Oleh :
FARID AULIA NASUTION
130100089
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan
Sarjana Kedokteran
Oleh :
FARID AULIA NASUTION
130100089
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
ABSTRAK
Pendahuluan: Rinitis alergi merupakan suatu peradangan pada mukosa hidung yang
ditandai dengan bersin – bersin, hidung berair, gatal, dan tersumbat. Rinitis alergi
menyerang hampir 20% populasi dunia. Manifestasi ini sangat mempengaruhi kualitas
hidup dan berdampak terhadap interaksi sosial, aktivitas sekolah, dan produktivitas kerja
penderitanya. Cuci hidung merupakan terapi yang sudah lama digunakan oleh masyarakat
India kuno untuk menjaga keseimbangan dan kebersihan rongga sinonasal. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh cuci hidung menggunakan NaCl 0,9% terhadap
peningkatan kualitas hidup mahasiswa dengan gejala rinitis alergi.
Metode: Penelitian ini bersifat analitik pre-eksperimental dengan desain one group
pretest-posttest. Populasi penelitian meliputi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara angkatan 2013, 2014, dan 2015 dengan gejala rinitis alergi. Skrining
rinitis alergi menggunakan kuesioner SFAR tervalidasi tanpa melakukan uji skin prick
test. Kualitas hidup dinilai dengan menggunakan kuesioner RQLQ tervalidasi
Hasil: Skrining terhadap 279 mahasiswa memperlihatkan 114 orang (40,9%) memiliki
gejala rinitis alergi dengan skor SFAR ≥ 7. Dengan simple random sampling diperoleh
sampel sebanyak 42 orang. Rata – rata total skor RQLQ sebelum melakukan cuci hidung
adalah 62,12 ± 30,989, dan setelah melakukan cuci hidung 2 kali sehari selama 14 hari
menurun menjadi 29,21 ± 30,397. Dengan uji wilcoxon didapatkan penurunan bermakna
rata – rata total skor RQLQ dengan nilai p value (0,000) < 0,05.
Kesimpulan: Cuci hidung menggunakan NaCl 0,9% dapat menurunkan rata – rata total
skor RQLQ secara bermakna pada mahasiswa dengan gejala rinitis alergi. Dengan
demikian, cuci hidung efektif untuk memperbaiki kualitas hidup pasien rinitis alergi.
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Cuci Hidung dengan NaCl 0,9%
Terhadap Peningkatan Kualitas Mahasiswa dengan Rinitis Alergi di Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara” ini sebagai salah satu syarat kelulusan Sarjana Kedokteran
di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan
dukungan dari orangtua dan berbagai pihak, mulai dari pemilihan topik dan judul hingga
terbentuk hasil skripsi yang sudah mumpuni ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Dr. dr. Aldi Syafruddin Rambe, Sp. S(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
2. dr. Ferryan Sofyan, M.Kes, Sp.THT-KL, selaku dosen pembimbing I dan dr. Flora
Marlita Lubis, Sp.KK, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak membantu
penulis, meluangkan waktu, tenaga, dan ide pikiran, memberikan saran dan
masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik –
baiknya.
3. dr. Siska Mayasari Lubis, M.Ked.(Ped), Sp.A, selaku ketua dosen penguji dan Dr.
dr. Sry Suryani Widjaja, M.Kes, selaku anggota dosen penguji yang telah
memberikan nasihat dan saran yang sangat konstruktif sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan sebaik – baiknya.
4. Ayahanda Drs. H. Parimpunan Nasution (alm) dan Ibunda Maslan Pohan selaku
orangtua penulis, serta Kakanda Syukri Yusuf Nasution, ST, dan Zaki Abdullah
Nasution, S.ST, yang senantiasa menjadi penyemangat dengan memberikan
dukungan dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh
keyakinan dan semangat.
5. Rekan – rekan sejawat mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara yang telah bersedia menjadi responden penelitian ini.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................... ii
ABSTRACT .................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1
6.1. Kesimpulan.................................................................................. 43
6.2. Saran ............................................................................................ 43
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR LAMPIRAN
dengan prevalensi tertinggi di Asia Pasifik adalah Hong Kong dan Thailand
(Bangkok).5
Berdasarkan studi prevalensi yang dilakukan terhadap mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara selama periode Juli – Oktober 2014
menggunakan kuesioner modifikasi ECRHS II, diperoleh data prevalensi rinitis
alergi sebanyak 41,4%. Kejadian rinitis alergi lebih tinggi pada jenis kelamin
perempuan (61%) dibandingkan dengan laki-laki (39%). Riwayat keluarga atopi
berpengaruh terhadap 55,3% sampel yang mengalami rinitis alergi. Sebanyak
32,7% penderita rinitis alergi disertai dengan adanya komorbid, dengan faktor
komorbid terbanyak adalah eksema sebesar 22,0%.6
Hidung sebagai organ penting yang terlibat dalam rinitis alergi memiliki
sejumlah fungsi penting. Selain sebagai penghidu, hidung juga berperan untuk
purifikasi udara. Rongga hidung memiliki vibrisa pada vestibulum nasi yang
berperan untuk filtrasi udara. Silia dan lapisan mukus berperan penting terhadap
fungsi transpor mukosiliar yaitu pembersihan saluran hidung dari benda asing,
termasuk bakteri dan virus dengan cara diekspektoran atau disterilkan oleh asam
lambung. Mukus juga berfungsi untuk menghangatkan udara inspirasi dan
mendinginkan udara ekspirasi, serta melembapkan udara inspirasi dengan lebih dari
satu liter uap setiap harinya.7
Oleh karena itu kebersihan hidung merupakan hal yang perlu untuk
diperhatikan, terlebih jika dijumpai adanya gangguan. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan cara cuci hidung. Terapi cuci hidung merupakan prosedur
sederhana yang telah dilakukan untuk mengatasi gejala di rongga sinonasal.
Prinsipnya adalah dengan menyemprotkan larutan salin pada salah satu lubang
hidung dan membiarkannya mengalir keluar melalui lubang hidung sebelahnya.
