dan bermuara di sepanjang pembuluh
fasialis yang menuju leher. Jaringan ini mengurus hampir seluruh bagian anterior
hidung – vestibulum dan daerah prekonka.7
Jaringan limfatik posterior mengurus mayoritas anatomi hidung,
menghubungkan ketiga saluran utama di daerah hidung belakang, yaitu saluran
superior, media, dan inferior.7
 Kelompok superior, berasal dari konka media dan superior dan bagian
dinding hidung yang berkaitan, berjalan di atas tuba eustakius dan
bermuara pada kelenjar limfe retrofaringea.
 Kelompok media, berjalan di bawah tuba eustakius, mengurus konka
inferior, meatus inferior, dan sebagian dasar hidung, dan menuju rantai
kelenjar limfe jugularis.
 Kelompok inferior, berasal dari septum dan sebagian dasar hidung, berjalan
menuju kelenjar limfe di sepanjang pembuluh jugularis interna.7

2.1.4. Anatomi sinus paranasal


Sinus paranasal merupakan rongga-rongga udara yang terdapat di dalam os
maxilla, os frontale, os sphenoidale, dan os ethmoidale. Sinus memiliki fungsi
sebagai resonator suara, juga untuk mengurangi berat tengkorak. Bila muara sinus
tersumbat atau sinus terisi cairan kualitas suara akan berubah.11
Sinus maksilaris terdapat dalam korpus maksilaris yang berbentuk piramid
dengan basis membentuk dinding lateral hidung dan apeks di dalam prosesus
zigomatikus maksila. Membran mukosa sinus maksilaris dipersarafi oleh n.
alveolaris superior dan n. infraorbitalis.11
Sinus frontalis ada 2 buah yang dipisahkan oleh septum tulang yang sering
menyimpang dari bidang median. Setiap sinus berbentuk segitiga dan meluas ke
atas. Membran mukosanya dipersarafi oleh n. supraorbitalis.11
Sinus sfenoidalis, juga terdiri atas 2 buah rongga di dalam corpus ossis
sphenoidalis. Membran mukosanya dipersarafi oleh n. etmoidalis posterior.11

Universitas Sumatera Utara


8

Sinus etmoidalis yang terdapat di antara hidung dan mata. Sinus ini dibagi
menjadi kelompok anterior, media, dan posterior. Kelompok anterior bermuara ke
dalam infundibulum, kelompok media bermuara ke dalam meatus media, dan
kelompok posterior bermuara ke dalam meatus superior. Membran mukosanya
dipersarafi oleh n. etmoidalis anterior dan posterior.11

2.1.5. Fisiologi hidung


Hidung sebagai organ penting dalam jalur pernafasan manusia memiliki
beberapa fungsi penting yaitu: 1) sebagai organ penghidu, 2) sebagai tahanan jalan
nafas, 3) sebagai penyesuai udara, 4) sebagai purifikasi udara, dan 5) sebagai fungsi
mukosiliar.7
Teori struktural, teori revolusioner, dan teori fungsional menjelaskan fungsi
fisiologis hidung dan sinus paranasal, antara lain12:
1. Fungsi respirasi, mengatur kondisi udara (air conditioning), penyaring
udara, humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan
mekanisme imunologik lokal
2. Fungsi penghidu, karena terdapatnya mukosa olfaktorius (penciuman), dan
reservoir udara untuk menampung stimulus penghidu
3. Fungsi fonetik, berguna untuk resonansi suara, membantu proses berbicara
dan mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang
4. Fungsi statistik dan mekanik, untuk meringankan beban kepala, proteksi
terhadap trauma dan pelindung panas
5. Refleks nasal

2.1.6. Sistem transpor mukosiliar


Transpor mukosiliar atau pembersihan mukosiliar adalah mekanisme
pertahanan terhadap setiap zat / mikroorganisme asing yang masuk ke dalam
hidung. Silia dan lapisan mukus merupakan komponen yang berperan penting
dalam hal ini. Silia memiliki panjang sekitar 6 mikron dengan diameter 250 nm,
jumlah silia bervariasi antara 50 – 100 setiap sel saluran nafas, dipengaruhi oleh
usia dan posisinya di saluran nafas. Jumlahnya dalam saluran nafas diperkirakan

Universitas Sumatera Utara


9

sekitar 109 silia per cm2.13 Strukturnya terbentuk dari dua mikrotubulus sentral
tunggal yang dikelilingi sembilan pasang mikrotubulus, semuanya terbungkus
dalam membran sel berlapis tiga yang tipis dan rapuh.7 Silia memiliki gerakan yang
metakronis yang berfungsi mendorong mukus untuk bergerak ke arah nasofaring,
kemudian ke orofaring dan hipofaring, yang selanjutnya sekretnya akan ditelan.13
Kerja silia dapat terganggu oleh adanya udara yang sangat kering, yang sering
terjadi di rumah pada bulan – bulan musim dingin dengan pemanasan. Polusi udara
(nitrogen dioksida dan sulfur dioksida) mengganggu efektivitas silia dalam
berbagai cara.7
Lapisan mukus merupakan sawar terhadap alergen, virus, dan bakteri. Beberapa
molekul yang terlibat adalah defensin, lisozim, dan IgA. Mukus memiliki viskositas
yang rendah, sehingga mempermudah laju gerak silia, dan juga mencegah
glycoprotein dari lapisan mukus menempel pada glycocalyx dari membran apikal
epitel. Pada individu sehat, mukus dari saluran nafas mengandung 97% air dan
hanya 3% zat padat yang 30% terdiri dari musin.13 Arah gerakan mukus dalam
hidung umumnya ke belakang dikarenakan silia lebih aktif pada meatus media dan
inferior yang terlindung, maka cenderung menarik lapisan mukus dari meatus
komunis ke dalam celah – celah ini. Pada septum arah gerakannya ke belakang dan
ke bawah menuju dasar. Pada dasar hidung, arahnya ke belakang dan cenderung
bergerak di bawah konka inferior ke dalam meatus inferior. Sedangkan sisi medial
konka, arah gerakan ke belakang dan ke bawah, lewat di bawah tepi inferior meatus
yang bersangkutan. Kecepatan gerakan mukus dipengaruhi oleh kerja silia yang
berbeda di berbagai bagian hidung. Kecepatan pada segmen hidung anterior
mungkin hanya seperenam dari segmen posterior, yaitu sekitar 1 – 20 mm/menit.7
Ada dua penyebab gangguan pada pembersihan mukosiliar, yaitu: 1) gerak silia
yang dihambat secara langsung, seperti pada kasus defek genetik pada protein
sentral aksonem, atau 2) disfungsi sementara yang disebabkan oleh infeksi dan
pengaruh lingkungan. Beberapa kasus yang sering mengganggu proses
pembersihan mukosiliar adalah diskinesia silia primer dan sekunder, kistik fibrosis,
PPOK, asma, dan gangguan rinologi lain ya.13

Universitas Sumatera Utara


10

2.2. Rinitis Alergi


2.2.1. Definisi rinitis alergi
Rinitis alergi adalah suatu penyakit respon inflamasi yang diperantarai oleh IgE
pada membran mukosa hidung setelah terpajan oleh alergen inhalan. Gejalanya
meliputi rinore (anterior atau posterior), hidung tersumbat, hidung gatal, dan
bersin.14

2.2.2. Klasifikasi rinitis alergi


Rinitis alergi dahulu diklasifikasikan berdasarkan waktu serangannya, dibagi
menjadi seasonal (musiman), parennial (menahun), dan occupational (terkait
pekerjaan). Rinitis alergi parennial sering disebabkan oleh alergen yang berasal
dari dalam rumah seperti debu, tungau, jamur, dan insekta. Sedangkan rinitis alergi
seasonal berkaitan dengan variasi alergen di luar lingkungan rumah seperti polen
(serbuk sari) ataupun jamur. Namun klasifikasi ini masih belum memuaskan,
sehingga ARIA – WHO melakukan revisi dan mengklasifikasikannya berdasarkan
lamanya serangan dan derajat keparahan.2

Tabel 2.1 Klasifikasi Rinitis Alergi2


Klasifikasi Gejala
Gejala berlangsung kurang dari 4 hari/minggu
Intermittent
atau kurang dari 4 minggu
Gejala berlangsung lebih dari 4 hari/minggu
Persistent
dan lebih dari 4 minggu
Tidak ditemukan gangguan tidur, aktivitas
Mild harian, olahraga, bersantai, aktivitas sekolah
dan bekerja
Ditemukan adanya gangguan tidur, gangguan
Moderate – Severe terhadap aktivitas harian, olahraga, bersantai,
aktivitas sekolah dan bekerja

Universitas Sumatera Utara


11

Berdasarkan tabel di atas, maka rinitis alergi diklasifikasikan menjadi:


 Rinitis alergi dengan gejala intermittent – mild
 Rinitis alergi dengan gejala intermittent – moderate-severe
 Rinitis alergi dengan gejala persistent – mild
 Rinitis alergi dengan gejala persistent – moderate-severe

2.2.3. Faktor resiko rinitis alergi


Gejala dari rinitis alergi berkembang sebelum usia 20 tahun pada 80% kasus.
Pada anak yang memiliki riwayat rinitis alergi pada kedua orang tuanya, akan
mendapatkan rinitis alergi pada usia yang lebih muda dibanding dengan anak yang
memiliki riwayat rinitis alergi pada salah satu orang tuanya. Rinitis alergi
berkembang pada 1 dari 5 orang anak pada usia 2-3 tahun dan kurang lebih 40%
pada usia 6 tahun. Sekitar 30% berkembang pada usia remaja.15 Pada anak-anak
rinitis alergi lebih dominan terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan. Tetapi
pada orang dewasa prevalensinya lebih sering terjadi pada perempuan.16
Beberapa faktor resiko lainnya yang berpengaruh adalah :
 Riwayat atopi dari keluarga. Ada peranan genetik yang turut menentukan
kondisi ini. Beberapa penelitian menemukan adanya bentuk polimorfisme
pada beberapa kromosom (1,2,3,5,6,7,9,11,12,13,14,16,17,19,dll) dan
juga dijumpai adanya perbedaan distribusi allel yang berkaitan alergi (IL-
4 dan gen IL-4R) pada beberapa ras.17
 Serum IgE > 100 IU/ml pada anak sebelum usia 6 tahun.
 Hasil positif pada uji cukit kulit / Skin Prick Test (SPT).16
 Terpapar alergen. Alergen inhalan merupakan faktor utama. Alergen
inhalan yang paling sering terlibat adalah debu, tungau rumah
(Dermatophagoides pteronyssinus & Euroglypus maynei), polen, jamur,
bulu binatang, polusi (NO, Sulfur dioksida, CO, ozon) . Makanan jarang
menyebabkan terjadinya rinitis alergi.2

Universitas Sumatera Utara


12

2.2.4. Patofisiologi rinitis alergi


Rinitis alergi merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I yang dimediasi oleh IgE.
Reaksi terdiri atas 2 fase yaitu: 1) reaksi fase cepat, yang terjadi segera setelah
paparan dengan alergen, 2) reaksi fase lambat, yang terjadi setelah 4-8 jam setelah
paparan alergen.

Gambar 2.2. Mekanisme Rinitis Alergi18

Reaksi alergi tipe I diawali dengan adanya sensitisasi. Pada fase ini, setiap
alergen / antigen yang masuk ke mukosa akan diangkut oleh antigen presenting cell
(APC) melalui MHC Class II ke sel CD+4 T limfosit (T cell). T cell akan
berdiferensiasi menjadi sel Th1 dan Th2. Selanjutnya sel Th2 akan melepaskan
berbagai sitokin seperti IL-4 dan IL-13. Sitokin tersebut akan berikatan dengan
reseptor di permukaan sel B dan mengaktifkan sel B untuk memproduksi IgE
spesifik antigen yang akan berikatan pada permukaan sel mast dan basofil pada
reseptor Fc.19
Jika suatu saat alergen yang sama terpapar kembali pada mukosa hidung yang
telah tersensitisasi, maka alergen tersebut akan berikatan dengan kompleks IgE dan

Universitas Sumatera Utara


13

akan menyebabkan terjadinya degranulasi sel mast dan basofil yang akan
mengeluarkan mediator – mediator neuroaktif dan vasoaktif seperti histamin,
leukotrien, prostaglandin, heparin, kinin, dan protease.19 Mediator seperti histamin
akan langsung mempengaruhi pembuluh darah (meningkatkan permeabilitas
vaskular dan kebocoran plasma) dan ujung saraf sensoris, sedangkan leukotrien
menyebabkan vasodilatasi. Aktivasi dari saraf sensoris akan menimbulkan rasa
gatal dan berbagai refleks sentral. Hal tersebut meliputi refleks bersin dan refleks
parasimpatis yang menstimulasi sekresi banyak mukus di hidung dan kejadian
vasodilatasi. Hiperresponsif saraf sensoris merupakan gejala yang paling menonjol
pada rinitis alergi.20
Pada reaksi fase lambat, mediator inflamasi yang paling berperan adalah
eosinofil. Aktivasi dari eosinofil ini akan mengeluarkan beberapa produk granul
yang toksik seperti major basic protein (MBP), eosinophil cationic protein (ECP),
dan eosinophil peroxidase (EPO) yang dapat merusak sel – sel epitel dari rongga
hidung.19

2.2.5. Manifestasi klinis rinitis alergi


Beberapa gejala klinis yang mengarah ke rinitis alergi jika dijumpainya 2 atau
lebih gejala yang berlangsung lebih dari 1 jam selama beberapa hari, yaitu2 :
 Rinore (hidung berair)
 Bersin, yang sering kambuh (> 5 kali/serangan)
 Hidung tersumbat
 Hidung terasa gatal
 ± Konjungtivitis
Namun ada beberapa gejala yang tidak berhubungan dengan rinitis alergi dan
dapat menjadi diagnosa banding yaitu2 :
 Gejala unilateral
 Hidung tersumbat tanpa gejala lain
 Rinore yang mukopurulen
 Rinore posterior (post nasal drip) disertai lendir kental
 Ada nyeri

Universitas Sumatera Utara


14

 Epistaksis berulang
 Anosmia

2.2.6. Diagnosis rinitis alergi


2.2.6.1. Anamnesis
Dalam anamnesis perlu ditanyakan gejala-gejala yang dialami pasien. Gejala
rinitis alergi berbeda dengan rinitis infeksiosa. Respon alergi biasa ditandai oleh
bersin, kongesti hidung, dan rinore yang encer dan banyak. Tidak ada demam dan
biasanya sekret tidak mengental atau menjadi purulen. Gejala penyerta seperti
mual, bersendawa, kembung diare, somnolen atau insomnia dapat juga memberi
kesan suatu alergen yang ditelan, serta membedakan pasien-pasien ini dari
penderita rinitis virus. Pola serangan (hilang timbul / menetap), durasi dan derajat
keparahan perlu ditanyakan serta riwayat penyakit alergi dalam keluarga.7

2.2.6.2. Pemeriksaan fisik


Mukosa hidung pada pasien alergi biasanya basah, pucat, dan berwarna merah
jambu keabuan. Konka tampak membengkak. Polip dapat timbul pada antrum
maksilaris dan regio etmoidalis, kemudian meluas ke dalam meatus superior dan
media.7 Selain itu dijumpai juga tanda khas, yaitu: 1) Allergic shiners / Dennie-
Morgan lines, yaitu bayangan gelap di daerah periorbita karena stasis vena
sekunder akibat obstruksi hidung, 2) Allergic salute, garis yang timbul akibat
hidung yang sering digosok-gosok oleh punggung tangan, 3) Allergic crease, garis
horizontal pada dorsum nasi bagian sepertiga bawah.21 Pada pemeriksaan mata
dapat dijumpai adanya injeksi dan pembengkakan pada konjungtiva palpebra
dengan lakrimasi yang berlebihan.22

2.2.6.3. Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan secara in vivo dapat dilakukan dengan Skin Prick Test.
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang sensitivitas dan spesifisitasnya baik,
di atas 80%.14 SPT merupakan pemeriksaan yang cepat untuk menentukan alergen
yang spesifik dikarenakan reaksi akan muncul pada 15-20 menit setelah paparan.

Universitas Sumatera Utara


15

Tetapi respon fase lambat dapat berlangsung dalam waktu 4-8 jam setelah paparan
alergen.23 Beberapa yang menjadi kontraindikasi SPT adalah pasien dengan asma
berat yang tak terkontrol, adanya penyakit kulit seperti ekzema, penyakit
kardiovaskular yang berat dan tidak stabil, dan pasien dalam pengobatan beta-
blocker.14
Tabel 2.2 Interpretasi Hasil Skin Prick Test23
Ukuran (mm) Skala Interpretasi
<4 0+ Negative
5 – 10 2+ Mildly sensitive
10 – 15 3+ Moderate sensitive
>15 4+ Very sensitive

Pemeriksaan secara in vitro dapat dilakukan dengan menggunakan


Radioallergosorbent Test (RAST). Pemeriksaan ini juga digunakan untuk
menentukan alergen spesifik IgE berdasarkan spesimen serum pasien. RAST
menjadi pilihan jika didapati adanya kelainan kulit seperti dermatographism,
ekzema berat, dermatitis yang meluas, dan pasien anak yang tidak kooperatif.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan tanpa mengkhawatirkan terjadinya efek samping
seperti reaksi anafilaksis. Pemeriksaan lain yang juga digunakan untuk
mengevaluasi pasien suspek rinitis alergi adalah rinometri akustik, rinomanometri,
tes provokasi alergen hidung, dan apusan hidung (mengukur kadar eosinofil di
mukosa hidung).14

Universitas Sumatera Utara


16

2.2.7. Algoritma tatalaksana rinitis alergi

Gambar 2.3. Algoritma Tatalaksana Rinitis Alergi24

Universitas Sumatera Utara


17

2.2.8. Komplikasi rinitis alergi


Survei epidemiologi secara retrospektif maupun prospektif memperlihatkan
bahwa rinitis alergi sering berkaitan dan bahkan menjadi faktor penyebab dari
asma, sinusitis, dan otitis media efusi. Pada 70% anak yang menderita alergi dan
rinitis kronis dijumpai adanya gambaran radiologis yang abnormal pada sinusnya.
Begitu juga pada anak-anak yang menderita OME, 40-50% memiliki riwayat rinitis
alergi yang telah dikonfirmasi dengan Skin Prick Test (SPT) dan dijumpai
peningkatan serum antibodi IgE.25

2.3. Kualitas Hidup


Kualitas hidup memiliki banyak arti tergantung dari sudut pandang yang
digunakan. Kualitas hidup menurut WHO (1994), didefinisikan sebagai persepsi
individu sebagai laki-laki, atau wanita dalam hidup, ditinjau dari konteks budaya
dan sistem dimana mereka tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup,
harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Hal ini terangkum secara kompleks
mencakup kesehatan fisik, status psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial
dan hubungan pada karakteristik lingkungan mereka.
Oleh sebab itu kualitas hidup pada setiap orang akan berbeda hasilnya. Kualitas
hidup memberikan manfaat bagi penyelenggara kesehatan, antara lain: 1) Sebagai
parameter keberhasilan suatu terapi, 2) Indikator diperlukannya terapi suportif, 3)
Indikator prognostik, 4) Membantu dalam membuat keputusan, 5) Informasi dalam
alokasi sumberdaya dan kebijakan kesehatan.26
Untuk dapat menentukan taraf kualitas hidup seseorang diperlukan sebuah
instrumen berupa kuesioner yang mengandung sejumlah pertanyaan yang berkaitan
dengan aspek kulitas hidup. Kuesioner dapat bersifat umum dan dapat bersifat
khusus terhadap suatu penyakit. Kuesioner yang sering dipakai untuk menentukan
kualitas hidup secara umum meliputi WHOQOL dan SF-36. Sedangkan kuesioner
yang lebih khusus (spesifik) digunakan untuk mengevaluasi pengaruh suatu
penyakit terhadap kualitas hidupnya. Rinitis alergi adalah salah satu penyakit yang
berdampak terhadap fungsi fisik pasien, emosional, sosial dan lingkungan sekolah
atau pekerjaan penderita. Gangguan belajar sering ditemukan pada anak-anak,

Universitas Sumatera Utara


18

sedangkan pada orang dewasa sering didapati adanya penurunan poduktivitas dan
konsentrasi.27 Untuk rinitis alergi, kuesioner yang sudah tervalidasi adalah
kuesioner Rhinitis Quality of Life Questionnaire (RQLQ) yang terdiri atas 28
pertanyaan, 7 area, dan skala 0-6.9

2.4. Cuci Hidung


Cuci hidung bukanlah merupakan suatu hal yang baru, melainkan sudah ada
sejak kurang lebih 15 abad yang lalu pada masyarakat India kuno. Jala neti dalam
bahasa India adalah perkembangan awal cuci hidung yang merupakan salah satu
dari enam bagian dari terapi yoga (kriyas). Cuci hidung diyakini dapat
membersihkan pernafasan dan akan mengembalikan kejernihan pikiran. Penelitian
ilmiah mengenai cuci hidung pertama kali muncul dalam British Medical Journal
pada tahun 1895. Tahun 2007, sebuah studi meta-analisis dengan RCT
menunjukkan bahwa penggunaan terapi cuci hidung terhadap perbaikan gejala
inflamasi pada hidung menunjukkan hasil peningkatan yang signifikan dengan
standard mean deviation (SMD) 1,14. Cuci hidung merupakan terapi yang murah,
sederhana, dan dapat ditoleransi dengan efek samping yang minimal.28

2.4.1. Mekanisme kerja


Beberapa teori menjelaskan bagaimana peranan cuci hidung terhadap perbaikan
gejala hidung. Teori tersebut menjelaskan kaitan antara penggunaan cuci hidung
dengan pergerakan silia, pembersihan mukus, dan juga waktu transpor mukosiliar.
Lapisan mukus di rongga hidung merupakan pertahanan lini pertama terhadap
segala jenis invasi dari organisme berbahaya. Cuci hidung dengan larutan salin
dapat meningkatkan pergerakan mukus tersebut ke arah nasofaring. Lapisan mukus
juga mengandung beberapa mediator inflamasi seperti histamin, prostaglandin,
leukotrien, defensins dan protein lain yang akan dibersihkan melalui bilasan hidung
menggunakan larutan salin.29 Parsons. et al dalam penelitiannya menunjukkan
bahwa cuci hidung dengan larutan salin hipertonik memperbaiki waktu transpor
mukosiliar pada pasien rinosinusitis (akut & kronis).30

Universitas Sumatera Utara


19

Sejumlah hipotesa yang menjelaskan peranan cuci hidung terhadap perbaikan


gejala hidung antara lain31 :
1. Perbaikan terhadap pembersihan mukosiliar
2. Mengurangi edema mukosa
3. Mengurangi mediator inflamasi
4. Membersihkan kotoran (kerak) dan lendir kental di rongga hidung.

2.4.2. Indikasi dan kontraindikasi serta efek samping


Cuci hidung diindikasikan pada pasien-pasien dengan gangguan sinonasal, di
antaranya dapat berupa rinosinusitis (akut & kronis), rinitis alergi & non alergi,
ISPA, dan terapi pasca bedah sinus endoskopi.8 Penggunaannya perlu diperhatikan
pada pasien rinitis terkait usia, rinitis alergi, perforasi septum hidung, dan
rinosinusitis yang berkaitan dengan infeksi HIV.32 Namun pada pasien dengan
trauma wajah atau trauma basis cranii, terapi ini dikontraindikasikan. Cuci hidung
dengan larutan salin menghasilkan efek samping yang minimal, di antaranya berupa
iritasi lokal, rasa gatal, rasa terbakar, otalgia, dan cairan yang tertinggal di rongga
sinus.29

2.4.3. Bahan cuci hidung


Larutan yang digunakan untuk membilas rongga hidung dapat berupa larutan
isotonis atau hipertonis, buffer ataupun non-buffer. Penelitian Talbot et al
menunjukkan bahwa penggunaan larutan salin hipertonis 3% menurunkan waktu
transpor mukosiliar lebih baik daripada penggunaan saline 0,9% dengan
perbandingan waktu 3,1 menit banding 0,14 menit.31 Hal ini sejalan dengan
penelitian Immanuel yang menunjukkan adanya perbedaan signifikan penggunaan
larutan salin hipertonis dan isotonis terhadap penurunan waktu transpor
mukosiliar.33 Larutan salin hipertonis menurunkan kekentalan daripada lendir
mukus, sehingga mempengaruhi waktu transpor mukosiliar. Salin hipertonis juga
mengurangi edema mukosa secara difusi melalui kandungan osmolaritasnya.
Larutan ini dapat mengiritasi membran rongga hidung.

Universitas Sumatera Utara


20

Efek pH terhadap kecepatan pembersihan mukosiliar juga diteliti. Hasilnya


menunjukkan tidak ada perbedaan kecepatan pembersihan mukosiliar pada
kelompok yang diberikan larutan salin hipertonis buffer (pH 8) dan larutan salin
hipertonis non-buffer.34

Tabel 2.3 Komposisi Larutan untuk Irigasi Rongga Hidung16


Referensi NaCl (%) Garam (nonion) Air Hangat Soda Kue Buffer
Wormald, 2009 0,9 1 sendok teh 500 ml 1 sendok teh +
Tomooka, 2000 1,6 ½ sendok teh 250 ml - -
Rombago, 2002 2 1 sendok teh 480 ml ½ sendok teh +
Brown, 2004 2 1,5 950 ml - -
Talbot, 1997 3 2-3 sendok teh 950 ml 1 sendok teh +
Fellows, 2006 0,9 1 sendok teh 480 ml - -

Beberapa jenis obat yang juga sering ditambahkan pada penggunaan cuci
hidung adalah antibiotik dan antifungi. Gentamisin dan Tobramisin adalah
antibiotik yang paling sering digunakan. Salep Bactroban sering dipakai untuk
mengeradikasi infeksi stafilokokus. Amfoterisin B yang dilarutkan dalam air steril
(100µg/ml) dapat memperbaiki gejala sinusitis dan polip hidung. Namun dalam
penelitian lain oleh Gosepath et al, bahwa penggunaan antiseptik dan antifungi
(Betadine, hydrogen peroxide, amphotericin B, itraconazole) dapat menurunkan
pembersihan mukosiliar.29

2.4.4. Metode cuci hidung


1. Persiapkan alat dan bahan berupa spuit 10 cc, larutan salin (NaCl 0,9% atau
NaCl 3%), tisu, dan wadah tampung.
2. Isi wadah tampung dengan larutan salin yang akan digunakan.
3. Lepaskan jarum dari spuit dan isi spuit tersebut dengan larutan salin yang
akan digunakan.
4. Posisikan kepala agar miring 45° ke salah satu sisi sehingga salah satu
lubang hidung berada di atas yang lainnya.

Universitas Sumatera Utara


21

5. Posisikan spuit lurus terhadap lubang hidung (jangan menekan bagian


tengah dan septum hidung) dan mulut terbuka.
6. Bernafaslah melalui mulut dan semprotkan cairan tersebut ke dalam rongga
hidung bagian atas hingga keluar melewati lubang hidung yang
dibawahnya.
7. Ketika spuit sudah kosong, maka hembuskan udara secara lembut melalui
kedua lubang hidung untuk membersihkan sisa cairan dan mukus yang
tertinggal.
8. Bersihkan hidung dengan menggunakan tisu.35,36

Gambar 2.4. Teknik Melakukan Cuci Hidung35

Universitas Sumatera Utara


BAB 3
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN
HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Teori

Polutan
Genetik Alergen inhalan (NO, CO, Ozon)

Respon imun
hipersensitifitas tipe 1

Rinitis alergi

Gejala Pengobatan

 Bersin – bersin Farmakologi Non farmakologi Adjuvan


 Rinore
 Hidung
tersumbat  Antihistamin H1 Hindari Cuci hidung
 Hidung gatal  Glukokortikosteroid pencetus dengan larutan
 Konjungtivitis  Dekongestan NaCl 0,9%
 Antikolinergik
 Antagonis
antileukotrien

Aktivitas Harian Kondisi Emosional Istirahat / Tidur

Kualitas Hidup
Gambar 3.1. Kerangka Teori

22

Universitas Sumatera Utara


23

3.2. Kerangka Konsep


Konsep pelaksanaan penelitian ini digambarkan pada bagan di bawah ini:
Variabel Independen Variabel Dependen
Cuci hidung dengan Kualitas hidup
menggunakan larutan mahasiswa dengan
NaCl 0,9% rinitis alergi

Gambar 3.2. Kerangka Konsep

3.3. Hipotesis Penelitian


Berdasarkan landasan teori yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka
hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara cuci hidung dengan NaCl
0,9% terhadap peningkatan kualitas hidup mahasiswa dengan rinitis alergi.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian pre-eksperimental dengan desain one
group pretest-posttest design, dimana pada tahap awal dilakukan skrining rinitis
alergi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan
menggunakan kuesioner SFAR.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian


4.2.1. Waktu
Penelitian ini dilakukan selama bulan september – november 2016 terhadap
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun ajaran
2016.
4.2.2. Tempat
Tempat penelitian dilaksanakan di kampus Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. Pemilihan tempat dilakukan atas pertimbangan kemudahan
mobilisasi dan upaya mencegah terjadinya kehilangan sampel yang lebih banyak
pada saat penelitian.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian


4.3.1. Populasi
Populasi pada penelitian terbagi atas populasi target dan populasi terjangkau.
Populasi target pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. Sedangkan Populasi terjangkau pada penelitian ini
adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang terdaftar
sebagai mahasiswa angkatan 2013 – 2015 pada tahun ajaran 2016.
4.3.2. Sampel
Sampel diperoleh dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi. Kriteria inklusi pada sampel penelitian ini adalah:
1. Memenuhi kriteria rinitis alergi dengan nilai SFAR ≥ 7.

24

Universitas Sumatera Utara


25

2. Tidak terdapat kelainan malformasi pada hidung.


3. Bersedia menjadi responden dan telah menandatangani lembar persetujuan
mengikuti penelitian.
4. Merupakan pasien rinitis alergi kronik tanpa eksaserbasi
Sedangkan kriteria eksklusi pada sampel penelitian ini adalah:
1. Tidak memenuhi kriteria rinitis alergi dengan nilai SFAR < 7
2. Memiliki riwayat trauma atau fraktur pada wajah.
3. Pasien dengan rinitis akibat infeksi
4. Pasien dengan rinitis eksaserbasi akut yang mengkonsumsi obat
antihistamin.
Perhitungan besar sampel didasarkan pada desain penelitian yang digunakan.
Desain penelitian ini adalah analitik numerik berpasangan, sehingga rumus sampel
yang digunakan adalah:

2
(𝑧𝛼 + 𝑧𝛽)𝑆
𝑛1 = 𝑛2 = [ ]
𝑥1 − 𝑥2
Keterangan:
Zα = deviat baku alpha
Zβ = deviat baku beta
S = simpang baku gabungan
𝑥1 − 𝑥2 = selisih minimal rerata yang dianggap bermakna
Oleh karena itu, maka besar sampel pada penelitian ini adalah:

2
(𝑧𝛼 + 𝑧𝛽)𝑆
𝑛1 = 𝑛2 = [ ]
𝑥1 − 𝑥2
2
(1,64 + 0,84)10,5
𝑛1 = 𝑛2 = [ ]
4
𝑛1 = 𝑛2 = 42,38, dibulatkan menjadi 42
Nilai zα dan zβ ditentukan berdasarkan kesalahan tipe 1 dan tipe 2 yang
ditentukan oleh peneliti. Nilai tersebut juga ditentukan apakah hipotesis bersifat
satu arah atau dua arah. Oleh sebab itu peneliti mengasumsikan kesalahan tipe 1

Universitas Sumatera Utara


26

sebesar 5% (1,64) dan kesalahan tipe 2 sebesar 20% (0,84).37 Nilai simpangan baku
gabungan (S) diperoleh berdasarkan penelitian sebelumnya yaitu sebesar 10,5
dengan selisih minimal rerata yang dianggap bermakna sebesar 4.38
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka diperoleh besar sampel sebesar 42
orang. Adapun pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan cara simple
random sampling.