Cuci hidung diindikasikan untuk beberapa kasus seperti sinusitis (akut & kronis),
rinitis alergi, ISPA, dan terapi pasca bedah sinus endoskopi (BSE). Sedangkan
kontraindikasinya jika terdapat penyembuhan trauma wajah yang inkomplit.8 Studi
meta-analisis menunjukkan hasil yang menarik mengenai cuci hidung dengan
larutan salin, didapati sebanyak 27,66% terjadi perbaikan gejala hidung, 62,1%
Sinus etmoidalis yang terdapat di antara hidung dan mata. Sinus ini dibagi
menjadi kelompok anterior, media, dan posterior. Kelompok anterior bermuara ke
dalam infundibulum, kelompok media bermuara ke dalam meatus media, dan
kelompok posterior bermuara ke dalam meatus superior. Membran mukosanya
dipersarafi oleh n. etmoidalis anterior dan posterior.11
sekitar 109 silia per cm2.13 Strukturnya terbentuk dari dua mikrotubulus sentral
tunggal yang dikelilingi sembilan pasang mikrotubulus, semuanya terbungkus
dalam membran sel berlapis tiga yang tipis dan rapuh.7 Silia memiliki gerakan yang
metakronis yang berfungsi mendorong mukus untuk bergerak ke arah nasofaring,
kemudian ke orofaring dan hipofaring, yang selanjutnya sekretnya akan ditelan.13
Kerja silia dapat terganggu oleh adanya udara yang sangat kering, yang sering
terjadi di rumah pada bulan – bulan musim dingin dengan pemanasan. Polusi udara
(nitrogen dioksida dan sulfur dioksida) mengganggu efektivitas silia dalam
berbagai cara.7
Lapisan mukus merupakan sawar terhadap alergen, virus, dan bakteri. Beberapa
molekul yang terlibat adalah defensin, lisozim, dan IgA. Mukus memiliki viskositas
yang rendah, sehingga mempermudah laju gerak silia, dan juga mencegah
glycoprotein dari lapisan mukus menempel pada glycocalyx dari membran apikal
epitel. Pada individu sehat, mukus dari saluran nafas mengandung 97% air dan
hanya 3% zat padat yang 30% terdiri dari musin.13 Arah gerakan mukus dalam
hidung umumnya ke belakang dikarenakan silia lebih aktif pada meatus media dan
inferior yang terlindung, maka cenderung menarik lapisan mukus dari meatus
komunis ke dalam celah – celah ini. Pada septum arah gerakannya ke belakang dan
ke bawah menuju dasar. Pada dasar hidung, arahnya ke belakang dan cenderung
bergerak di bawah konka inferior ke dalam meatus inferior. Sedangkan sisi medial
konka, arah gerakan ke belakang dan ke bawah, lewat di bawah tepi inferior meatus
yang bersangkutan. Kecepatan gerakan mukus dipengaruhi oleh kerja silia yang
berbeda di berbagai bagian hidung. Kecepatan pada segmen hidung anterior
mungkin hanya seperenam dari segmen posterior, yaitu sekitar 1 – 20 mm/menit.7
Ada dua penyebab gangguan pada pembersihan mukosiliar, yaitu: 1) gerak silia
yang dihambat secara langsung, seperti pada kasus defek genetik pada protein
sentral aksonem, atau 2) disfungsi sementara yang disebabkan oleh infeksi dan
pengaruh lingkungan. Beberapa kasus yang sering mengganggu proses
pembersihan mukosiliar adalah diskinesia silia primer dan sekunder, kistik fibrosis,
PPOK, asma, dan gangguan rinologi lain ya.13
Reaksi alergi tipe I diawali dengan adanya sensitisasi. Pada fase ini, setiap
alergen / antigen yang masuk ke mukosa akan diangkut oleh antigen presenting cell
(APC) melalui MHC Class II ke sel CD+4 T limfosit (T cell). T cell akan
berdiferensiasi menjadi sel Th1 dan Th2. Selanjutnya sel Th2 akan melepaskan
berbagai sitokin seperti IL-4 dan IL-13. Sitokin tersebut akan berikatan dengan
reseptor di permukaan sel B dan mengaktifkan sel B untuk memproduksi IgE
spesifik antigen yang akan berikatan pada permukaan sel mast dan basofil pada
reseptor Fc.19
Jika suatu saat alergen yang sama terpapar kembali pada mukosa hidung yang
telah tersensitisasi, maka alergen tersebut akan berikatan dengan kompleks IgE dan
akan menyebabkan terjadinya degranulasi sel mast dan basofil yang akan
mengeluarkan mediator – mediator neuroaktif dan vasoaktif seperti histamin,
leukotrien, prostaglandin, heparin, kinin, dan protease.19 Mediator seperti histamin
akan langsung mempengaruhi pembuluh darah (meningkatkan permeabilitas
vaskular dan kebocoran plasma) dan ujung saraf sensoris, sedangkan leukotrien
menyebabkan vasodilatasi. Aktivasi dari saraf sensoris akan menimbulkan rasa
gatal dan berbagai refleks sentral. Hal tersebut meliputi refleks bersin dan refleks
parasimpatis yang menstimulasi sekresi banyak mukus di hidung dan kejadian
vasodilatasi. Hiperresponsif saraf sensoris merupakan gejala yang paling menonjol
pada rinitis alergi.20
Pada reaksi fase lambat, mediator inflamasi yang paling berperan adalah
eosinofil. Aktivasi dari eosinofil ini akan mengeluarkan beberapa produk granul
yang toksik seperti major basic protein (MBP), eosinophil cationic protein (ECP),
dan eosinophil peroxidase (EPO) yang dapat merusak sel – sel epitel dari rongga
hidung.19
Epistaksis berulang
Anosmia
Tetapi respon fase lambat dapat berlangsung dalam waktu 4-8 jam setelah paparan
alergen.23 Beberapa yang menjadi kontraindikasi SPT adalah pasien dengan asma
berat yang tak terkontrol, adanya penyakit kulit seperti ekzema, penyakit
kardiovaskular yang berat dan tidak stabil, dan pasien dalam pengobatan beta-
blocker.14
Tabel 2.2 Interpretasi Hasil Skin Prick Test23
Ukuran (mm) Skala Interpretasi
<4 0+ Negative
5 – 10 2+ Mildly sensitive
10 – 15 3+ Moderate sensitive
>15 4+ Very sensitive
sedangkan pada orang dewasa sering didapati adanya penurunan poduktivitas dan