4.4. Teknik Pengumpulan Data


4.4.1. Jenis data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yang diperoleh
secara langsung melalui responden penelitian.
4.4.2. Instrumen penelitian
Beberapa instrumen penelitian yang dibutuhkan pada penelitian ini antara lain:
1. Kuesioner skrining rinitis alergi (kuesioner SFAR)
2. Formulir persetujuan mengikuti penelitian
3. Spekulum hidung
4. Larutan NaCl 0,9%
5. Wadah tampung
6. Spuit 10 cc
7. Tisu pembersih
8. Kuesioner kualitas hidup RQLQ
4.4.2.1. Kuesioner SFAR
Kuesioner SFAR merupakan suatu kuesioner yang sederhana dan sudah
tervalidasi yang banyak digunakan untuk mendeteksi rinitis alergi pada jumlah
populasi yang banyak. Kuesioner yang juga banyak digunakan untuk mendeteksi
rinitis alergi adalah kuesioner ISAAC yang terbatas pada usia 6-7 tahun dan 13-14
tahun. Kuesioner SFAR telah divalidasi melalui 3 metode yaitu melalui diagnosa
oleh dokter, metode psikometrik, dan penggunaan pada sampel berbasis populasi
acak. Kuesioner SFAR memiliki kelebihan, yaitu menggunakan metode skor
kuantitatif dan memiliki sensitivitas, spesifisitas, dan nilai positive predictive value
yang lebih baik dibandingkan dengan kuesioner ISAAC.39

Universitas Sumatera Utara


27

Total skor SFAR adalah 16 yang masing-masing skor berbeda di setiap


pertanyaan. Skor ≥ 7 memberikan sensitivitas dan spesifitas yang memuaskan bagi
para klinisi untuk mendiagnosis rinitis alergi. Skor tersebut juga memiliki nilai
Likelihood Ratio Positive yang tinggi dan Likelihood Ratio Negative yang rendah.40
4.4.2.2. Kuesioner RQLQ
Pada penelitian ini, kuesioner kualitas hidup yang digunakan adalah kuesioner
yang spesifik terhadap penyakit rinitis alergi, yaitu kuesioner RQLQ. Kuesioner ini
terdiri dari 7 area pertanyaan meliputi aktivitas (3 pertanyaan), gangguan tidur (3
pertanyaan), masalah umum (7 pertanyaan), masalah praktis (3 pertanyaan),
masalah emosional (4 pertanyaan), gejala pada hidung (4 pertanyaan), dan gejala
pada mata (4 pertanyaan). Kuesioner ini memiliki skala dari 0 – 6 dengan
keterangan sebagai berikut:
 Skala 0 diinterpretasikan sebagai tidak mengganggu
 Skala 1 diinterpretasikan sebagai hampir tidak mengganggu
 Skala 2 diinterpretasikan sebagai kadang mengganggu
 Skala 3 diinterpretasikan sebagai sedikit mengganggu
 Skala 4 diinterpretasikan sebagai cukup mengganggu
 Skala 5 diinterpretasikan sebagai sangat mengganggu
 Skala 6 diinterpretasikan sebagai sungguh sangat mengganggu
Untuk menilai apakah terapi yang diberikan menunjukkan perubahan kualitas
hidup yang bermakna, maka dibutuhkan nilai MID (Minimal Important Difference)
yang lebih besar dari 0,5 jika menggunakan kuesioner RQLQ. Nilai MID diperoleh
dari subjek penelitian dengan memberikan respon mulai dari skala -7 (sungguh
sangat memperburuk) sampai +7 (sungguh sangat memperbaiki) setelah
dilakukannya terapi.41

Universitas Sumatera Utara


28

4.5. Uji Validitas dan Reliabilitas


Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian jika telah memenuhi uji
validitas dan reliabilitas. Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat
ukur itu benar – benar mengukur apa ingin diukur. Oleh sebab itu, setiap item
pertanyaan yang hendak diajukan harus memiliki korelasi yang bermakna
(construct validity). Sedangkan reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan
sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dengan kata
lain, apabila alat ukur tersebut digunakan berulang – ulang, maka hasil pengukuran
yang didapatkan tetap konsisten.42

Tabel 4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner SFAR


Variabel Nomor Total Status Chronbach’s Status
Pertanyaan Pearson Alpha
Correlation
Gejala 1 0,851 Valid 0,750 Reliable
2 0,653 Valid Reliable
3 0,534 Valid Reliable
4 0,548 Valid Reliable
5 0,689 Valid Reliable
6 0,685 Valid Reliable
7 0,606 Valid Reliable
8 0,562 Valid Reliable

Universitas Sumatera Utara


29

Tabel 4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner RQLQ


Variabel Nomor Total Status Cronbach’s Status
Pertanyaan Pearson Alpha
Correlation
Gejala 1 0,568 Valid 0,956 Reliable
2 0,556 Valid Reliable
3 0,598 Valid Reliable
4 0,657 Valid Reliable
5 0,751 Valid Reliable
6 0,828 Valid Reliable
7 0,787 Valid Reliable
8 0,686 Valid Reliable
9 0,827 Valid Reliable
10 0,887 Valid Reliable
11 0,802 Valid Reliable
12 0,801 Valid Reliable
13 0,595 Valid Reliable
14 0,531 Valid Reliable
15 0,576 Valid Reliable
16 0,727 Valid Reliable
17 0,544 Valid Reliable
18 0,643 Valid Reliable
19 0,862 Valid Reliable
20 0,572 Valid Reliable
21 0,679 Valid Reliable
22 0,686 Valid Reliable
23 0,540 Valid Reliable
24 0,601 Valid Reliable
25 0,882 Valid Reliable
26 0,705 Valid Reliable
27 0,608 Valid Reliable
28 0,562 Valid Reliable

Universitas Sumatera Utara


30

4.6. Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan
perangkat lunak IBM SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 23.
Proses pengolahan data yang baik dan benar melewati tahapan antara lain43:
1. Memeriksa data (editing);
2. Memberi kode (coding); dan
3. Menyusun data (tabulating).
Untuk analisis data, ditentukan terlebih dahulu apakah data berdistribusi normal
dengan menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov dan uji Shapiro – Wilk. Uji
Kolmogorov – Smirnov digunakan jika jumlah sampel > 50, sedangkan uji Shapiro
– Wilk digunakan jika jumlah sampel ≤ 50. Jika dari hasil uji didapatkan p < 0,05
maka data dapat dikatakan data berdistribusi tidak normal. Sebaliknya jika p > 0,05
maka data mempunyai distribusi normal.37
Selanjutnya jika data terdistribusi normal maka uji hipotesis yang digunakan
adalah uji t – berpasangan (paired). Sebaliknya jika data tidak berdistribusi normal,
maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji wilcoxon.37

4.7. Definisi Operasional


4.7.1. Mahasiswa dengan rinitis alergi
Mahasiswa dengan rinitis alergi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan gejala rinitis alergi yang
telah disaring melalui skrining awal menggunakan kuesioner SFAR tanpa
dilakukan uji cukit kulit.
Cara Pengukuran : Metode angket
Alat Ukur : Kuesioner SFAR
Hasil Ukur : Total skor SFAR ≥ 7
Skala : Rasio (Numerik)
4.7.2. Cuci hidung
Cuci hidung adalah terapi adjuvan dengan cara membilas rongga hidung dan
sinus menggunakan larutan NaCl 0,9% yang dilakukan 2 kali sehari dalam 14 hari.
Cara Pengukuran : Pengamatan proses cuci hidung

Universitas Sumatera Utara


31

Alat Ukur : Spuit 10 cc


Hasil Ukur : Ada / tidaknya melakukan cuci hidung
Skala : Nominal (kategorik)
4.7.3. Kualitas hidup
Kualitas hidup pada penelitian ini didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
berhubungan dengan derajat kesehatan seseorang yang dapat mempengaruhi
berbagai aktivitas, pekerjaan, dan juga keadaan istirahat seseorang.
Cara Pengukuran : Metode wawancara
Alat Ukur : Kuesioner RQLQ (Rhinoconjunctivitis Quality of
Life Questionnaire)
Hasil Ukur : Total skor kualitas hidup
Skala : Rasio (Numerik)

Universitas Sumatera Utara


32

4.8. Alur Penelitian

Ethical Clearance

Mahasiswa FK USU
Angkatan 2013 - 2015

Skrining rinitis alergi


menggunakan
kuesioner SFAR

KKriteria inklusi dan


ekslusi

Persetujuan informed
consent

Pembagian kuesioner
kualitas hidup (pre-test)

Intervensi cuci hidung


selama 14 hari

Pembagian kuesioner
kualitas hidup (post-test)

Pengelolaan dan
analisis data

Universitas Sumatera Utara


BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian


5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berupa data
pretest dan posttest yang diperoleh langsung dari responden. Pengambilan data
tersebut dilakukan di ruang kelas semester VII A/B dan di pendopo Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5.1.2. Deskripsi karakteristik subjek penelitian


Kriteria subjek penelitian yang menjadi responden pada penelitian ini adalah
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2013, 2014,
dan 2015 dengan rinitis alergi. Untuk mendapatkan subjek yang sesuai dengan
kriteria tersebut, terlebih dahulu dilakukan penyaringan terhadap 279 mahasiswa
dengan menggunakan kuesioner SFAR. Mahasiswa yang dinyatakan memiliki
rinitis alergi jika total skor SFAR ≥ 7. Hasil dari penyaringan terhadap 279
mahasiswa tersebut, diperoleh sebanyak 114 mahasiswa dengan rinitis alergi.

Tabel 5.1. Distribusi Hasil Penyaringan Mahasiswa yang Dinyatakan Memiliki


Rinitis Alergi

Mahasiswa/i dengan
Persentase
Jenis Kelamin Rinitis Alergi
(%)
(n)
Laki – laki 42 36,8
Perempuan 72 63,2
Total 114 100

33

Universitas Sumatera Utara


34

Tabel 5.1. menunjukkan bahwa dari 114 orang dengan rinitis alergi, dijumpai
bahwa jumlah perempuan sebanyak 72 orang (63,2%) lebih banyak daripada jumlah
laki – laki yang berjumlah 42 orang (36,8%).
Selanjutnya dilakukan pengacakan untuk memperoleh subjek penelitian
sebanyak 42 orang dengan menggunakan teknik simple random sampling.
Karakteristik subjek penelitian dideskripsikan pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Mahasiswa/i dengan Rinitis


Persentase
Jenis Kelamin Alergi
(%)
(n)
Laki – laki 23 54,8
Perempuan 19 45,2
Total 42 100

Tabel 5.2. menunjukkan bahwa jumlah laki – laki yang menjadi subjek
penelitian adalah sebanyak 23 orang, dan jumlah perempuan yaitu sebanyak 19
orang.
Subjek dinyatakan memiliki rinitis alergi jika diperoleh total skor SFAR ≥ 7.
Rentang skor tersebut adalah 7 – 16. Skor minimum untuk menetapkannya menjadi
subjek penelitian adalah 7, dan skor maksimumnya adalah 16. Distribusi total skor
SFAR pada mahasiswa yang menjadi subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 5.3.

Universitas Sumatera Utara


35

Tabel 5.3. Distribusi Total Skor SFAR Pada Subjek Penelitian

Mahasiswa/i dengan
Jumlah
Total skor SFAR Rinitis Alergi
(%)
(n)
7 8 19
8 5 11,9
9 5 11,9
10 11 26,2
11 2 4,8
12 3 7,1
13 6 14,3
15 2 4,8
Total 42 100

Dari tabel 5.3. menunjukkan bahwa total skor SFAR yang terbanyak dijumpai
pada subjek penelitian adalah skor 10 dengan jumlah subjek sebanyak 11 orang.

5.1.3. Analisis data dan uji statistik


Pada penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap skor kualitas hidup RQLQ
sebelum dan sesudah melakukan cuci hidung 2 kali sehari selama 14 hari. Data yang
dianalisa adalah dengan membandingkan rata – rata total skor kualitas hidup RQLQ
sebelum dan sesudah subjek penelitian melakukan cuci hidung. Selain rata – rata
total skor keseluruhan, masing – masing domain kualitas hidup sebelum dan
sesudah juga diperbandingkan. Hasil pengukuran tersebut dideskripsikan pada tabel
5.4.

Universitas Sumatera Utara


36

Tabel 5.4. Hasil Pengukuran Skor Kualitas Hidup RQLQ Sebelum dan Sesudah
Melakukan Cuci Hidung

Standar Nilai Nilai


Data Pengukuran Keterangan Mean
Deviasi Maksimum Minimum

Total skor kualitas Pretest 62,12 30,989 135 18


hidup RQLQ Posttest 29,21 30,397 138 2

Standar Nilai Nilai


Domain Kualitas Hidup Keterangan Mean
Deviasi Maksimum Minimum
Gangguan aktivitas Pretest 6,38 3,722 15 0
Posttest 3,24 3,668 16 0
Gangguan tidur Pretest 5,1 3,843 13 0
Posttest 2,29 3,658 17 0
Gangguan masalah Pretest 13,14 9,129 30 0
umum Posttest 6,6 9,095 37 0
Gangguan masalah Pretest 8,29 3,947 16 2
praktis Posttest 4,1 3,498 14 0
Gangguan masalah Pretest 6,57 5,147 19 0
emosional Posttest 2,96 4,211 16 0
Gangguan hidung Pretest 14,33 5,211 24 3
Posttest 6,29 5,048 20 0
Gangguan mata Pretest 10,29 7,076 24 0
Posttest 3,83 5,310 24 0

Berdasarkan tabel 5.4. didapatkan gambaran bahwa rata-rata total skor kualitas
hidup mahasiswa/i dengan rinitis alergi sebelum melakukan cuci hidung adalah
sebesar 62,12 ± 30,989, dan setelah melakukan cuci hidung selama 14 hari rata –
rata total skor kualitas hidup berukurang menjadi sebesar 29,21 ± 30,397.

Universitas Sumatera Utara


37

Dari data tersebut juga dijumpai adanya penurunan rata – rata terhadap seluruh
domain kualitas hidup. Namun untuk membuktikan apakah penurunan tersebut
bermakna, maka perlu dilakukan uji statistik. Untuk mengetahui jenis uji yang akan
digunakan, maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan
menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov. Hasil uji tersebut dapat dilihat pada tabel
5.5.

Tabel 5.5. Uji Normalitas Data Pengukuran


Keterangan Jenis Uji yang
Variabel p Value
Distribusi Akan Digunakan
Total skor kualitas
0,102 Normal
hidup pretest
Uji wilcoxon
Total skor kualitas
0,000 Tidak normal
hidup postTest

Tabel 5.5. menunjukkan bahwa data pengukuran total skor kualitas hidup
pretest memiliki nilai p value > 0,05, yang berarti data berdistribusi normal.
Sedangkan data total skor kualitas hidup posttest memiliki nilai p value < 0,05, yang
berarti data tidak berdistribusi normal. Dengan demikian, jenis uji yang dipakai
adalah uji wilcoxon dikarenakan ada data yang tidak berdistribusi normal,

Tabel 5.6. Hasil Uji Wilcoxon Pada Variabel Penelitian

Variabel Z p Value
Total skor kualitas hidup pretest – total skor
-5,215 0,000
kualitas hidup posttest

Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat bahwa nilai Z adalah sebesar -5,215 dan
nilai p value adalah 0,000. Nilai p value tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat
disimpulkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap perubahan rata – rata total
skor kualitas hidup pretest dan posttest. Untuk melihat apakah perbedaan yang
signifikan tersebut berlaku untuk seluruh domain kualitas hidup, maka dilakukan

Universitas Sumatera Utara


38

juga uji wilcoxon pada setiap domain kualitas hidup pretest dan posttest. Hasil
tersebut dideskripsikan pada tabel 5.7.

Tabel 5.7. Uji Wilcoxon Pada Setiap Domain Kualitas Hidup

Domain Kualitas Hidup (RQLQ) Z p Value

Gangguan aktivitas pretest – gangguan -4,178 0,000


aktivitas posttest
Gangguan tidur pretest – gangguan tidur -4,427 0,000
posttest
Gangguan masalah umum pretest – gangguan -4,159 0,000
masalah umum posttest
Gangguan masalah praktis pretest – gangguan -4,696 0,000
masalah praktis posttest
Gangguan masalah emosional pretest – -4,492 0,000
gangguan masalah emosial posttest
Gangguan hidung pretest – gangguan hidung -5,426 0,000
posttest
Gangguan mata pretest – gangguan mata -4,860 0,000
posttest

Tabel 5.7. menunjukkan bahwa total skor pada setiap domain kualitas hidup
mengalami penurunan yang bermakna antara sebelum dan sesudah melakukan cuci
hidung dengan nilai p value < 0,05.

5.2. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh melakukan cuci hidung
menggunakan NaCl 0,9% terhadap peningkatan kualitas hidup mahasiswa dengan
rinitis alergi. Untuk mengidentifikasi mahasiswa yang memiliki rinitis alergi maka
digunakan kuesioner SFAR yang sudah divalidasi. Gold standard untuk diagnosis
rinitis alergi adalah uji cukit kulit (skin prick test), tetapi ini tidak dilakukan oleh

Universitas Sumatera Utara


39

karena membutuhkan biaya yang besar. Kuesioner SFAR terdiri dari 4 pertanyaan
standar mengenai gejala hidung yang diambil dari 6 pertanyaan kuesioner ISAAC
ditambah dengan pertanyaan riwayat alergi dan asma dalam keluarga serta persepsi
individu tentang alergi dan kualitas hidup, sehingga menghasilkan 10 pertanyaan
yang tervalidasi. Validasi kuesioner SFAR ditempuh melalui 3 cara yaitu melalui
validasi diagnosis, validasi internal, dan berdasarkan akseptabilitas populasi.
Kuesioner SFAR memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik yaitu 84% dan
81%, dengan sensitivitas yang lebih baik dibandingkan dengan kuesioner ISAAC.
Kuesioner SFAR sudah digunakan untuk mendata prevalensi rinitis alergi pada
suatu populasi luas, seperti di Prancis.39,40 Penelitian Bousquet et al yang ingin
mengetahui karakteristik pasien rinitis alergi, menggunakan kuesioner SFAR
sebagai alat skrining untuk memperoleh pasien rinitis alergi sebanyak 591 orang,
dan untuk mengklasifikannya ke dalam 4 klasifikasi ARIA, dilakukan pemeriksaan
skin prick test dan penilaian komorbiditas.44 Begitu pula penelitian yang dilakukan
oleh Amizadeh et al, yang ingin melakukan survey prevalensi rinitis alergi pada
pelajar SMA dan ingin mengetahui dampak rinitis alergi pada kualitas hidupnya.
Alat skrining yang digunakan juga kuesioner SFAR, dan penilaian kualitas hidup
menggunakan kuesioner SF-36.45
Oleh sebab itu, alat yang digunakan untuk menyaring rinitis alergi pada
penelitian ini adalah kuesioner SFAR. Penyaringan dilakukan pada 279 mahasiswa
yang terdiri dari angkatan 2013, 2014, dan 2015, dan diperoleh 114 orang yang
memiliki rinitis alergi dengan total skor SFAR ≥ 7. Dari 114 orang tersebut, jumlah
perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki – laki, yaitu sebanyak 63,2%.
Hal ini dapat berkaitan dengan hormon estrogen yang ada pada wanita. Estrogen
dapat memicu reaksi alergi pada wanita melalui ikatan dengan reseptor estrogen α
di permukaan sel mast, dimana reaksi puncaknya bisa dijumpai pada saat
menstruasi dan masa kehamilan. Selain itu, estrogen juga dapat merangsang
produksi sel Th2 dan meregulasi sintesis IgE atau antibodi lainnya, sehingga sering
menimbulkan reaksi autoantigen dan menstimulasi lepasnya histamin, sitokin Th2,
dan leukotrien yang menyebabkan reaksi hipersensitivitas tipe 1.46

Universitas Sumatera Utara


40

Responden yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah 42 orang. Terhadap 42


orang tersebut, dilakukan penilaian kualitas hidup sebelum melakukan cuci hidung
dengan menggunakan kuesioner RQLQ. Kemudian responden tersebut diminta
untuk melakukan cuci hidung menggunakan NaCl 0,9% 2 kali sehari selama 14 hari
dengan dosis 40 cc/hari. Selanjutnya dilakukan penilaian kembali terhadap kualitas
hidup dengan menggunakan kuesioner RQLQ, sehingga diperoleh perbandingan
rata – rata total skor RQLQ pretest dan posttest.
Berdasarkan hasil analisa dan uji statistik di atas, diperoleh penurunan yang
bermakna terhadap rata-rata total skor kualitas hidup mahasiswa dengan rinitis
alergi sebelum dan sesudah melakukan cuci hidung dengan nilai p (0,000) < 0,05.
Dengan demikian, Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti terdapat pengaruh yang
bermakna antara cuci hidung dengan NaCl 0,9% 2 kali sehari selama 14 hari
terhadap peningkatan kualitas hidup mahasiswa dengan rinitis alergi.
Dalam suatu penelitian yang dilakukan M Wu et al, yang ingin menguji
efektivitas cuci hidung pada pasien rinitis alergi, didapatkan responden yang telah
terdiagnosa rinitis alergi dengan menggunakan uji skin prick test adalah sebanyak
61 orang, dan kemudian dibagi dalam 3 kelompok. Kelompok A (17 orang)
diberikan terapi menggunakan semprotan hidung yang berisi steroid, kelompok B
(21 orang) diberikan terapi cuci hidung dengan larutan isotonis, dan kelompok C
(23 orang) diberikan kombinasi cuci hidung dan semprotan hidung yang
mengandung steroid. Dari hasil penelitian yang dilakukan selama 3 bulan tersebut
didapatkan hasil adanya penurunan yang bermakna terhadap skor VAS, RQLQ, dan
FENO pada ketiga kelompok tersebut (p < 0,05). Pada penelitian ini juga, tidak
didapatkan perbedaan yang bermakna terhadap skor VAS dan RQLQ pada tiga
kelompok ini.47
Begitu juga dengan penelitian Nguyen et al, yang membuktikan bahwa
penambahan larutan salin isotonis pada terapi kortikosteroid intranasal efektif untuk
memperbaiki kualitas hidup pasien rinitis alergi. Penelitian ini dilakukan pada 40
orang penderita rinitis alergi yang diberikan tambahan terapi cuci hidung 2 kali
sehari selama 8 minggu disamping pemberian kortikosteroid intranasal. Hasil
penelitian ini memperlihatkan adanya penurunan skor m-RQLQ (mini-

Universitas Sumatera Utara


41

Rhinoconjungtivitis Quality of Life) yang bermakna (p < 0,001) dari 36,7 ± 20,48
(data awal) menjadi 14,9 ± 11,03 (minggu ke-4) dan 10,10 ± 10,65 (minggu ke-8).48
Suatu studi meta-analisis yang dirangkum dari beberapa penelitian
menunjukkan bahwa cuci hidung menggunakan larutan salin isotonis dapat
memperbaiki gejala pada hidung sebesar 27,66%, perbaikan akselerasi dari waktu
transpor mukosiliar sebesar 31,19%, dan perbaikan kualitas hidup sebesar 27,88%.
Pada anak – anak usia < 15 tahun, didapati perbaikan maksimum 20%, sementara
itu pada orang dewasa dijumpai perbaikan sebesar 45%. Adapun perbedaan ini bisa
disebabkan karena kurangnya kepatuhan dan intensitas dalam melakukan cuci
hidung pada anak – anak.9
Cuci hidung juga efektif untuk mengatasi masalah hidung tersumbat. Seperti
penelitian Sinha et al, yang membandingkan efektivitas cuci hidung menggunakan
larutan hipertonis dengan tetes hidung yang mengandung xylometazoline pada
pasien rinitis alergi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan penurunan yang
signifikan terhadap rata – rata skor Nasal Index Score (NIS) meliputi: hidung
tersumbat (0,7), hidung berair (0,5), bersin – bersin (0,7), dan iritasi mata (0,7).
Penelitian ini juga membuktikan bahwa cuci hidung menggunakan larutan salin
hipertonis 3 kali sehari lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan tetes hidung
yang mengandung oxymetazoline, sehingga ketergantungan terhadap obat – obatan
dapat dikurangi, perbaikan gejala dan kualitas hidup dapat tercapai. Walaupun
manfaat klinis yang muncul membutuhkan waktu cukup lama, tetapi efek samping
yang didapatkan lebih kecil dari penggunaan obat – obatan.49
Dalam studi lainnya yang terdiri dari 871 orang dewasa usia 17 – 65 tahun
penderita sinusitis dengan gangguan sedang sampai berat terhadap kualitas hidup.
Responden penelitian dikelompokkan menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama
diberikan terapi cuci hidung, kelompok kedua diberikan terapi inhalasi uap air
panas, dan kelompok ketiga diberikan kombinasi terapi cuci hidung dan inhalasi
uap air panas. Setelah 6 bulan, kebanyakan responden yang menggunakan terapi
cuci hidung dapat mempertahankan 10 poin perbaikan pada Rhinosinusitis
Disability Index dibandingkan responden yang tidak menggunakan cuci hidung.
Kebanyakan dari responden tersebut juga sudah mengurangi penggunaan obat

Universitas Sumatera Utara


42

bebas dalam 6 bulan terakhir. Mekanisme utama yang dapat mengurangi gejala
tersebut adalah bahwa cuci hidung membilas keluar seluruh zat alergen / iritan dan
kelebihan mukus yang terdapat di mukosa hidung. Cuci hidung dapat digunakan
untuk jangka panjang selama alat cuci hidungnya selalu diganti setelah beberapa
pemakaian, untuk mencegah terjadinya infeksi.50,51
Beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa hasil penelitian ini
memberikan hasil yang tidak jauh berbeda dengan penelitian – penelitian
sebelumnya dan menunjukkan bahwa terapi cuci hidung adalah terapi yang
sederhana, aman, murah, dan efektif untuk mengatasi gangguan sinonasal, termasuk
rinitis alergi.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Hasil dari penelitian ini memberikan beberapa kesimpulan antara lain:
1. Prevalensi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
tahun 2016 yang memiliki rinitis alergi adalah 40,9%, dengan jumlah lebih
tinggi pada perempuan sebesar 63,2% dan laki – laki 36,8%.
2. Rata – rata total skor kualitas hidup RQLQ mahasiswa yang memiliki rinitis
alergi sebelum melakukan cuci hidung dengan NaCl 0,9% adalah sebesar
62,12 ± 30,989.
3. Rata – rata total skor kualitas hidup RQLQ mahasiswa yang memiliki rinitis
alergi sesudah melakukan cuci hidung dengan NaCl 0,9% 2 kali sehari
selama 14 hari adalah sebesar 29,21 ± 30,397.
4. Terdapat pengaruh yang bermakna terhadap penurunan rata – rata total skor
kualitas hidup RQLQ sebelum dan sesudah melakukan cuci hidung
menggunakan NaCl 0,9% 2 kali sehari selama 14 hari, dengan nilai p =
0,000. Dengan demikian, penurunan bermakna ini dapat dinilai sebagai
adanya perbaikan kualitas hidup mahasiwa dengan rinitis alergi.

6.2. Saran
Dari hasil penelitian ini ada beberapa hal yang direkomendasikan yang
dianggap dapat memberikan manfaat, antara lain :
1. Bagi petugas kesehatan, dapat menggunakan terapi cuci hidung dengan
NaCl 0,9% pada pasien rinitis alergi untuk mengurangi gejala – gejala yang
mengganggu dan untuk memperbaiki fungsi / kualitas hidup pasien.
2. Bagi peneliti lain, dapat menambahkan kelompok kontrol ataupun variabel
lain untuk menguji bagaimana pengaruhnya terhadap efektivitas terapi cuci
hidung menggunakan NaCl 0,9% pada pasien rinitis alergi, seperti faktor
perbedaan usia, suku, jenis kelamin, adanya penambahan obat, durasi

43

Universitas Sumatera Utara


44

melakukan cuci hidung, ataupun faktor lainnya yang diprediksi dapat


mempengaruhi efektivitasnya.

Universitas Sumatera Utara


45

DAFTAR PUSTAKA

1. Harsono G, Munasir Z, Siregar SP, Suyoko HD, Kurniati M, Evalina R, et


al. Faktor yang Diduga Menjadi Resiko Pada Anak Dengan Rinitis Alergi
di RSU Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Jurnal Kedokteran Brawijaya.
2007;23(3):116-20.
2. Bousquet J, Khaltaev N, Cruz AA, Denburg J, Fokkens W, Togias A. ARIA
(Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) 2008 Update In Collaboration
with the World Health Organizatio, GA2LEN, and AllerGen. Allergic
Rhinitis and its Impact on Asthma; 2008.
3. Brożek JL, Bousquet J, Baena-Cagnani CE, Bonini S, Canonica GW, Casale
TB. Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma (ARIA) Guidelines 2010
Revision. J Allergy Clin Immunol. 2010 Sept;126(3):466-76.
4. Tong MC, Lin JS. Epidemiology of Allergic Rhinitis Throughout The
World. In: Akdis CA, Hellings PW, Agache I, editors. Global Atlas of
Allergic Rhinitis and Chronic Rhinosinusitis. European Academy of
Allergy and Clinical Immunology; 2015. p. 62-3.
5. Wong GW, Ting FL, Ko FW. Changing Prevalence of Allergic Disease in
The Asia-Pacific Region. Allergy Asthma and Immunology Research. 2015
Sept;5(5):251-7.
6. Junaedi I. Prevalensi Rinitis Alergi Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara Pada Tahun Ajaran 2014/2015 [Skripsi].
Medan: Universitas Sumatera Utara; 2015.
7. Adams GL, Boies LR, Higler PA, editors. Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2014.
8. Rabago D, Zgierska A. Saline Nasal Irrigation for Upper Respiratory
Conditions. Am Fam Physician. 2009 Nov;80(10):1117-9.
9. Hermelingmeier KE, Weber RK, Hellmich M, Heubach CP, Mösges R.
Nasal Irrigation as an Adjunctive Treatment in Allergic Rhinitis: A
Systematic Review and Meta-analysis. Am J of Rhinology and Allergy.
2012 Sept-Oct;26(5):e119-e25.
10. Gilroy AM, MacPherson BR, Ross LM. Atlas of Anatomy Latin
Nomenclature. New York: Thieme Medical Publishers, Inc; 2009.
11. Snell RS, editors. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. 6th ed.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012.
12. Soetjipto D, Wardani RS. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher. 6th ed. Jakarta: Penerbit FK UI; 2007.
13. Munkholm M, Mortensen J. Mucociliary Clearance: Pathophysiological
Aspects. Published by John Wiley & Sons Ltd. 2013 August;34(3):171-7.
14. Seidman MD, Gurgel RK, Lin SY, Schwartz SR, Baroody FM, Bonner JR,
et al. Clinical Practice Guideline: Allergic Rhinitis. J Otolaryngology-Head
and Neck Surgery. 2015;152(IS):S1-S43.
15. Skoner DP. Allergic Rhinitis: Definition, Epidemiology, Pathophysiology,
Detection, and Diagnosis. J Allergy Clin Immunol. 2001 July;108(1):S2-S8.