konsentrasi.27 Untuk rinitis alergi, kuesioner yang sudah tervalidasi adalah
kuesioner Rhinitis Quality of Life Questionnaire (RQLQ) yang terdiri atas 28
pertanyaan, 7 area, dan skala 0-6.9
Beberapa jenis obat yang juga sering ditambahkan pada penggunaan cuci
hidung adalah antibiotik dan antifungi. Gentamisin dan Tobramisin adalah
antibiotik yang paling sering digunakan. Salep Bactroban sering dipakai untuk
mengeradikasi infeksi stafilokokus. Amfoterisin B yang dilarutkan dalam air steril
(100µg/ml) dapat memperbaiki gejala sinusitis dan polip hidung. Namun dalam
penelitian lain oleh Gosepath et al, bahwa penggunaan antiseptik dan antifungi
(Betadine, hydrogen peroxide, amphotericin B, itraconazole) dapat menurunkan
pembersihan mukosiliar.29
Polutan
Genetik Alergen inhalan (NO, CO, Ozon)
Respon imun
hipersensitifitas tipe 1
Rinitis alergi
Gejala Pengobatan
Kualitas Hidup
Gambar 3.1. Kerangka Teori
22
24
2
(𝑧𝛼 + 𝑧𝛽)𝑆
𝑛1 = 𝑛2 = [ ]
𝑥1 − 𝑥2
Keterangan:
Zα = deviat baku alpha
Zβ = deviat baku beta
S = simpang baku gabungan
𝑥1 − 𝑥2 = selisih minimal rerata yang dianggap bermakna
Oleh karena itu, maka besar sampel pada penelitian ini adalah:
2
(𝑧𝛼 + 𝑧𝛽)𝑆
𝑛1 = 𝑛2 = [ ]
𝑥1 − 𝑥2
2
(1,64 + 0,84)10,5
𝑛1 = 𝑛2 = [ ]
4
𝑛1 = 𝑛2 = 42,38, dibulatkan menjadi 42
Nilai zα dan zβ ditentukan berdasarkan kesalahan tipe 1 dan tipe 2 yang
ditentukan oleh peneliti. Nilai tersebut juga ditentukan apakah hipotesis bersifat
satu arah atau dua arah. Oleh sebab itu peneliti mengasumsikan kesalahan tipe 1
sebesar 5% (1,64) dan kesalahan tipe 2 sebesar 20% (0,84).37 Nilai simpangan baku
gabungan (S) diperoleh berdasarkan penelitian sebelumnya yaitu sebesar 10,5
dengan selisih minimal rerata yang dianggap bermakna sebesar 4.38
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka diperoleh besar sampel sebesar 42
orang. Adapun pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan cara simple
random sampling.
Ethical Clearance
Mahasiswa FK USU
Angkatan 2013 - 2015
Persetujuan informed
consent
Pembagian kuesioner
kualitas hidup (pre-test)
Pembagian kuesioner
kualitas hidup (post-test)
Pengelolaan dan
analisis data
Mahasiswa/i dengan
Persentase
Jenis Kelamin Rinitis Alergi
(%)
(n)
Laki – laki 42 36,8
Perempuan 72 63,2
Total 114 100
33
Tabel 5.1. menunjukkan bahwa dari 114 orang dengan rinitis alergi, dijumpai
bahwa jumlah perempuan sebanyak 72 orang (63,2%) lebih banyak daripada jumlah
laki – laki yang berjumlah 42 orang (36,8%).
Selanjutnya dilakukan pengacakan untuk memperoleh subjek penelitian
sebanyak 42 orang dengan menggunakan teknik simple random sampling.
Karakteristik subjek penelitian dideskripsikan pada tabel 5.2.
Tabel 5.2. menunjukkan bahwa jumlah laki – laki yang menjadi subjek
penelitian adalah sebanyak 23 orang, dan jumlah perempuan yaitu sebanyak 19
orang.
Subjek dinyatakan memiliki rinitis alergi jika diperoleh total skor SFAR ≥ 7.
Rentang skor tersebut adalah 7 – 16. Skor minimum untuk menetapkannya menjadi
subjek penelitian adalah 7, dan skor maksimumnya adalah 16. Distribusi total skor
SFAR pada mahasiswa yang menjadi subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 5.3.
Mahasiswa/i dengan
Jumlah
Total skor SFAR Rinitis Alergi
(%)
(n)
7 8 19
8 5 11,9
9 5 11,9
10 11 26,2
11 2 4,8
12 3 7,1
13 6 14,3
15 2 4,8
Total 42 100
Dari tabel 5.3. menunjukkan bahwa total skor SFAR yang terbanyak dijumpai
pada subjek penelitian adalah skor 10 dengan jumlah subjek sebanyak 11 orang.
Tabel 5.4. Hasil Pengukuran Skor Kualitas Hidup RQLQ Sebelum dan Sesudah
Melakukan Cuci Hidung
Berdasarkan tabel 5.4. didapatkan gambaran bahwa rata-rata total skor kualitas
hidup mahasiswa/i dengan rinitis alergi sebelum melakukan cuci hidung adalah
sebesar 62,12 ± 30,989, dan setelah melakukan cuci hidung selama 14 hari rata –
rata total skor kualitas hidup berukurang menjadi sebesar 29,21 ± 30,397.
Dari data tersebut juga dijumpai adanya penurunan rata – rata terhadap seluruh
domain kualitas hidup. Namun untuk membuktikan apakah penurunan tersebut
bermakna, maka perlu dilakukan uji statistik. Untuk mengetahui jenis uji yang akan
digunakan, maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan
menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov. Hasil uji tersebut dapat dilihat pada tabel
5.5.
Tabel 5.5. menunjukkan bahwa data pengukuran total skor kualitas hidup
pretest memiliki nilai p value > 0,05, yang berarti data berdistribusi normal.
Sedangkan data total skor kualitas hidup posttest memiliki nilai p value < 0,05, yang
berarti data tidak berdistribusi normal. Dengan demikian, jenis uji yang dipakai
adalah uji wilcoxon dikarenakan ada data yang tidak berdistribusi normal,
Variabel Z p Value
Total skor kualitas hidup pretest – total skor
-5,215 0,000
kualitas hidup posttest
Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat bahwa nilai Z adalah sebesar -5,215 dan
nilai p value adalah 0,000. Nilai p value tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat
disimpulkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap perubahan rata – rata total
skor kualitas hidup pretest dan posttest. Untuk melihat apakah perbedaan yang
signifikan tersebut berlaku untuk seluruh domain kualitas hidup, maka dilakukan
juga uji wilcoxon pada setiap domain kualitas hidup pretest dan posttest. Hasil
tersebut dideskripsikan pada tabel 5.7.
Tabel 5.7. menunjukkan bahwa total skor pada setiap domain kualitas hidup
mengalami penurunan yang bermakna antara sebelum dan sesudah melakukan cuci
hidung dengan nilai p value < 0,05.
5.2. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh melakukan cuci hidung
menggunakan NaCl 0,9% terhadap peningkatan kualitas hidup mahasiswa dengan
rinitis alergi. Untuk mengidentifikasi mahasiswa yang memiliki rinitis alergi maka
digunakan kuesioner SFAR yang sudah divalidasi. Gold standard untuk diagnosis
rinitis alergi adalah uji cukit kulit (skin prick test), tetapi ini tidak dilakukan oleh
karena membutuhkan biaya yang besar. Kuesioner SFAR terdiri dari 4 pertanyaan
standar mengenai gejala hidung yang diambil dari 6 pertanyaan kuesioner ISAAC
ditambah dengan pertanyaan riwayat alergi dan asma dalam keluarga serta persepsi
individu tentang alergi dan kualitas hidup, sehingga menghasilkan 10 pertanyaan
yang tervalidasi. Validasi kuesioner SFAR ditempuh melalui 3 cara yaitu melalui
validasi diagnosis, validasi internal, dan berdasarkan akseptabilitas populasi.
Kuesioner SFAR memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik yaitu 84% dan
81%, dengan sensitivitas yang lebih baik dibandingkan dengan kuesioner ISAAC.
Kuesioner SFAR sudah digunakan untuk mendata prevalensi rinitis alergi pada
suatu populasi luas, seperti di Prancis.39,40 Penelitian Bousquet et al yang ingin
mengetahui karakteristik pasien rinitis alergi, menggunakan kuesioner SFAR
sebagai alat skrining untuk memperoleh pasien rinitis alergi sebanyak 591 orang,
dan untuk mengklasifikannya ke dalam 4 klasifikasi ARIA, dilakukan pemeriksaan
skin prick test dan penilaian komorbiditas.44 Begitu pula penelitian yang dilakukan
oleh Amizadeh et al, yang ingin melakukan survey prevalensi rinitis alergi pada
pelajar SMA dan ingin mengetahui dampak rinitis alergi pada kualitas hidupnya.
Alat skrining yang digunakan juga kuesioner SFAR, dan penilaian kualitas hidup
menggunakan kuesioner SF-36.45
Oleh sebab itu, alat yang digunakan untuk menyaring rinitis alergi pada
penelitian ini adalah kuesioner SFAR. Penyaringan dilakukan pada 279 mahasiswa
yang terdiri dari angkatan 2013, 2014, dan 2015, dan diperoleh 114 orang yang
memiliki rinitis alergi dengan total skor SFAR ≥ 7. Dari 114 orang tersebut, jumlah
perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki – laki, yaitu sebanyak 63,2%.
Hal ini dapat berkaitan dengan hormon estrogen yang ada pada wanita. Estrogen
dapat memicu reaksi alergi pada wanita melalui ikatan dengan reseptor estrogen α
di permukaan sel mast, dimana reaksi puncaknya bisa dijumpai pada saat
menstruasi dan masa kehamilan. Selain itu, estrogen juga dapat merangsang
produksi sel Th2 dan meregulasi sintesis IgE atau antibodi lainnya, sehingga sering
menimbulkan reaksi autoantigen dan menstimulasi lepasnya histamin, sitokin Th2,
dan leukotrien yang menyebabkan reaksi hipersensitivitas tipe 1.46
Rhinoconjungtivitis Quality of Life) yang bermakna (p < 0,001) dari 36,7 ± 20,48
(data awal) menjadi 14,9 ± 11,03 (minggu ke-4) dan 10,10 ± 10,65 (minggu ke-8).48
Suatu studi meta-analisis yang dirangkum dari beberapa penelitian
menunjukkan bahwa cuci hidung menggunakan larutan salin isotonis dapat
memperbaiki gejala pada hidung sebesar 27,66%, perbaikan akselerasi dari waktu
transpor mukosiliar sebesar 31,19%, dan perbaikan kualitas hidup sebesar 27,88%.
Pada anak – anak usia < 15 tahun, didapati perbaikan maksimum 20%, sementara
itu pada orang dewasa dijumpai perbaikan sebesar 45%. Adapun perbedaan ini bisa
disebabkan karena kurangnya kepatuhan dan intensitas dalam melakukan cuci
hidung pada anak – anak.9
Cuci hidung juga efektif untuk mengatasi masalah hidung tersumbat. Seperti
penelitian Sinha et al, yang membandingkan efektivitas cuci hidung menggunakan
larutan hipertonis dengan tetes hidung yang mengandung xylometazoline pada
pasien rinitis alergi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan penurunan yang
signifikan terhadap rata – rata skor Nasal Index Score (NIS) meliputi: hidung
tersumbat (0,7), hidung berair (0,5), bersin – bersin (0,7), dan iritasi mata (0,7).
Penelitian ini juga membuktikan bahwa cuci hidung menggunakan larutan salin
hipertonis 3 kali sehari lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan tetes hidung
yang mengandung oxymetazoline, sehingga ketergantungan terhadap obat – obatan
dapat dikurangi, perbaikan gejala dan kualitas hidup dapat tercapai. Walaupun
manfaat klinis yang muncul membutuhkan waktu cukup lama, tetapi efek samping
yang didapatkan lebih kecil dari penggunaan obat – obatan.49
Dalam studi lainnya yang terdiri dari 871 orang dewasa usia 17 – 65 tahun
penderita sinusitis dengan gangguan sedang sampai berat terhadap kualitas hidup.
Responden penelitian dikelompokkan menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama
diberikan terapi cuci hidung, kelompok kedua diberikan terapi inhalasi uap air
panas, dan kelompok ketiga diberikan kombinasi terapi cuci hidung dan inhalasi
uap air panas. Setelah 6 bulan, kebanyakan responden yang menggunakan terapi
cuci hidung dapat mempertahankan 10 poin perbaikan pada Rhinosinusitis
Disability Index dibandingkan responden yang tidak menggunakan cuci hidung.