Universitas Sumatera Utara


46

16. Wallace DV, Dykewicz MS. The Diagnosis and Management of Rhinitis:
An Updated Parameter. J Allergy Clin Immunol. 2008 August;122(2):S1-
S84.
17. Wang DY. Risk Factors of Allergic Rhinitis. J Therapeutics and Clinical
Risk Management. 2005;1(2):115-23.
18. Okubo K, Kurono Y, Fujieda S, Ogino S, Uchio E, Odajima H, et al.
Japanese Guideline for Allergic Rhinitis 2014. Allergology International.
2014;63(3):357-75.
19. Sin B, Togias A. Pathophysiology of Allergic and Nonallergic Rhinitis.
Proceedings of American Thoracic Society. 2011;8:106-14.
20. Wheatley LM, Togias A. Allergic Rhinitis. N Eng J Med. 2015
Jan;372(5):456-63.
21. Dykewicz MS. Allergic Rhinitis Diagnostic Work-Up Overview. In: Akdis
CA, Hellings PW, Agache I, editors. Global Atlas of Allergic Rhinitis and
Chronic Rhinosinusitis. European Academy of Allergy and Clinical
Immunology; 2015. p.150-2.
22. Sheikh J. Allergic Rhinitis [internet]. [updated 2016 Feb 19;cited 2016 Apr
17]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/134825-
overview.
23. Liang A. Skin Testing in Asthma and Hay Fever. New Zealand Fam
Physician Pub. 2002 Dec;29(6):419-21.
24. Pitarini AP, Irawati N, Poerbonegoro NL, Wulandari D, Badarsono S.
Perubahan Kualitas Hidup, Eosinofil Mukosa Hidung, dan Interleukin-5
Serum Pasien Rinitis Alergi Pasca Terapi. J ORLI. 2015;45(2):121-30.
25. Skoner DP. Complications of Allergic Rhinitis. J Allergy Clin Immunol.
2000 Jun;105(6):S605-9.
26. Fallowfield L. What is Quality of Life ? 2th ed. 2009. [Accessed 15 Apr
2016]. Available from: www.whatisseries.co.uk.
27. Leynaert B, Neukirch C, Liard R, Bousquet J, Neukirch F. Quality of Life
in Allergic Rhinitis and Asthma. Am J Respir Crit Care Med. 2000
Apr;162:1391-6.
28. Barham HP, Harvey RJ. Nasal Saline Irrigation: Therapeutic or
Homeopathic. Braz J Otorhinolaryngol. 2015;81:457-8.
29. Brown CL, Graham SM. Nasal Irrigations: Good or Bad ? Curr Opin
Otolaryngol Head Neck Surg. 2004;12:9-13.
30. Tomooka LT, Murphy C, Davidson TM. Clinical Study and Literature
Review of Nasal Irrigation. The Laryngoscope. 2000 Jul;110:1189-93.
31. Hernandez JG. Nasal Saline Irrigation for Sinonasal Disorders. Philipp J
Otolaryngol Head Neck Surg. 2007 Dec;22(1,2):37-9.
32. Papsin B, McTavish A. Saline Nasal Irrigation: Its Role as an Adjunct
Treatment. Can Fam Physician. 2003 Feb;49:168-73.
33. Purba IE. Perbedaan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita
Rinosinusitis Kronis Setelah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopik
Fungsional dengan Adjuvan Terapi Cuci Hidung Cairan Isotonik NaCl
0,9% Dibandingkan Cairan Hipertonik NaCl 3% [Tesis]. Medan:
Universitas Sumatera Utara; 2011.

Universitas Sumatera Utara


47

34. Homer JJ, England RJ, Wilde AD, Harwood GR, Stafford ND. The Effect
of pH of Douching Solutions on Mucociliary Clearance. Clin Otolaryngol.
1999 Aug;24(4):312-5.
35. Anonymous. Nasal Irrigation Instructions. University of Wisconsin
Department of Family Medicine. [Accessed 28 Mar 2016]. Available from:
http://www.fammed.wisc.edu/research/past-projects/nasal-irrigation.
36. Dwiyani K. Cegah Radang Saluran Napas dengan Cuci Hidung [internet].
[updated 2015 Sept 1; cited 2016 Apr 19]. Available from:
http://rsuppersahabatan.co.id/index.php/7/241/.
37. Mukhtar Z, Haryuna TS, Effendy E, Rambe AY, Betty, Zahara D. Desain
Penelitian Klinis dan Statistika Kedokteran. Medan: USU Press; 2011.
38. Sitorus CU. Pengaruh Cuci Hidung Menggunakan NaCl 0,9% Terhadap
Penurunan Rata-Rata Total Skor Kualitas Hidup Pada Pedagang Kaki Lima
di Kawasan Universitas Sumatera Utara Tahun 2015 [Skripsi]. Medan:
Universitas Sumatera Utara; 2016.
39. Maesano IA, Didier A, Klossek M, Chanal I, Moreau D, Bousquet J. The
Score for Allergic Rhinitis (SFAR): A Simple and Valid Assessment
Method in Population Studies. Allergy. 2002;57:107-14.
40. Piau JP, Massot C, Moreau D, Aït Khaled N, Bouayad Z, Mohammad Y.
Assessing Allergic Rhinitis in Developing Countries. Int J Tuberc Lung Dis.
2010;14(4):506-12.
41. Juniper EF, Guyatt GH, Griffith LE, Ferrie PJ. Interpretation of
Rhinoconjunctivitis Quality of Life Questionnaire Data. J Allergy Clin
Immunol. 1996 Oct;98(4):843-5.
42. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta; 2012.
43. Budiarto E, editor. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012.
44. Bousquet J, Annesi-Maesanow I, Caratz F, Le´gers D, Ruginaz M, Pribil C,
et al. Characteristics of intermittent and persistent allergic rhinitis:
DREAMS Study Group. Clin Exp Allergy. 2005; 35:728–32.
45. Amizadeh M , Safizadeh H, Bazargan N, Farrokhdoost Z. Survey on the
Prevalence of Allergic Rhinitis and its Effect on the Quality of High School
Students’ Life. Iranian Journal of Otorhinolaryngology. 2013;2(25):79-84.
46. Shah S. Hormonal Link to Autoimmune Allergy. J of International
Scholarly Research Network Allergy. 2012;1-5.
47. Wu M, Wang Q, Zhang K, Wu K, Zhang Y, Wang Z, et al. The Effect of
Nasal Irrigation in The Treatment of Allergic Rhinitis. J of Clin
Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. 2014 Mar;28(5):287-9.
48. Nguyen AS, Psaltis AJ, Schlosser RJ. Isotonic Saline Nasal Irrigation is an
Effective Adjunctive Therapy to Intranasal Corticosteroid Spray in Allergic
Rhinitis. Am J of Rhinology and Allergy. 2014;28(4):308-11.
49. Sinha ON, Deswal M. Comparing Hypertonic Saline and Xylometazoline
in Allergic Rhinitis. Int J Res Med Sci. 2015 Dec;3(12):3620-3.

Universitas Sumatera Utara


48

50. Collins S. Nasal Irrigation is an Effective Treatment for Nasal Congestion


[internet]. [updated 2016 Oct; cited 2016 Nov 27]. Available from:
http://www.pharmacytoday.org.
51. Little P, Stuart B, Mullee M, Thomas T, Johnson S, Leydon G, et al.
Effectiveness of steam inhalation and nasal irrigation for chronic or
recurrent sinus symptoms in primary care: a pragmatic randomized
controlled trial. CMAJ. 2016 Sept;188(13):940-9.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 1
CURRICULUM VITAE

Nama : Farid Aulia Nasution


Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir : Padang Sidempuan, 04 Februari 1996
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jl. Perjuangan Gg. Family No.12 Kelurahan Tanjung
Rejo Kecamatan Medan Sunggal
Email : farid.aulia@rocketmail.com
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri 200110 Kota Padang Sidempuan (2001 – 2007)
2. SMP Negeri 1 Kota Padang Sidempuan (2007 – 2010)
3. SMA Negeri 1 Kota Padang Sidempuan (2010 – 2013)
4. Program Studi Pendidikan Dokter S1 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara (2013 – sekarang)
Riwayat Organisasi :
1. Anggota perhimpunan mahasiswa IMAKOPASID periode 2013 – 2014
2. Anggota Divisi MAI (Mentoring Agama Islam) BKM Ar-Rahmah FK USU 2015
3. Anggota Divisi Keuangan SCORE PEMA FK USU 2014 – 2015
4. Anggota Bidang PSDMA Permaked Tabagsel USU periode 2014 – 2015
5. Ketua Bidang Kerohanian Permaked Tabagsel USU periode 2015 – 2016
6. Relawan BSMI wilayah Sumut 2016 – sekarang

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 2

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 3

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 4

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Dengan hormat,
Saya Farid Aulia Nasution, mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, sedang melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Cuci
Hidung dengan NaCl 0,9% Terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Mahasiswa dengan Rinitis
Alergi di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah terdapat pengaruh cuci hidung dengan larutan NaCl 0,9% terhadap
peningkatan kualitas hidup pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara yang mengalami rinitis alergi yang dievaluasi dengan menggunakan kuesioner kualitas
hidup RQLQ yang terdiri atas 28 pertanyaan.
Alur penelitian ini dimulai dengan memberikan kuesioner kualitas hidup pre-test
pada responden. Selanjutnya, dilakukan intervensi berupa cuci hidung dengan larutan NaCl
0,9% yang dilakukan oleh responden sebanyak 2 kali setiap hari (pagi dan sore) selama 14
hari dengan komposisi larutan 40 cc setiap harinya (20 cc setiap kali cuci hidung). Setelah
dilakukan cuci hidung selama 14 hari, kemudian dilakukan evaluasi dengan memberikan
kuesioner kualitas hidup post-test untuk menilai ada tidaknya perubahan total skor kualitas
hidup.
Oleh sebab itu, saya memohon kesediaan dan kerjasama Saudara/i untuk
berpartisipasi sebagai responden pada penelitian ini. Partisipasi Saudara/i bersifat sukarela
dan tanpa ada paksaan. Saudara/i berhak untuk menolak menjadi responden jika tidak
bersedia. Segala informasi yang berkenaan dengan Saudara/i tetap terjaga kerahasiaannya
dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Untuk penelitian ini Saudara/i tidak akan
dikenakan biaya apapun. Apabila Saudara/i membutuhkan penjelasan lebih lanjut, maka
dapat menghubungi saya:
Nama : Farid Aulia Nasution
Alamat : Jalan Perjuangan Gg. Famiy Kelurahan Tanjung Rejo
Kecamatan Medan Sunggal 20122
No. HP : 0821 6481 4186

Universitas Sumatera Utara


Terima kasih saya ucapkan atas partisipasi Saudara/i pada penelitian ini.
Keikutsertaan Saudara/i dalam penelitian akan memberikan sumbangan yang bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan
Saudara/i bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah dipersiapkan.

Medan,............................2016
Peneliti,

Farid Aulia Nasution

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 5

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN


(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat :
No. HP / ID Line :
Setelah mendapatkan penjelasan mengenai penelitian:
Judul Penelitian : Pengaruh Cuci Hidung dengan NaCl 0,9%
Terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Mahasiswa
dengan Rinitis Alergi di Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
Nama Peneliti : Farid Aulia Nasution
Instansi Peneliti : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Dengan ini menyatakan kesediaan mengikuti kegiatan penelitian secara sukarela dan tanpa
ada paksaan.
Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan semoga dapat
dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

Medan,..........................2016
Yang memberikan penjelasan, Yang membuat pernyataan
persetujuan,

(Farid Aulia Nasution) (.............................................)

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 6

KUESIONER SFAR
(Score for Allergic Rhinitis Questionnaire)

Isilah data diri anda di bawah ini:


Nama :
NIM :
Tanggal Lahir :
No. HP/Line :

Centanglah opsi di bawah ini yang sesuai dengan keadaan anda !


1. Selama 12 bulan terakhir, apakah anda memiliki masalah pada hidung anda ketika
anda sedang tidak demam dan flu seperti:
Bersin – bersin Tidak ( ) Ya ( )
Hidung berair Tidak ( ) Ya ( )
Hidung tersumbat Tidak ( ) Ya ( )
Jika YA (minimal 1 masalah hidung):
2. Selama 12 bulan terakhir, apakah masalah hidung ini disertai dengan rasa gatal dan
berair pada mata ? Tidak ( ) Ya ( )
3. Selama 12 bulan terakhir, pada bulan (musim) apakah masalah hidung ini muncul ?
Januari ( ) Februari ( ) Maret ( ) April ( )
Mei ( ) Juni ( ) Juli ( ) Agustus ( )
Sept ( ) Oktober ( ) Nov ( ) Des ( )
(atau jika dalam musim):
Musim dingin/hujan ( ) Musim panas/kemarau ( ) sepanjang tahun ( )
4. Apa faktor yang memicu dan memperburuk masalah hidung anda tersebut ?
Debu rumah ( )
Tungau debu rumah ( )
Serbuk sari tanaman ( )
Hewan (kucing, anjing, ..............)
Lainnya : .........................................................
5. Apakah anda berpikir bahwa anda mengalami alergi ?

Universitas Sumatera Utara


Tidak ( ) Ya ( )
6. Apakah anda pernah melakukan tes / pemeriksaan terkait alergi (SPT* / Serum IgE)
Tidak ( ) Ya ( )
Jika YA:
6a. Apa hasil dari pemeriksaan ?
Positif ( ) Negatif ( )
7. Apakah dokter pernah mendiagnosa bahwa anda menderita / memiliki riwayat asma,
ekzema(**), atau rinitis alergi ?
Tidak ( ) Ya ( )
8. Apakah ada di antara anggota keluarga anda yang menderita asma, ekzema(**), atau
rinitis alergi ?
Tidak ( ) Ya ( )
Jika YA:
Siapa yang mengalaminya ? Apa Penyakitnya ?
Ayah ( ) Asma ( ) Ekzema ( ) Rinitis Alergi ( )
Ibu ( ) Asma ( ) Ekzema ( ) Rinitis Alergi ( )
Saudara ( ) Asma ( ) Ekzema ( ) Rinitis Alergi ( )

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 7

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER SFAR

Correlations

Pertanyaan1 Pertanyaan2 Pertanyaan3 Pertanyaan4 Pertanyaan5 Pertanyaan6 Pertanyaan7 Pertanyaan8 Total

Pertanyaan1 Pearson Correlation 1 ,395 ,452 ,520* ,395 ,580* ,423 ,621* ,851**

Sig. (2-tailed) ,145 ,091 ,047 ,145 ,023 ,117 ,013 ,000

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan2 Pearson Correlation ,395 1 ,286 ,149 ,464 ,367 ,468 ,071 ,653**
Sig. (2-tailed) ,145 ,302 ,595 ,081 ,179 ,079 ,800 ,008
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan3 Pearson Correlation ,452 ,286 1 ,747** ,286 ,105 ,134 ,250 ,534*
Sig. (2-tailed) ,091 ,302 ,001 ,302 ,710 ,635 ,369 ,040
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan4 Pearson Correlation ,520* ,149 ,747** 1 ,374 ,219 ,280 ,075 ,548*
Sig. (2-tailed) ,047 ,595 ,001 ,170 ,432 ,313 ,791 ,034
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan5 Pearson Correlation ,395 ,464 ,286 ,374 1 ,367 ,468 ,071 ,689**
Sig. (2-tailed) ,145 ,081 ,302 ,170 ,179 ,079 ,800 ,005
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan6 Pearson Correlation ,580* ,367 ,105 ,219 ,367 1 ,294 ,419 ,685**
Sig. (2-tailed) ,023 ,179 ,710 ,432 ,179 ,287 ,120 ,005
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Universitas Sumatera Utara


Pertanyaan7 Pearson Correlation ,423 ,468 ,134 ,280 ,468 ,294 1 ,200 ,606*
Sig. (2-tailed) ,117 ,079 ,635 ,313 ,079 ,287 ,474 ,017
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan8 Pearson Correlation ,621* ,071 ,250 ,075 ,071 ,419 ,200 1 ,562*
Sig. (2-tailed) ,013 ,800 ,369 ,791 ,800 ,120 ,474 ,029
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Total Pearson Correlation ,851** ,653** ,534* ,548* ,689** ,685** ,606* ,562* 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,008 ,040 ,034 ,005 ,005 ,017 ,029