Kebanyakan dari responden tersebut juga sudah mengurangi penggunaan obat
bebas dalam 6 bulan terakhir. Mekanisme utama yang dapat mengurangi gejala
tersebut adalah bahwa cuci hidung membilas keluar seluruh zat alergen / iritan dan
kelebihan mukus yang terdapat di mukosa hidung. Cuci hidung dapat digunakan
untuk jangka panjang selama alat cuci hidungnya selalu diganti setelah beberapa
pemakaian, untuk mencegah terjadinya infeksi.50,51
Beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa hasil penelitian ini
memberikan hasil yang tidak jauh berbeda dengan penelitian – penelitian
sebelumnya dan menunjukkan bahwa terapi cuci hidung adalah terapi yang
sederhana, aman, murah, dan efektif untuk mengatasi gangguan sinonasal, termasuk
rinitis alergi.
6.1. Kesimpulan
Hasil dari penelitian ini memberikan beberapa kesimpulan antara lain:
1. Prevalensi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
tahun 2016 yang memiliki rinitis alergi adalah 40,9%, dengan jumlah lebih
tinggi pada perempuan sebesar 63,2% dan laki – laki 36,8%.
2. Rata – rata total skor kualitas hidup RQLQ mahasiswa yang memiliki rinitis
alergi sebelum melakukan cuci hidung dengan NaCl 0,9% adalah sebesar
62,12 ± 30,989.
3. Rata – rata total skor kualitas hidup RQLQ mahasiswa yang memiliki rinitis
alergi sesudah melakukan cuci hidung dengan NaCl 0,9% 2 kali sehari
selama 14 hari adalah sebesar 29,21 ± 30,397.
4. Terdapat pengaruh yang bermakna terhadap penurunan rata – rata total skor
kualitas hidup RQLQ sebelum dan sesudah melakukan cuci hidung
menggunakan NaCl 0,9% 2 kali sehari selama 14 hari, dengan nilai p =
0,000. Dengan demikian, penurunan bermakna ini dapat dinilai sebagai
adanya perbaikan kualitas hidup mahasiwa dengan rinitis alergi.
6.2. Saran
Dari hasil penelitian ini ada beberapa hal yang direkomendasikan yang
dianggap dapat memberikan manfaat, antara lain :
1. Bagi petugas kesehatan, dapat menggunakan terapi cuci hidung dengan
NaCl 0,9% pada pasien rinitis alergi untuk mengurangi gejala – gejala yang
mengganggu dan untuk memperbaiki fungsi / kualitas hidup pasien.
2. Bagi peneliti lain, dapat menambahkan kelompok kontrol ataupun variabel
lain untuk menguji bagaimana pengaruhnya terhadap efektivitas terapi cuci
hidung menggunakan NaCl 0,9% pada pasien rinitis alergi, seperti faktor
perbedaan usia, suku, jenis kelamin, adanya penambahan obat, durasi
43
DAFTAR PUSTAKA
16. Wallace DV, Dykewicz MS. The Diagnosis and Management of Rhinitis:
An Updated Parameter. J Allergy Clin Immunol. 2008 August;122(2):S1-
S84.
17. Wang DY. Risk Factors of Allergic Rhinitis. J Therapeutics and Clinical
Risk Management. 2005;1(2):115-23.
18. Okubo K, Kurono Y, Fujieda S, Ogino S, Uchio E, Odajima H, et al.
Japanese Guideline for Allergic Rhinitis 2014. Allergology International.
2014;63(3):357-75.
19. Sin B, Togias A. Pathophysiology of Allergic and Nonallergic Rhinitis.
Proceedings of American Thoracic Society. 2011;8:106-14.
20. Wheatley LM, Togias A. Allergic Rhinitis. N Eng J Med. 2015
Jan;372(5):456-63.
21. Dykewicz MS. Allergic Rhinitis Diagnostic Work-Up Overview. In: Akdis
CA, Hellings PW, Agache I, editors. Global Atlas of Allergic Rhinitis and
Chronic Rhinosinusitis. European Academy of Allergy and Clinical
Immunology; 2015. p.150-2.
22. Sheikh J. Allergic Rhinitis [internet]. [updated 2016 Feb 19;cited 2016 Apr
17]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/134825-
overview.
23. Liang A. Skin Testing in Asthma and Hay Fever. New Zealand Fam
Physician Pub. 2002 Dec;29(6):419-21.
24. Pitarini AP, Irawati N, Poerbonegoro NL, Wulandari D, Badarsono S.
Perubahan Kualitas Hidup, Eosinofil Mukosa Hidung, dan Interleukin-5
Serum Pasien Rinitis Alergi Pasca Terapi. J ORLI. 2015;45(2):121-30.
25. Skoner DP. Complications of Allergic Rhinitis. J Allergy Clin Immunol.
2000 Jun;105(6):S605-9.
26. Fallowfield L. What is Quality of Life ? 2th ed. 2009. [Accessed 15 Apr
2016]. Available from: www.whatisseries.co.uk.
27. Leynaert B, Neukirch C, Liard R, Bousquet J, Neukirch F. Quality of Life
in Allergic Rhinitis and Asthma. Am J Respir Crit Care Med. 2000
Apr;162:1391-6.
28. Barham HP, Harvey RJ. Nasal Saline Irrigation: Therapeutic or
Homeopathic. Braz J Otorhinolaryngol. 2015;81:457-8.
29. Brown CL, Graham SM. Nasal Irrigations: Good or Bad ? Curr Opin
Otolaryngol Head Neck Surg. 2004;12:9-13.
30. Tomooka LT, Murphy C, Davidson TM. Clinical Study and Literature
Review of Nasal Irrigation. The Laryngoscope. 2000 Jul;110:1189-93.
31. Hernandez JG. Nasal Saline Irrigation for Sinonasal Disorders. Philipp J
Otolaryngol Head Neck Surg. 2007 Dec;22(1,2):37-9.
32. Papsin B, McTavish A. Saline Nasal Irrigation: Its Role as an Adjunct
Treatment. Can Fam Physician. 2003 Feb;49:168-73.
33. Purba IE. Perbedaan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita
Rinosinusitis Kronis Setelah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopik
Fungsional dengan Adjuvan Terapi Cuci Hidung Cairan Isotonik NaCl
0,9% Dibandingkan Cairan Hipertonik NaCl 3% [Tesis]. Medan:
Universitas Sumatera Utara; 2011.
34. Homer JJ, England RJ, Wilde AD, Harwood GR, Stafford ND. The Effect
of pH of Douching Solutions on Mucociliary Clearance. Clin Otolaryngol.
1999 Aug;24(4):312-5.
35. Anonymous. Nasal Irrigation Instructions. University of Wisconsin
Department of Family Medicine. [Accessed 28 Mar 2016]. Available from:
http://www.fammed.wisc.edu/research/past-projects/nasal-irrigation.
36. Dwiyani K. Cegah Radang Saluran Napas dengan Cuci Hidung [internet].
[updated 2015 Sept 1; cited 2016 Apr 19]. Available from:
http://rsuppersahabatan.co.id/index.php/7/241/.
37. Mukhtar Z, Haryuna TS, Effendy E, Rambe AY, Betty, Zahara D. Desain
Penelitian Klinis dan Statistika Kedokteran. Medan: USU Press; 2011.
38. Sitorus CU. Pengaruh Cuci Hidung Menggunakan NaCl 0,9% Terhadap
Penurunan Rata-Rata Total Skor Kualitas Hidup Pada Pedagang Kaki Lima
di Kawasan Universitas Sumatera Utara Tahun 2015 [Skripsi]. Medan:
Universitas Sumatera Utara; 2016.
39. Maesano IA, Didier A, Klossek M, Chanal I, Moreau D, Bousquet J. The
Score for Allergic Rhinitis (SFAR): A Simple and Valid Assessment
Method in Population Studies. Allergy. 2002;57:107-14.
40. Piau JP, Massot C, Moreau D, Aït Khaled N, Bouayad Z, Mohammad Y.
Assessing Allergic Rhinitis in Developing Countries. Int J Tuberc Lung Dis.
2010;14(4):506-12.
41. Juniper EF, Guyatt GH, Griffith LE, Ferrie PJ. Interpretation of
Rhinoconjunctivitis Quality of Life Questionnaire Data. J Allergy Clin
Immunol. 1996 Oct;98(4):843-5.
42. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta; 2012.
43. Budiarto E, editor. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012.
44. Bousquet J, Annesi-Maesanow I, Caratz F, Le´gers D, Ruginaz M, Pribil C,
et al. Characteristics of intermittent and persistent allergic rhinitis:
DREAMS Study Group. Clin Exp Allergy. 2005; 35:728–32.
45. Amizadeh M , Safizadeh H, Bazargan N, Farrokhdoost Z. Survey on the
Prevalence of Allergic Rhinitis and its Effect on the Quality of High School
Students’ Life. Iranian Journal of Otorhinolaryngology. 2013;2(25):79-84.
46. Shah S. Hormonal Link to Autoimmune Allergy. J of International
Scholarly Research Network Allergy. 2012;1-5.
47. Wu M, Wang Q, Zhang K, Wu K, Zhang Y, Wang Z, et al. The Effect of
Nasal Irrigation in The Treatment of Allergic Rhinitis. J of Clin
Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. 2014 Mar;28(5):287-9.
48. Nguyen AS, Psaltis AJ, Schlosser RJ. Isotonic Saline Nasal Irrigation is an
Effective Adjunctive Therapy to Intranasal Corticosteroid Spray in Allergic
Rhinitis. Am J of Rhinology and Allergy. 2014;28(4):308-11.
49. Sinha ON, Deswal M. Comparing Hypertonic Saline and Xylometazoline
in Allergic Rhinitis. Int J Res Med Sci. 2015 Dec;3(12):3620-3.
Dengan hormat,
Saya Farid Aulia Nasution, mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, sedang melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Cuci
Hidung dengan NaCl 0,9% Terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Mahasiswa dengan Rinitis
Alergi di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah terdapat pengaruh cuci hidung dengan larutan NaCl 0,9% terhadap
peningkatan kualitas hidup pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara yang mengalami rinitis alergi yang dievaluasi dengan menggunakan kuesioner kualitas
hidup RQLQ yang terdiri atas 28 pertanyaan.
Alur penelitian ini dimulai dengan memberikan kuesioner kualitas hidup pre-test
pada responden. Selanjutnya, dilakukan intervensi berupa cuci hidung dengan larutan NaCl
0,9% yang dilakukan oleh responden sebanyak 2 kali setiap hari (pagi dan sore) selama 14
hari dengan komposisi larutan 40 cc setiap harinya (20 cc setiap kali cuci hidung). Setelah
dilakukan cuci hidung selama 14 hari, kemudian dilakukan evaluasi dengan memberikan
kuesioner kualitas hidup post-test untuk menilai ada tidaknya perubahan total skor kualitas
hidup.
Oleh sebab itu, saya memohon kesediaan dan kerjasama Saudara/i untuk
berpartisipasi sebagai responden pada penelitian ini. Partisipasi Saudara/i bersifat sukarela
dan tanpa ada paksaan. Saudara/i berhak untuk menolak menjadi responden jika tidak
bersedia. Segala informasi yang berkenaan dengan Saudara/i tetap terjaga kerahasiaannya
dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Untuk penelitian ini Saudara/i tidak akan
dikenakan biaya apapun. Apabila Saudara/i membutuhkan penjelasan lebih lanjut, maka
dapat menghubungi saya:
Nama : Farid Aulia Nasution
Alamat : Jalan Perjuangan Gg. Famiy Kelurahan Tanjung Rejo
Kecamatan Medan Sunggal 20122
No. HP : 0821 6481 4186
Medan,............................2016
Peneliti,
Medan,..........................2016
Yang memberikan penjelasan, Yang membuat pernyataan
persetujuan,
KUESIONER SFAR
(Score for Allergic Rhinitis Questionnaire)
Correlations
Pertanyaan1 Pearson Correlation 1 ,395 ,452 ,520* ,395 ,580* ,423 ,621* ,851**
Sig. (2-tailed) ,145 ,091 ,047 ,145 ,023 ,117 ,013 ,000
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan2 Pearson Correlation ,395 1 ,286 ,149 ,464 ,367 ,468 ,071 ,653**
Sig. (2-tailed) ,145 ,302 ,595 ,081 ,179 ,079 ,800 ,008
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan3 Pearson Correlation ,452 ,286 1 ,747** ,286 ,105 ,134 ,250 ,534*
Sig. (2-tailed) ,091 ,302 ,001 ,302 ,710 ,635 ,369 ,040
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan4 Pearson Correlation ,520* ,149 ,747** 1 ,374 ,219 ,280 ,075 ,548*
Sig. (2-tailed) ,047 ,595 ,001 ,170 ,432 ,313 ,791 ,034
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan5 Pearson Correlation ,395 ,464 ,286 ,374 1 ,367 ,468 ,071 ,689**
Sig. (2-tailed) ,145 ,081 ,302 ,170 ,179 ,079 ,800 ,005
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan6 Pearson Correlation ,580* ,367 ,105 ,219 ,367 1 ,294 ,419 ,685**
Sig. (2-tailed) ,023 ,179 ,710 ,432 ,179 ,287 ,120 ,005
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Sig. (2-tailed) ,000 ,008 ,040 ,034 ,005 ,005 ,017 ,029
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,763 8
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted
Scale Statistics
Centanglah setiap pertanyaan dibawah ini yang sesuai dengan keadaan yang anda rasakan.