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Universitas Sumatera Utara


Uji Reliabilitas Kuesioner SFAR

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

,763 8

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted

Pertanyaan1 6,13 10,267 ,774 ,676


Pertanyaan2 6,40 10,829 ,454 ,745
Pertanyaan3 6,53 13,981 ,483 ,757
Pertanyaan4 5,80 12,743 ,421 ,746
Pertanyaan5 6,40 10,543 ,503 ,734
Pertanyaan6 7,20 11,743 ,569 ,721
Pertanyaan7 7,27 13,210 ,532 ,742
Pertanyaan8 6,53 11,552 ,336 ,771

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

7,47 14,981 3,871 8

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 8
KUESIONER KUALITAS HIDUP RINITIS ALERGI
(RQLQ QUESTIONNAIRE)

Centanglah setiap pertanyaan dibawah ini yang sesuai dengan keadaan yang anda rasakan.
1. Seberapa besar rinitis alergi mempengaruhi aktivitas anda ?
Hampir Tidak bisa
Tidak Kadang Sedikit Cukup Sangat Amat sangat
Aktivitas tidak melakukan
mengganggu mengganggu mengganggu mengganggu mengganggu mengganggu
mengganggu aktivitas
 Akrivitas kuliah / belajar
 Aktivitas olahraga /
kegiatan di luar rumah
 Interaksi sosial dan
lingkungan sekitar

2. Seberapa besar rinitis alergi mempengaruhi tidur anda ?


Hampir
Tidak Kadang Sedikit Cukup Sangat Amat sangat
Tidur tidak
mengganggu mengganggu mengganggu mengganggu mengganggu mengganggu
mengganggu

 Sulit untuk memulai tidur


 Terbangun dari tidur di
malam hari
 Tidak bisa tidur dengan
nyaman

Universitas Sumatera Utara


3. Seberapa besar rinitis alergi mempengaruhi keadaan anda di bawah ini ?
Hampir
Tidak Kadang Sedikit Cukup Sangat Amat sangat
Masalah Umum tidak
mengganggu mengganggu mengganggu mengganggu mengganggu mengganggu
mengganggu
 Rasa lemas / lelah / letih
 Rasa haus
 Produktivitas menurun
 Rasa mengantuk
 Konsentrasi yang
menurun
 Sakit kepala
 Sewaktu sujud /
membungkuk /
merendahkan kepala

4. Seberapa besar rinitis alergi mempengaruhi kebiasaan anda seperti di bawah ini ?
Hampir
Tidak Kadang Sedikit Cukup Sangat Amat sangat
Masalah Praktis tidak
mengganggu mengganggu mengganggu mengganggu mengganggu mengganggu
mengganggu
 Ketidaknyamanan karena
harus selalu membawa
sapu tangan atau tisu
 Kebiasaan untuk
mengusap / menggosok –
gosok hidung atau mata

Universitas Sumatera Utara


 Kebiasaan untuk
menghembuskan udara
melalui hidung secara
berulang

5. Seberapa besar rinitis alergi mempengaruhi kondisi emosional anda ?


Hampir
Tidak Sekali – Kadang - Hampir
Masalah Emosional tidak Sering Selalu
pernah sekali kadang selalu
pernah
 Merasa kesal dan kecewa
 Gelisah dan tidak sabar
 Iritabel / mudah marah
 Merasa malu karena sakit

6. Seberapa berpengaruhnya gejala di bawah ini terhadap kondisi anda ?


Hampir
Tidak Kadang Sedikit Cukup Sangat Amat sangat
Gejala Hidung & Mata tidak
mengganggu mengganggu mengganggu mengganggu mengganggu mengganggu
mengganggu
 Hidung tersumbat
 Hidung berair
 Bersin – bersin
 Hidung terasa gatal
 Mata terasa gatal
 Mata berair
 Iritasi pada mata
 Mata bengkak

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 9
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER RQLQ

Pertanyaan1 Pertanyaan2 Pertanyaan3 Pertanyaan4 Pertanyaan5 Pertanyaan6 Pertanyaan7

Pertanyaan1 Pearson Correlation 1 ,769** ,616* ,333 ,530* ,596* ,482

Sig. (2-tailed) ,001 ,015 ,225 ,042 ,019 ,069

N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan2 Pearson Correlation ,769** 1 ,482 ,145 ,381 ,536* ,359
Sig. (2-tailed) ,001 ,069 ,605 ,161 ,039 ,189
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan3 Pearson Correlation ,616* ,482 1 ,519* ,443 ,452 ,630*
Sig. (2-tailed) ,015 ,069 ,047 ,098 ,091 ,012
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan4 Pearson Correlation ,333 ,145 ,519* 1 ,582* ,490 ,834**
Sig. (2-tailed) ,225 ,605 ,047 ,023 ,064 ,000
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan5 Pearson Correlation ,530* ,381 ,443 ,582* 1 ,849** ,740**
Sig. (2-tailed) ,042 ,161 ,098 ,023 ,000 ,002
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan6 Pearson Correlation ,596* ,536* ,452 ,490 ,849** 1 ,639*
Sig. (2-tailed) ,019 ,039 ,091 ,064 ,000 ,010
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan7 Pearson Correlation ,482 ,359 ,630* ,834** ,740** ,639* 1
Sig. (2-tailed) ,069 ,189 ,012 ,000 ,002 ,010
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan8 Pearson Correlation ,215 ,107 ,493 ,747** ,679** ,533* ,891**
Sig. (2-tailed) ,442 ,703 ,062 ,001 ,005 ,041 ,000
N 15 15 15 15 15 15 15

Universitas Sumatera Utara


Pertanyaan9 Pearson Correlation ,462 ,425 ,492 ,522* ,680** ,635* ,691**
Sig. (2-tailed) ,083 ,115 ,063 ,046 ,005 ,011 ,004
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan10 Pearson Correlation ,542* ,456 ,500 ,469 ,601* ,622* ,684**
Sig. (2-tailed) ,037 ,088 ,058 ,078 ,018 ,013 ,005
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan11 Pearson Correlation ,534* ,389 ,321 ,301 ,552* ,680** ,423
Sig. (2-tailed) ,040 ,152 ,243 ,275 ,033 ,005 ,116
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan12 Pearson Correlation ,597* ,557* ,325 ,478 ,616* ,728** ,553*
Sig. (2-tailed) ,019 ,031 ,238 ,071 ,014 ,002 ,032
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan13 Pearson Correlation ,352 ,395 ,497 ,268 ,315 ,468 ,394
Sig. (2-tailed) ,199 ,145 ,059 ,333 ,253 ,078 ,146
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan14 Pearson Correlation ,688** ,489 ,506 ,575* ,371 ,464 ,579*
Sig. (2-tailed) ,005 ,065 ,054 ,025 ,174 ,081 ,024
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan15 Pearson Correlation ,534* ,290 ,505 ,670** ,406 ,368 ,621*
Sig. (2-tailed) ,040 ,294 ,055 ,006 ,133 ,177 ,013
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan16 Pearson Correlation ,526* ,491 ,555* ,497 ,548* ,492 ,596*
Sig. (2-tailed) ,044 ,063 ,032 ,060 ,034 ,063 ,019
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan17 Pearson Correlation ,017 -,081 ,320 ,214 ,235 ,276 ,315
Sig. (2-tailed) ,953 ,773 ,245 ,443 ,400 ,319 ,252
N 15 15 15 15 15 15 15

Universitas Sumatera Utara


Pertanyaan18 Pearson Correlation -,017 ,014 ,442 ,314 ,419 ,385 ,528*
Sig. (2-tailed) ,951 ,960 ,099 ,255 ,120 ,157 ,043
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan19 Pearson Correlation ,211 ,340 ,405 ,609* ,586* ,591* ,728**
Sig. (2-tailed) ,450 ,215 ,134 ,016 ,022 ,020 ,002
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan20 Pearson Correlation -,151 ,025 ,215 ,638* ,253 ,321 ,475
Sig. (2-tailed) ,590 ,930 ,442 ,011 ,364 ,243 ,073
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan21 Pearson Correlation ,475 ,532* ,651** ,464 ,345 ,384 ,474
Sig. (2-tailed) ,074 ,041 ,009 ,081 ,208 ,158 ,075
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan22 Pearson Correlation ,320 ,383 ,411 ,548* ,416 ,444 ,485
Sig. (2-tailed) ,245 ,158 ,128 ,035 ,123 ,098 ,067
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan23 Pearson Correlation ,093 ,172 ,162 ,681** ,656** ,551* ,604*
Sig. (2-tailed) ,743 ,540 ,564 ,005 ,008 ,033 ,017
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan24 Pearson Correlation ,262 ,298 ,116 ,333 ,512 ,504 ,233
Sig. (2-tailed) ,345 ,281 ,681 ,225 ,051 ,056 ,403
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan25 Pearson Correlation ,452 ,553* ,313 ,377 ,626* ,772** ,555*
Sig. (2-tailed) ,091 ,032 ,256 ,166 ,012 ,001 ,032
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan26 Pearson Correlation ,209 ,288 ,065 ,339 ,567* ,793** ,446
Sig. (2-tailed) ,455 ,297 ,817 ,217 ,027 ,000 ,096
N 15 15 15 15 15 15 15

Universitas Sumatera Utara


Pertanyaan27 Pearson Correlation ,314 ,463 ,156 ,005 ,320 ,633* ,118
Sig. (2-tailed) ,254 ,082 ,580 ,985 ,245 ,011 ,676
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan28 Pearson Correlation ,294 ,466 ,223 -,024 ,167 ,517* ,195
Sig. (2-tailed) ,288 ,080 ,425 ,932 ,551 ,049 ,487
N 15 15 15 15 15 15 15
Total Pearson Correlation ,568* ,556* ,598* ,657** ,751** ,828** ,787**

Sig. (2-tailed) ,027 ,031 ,019 ,008 ,001 ,000 ,000

N 15 15 15 15 15 15 15

Pertanyaan8 Pertanyaan9 Pertanyaan10 Pertanyaan11 Pertanyaan12 Pertanyaan13

Pertanyaan1 Pearson
,215 ,462 ,542* ,534* ,597* ,352
Correlation

Sig. (2-tailed) ,442 ,083 ,037 ,040 ,019 ,199

N 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan2 Pearson
,107 ,425 ,456 ,389 ,557* ,395
Correlation
Sig. (2-tailed) ,703 ,115 ,088 ,152 ,031 ,145
N 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan3 Pearson
,493 ,492 ,500 ,321 ,325 ,497
Correlation
Sig. (2-tailed) ,062 ,063 ,058 ,243 ,238 ,059
N 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan4 Pearson
,747** ,522* ,469 ,301 ,478 ,268
Correlation
Sig. (2-tailed) ,001 ,046 ,078 ,275 ,071 ,333
N 15 15 15 15 15 15

Universitas Sumatera Utara


Pertanyaan5 Pearson
,679** ,680** ,601* ,552* ,616* ,315
Correlation
Sig. (2-tailed) ,005 ,005 ,018 ,033 ,014 ,253
N 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan6 Pearson
,533* ,635* ,622* ,680** ,728** ,468
Correlation
Sig. (2-tailed) ,041 ,011 ,013 ,005 ,002 ,078
N 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan7 Pearson
,891** ,691** ,684** ,423 ,553* ,394
Correlation
Sig. (2-tailed) ,000 ,004 ,005 ,116 ,032 ,146
N 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan8 Pearson
1 ,750** ,668** ,310 ,358 ,276
Correlation
Sig. (2-tailed) ,001 ,006 ,261 ,190 ,320
N 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan9 Pearson
,750** 1 ,880** ,708** ,650** ,533*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,003 ,009 ,041
N 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan10 Pearson
,668** ,880** 1 ,826** ,722** ,556*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,006 ,000 ,000 ,002 ,031
N 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan11 Pearson
,310 ,708** ,826** 1 ,808** ,580*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,261 ,003 ,000 ,000 ,023
N 15 15 15 15 15 15

Universitas Sumatera Utara


Pertanyaan12 Pearson
,358 ,650** ,722** ,808** 1 ,741**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,190 ,009 ,002 ,000 ,002
N 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan13 Pearson
,276 ,533* ,556* ,580* ,741** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) ,320 ,041 ,031 ,023 ,002
N 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan14 Pearson
,289 ,293 ,373 ,382 ,473 ,100
Correlation
Sig. (2-tailed) ,297 ,290 ,171 ,160 ,075 ,723
N 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan15 Pearson
,504 ,447 ,551* ,410 ,378 -,038
Correlation
Sig. (2-tailed) ,056 ,095 ,033 ,129 ,165 ,894
N 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan16 Pearson
,617* ,671** ,797** ,484 ,518* ,270
Correlation
Sig. (2-tailed) ,014 ,006 ,000 ,068 ,048 ,331
N 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan17 Pearson
,510 ,724** ,708** ,619* ,365 ,572*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,052 ,002 ,003 ,014 ,181 ,026
N 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan18 Pearson
,690** ,677** ,737** ,492 ,344 ,522*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,004 ,006 ,002 ,062 ,209 ,046
N 15 15 15 15 15 15

Universitas Sumatera Utara


Pertanyaan19 Pearson
,750** ,838** ,811** ,617* ,715** ,675**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,000 ,014 ,003 ,006
N 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan20 Pearson
,540* ,437 ,430 ,254 ,399 ,395
Correlation
Sig. (2-tailed) ,038 ,103 ,110 ,361 ,141 ,145
N 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan21 Pearson
,295 ,423 ,528* ,504 ,396 ,307
Correlation
Sig. (2-tailed) ,287 ,117 ,043 ,056 ,144 ,266
N 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan22 Pearson
,298 ,317 ,452 ,498 ,436 ,176
Correlation
Sig. (2-tailed) ,281 ,250 ,091 ,059 ,104 ,531
N 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan23 Pearson
,531* ,233 ,227 ,125 ,379 ,044
Correlation
Sig. (2-tailed) ,042 ,403 ,416 ,657 ,164 ,877
N 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan24 Pearson
,090 ,288 ,386 ,609* ,576* ,244
Correlation
Sig. (2-tailed) ,751 ,299 ,156 ,016 ,025 ,381
N 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan25 Pearson
,389 ,615* ,765** ,849** ,843** ,567*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,152 ,015 ,001 ,000 ,000 ,027
N 15 15 15 15 15 15

Universitas Sumatera Utara


Pertanyaan26 Pearson
,390 ,448 ,489 ,629* ,565* ,324
Correlation
Sig. (2-tailed) ,151 ,094 ,064 ,012 ,028 ,238
N 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan27 Pearson
,066 ,427 ,518* ,700** ,438 ,328
Correlation
Sig. (2-tailed) ,816 ,113 ,048 ,004 ,103 ,233
N 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan28 Pearson
,116 ,313 ,502 ,552* ,314 ,292
Correlation
Sig. (2-tailed) ,681 ,256 ,057 ,033 ,255 ,291
N 15 15 15 15 15 15
Total Pearson
,686** ,827** ,887** ,802** ,801** ,595*
Correlation

Sig. (2-tailed) ,005 ,000 ,000 ,000 ,000 ,019

N 15 15 15 15 15 15

Pertanyaan14 Pertanyaan15 Pertanyaan16 Pertanyaan17 Pertanyaan18 Pertanyaan19 Pertanyaan20

Pertanyaan1 Pearson Correlation ,688** ,534* ,526* ,017 -,017 ,211 -,151

Sig. (2-tailed) ,005 ,040 ,044 ,953 ,951 ,450 ,590

N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan2 Pearson Correlation ,489 ,290 ,491 -,081 ,014 ,340 ,025
Sig. (2-tailed) ,065 ,294 ,063 ,773 ,960 ,215 ,930
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan3 Pearson Correlation ,506 ,505 ,555* ,320 ,442 ,405 ,215
Sig. (2-tailed) ,054 ,055 ,032 ,245 ,099 ,134 ,442
N 15 15 15 15 15 15 15