1. Seberapa besar rinitis alergi mempengaruhi aktivitas anda ?
Hampir Tidak bisa
Tidak Kadang Sedikit Cukup Sangat Amat sangat
Aktivitas tidak melakukan
mengganggu mengganggu mengganggu mengganggu mengganggu mengganggu
mengganggu aktivitas
Akrivitas kuliah / belajar
Aktivitas olahraga /
kegiatan di luar rumah
Interaksi sosial dan
lingkungan sekitar
4. Seberapa besar rinitis alergi mempengaruhi kebiasaan anda seperti di bawah ini ?
Hampir
Tidak Kadang Sedikit Cukup Sangat Amat sangat
Masalah Praktis tidak
mengganggu mengganggu mengganggu mengganggu mengganggu mengganggu
mengganggu
Ketidaknyamanan karena
harus selalu membawa
sapu tangan atau tisu
Kebiasaan untuk
mengusap / menggosok –
gosok hidung atau mata
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan2 Pearson Correlation ,769** 1 ,482 ,145 ,381 ,536* ,359
Sig. (2-tailed) ,001 ,069 ,605 ,161 ,039 ,189
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan3 Pearson Correlation ,616* ,482 1 ,519* ,443 ,452 ,630*
Sig. (2-tailed) ,015 ,069 ,047 ,098 ,091 ,012
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan4 Pearson Correlation ,333 ,145 ,519* 1 ,582* ,490 ,834**
Sig. (2-tailed) ,225 ,605 ,047 ,023 ,064 ,000
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan5 Pearson Correlation ,530* ,381 ,443 ,582* 1 ,849** ,740**
Sig. (2-tailed) ,042 ,161 ,098 ,023 ,000 ,002
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan6 Pearson Correlation ,596* ,536* ,452 ,490 ,849** 1 ,639*
Sig. (2-tailed) ,019 ,039 ,091 ,064 ,000 ,010
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan7 Pearson Correlation ,482 ,359 ,630* ,834** ,740** ,639* 1
Sig. (2-tailed) ,069 ,189 ,012 ,000 ,002 ,010
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan8 Pearson Correlation ,215 ,107 ,493 ,747** ,679** ,533* ,891**
Sig. (2-tailed) ,442 ,703 ,062 ,001 ,005 ,041 ,000
N 15 15 15 15 15 15 15
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan1 Pearson
,215 ,462 ,542* ,534* ,597* ,352
Correlation
N 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan2 Pearson
,107 ,425 ,456 ,389 ,557* ,395
Correlation
Sig. (2-tailed) ,703 ,115 ,088 ,152 ,031 ,145
N 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan3 Pearson
,493 ,492 ,500 ,321 ,325 ,497
Correlation
Sig. (2-tailed) ,062 ,063 ,058 ,243 ,238 ,059
N 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan4 Pearson
,747** ,522* ,469 ,301 ,478 ,268
Correlation
Sig. (2-tailed) ,001 ,046 ,078 ,275 ,071 ,333
N 15 15 15 15 15 15
N 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan1 Pearson Correlation ,688** ,534* ,526* ,017 -,017 ,211 -,151
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan2 Pearson Correlation ,489 ,290 ,491 -,081 ,014 ,340 ,025
Sig. (2-tailed) ,065 ,294 ,063 ,773 ,960 ,215 ,930
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan3 Pearson Correlation ,506 ,505 ,555* ,320 ,442 ,405 ,215
Sig. (2-tailed) ,054 ,055 ,032 ,245 ,099 ,134 ,442
N 15 15 15 15 15 15 15
N 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan1 Pearson
,475 ,320 ,093 ,262 ,452
Correlation
Sig. (2-
,074 ,245 ,743 ,345 ,091
tailed)
N 15 15 15 15 15
Pertanyaan2 Pearson
,532* ,383 ,172 ,298 ,553*
Correlation
Sig. (2-
,041 ,158 ,540 ,281 ,032
tailed)
N 15 15 15 15 15
Pertanyaan3 Pearson
,651** ,411 ,162 ,116 ,313
Correlation
Sig. (2-
,009 ,128 ,564 ,681 ,256
tailed)
N 15 15 15 15 15
Pertanyaan4 Pearson
,464 ,548* ,681** ,333 ,377
Correlation
Sig. (2-
,081 ,035 ,005 ,225 ,166
tailed)
N 15 15 15 15 15
Pertanyaan5 Pearson
,345 ,416 ,656** ,512 ,626*
Correlation
Sig. (2-
,208 ,123 ,008 ,051 ,012
tailed)
N 15 15 15 15 15
Pertanyaan6 Pearson
,384 ,444 ,551* ,504 ,772**
Correlation
Sig. (2-
,158 ,098 ,033 ,056 ,001
tailed)
N 15 15 15 15 15
Pertanyaan7 Pearson
,474 ,485 ,604* ,233 ,555*
Correlation
Sig. (2-
,075 ,067 ,017 ,403 ,032
tailed)
N 15 15 15 15 15
Sig. (2-
,287 ,281 ,042 ,751 ,152
tailed)
N 15 15 15 15 15
Pertanyaan9 Pearson
,423 ,317 ,233 ,288 ,615*
Correlation
Sig. (2-
,117 ,250 ,403 ,299 ,015
tailed)
N 15 15 15 15 15
Pertanyaan10 Pearson
,528* ,452 ,227 ,386 ,765**
Correlation
Sig. (2-
,043 ,091 ,416 ,156 ,001
tailed)
N 15 15 15 15 15
Pertanyaan11 Pearson
,504 ,498 ,125 ,609* ,849**
Correlation
Sig. (2-
,056 ,059 ,657 ,016 ,000
tailed)
N 15 15 15 15 15
Pertanyaan12 Pearson
,396 ,436 ,379 ,576* ,843**
Correlation
Sig. (2-
,144 ,104 ,164 ,025 ,000
tailed)
N 15 15 15 15 15
Pertanyaan13 Pearson
,307 ,176 ,044 ,244 ,567*
Correlation
Sig. (2-
,266 ,531 ,877 ,381 ,027
tailed)
N 15 15 15 15 15
Pertanyaan14 Pearson
,514 ,543* ,359 ,284 ,433
Correlation
Sig. (2-
,050 ,036 ,188 ,305 ,107
tailed)
N 15 15 15 15 15
Pertanyaan15 Pearson
,568* ,573* ,363 ,290 ,402
Correlation
Sig. (2-
,027 ,025 ,184 ,294 ,137
tailed)
N 15 15 15 15 15
Sig. (2-
,036 ,085 ,171 ,219 ,034
tailed)
N 15 15 15 15 15
Pertanyaan17 Pearson
,225 ,111 -,120 ,117 ,387
Correlation
Sig. (2-
,419 ,694 ,670 ,678 ,155
tailed)
N 15 15 15 15 15
Pertanyaan18 Pearson
,286 ,232 ,212 ,150 ,498
Correlation
Sig. (2-
,301 ,404 ,448 ,594 ,059
tailed)
N 15 15 15 15 15
Pertanyaan19 Pearson
,444 ,467 ,499 ,416 ,731**
Correlation
Sig. (2-
,097 ,080 ,058 ,123 ,002
tailed)
N 15 15 15 15 15
Pertanyaan20 Pearson
,249 ,391 ,587* ,284 ,416
Correlation
Sig. (2-
,372 ,149 ,021 ,304 ,123
tailed)
N 15 15 15 15 15
Pertanyaan21 Pearson
1 ,905** ,326 ,660** ,609*
Correlation
Sig. (2-
,000 ,236 ,007 ,016
tailed)
N 15 15 15 15 15
Pertanyaan22 Pearson
,905** 1 ,602* ,828** ,694**
Correlation
Sig. (2-
,000 ,018 ,000 ,004
tailed)
N 15 15 15 15 15
Pertanyaan23 Pearson
,326 ,602* 1 ,578* ,480
Correlation
Sig. (2-
,236 ,018 ,024 ,070
tailed)
N 15 15 15 15 15
Sig. (2-
,007 ,000 ,024 ,002
tailed)
N 15 15 15 15 15
Pertanyaan25 Pearson
,609* ,694** ,480 ,732** 1
Correlation
Sig. (2-
,016 ,004 ,070 ,002
tailed)
N 15 15 15 15 15
Pertanyaan26 Pearson
,356 ,550* ,550* ,604* ,782**
Correlation
Sig. (2-
,193 ,034 ,034 ,017 ,001
tailed)
N 15 15 15 15 15
Pertanyaan27 Pearson
,421 ,441 ,121 ,504 ,686**
Correlation
Sig. (2-
,118 ,100 ,668 ,055 ,005
tailed)
N 15 15 15 15 15
Pertanyaan28 Pearson
,439 ,442 ,096 ,329 ,627*
Correlation
Sig. (2-
,101 ,099 ,734 ,231 ,012
tailed)
N 15 15 15 15 15
Total Pearson
,679** ,686** ,540* ,601* ,882**
Correlation
Sig. (2-
,005 ,005 ,038 ,018 ,000
tailed)
N 15 15 15 15 15
N 15 15 15 15
N 15 15 15 15
N 15 15 15 15
N 15 15 15 15
N 15 15 15 15
N 15 15 15 15
N 15 15 15 15
N 15 15 15 15
N 15 15 15 15
N 15 15 15 15
N 15 15 15 15
N 15 15 15 15
N 15 15 15 15
N 15 15 15 15
N 15 15 15 15
N 15 15 15 15
N 15 15 15 15
N 15 15 15 15
N 15 15 15 15
N 15 15 15 15
N 15 15 15 15
N 15 15 15 15
N 15 15 15 15
N 15 15 15 15
N 15 15 15 15
N 15 15 15 15
N 15 15 15 15
N 15 15 15 15
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted
Cronbach's
Alpha N of Items
,956 28
Scale Statistics
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Stambuk
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Jenis Kelamin
Stambuk 2013 13 13 26
2014 8 2 10
2015 2 4 6
Total 23 19 42
Descriptive Statistics
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Ranks
Ties 0c
Total 42
Test Statisticsa
Total Skor
Sesudah - Total
Skor Sebelum
Z -5,215b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
Descriptive Statistics
Ranks
Ties 0c
Total 42
Domain Aktivitas Sesudah - Negative Ranks 31d 21,21 657,50
Domain Aktivitas Sebelum Positive Ranks 7e 11,93 83,50
Ties 4f
Total 42
Domain Tidur Sesudah - Negative Ranks 30g 17,58 527,50
Domain Tidur Sebelum Positive Ranks 3h 11,17 33,50
Ties 9i
Total 42
Domain Masalah Umum Negative Ranks 31j 21,19 657,00
Sesudah - Domain Masalah Positive Ranks 7k 12,00 84,00
Umum Sebelum Ties 4l
Total 42
Domain Masalah Praktis Negative Ranks 35m 21,67 758,50
Sesudah - Domain Masalah Positive Ranks 5n 12,30 61,50
Praktis Sebelum Ties 2o
Total 42
Domain Masalah Emosional Negative Ranks 32p 20,27 648,50
Sesudah - Domain Masalah Positive Ranks 5q 10,90 54,50
Emosional Sebelum Ties 5r
Total 42
Domain Gejala Hidung Negative Ranks 38s 20,49 778,50
Sesudah - Domain Gejala Positive Ranks 1t 1,50 1,50
Hidung Sebelum Ties 3u
Total 42
Domain Gejala Mata Negative Ranks 32v 19,11 611,50
Sesudah - Domain Gejala Positive Ranks 3w 6,17 18,50
Mata Sebelum Ties 7x
Total 42
a. Total Skor Sesudah < Total Skor Sebelum
b. Total Skor Sesudah > Total Skor Sebelum
Domain Masalah
Emosional
Domain Aktivitas Domain Tidur Domain Masalah Domain Masalah Sesudah - Domain Gejala Domain Gejala
Total Skor Sesudah - Sesudah - Umum Sesudah - Praktis Sesudah - Domain Masalah Hidung Sesudah - Mata Sesudah -
Sesudah - Total Domain Aktivitas Domain Tidur Domain Masalah Domain Masalah Emosional Domain Gejala Domain Gejala
Skor Sebelum Sebelum Sebelum Umum Sebelum Praktis Sebelum Sebelum Hidung Sebelum Mata Sebelum