Universitas Sumatera Utara


Pertanyaan4 Pearson Correlation ,575* ,670** ,497 ,214 ,314 ,609* ,638*
Sig. (2-tailed) ,025 ,006 ,060 ,443 ,255 ,016 ,011
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan5 Pearson Correlation ,371 ,406 ,548* ,235 ,419 ,586* ,253
Sig. (2-tailed) ,174 ,133 ,034 ,400 ,120 ,022 ,364
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan6 Pearson Correlation ,464 ,368 ,492 ,276 ,385 ,591* ,321
Sig. (2-tailed) ,081 ,177 ,063 ,319 ,157 ,020 ,243
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan7 Pearson Correlation ,579* ,621* ,596* ,315 ,528* ,728** ,475
Sig. (2-tailed) ,024 ,013 ,019 ,252 ,043 ,002 ,073
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan8 Pearson Correlation ,289 ,504 ,617* ,510 ,690** ,750** ,540*
Sig. (2-tailed) ,297 ,056 ,014 ,052 ,004 ,001 ,038
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan9 Pearson Correlation ,293 ,447 ,671** ,724** ,677** ,838** ,437
Sig. (2-tailed) ,290 ,095 ,006 ,002 ,006 ,000 ,103
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan10 Pearson Correlation ,373 ,551* ,797** ,708** ,737** ,811** ,430
Sig. (2-tailed) ,171 ,033 ,000 ,003 ,002 ,000 ,110
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan11 Pearson Correlation ,382 ,410 ,484 ,619* ,492 ,617* ,254
Sig. (2-tailed) ,160 ,129 ,068 ,014 ,062 ,014 ,361
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan12 Pearson Correlation ,473 ,378 ,518* ,365 ,344 ,715** ,399
Sig. (2-tailed) ,075 ,165 ,048 ,181 ,209 ,003 ,141
N 15 15 15 15 15 15 15

Universitas Sumatera Utara


Pertanyaan13 Pearson Correlation ,100 -,038 ,270 ,572* ,522* ,675** ,395
Sig. (2-tailed) ,723 ,894 ,331 ,026 ,046 ,006 ,145
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan14 Pearson Correlation 1 ,822** ,403 -,090 -,066 ,228 ,131
Sig. (2-tailed) ,000 ,137 ,750 ,815 ,413 ,642
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan15 Pearson Correlation ,822** 1 ,707** ,124 ,195 ,324 ,254
Sig. (2-tailed) ,000 ,003 ,660 ,487 ,238 ,361
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan16 Pearson Correlation ,403 ,707** 1 ,374 ,564* ,605* ,394
Sig. (2-tailed) ,137 ,003 ,170 ,029 ,017 ,146
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan17 Pearson Correlation -,090 ,124 ,374 1 ,834** ,683** ,456
Sig. (2-tailed) ,750 ,660 ,170 ,000 ,005 ,088
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan18 Pearson Correlation -,066 ,195 ,564* ,834** 1 ,778** ,597*
Sig. (2-tailed) ,815 ,487 ,029 ,000 ,001 ,019
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan19 Pearson Correlation ,228 ,324 ,605* ,683** ,778** 1 ,765**
Sig. (2-tailed) ,413 ,238 ,017 ,005 ,001 ,001
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan20 Pearson Correlation ,131 ,254 ,394 ,456 ,597* ,765** 1
Sig. (2-tailed) ,642 ,361 ,146 ,088 ,019 ,001
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan21 Pearson Correlation ,514 ,568* ,544* ,225 ,286 ,444 ,249
Sig. (2-tailed) ,050 ,027 ,036 ,419 ,301 ,097 ,372
N 15 15 15 15 15 15 15

Universitas Sumatera Utara


Pertanyaan22 Pearson Correlation ,543* ,573* ,459 ,111 ,232 ,467 ,391
Sig. (2-tailed) ,036 ,025 ,085 ,694 ,404 ,080 ,149
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan23 Pearson Correlation ,359 ,363 ,373 -,120 ,212 ,499 ,587*
Sig. (2-tailed) ,188 ,184 ,171 ,670 ,448 ,058 ,021
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan24 Pearson Correlation ,284 ,290 ,337 ,117 ,150 ,416 ,284
Sig. (2-tailed) ,305 ,294 ,219 ,678 ,594 ,123 ,304
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan25 Pearson Correlation ,433 ,402 ,549* ,387 ,498 ,731** ,416
Sig. (2-tailed) ,107 ,137 ,034 ,155 ,059 ,002 ,123
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan26 Pearson Correlation ,278 ,150 ,192 ,308 ,346 ,576* ,411
Sig. (2-tailed) ,315 ,594 ,492 ,264 ,207 ,025 ,128
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan27 Pearson Correlation ,133 ,057 ,237 ,393 ,339 ,401 ,263
Sig. (2-tailed) ,637 ,840 ,395 ,147 ,216 ,139 ,344
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan28 Pearson Correlation ,229 ,092 ,228 ,348 ,374 ,376 ,248
Sig. (2-tailed) ,412 ,744 ,414 ,204 ,169 ,167 ,372
N 15 15 15 15 15 15 15
Total Pearson Correlation ,531* ,576* ,727** ,544* ,643** ,862** ,572*

Sig. (2-tailed) ,042 ,025 ,002 ,036 ,010 ,000 ,026

N 15 15 15 15 15 15 15

Universitas Sumatera Utara


Pertanyaan21 Pertanyaan22 Pertanyaan23 Pertanyaan24 Pertanyaan25

Pertanyaan1 Pearson
,475 ,320 ,093 ,262 ,452
Correlation

Sig. (2-
,074 ,245 ,743 ,345 ,091
tailed)

N 15 15 15 15 15

Pertanyaan2 Pearson
,532* ,383 ,172 ,298 ,553*
Correlation

Sig. (2-
,041 ,158 ,540 ,281 ,032
tailed)

N 15 15 15 15 15

Pertanyaan3 Pearson
,651** ,411 ,162 ,116 ,313
Correlation

Sig. (2-
,009 ,128 ,564 ,681 ,256
tailed)

N 15 15 15 15 15

Pertanyaan4 Pearson
,464 ,548* ,681** ,333 ,377
Correlation

Sig. (2-
,081 ,035 ,005 ,225 ,166
tailed)

N 15 15 15 15 15

Pertanyaan5 Pearson
,345 ,416 ,656** ,512 ,626*
Correlation

Sig. (2-
,208 ,123 ,008 ,051 ,012
tailed)

N 15 15 15 15 15

Pertanyaan6 Pearson
,384 ,444 ,551* ,504 ,772**
Correlation

Sig. (2-
,158 ,098 ,033 ,056 ,001
tailed)

N 15 15 15 15 15

Pertanyaan7 Pearson
,474 ,485 ,604* ,233 ,555*
Correlation

Sig. (2-
,075 ,067 ,017 ,403 ,032
tailed)

N 15 15 15 15 15

Universitas Sumatera Utara


Pertanyaan8 Pearson
,295 ,298 ,531* ,090 ,389
Correlation

Sig. (2-
,287 ,281 ,042 ,751 ,152
tailed)

N 15 15 15 15 15

Pertanyaan9 Pearson
,423 ,317 ,233 ,288 ,615*
Correlation

Sig. (2-
,117 ,250 ,403 ,299 ,015
tailed)

N 15 15 15 15 15

Pertanyaan10 Pearson
,528* ,452 ,227 ,386 ,765**
Correlation

Sig. (2-
,043 ,091 ,416 ,156 ,001
tailed)

N 15 15 15 15 15

Pertanyaan11 Pearson
,504 ,498 ,125 ,609* ,849**
Correlation

Sig. (2-
,056 ,059 ,657 ,016 ,000
tailed)

N 15 15 15 15 15

Pertanyaan12 Pearson
,396 ,436 ,379 ,576* ,843**
Correlation

Sig. (2-
,144 ,104 ,164 ,025 ,000
tailed)

N 15 15 15 15 15

Pertanyaan13 Pearson
,307 ,176 ,044 ,244 ,567*
Correlation

Sig. (2-
,266 ,531 ,877 ,381 ,027
tailed)

N 15 15 15 15 15

Pertanyaan14 Pearson
,514 ,543* ,359 ,284 ,433
Correlation

Sig. (2-
,050 ,036 ,188 ,305 ,107
tailed)

N 15 15 15 15 15

Pertanyaan15 Pearson
,568* ,573* ,363 ,290 ,402
Correlation

Sig. (2-
,027 ,025 ,184 ,294 ,137
tailed)

N 15 15 15 15 15

Universitas Sumatera Utara


Pertanyaan16 Pearson
,544* ,459 ,373 ,337 ,549*
Correlation

Sig. (2-
,036 ,085 ,171 ,219 ,034
tailed)

N 15 15 15 15 15

Pertanyaan17 Pearson
,225 ,111 -,120 ,117 ,387
Correlation

Sig. (2-
,419 ,694 ,670 ,678 ,155
tailed)

N 15 15 15 15 15

Pertanyaan18 Pearson
,286 ,232 ,212 ,150 ,498
Correlation

Sig. (2-
,301 ,404 ,448 ,594 ,059
tailed)

N 15 15 15 15 15

Pertanyaan19 Pearson
,444 ,467 ,499 ,416 ,731**
Correlation

Sig. (2-
,097 ,080 ,058 ,123 ,002
tailed)

N 15 15 15 15 15

Pertanyaan20 Pearson
,249 ,391 ,587* ,284 ,416
Correlation

Sig. (2-
,372 ,149 ,021 ,304 ,123
tailed)

N 15 15 15 15 15

Pertanyaan21 Pearson
1 ,905** ,326 ,660** ,609*
Correlation

Sig. (2-
,000 ,236 ,007 ,016
tailed)

N 15 15 15 15 15

Pertanyaan22 Pearson
,905** 1 ,602* ,828** ,694**
Correlation

Sig. (2-
,000 ,018 ,000 ,004
tailed)

N 15 15 15 15 15

Pertanyaan23 Pearson
,326 ,602* 1 ,578* ,480
Correlation

Sig. (2-
,236 ,018 ,024 ,070
tailed)

N 15 15 15 15 15

Universitas Sumatera Utara


Pertanyaan24 Pearson
,660** ,828** ,578* 1 ,732**
Correlation

Sig. (2-
,007 ,000 ,024 ,002
tailed)

N 15 15 15 15 15

Pertanyaan25 Pearson
,609* ,694** ,480 ,732** 1
Correlation

Sig. (2-
,016 ,004 ,070 ,002
tailed)

N 15 15 15 15 15

Pertanyaan26 Pearson
,356 ,550* ,550* ,604* ,782**
Correlation

Sig. (2-
,193 ,034 ,034 ,017 ,001
tailed)

N 15 15 15 15 15

Pertanyaan27 Pearson
,421 ,441 ,121 ,504 ,686**
Correlation

Sig. (2-
,118 ,100 ,668 ,055 ,005
tailed)

N 15 15 15 15 15

Pertanyaan28 Pearson
,439 ,442 ,096 ,329 ,627*
Correlation

Sig. (2-
,101 ,099 ,734 ,231 ,012
tailed)

N 15 15 15 15 15

Total Pearson
,679** ,686** ,540* ,601* ,882**
Correlation

Sig. (2-
,005 ,005 ,038 ,018 ,000
tailed)

N 15 15 15 15 15

Universitas Sumatera Utara


Correlations

Pertanyaan26 Pertanyaan27 Pertanyaan28 Total

Pertanyaan1 Pearson Correlation ,209 ,314 ,294 ,568*

Sig. (2-tailed) ,455 ,254 ,288 ,027

N 15 15 15 15

Pertanyaan2 Pearson Correlation ,288 ,463 ,466 ,556*

Sig. (2-tailed) ,297 ,082 ,080 ,031

N 15 15 15 15

Pertanyaan3 Pearson Correlation ,065 ,156 ,223 ,598*

Sig. (2-tailed) ,817 ,580 ,425 ,019

N 15 15 15 15

Pertanyaan4 Pearson Correlation ,339 ,005 -,024 ,657**

Sig. (2-tailed) ,217 ,985 ,932 ,008

N 15 15 15 15

Pertanyaan5 Pearson Correlation ,567* ,320 ,167 ,751**

Sig. (2-tailed) ,027 ,245 ,551 ,001

N 15 15 15 15

Pertanyaan6 Pearson Correlation ,793** ,633* ,517* ,828**

Sig. (2-tailed) ,000 ,011 ,049 ,000

N 15 15 15 15

Pertanyaan7 Pearson Correlation ,446 ,118 ,195 ,787**

Sig. (2-tailed) ,096 ,676 ,487 ,000

N 15 15 15 15

Pertanyaan8 Pearson Correlation ,390 ,066 ,116 ,686**

Sig. (2-tailed) ,151 ,816 ,681 ,005

N 15 15 15 15

Pertanyaan9 Pearson Correlation ,448 ,427 ,313 ,827**

Sig. (2-tailed) ,094 ,113 ,256 ,000

N 15 15 15 15

Pertanyaan10 Pearson Correlation ,489 ,518* ,502 ,887**

Sig. (2-tailed) ,064 ,048 ,057 ,000

N 15 15 15 15

Universitas Sumatera Utara


Pertanyaan11 Pearson Correlation ,629* ,700** ,552* ,802**

Sig. (2-tailed) ,012 ,004 ,033 ,000

N 15 15 15 15

Pertanyaan12 Pearson Correlation ,565* ,438 ,314 ,801**

Sig. (2-tailed) ,028 ,103 ,255 ,000

N 15 15 15 15

Pertanyaan13 Pearson Correlation ,324 ,328 ,292 ,595*

Sig. (2-tailed) ,238 ,233 ,291 ,019

N 15 15 15 15

Pertanyaan14 Pearson Correlation ,278 ,133 ,229 ,531*

Sig. (2-tailed) ,315 ,637 ,412 ,042

N 15 15 15 15

Pertanyaan15 Pearson Correlation ,150 ,057 ,092 ,576*

Sig. (2-tailed) ,594 ,840 ,744 ,025

N 15 15 15 15

Pertanyaan16 Pearson Correlation ,192 ,237 ,228 ,727**

Sig. (2-tailed) ,492 ,395 ,414 ,002

N 15 15 15 15

Pertanyaan17 Pearson Correlation ,308 ,393 ,348 ,544*

Sig. (2-tailed) ,264 ,147 ,204 ,036

N 15 15 15 15

Pertanyaan18 Pearson Correlation ,346 ,339 ,374 ,643**

Sig. (2-tailed) ,207 ,216 ,169 ,010

N 15 15 15 15

Pertanyaan19 Pearson Correlation ,576* ,401 ,376 ,862**

Sig. (2-tailed) ,025 ,139 ,167 ,000

N 15 15 15 15

Pertanyaan20 Pearson Correlation ,411 ,263 ,248 ,572*

Sig. (2-tailed) ,128 ,344 ,372 ,026

N 15 15 15 15

Pertanyaan21 Pearson Correlation ,356 ,421 ,439 ,679**

Sig. (2-tailed) ,193 ,118 ,101 ,005

Universitas Sumatera Utara


N 15 15 15 15

Pertanyaan22 Pearson Correlation ,550* ,441 ,442 ,686**

Sig. (2-tailed) ,034 ,100 ,099 ,005

N 15 15 15 15

Pertanyaan23 Pearson Correlation ,550* ,121 ,096 ,540*

Sig. (2-tailed) ,034 ,668 ,734 ,038

N 15 15 15 15

Pertanyaan24 Pearson Correlation ,604* ,504 ,329 ,601*

Sig. (2-tailed) ,017 ,055 ,231 ,018

N 15 15 15 15

Pertanyaan25 Pearson Correlation ,782** ,686** ,627* ,882**

Sig. (2-tailed) ,001 ,005 ,012 ,000

N 15 15 15 15

Pertanyaan26 Pearson Correlation 1 ,761** ,718** ,705**

Sig. (2-tailed) ,001 ,003 ,003

N 15 15 15 15

Pertanyaan27 Pearson Correlation ,761** 1 ,897** ,608*

Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,016

N 15 15 15 15

Pertanyaan28 Pearson Correlation ,718** ,897** 1 ,562*

Sig. (2-tailed) ,003 ,000 ,029

N 15 15 15 15

Total Pearson Correlation ,705** ,608* ,562* 1

Sig. (2-tailed) ,003 ,016 ,029

N 15 15 15 15

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Universitas Sumatera Utara


Uji Reliabilitas Kuesioner RQLQ

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted

Pertanyaan1 83,60 771,686 ,543 ,955


Pertanyaan2 83,27 748,495 ,509 ,956
Pertanyaan3 83,80 770,457 ,575 ,955
Pertanyaan4 83,60 750,400 ,627 ,954
Pertanyaan5 83,80 739,314 ,725 ,953
Pertanyaan6 83,33 724,524 ,807 ,953
Pertanyaan7 83,93 743,924 ,768 ,953
Pertanyaan8 84,40 750,543 ,659 ,954
Pertanyaan9 83,93 717,781 ,804 ,953
Pertanyaan10 83,47 731,124 ,875 ,952
Pertanyaan11 83,07 732,638 ,780 ,953
Pertanyaan12 82,87 742,981 ,783 ,953
Pertanyaan13 83,40 749,114 ,555 ,955
Pertanyaan14 84,60 775,829 ,508 ,955
Pertanyaan15 83,07 753,067 ,536 ,955
Pertanyaan16 83,33 746,524 ,703 ,954
Pertanyaan17 83,80 760,029 ,507 ,955
Pertanyaan18 83,67 744,952 ,607 ,955
Pertanyaan19 84,00 723,143 ,845 ,952
Pertanyaan20 84,13 753,552 ,533 ,955
Pertanyaan21 82,40 751,114 ,651 ,954
Pertanyaan22 82,33 757,810 ,663 ,954
Pertanyaan23 83,00 758,714 ,501 ,955
Pertanyaan24 82,67 761,095 ,571 ,955
Pertanyaan25 83,07 734,352 ,870 ,952
Pertanyaan26 82,80 745,029 ,677 ,954
Pertanyaan27 82,87 741,267 ,563 ,955
Pertanyaan28 82,40 749,829 ,518 ,956

Universitas Sumatera Utara


Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

,956 28

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

86,47 802,552 28,329 28

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 10
DATA INDUK PENELITIAN

Domain Domain Domain Domain Domain


Total Total Domain Domain
Jenis Masalah Masalah Masalah Gejala Gejala
Nama Angkatan Skor Skor Aktivitas Tidur
Kelamin Umum Praktis Emosional Hidung Mata
Sebelum Sesudah Sebelum Sebelum
Sebelum Sebelum Sebelum Sebelum Sebelum
QJ Laki-Laki 2013 57 18 9 4 10 6 1 19 8
MTH Laki-Laki 2013 86 9 13 6 24 10 3 22 8
MR Laki-Laki 2013 49 2 3 3 13 8 4 12 6
TF Laki-Laki 2013 101 26 9 12 20 12 8 20 20
TS Laki-Laki 2013 117 79 11 11 27 11 12 24 21
MF Laki-Laki 2013 90 24 3 0 22 13 11 18 21
AGBS Perempuan 2013 96 17 6 9 19 13 13 20 16
HYY Laki-Laki 2013 23 25 5 0 0 5 1 10 2
FAM Laki-Laki 2014 84 26 7 2 22 2 10 21 20
DQR Perempuan 2013 22 6 3 1 7 3 0 5 3
BKS Perempuan 2013 98 22 13 6 17 16 8 23 15
MA Laki-Laki 2013 92 77 10 8 18 12 14 15 15
NKH Perempuan 2014 20 12 3 0 0 6 0 11 0
HP Laki-Laki 2014 69 28 5 6 17 7 12 13 9
LAP Perempuan 2015 55 57 3 4 6 7 7 16 12
RP Laki-Laki 2014 72 4 8 4 16 8 4 18 14
DNY Laki-Laki 2014 66 38 5 7 13 11 7 12 11
K Perempuan 2013 58 30 6 3 12 12 5 16 4
SON Perempuan 2015 30 8 2 2 1 5 4 16 0
SRM Perempuan 2013 104 71 12 8 30 15 11 16 12
KA Perempuan 2013 45 9 2 0 5 12 1 16 10

Universitas Sumatera Utara


ANF Perempuan 2013 26 16 12 12 28 12 15 15 16
C Laki-Laki 2013 18 6 5 1 0 5 2 5 0
IN Perempuan 2013 57 19 6 4 12 7 4 10 14
P Laki-Laki 2013 56 28 0 7 6 12 3 14 14
NH Perempuan 2013 93 14 10 6 24 13 10 15 15
OS Perempuan 2015 73 9 4 2 23 8 6 15 15
J Laki-Laki 2015 41 22 3 3 9 3 6 9 8
I Laki-Laki 2013 21 5 5 0 3 5 1 7 0
AAS Perempuan 2013 99 138 6 13 13 10 16 20 21
YN Laki-Laki 2013 46 9 3 6 3 9 1 14 10
TRH Perempuan 2013 57 16 5 5 17 6 8 12 4
MA Laki-Laki 2014 32 13 4 3 12 3 6 3 1
ZN Laki-Laki 2013 135 129 12 13 29 15 19 23 24
F Laki-Laki 2015 19 26 4 0 0 2 0 9 4
HC Perempuan 2013 49 29 2 4 11 5 0 13 14
Y Perempuan 2014 44 28 8 4 5 11 2 14 0
R Laki-Laki 2014 41 32 3 6 9 4 6 10 3
ML Laki-Laki 2014 37 10 4 6 2 5 2 8 10
R Laki-Laki 2014 68 59 9 5 9 7 6 16 16
IFF Perempuan 2013 118 27 15 13 30 10 15 19 16
AWH Perempuan 2015 45 4 10 5 8 2 12 8 0

Universitas Sumatera Utara


Domain Domain Domain Domain Domain
Domain Domain
Jenis Masalah Masalah Masalah Gejala Gejala
Nama Angkatan Aktivitas Tidur
Kelamin Umum Praktis Emosional Hidung Mata
Sesudah Sesudah
Sesudah Sesudah Sesudah Sesudah Sesudah
P Laki-Laki 2013 2 2 7 2 0 5 0
MTH Laki-Laki 2013 1 0 4 0 0 4 0
MR Laki-Laki 2013 0 0 2 0 0 0 0
TF Laki-Laki 2013 6 3 7 2 0 4 4
TS Laki-Laki 2013 6 5 22 10 12 12 12
MF Laki-Laki 2013 4 0 4 4 2 6 4
AGBS Perempuan 2013 0 3 3 3 1 5 2
HYY Laki-Laki 2013 7 0 0 6 3 7 2
FAM Laki-Laki 2014 0 1 11 2 4 6 2
DQR Perempuan 2013 0 0 3 2 0 1 0
BKS Perempuan 2013 2 1 1 4 3 5 6
MA Laki-Laki 2013 11 10 18 10 8 8 12
NKH Perempuan 2014 1 0 0 5 0 6 0
HP Laki-Laki 2014 3 3 7 3 4 4 4
LAP Perempuan 2015 5 3 7 12 4 16 10
RP Laki-Laki 2014 0 0 2 0 0 0 2
DNY Laki-Laki 2014 3 1 10 5 1 10 8
K Perempuan 2013 5 0 6 5 6 8 0
SON Perempuan 2015 0 0 4 1 0 3 0
SRM Perempuan 2013 11 5 19 5 6 15 10
KA Perempuan 2013 0 0 3 2 0 4 0
ANF Perempuan 2013 1 2 4 3 1 1 4
C Laki-Laki 2013 3 0 0 1 0 2 0
IN Perempuan 2013 4 3 0 4 0 8 0
P Laki-Laki 2013 0 0 0 9 0 10 9
NH Perempuan 2013 0 0 3 3 0 4 4

Universitas Sumatera Utara


OS Perempuan 2015 1 0 3 2 0 2 1
J Laki-Laki 2015 3 3 6 2 1 6 0
I Laki-Laki 2013 0 0 1 1 0 3 0
AAS Perempuan 2013 12 17 37 12 16 20 24
YN Laki-Laki 2013 0 0 2 4 0 3 0
TRH Perempuan 2013 3 3 4 2 0 4 0
MA Laki-Laki 2014 1 0 4 1 2 3 2
ZN Laki-Laki 2013 16 14 33 14 16 20 16
F Laki-Laki 2015 4 0 6 6 4 6 0
HC Perempuan 2013 3 4 5 5 0 7 5
Y Perempuan 2014 4 4 6 5 3 6 0
R Laki-Laki 2014 3 3 3 3 5 7 8
ML Laki-Laki 2014 2 1 3 1 1 1 1
R Laki-Laki 2014 5 4 6 8 10 17 9
IFF Perempuan 2013 3 1 9 3 7 4 0
AWH Perempuan 2015 1 0 2 0 0 1 0

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 11
HASIL ANALISIS DATA

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-Laki 23 54,8 54,8 54,8

Perempuan 19 45,2 45,2 100,0

Total 42 100,0 100,0

Stambuk

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 2013 26 61,9 61,9 61,9

2014 10 23,8 23,8 85,7

2015 6 14,3 14,3 100,0

Total 42 100,0 100,0

Stambuk * Jenis Kelamin Crosstabulation


Count

Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan Total

Stambuk 2013 13 13 26

2014 8 2 10

2015 2 4 6
Total 23 19 42

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

Total Skor Sebelum 42 117 18 135 62,12 30,989 960,303


Total Skor Sesudah 42 136 2 138 29,14 30,442 926,711
Valid N (listwise) 42

Universitas Sumatera Utara


UJI STATISTIK PADA RATA – RATA TOTAL SKOR SEBELUM DAN SESUDAH

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Diff ,125 42 ,096 ,962 42 ,171

a. Lilliefors Significance Correction

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Total Skor Sesudah - Total Negative Ranks 38a 22,86 868,50


Skor Sebelum Positive Ranks 4b 8,63 34,50

Ties 0c

Total 42

a. Total Skor Sesudah < Total Skor Sebelum


b. Total Skor Sesudah > Total Skor Sebelum
c. Total Skor Sesudah = Total Skor Sebelum

Test Statisticsa

Total Skor
Sesudah - Total
Skor Sebelum

Z -5,215b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on positive ranks.

Universitas Sumatera Utara


DOMAIN KUALITAS HIDUP

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Total Skor Sebelum 42 62,12 30,989 18 135


Domain Aktivitas Sebelum 42 6,38 3,722 0 15
Domain Tidur Sebelum 42 5,10 3,843 0 13
Domain Masalah Umum
42 13,14 9,129 0 30
Sebelum
Domain Masalah Praktis
42 8,29 3,947 2 16
Sebelum
Domain Masalah Emosional
42 6,57 5,147 0 19
Sebelum
Domain Gejala Hidung
42 14,33 5,211 3 24
Sebelum
Domain Gejala Mata
42 10,29 7,076 0 24
Sebelum
Total Skor Sesudah 42 29,21 30,397 2 138
Domain Aktivitas Sesudah 42 3,24 3,668 0 16
Domain Tidur Sesudah 42 2,29 3,658 0 17
Domain Masalah Umum
42 6,60 8,085 0 37
Sesudah
Domain Masalah Praktis
42 4,10 3,498 0 14
Sesudah
Domain Masalah Emosional
42 2,86 4,211 0 16
Sesudah
Domain Gejala Hidung
42 6,29 5,048 0 20
Sesudah
Domain Gejala Mata
42 3,83 5,310 0 24
Sesudah

Universitas Sumatera Utara


Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Total Skor Sesudah - Total Negative Ranks 38a 22,86 868,50


Skor Sebelum Positive Ranks 4b 8,63 34,50

Ties 0c

Total 42
Domain Aktivitas Sesudah - Negative Ranks 31d 21,21 657,50
Domain Aktivitas Sebelum Positive Ranks 7e 11,93 83,50
Ties 4f
Total 42
Domain Tidur Sesudah - Negative Ranks 30g 17,58 527,50
Domain Tidur Sebelum Positive Ranks 3h 11,17 33,50
Ties 9i
Total 42
Domain Masalah Umum Negative Ranks 31j 21,19 657,00
Sesudah - Domain Masalah Positive Ranks 7k 12,00 84,00
Umum Sebelum Ties 4l
Total 42
Domain Masalah Praktis Negative Ranks 35m 21,67 758,50
Sesudah - Domain Masalah Positive Ranks 5n 12,30 61,50
Praktis Sebelum Ties 2o
Total 42
Domain Masalah Emosional Negative Ranks 32p 20,27 648,50
Sesudah - Domain Masalah Positive Ranks 5q 10,90 54,50
Emosional Sebelum Ties 5r
Total 42
Domain Gejala Hidung Negative Ranks 38s 20,49 778,50
Sesudah - Domain Gejala Positive Ranks 1t 1,50 1,50
Hidung Sebelum Ties 3u
Total 42
Domain Gejala Mata Negative Ranks 32v 19,11 611,50
Sesudah - Domain Gejala Positive Ranks 3w 6,17 18,50
Mata Sebelum Ties 7x

Total 42
a. Total Skor Sesudah < Total Skor Sebelum
b. Total Skor Sesudah > Total Skor Sebelum

Universitas Sumatera Utara


c. Total Skor Sesudah = Total Skor Sebelum
d. Domain Aktivitas Sesudah < Domain Aktivitas Sebelum
e. Domain Aktivitas Sesudah > Domain Aktivitas Sebelum
f. Domain Aktivitas Sesudah = Domain Aktivitas Sebelum
g. Domain Tidur Sesudah < Domain Tidur Sebelum
h. Domain Tidur Sesudah > Domain Tidur Sebelum
i. Domain Tidur Sesudah = Domain Tidur Sebelum
j. Domain Masalah Umum Sesudah < Domain Masalah Umum Sebelum
k. Domain Masalah Umum Sesudah > Domain Masalah Umum Sebelum
l. Domain Masalah Umum Sesudah = Domain Masalah Umum Sebelum
m. Domain Masalah Praktis Sesudah < Domain Masalah Praktis Sebelum
n. Domain Masalah Praktis Sesudah > Domain Masalah Praktis Sebelum
o. Domain Masalah Praktis Sesudah = Domain Masalah Praktis Sebelum
p. Domain Masalah Emosional Sesudah < Domain Masalah Emosional Sebelum
q. Domain Masalah Emosional Sesudah > Domain Masalah Emosional Sebelum
r. Domain Masalah Emosional Sesudah = Domain Masalah Emosional Sebelum
s. Domain Gejala Hidung Sesudah < Domain Gejala Hidung Sebelum
t. Domain Gejala Hidung Sesudah > Domain Gejala Hidung Sebelum
u. Domain Gejala Hidung Sesudah = Domain Gejala Hidung Sebelum
v. Domain Gejala Mata Sesudah < Domain Gejala Mata Sebelum
w. Domain Gejala Mata Sesudah > Domain Gejala Mata Sebelum
x. Domain Gejala Mata Sesudah = Domain Gejala Mata Sebelum

Universitas Sumatera Utara


Test Statisticsa

Domain Masalah
Emosional
Domain Aktivitas Domain Tidur Domain Masalah Domain Masalah Sesudah - Domain Gejala Domain Gejala
Total Skor Sesudah - Sesudah - Umum Sesudah - Praktis Sesudah - Domain Masalah Hidung Sesudah - Mata Sesudah -
Sesudah - Total Domain Aktivitas Domain Tidur Domain Masalah Domain Masalah Emosional Domain Gejala Domain Gejala
Skor Sebelum Sebelum Sebelum Umum Sebelum Praktis Sebelum Sebelum Hidung Sebelum Mata Sebelum

Z -5,215b -4,178b -4,427b -4,159b -4,696b -4,492b -5,426b -4,860b


Asymp. Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai