Anda di halaman 1dari 30

1

PENGARUH ROKOK
TERHADAP KEHAMILAN

REFERAT
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Pendidikan Profesi Dokter
Pada Bagian Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan di RSUD Karanganyar


Pembimbing : dr. Sutiyono, Sp.OG














Diajukan Oleh :
Monica Dyane Tahapary, S.Ked J500.060.054


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
2

REFERAT
PENGARUH ROKOK
TERHADAP KEHAMILAN



Yang Diajukan Oleh :
Monica Dyane Tahapary, S.Ked J500.060.054



Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Pembimbing Stase Ilmu Kebidanan dan
Penyakit Kandungan Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta, pada hari


Pembimbing :
dr. Sutiyono, Sp.OG (..................................)

Dipresentasikan di Hadapan :
dr. Sutiyono, Sp.OG (..................................)


Disahkan Ketua Program Profesi :
dr. Yuni Prastyo Kurniati, M.kes (.................................)
3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR... v

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Penulisan.. 1
B. Ruang Lingkup Pembahasan.. 3
C. Tujuan Penulisan. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. . 4
A. Perkembangan Prenatal .. 4
B. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Prenatal 4
C. Rokok Dan Zat Yang Terkandung Didalamnya 10
D. Prevalensi Merokok Di Indonesia.. 16
E. Pengaruh Rokok Pada Kehamilan 20

BAB III KESIMPULAN. 35

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 36

4


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan
Pertumbuhan dan perkembangan janin dimulai sejak terjadinya konsepsi.
Kehamilan akan berlangsung selama 280 hari atau 10 bulan atau 40 minggu
terhitung dari hari pertama haid terakhir
1
. Perubahan-perubahan dan
organogenesis terjadi pada berbagai periode kehamilan. Proses kehamilan dibagi
menjadi tiga fase sesuai dengan pertumbuhan fisik bayi. Masing-masing fase
tersebut disebut trimester. Pertumbuhan prenatal dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain
1,2
, faktor umum yang terdiri dari nutrisi, usia ibu dan stress yang
dialami ibu saat hamil. Ibu yang mengalami stress pada masa kehamilan,
cenderung mengkompensasikannya dengan makan, olah raga dan beristirahat
dengan tidak teratur, meminum alkohol, serta merokok.
Selain itu juga terdapat faktor teratogen yang menyebabkan pertumbuhan
prenatal menjadi abnormal, antara lain obat-obatan yang dikonsumsi, penyakit
yang diderita serta bahaya yang berasal dari lingkungan sekitar. Teratogen
memiliki pengaruh yang berbeda pada tiga periode perkembangan prenatal. Saat
pemaparan teratogen terjadi pada periode zigot, telur yang telah terbuahi akan
meluruh. Jika terjadi pada periode embrio, pemaparan teratogen mengakibatkan
cacat pada struktur tubuh janin. Sedang pemaparan teratogen pada periode fetus
akan berakibat pada ketidaksempurnaan pembentukan struktur tubuh dan fungsi
sistem organ. Struktur tubuh dan fungsi organ yang diserang oleh teratogen pun
dapat bervariasi, tergantung pada waktu terjadinya pemaparan. Salah satu zat yang
tergolong zat teratogenik adalah nikotin yang terkandung dalam rokok
3
.
Merokok selama hamil telah dilaporkan mempunyai efek yang merugikan
terhadap ibu ataupun janin yang dikandung. Sebuah penelitian eksperimental
menggunakan hewan coba mencit menyimpulkan bahwa paparan asap rokok yang
diberikan selama masa kehamilan hari ke-0 (hari konsepsi), 1 dan 2 menyebabkan
retardasi pertumbuhan embrio, sedangkan paparan asap rokok selama masa
5

kehamilan hari ke-0 hingga hari ke-17 menyebabkan penurunan berat badan fetus.
Dalam penelitian ini, mencit dipapar asap rokok selama 10 menit, 3 kali sehari
4
.
Penelitian yang dilakukan oleh BMA Tobacco Control Resource Centre
menunjukkan bahwa ibu yang merokok selama kehamilan memiliki risiko
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) sebesar 1,5-9,9 kali dibandingkan
dengan berat badan lahir bayi dari ibu yang tidak merokok. Kondisi BBLR
sangatlah merugikan. Bayi dengan kondisi BBLR sering disertai dengan
komplikasi, antara lain: sindrom gangguan pernapasan idiopatik, pneumonia
aspirasi, perdarahan intraventrikuler, hiperbilirubinemia, sindrom aspirasi
mekonium, hipoglikemia simtomatik, dan asfiksia neonatorum. Bahkan, bayi
dengan BBLR merupakan salah satu penyebab utama kematian perinatal. Angka
kematian perinatal pada bayi BBLR lebih daripada 2 kali angka kematian bayi
normal.
Kebiasaan merokok telah menjadi budaya di berbagai bangsa di dunia.
Saat ini sekitar 1.1 miliar orang merokok di seluruh dunia. Pada tahun 2025,
diperkirakan jumlah ini akan meningkat menjadi lebih dari 1.6 miliar.
Berdasarkan jumlah perokok pada tahun 2008, Indonesia adalah negara ketiga
dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India.
Prevalensi merokok pada wanita dari tahun ke tahun meningkat.
Prevalensi merokok pada wanita di Indonesia termasuk rendah dibanding
prevalensi pada pria yaitu 67% wanita Indonesia yang merokok, menghabiskan 1
10 batang sehari, sedangkan 30% sisanya, menghabiskan 11 20 batang sehari.
Kurang lebih 3 % dari wanita perokok di Indonesia menghabiskan lebih dari 20
batang rokok sehari. 16,7 % wanita di Indonesia menggunakan tembakau kunyah /
sirih, terutama pada wanita usia lanjut diatas 60 tahun
1
.
Di Indonesia, perokok relatif bebas mengisap rokok di mana saja.
Kawasan bebas rokok di negeri ini masih amat minim, itu pun sangat mungkin
dilanggar karena sanksinya bisa dikatakan tidak ada. Padahal, kalau seseorang
merokok, itu berarti dia hanya mengisap asap rokoknya sekitar 15 persen saja,
sementara yang 85 persen lainnya dilepaskannya untuk diisap para perokok pasif.
6

Perlu di ingat, bahwa kadar nikotin pada rokok yang beredar di Indonesia,
adalah yang tertinggi di dunia, yaitu mengandung nikotin hingga 78 %, sedangkan
rokok di luar negeri hanya mengandung 2,6 % nikotin menurut Departemen
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, prevalensi merokok pada wanita di
Indonesia terus meningkat.
Dalam agama Islam (syariah) mempunyai tujuan untuk mewujudkan
kemaslahatan hidup manusia. Perwujudan tujuan tersebut dicapai melalui
perlindungan terhadap agama, perlindungan terhadap jiwa/raga, perlindungan
terhadap akal, perlindungan terhadap keluarga, dan perlindungan terhadap harta.
Perlindungan terhadap jiwa/raga diwujudkan melalui upaya mempertahankan
suatu standar hidup yang sehat secara jasmani dan rohani serta menghindarkan
semua faktor yang dapat membahayakan dan merusak manusia secara fisik dan
psikhis, termasuk menghindari perbuatan yang berakibat bunuh diri walaupun
secara perlahan dan perbuatan menjatuhkan diri kepada kebinasaan yang dilarang
di dalam al-Quran dan hadist.
Agama Islam (syariah) menghalalkan segala yang baik dan
mengharamkan segala yang buruk, sebagaimana ditegaskan dalam al-Quran,
[

751 ]
Artinya: dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk [Q. 7:157].
Larangan menimbulkan mudarat atau bahaya pada diri sendiri dan pada
orang lain dalam hadis riwayat Ibn Majah, Ahmad, dan Malik,

] [
Artinya:Tidak ada bahaya terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain[HR
Ibn Majah, Ahmad, dan Malik].



7

Agama Islam (syariah) melarang menjatuhkan diri ke dalam kebinasaan
dan perbuatan bunuh diri sebagaimana dinyatakan dalam al-Quran,
: [

795 ]
Artinya:Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berbuat baik [Q. 2: 195].
Oleh karena landasan agama yang ada serta dari tinjauan medis maka
perlu dilakukan usaha usaha pencegahan yang lebih intensif.

B. Ruang Lingkup Pembahasan
Disini penulis akan mencoba menguraikan tentang pengaruh rokok
terhadap kehamilan.

C. Tujuan Penulisan
Referat ini disusun sebagai bahan informasi bagi penulis serta para
pembaca, khususnya kalangan medis, agar dapat lebih memahami tentang
pengaruh rokok terhadap kehamilan.

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan Prenatal
1
Pertumbuhan dan perkembangan janin dimulai sejak terjadinya konsepsi.
Kehamilan akan berlangsung selama 280 hari atau 10 bulan atau 40 minggu
terhitung dari hari pertama haid terakhir. Perubahan-perubahan dan organogenesis
terjadi pada berbagai periode kehamilan. Proses kehamilan dibagi menjadi tiga
fase sesuai dengan pertumbuhan fisik bayi. Masing-masing fase tersebut disebut
trimester.
1. Trimester Pertama (Minggu 0 12)

Gambar 1. Gambar Perkembangan Embrio Pada Trimester Pertama

Dalam fase ini ada tiga periode penting pertumbuhan mulai dari periode
germinal sampai periode terbentuknya fetus.
a. Periode Germinal (Minggu 0 3)
Proses pembuahan telur oleh sperma yang terjadi pada minggu ke-
2 dari hari pertama menstruasi terakhir. Telur yang sudah dibuahi sperma
bergerak dari tuba fallopi dan menempel ke dinding uterus (endometrium).


9

b. Periode Embrio (Minggu 3 8 )
Proses dimana sistem syaraf pusat, organ-organ utama dan struktur
anatomi mulai terbentuk seperti mata, mulut dan lidah mulai terbentuk,
sedangkan hati mulai memproduksi sel darah. Janin mulai berubah dari
blastosis menjadi embrio berukuran 1,3 cm dengan kepala yang besar
c. Periode Fetus (Minggu 9 12)
Periode dimana semua organ penting terus bertumbuh dengan
cepat dan saling berkaitan dan aktivitas otak sangat tinggi.

2. Trimester kedua (Minggu 12 24)

Gambar 2. Gambar Perkembangan Embrio Pada Trimester Kedua

Pada trimester kedua ini terjadi peningkatan perkembangan janin. Pada
minggu ke-18 kita bisa melakukan pemeriksaan dengan ultrasongrafi (USG)
untuk mengecek kesempurnaan janin, posisi plasenta dan kemungkinan bayi
kembar. Jaringan kuku, kulit dan rambut berkembang dan mengeras pada minggu
ke 20 21. Indera penglihatan dan pendengaran janin mulai berfungsi. Kelopak
mata sudah dapat membuka dan menutup. Janin (fetus) mulai tampak sebagai
sosok manusia dengan panjang 30 cm.



10

3. Trimester ketiga (24 -40)
Dalam trimester ini semua organ tubuh tumbuh dengan sempurna. Janin
menunjukkan aktivitas motorik yang terkoordinasi seperti menendang atau
menonjok serta dia sudah memiliki periode tidur dan bangun. Masa tidurnya jauh
lebih lama dibandingkan masa bangun. Paru-paru berkembang pesat menjadi
sempurna.
Pada bulan ke-9 ini , janin mengambil posisi kepala di bawah dan siap
untuk dilahirkan. Berat bayi lahir berkisar antara 3 -3,5 kg dengan panjang 50 cm.

B. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Prenatal
1,2,5
1. Faktor Umum
a. Nutrisi
Ibu merupakan sumber tunggal asupan nutrisi bagi janin, sehingga
asupan gizi seimbang sangat penting bagi pertumbuhan prenatal. Secara
umum, ibu hamil harus meningkatkan asupan kalorinya sebanyak 10
20%. Protein, vitamin dan mineral merupakan nutrisi penting bagi
perkembangan prenatal. Sebagai contoh, fetus dengan asupan asam folat
(salah satu jenis vitamin B) yang tidak mencukupi akan berisiko
mengalami spina bifida. Ibu hamil dengan konsumsi nutrisi tidak
seimbang juga akan memiliki kecenderungan melahirkan dalam kondisi
prematur dengan berat bayi dibawah normal. Ketidakcukupan asupan
nutrisi pada bulan-bulan terakhir kehamilan akan sangat mempengaruhi
perkembangan sistem syaraf fetus. Hal ini disebabkan kerena pada masa
itulah otak mulai berkembang.
b. Stress
Stres akut/ekstrem/berkepanjangan pada ibu hamil dapat
membahayakan perkembangan prenatal melalui beberapa cara:
Saat stres terjadi, tubuh akan memproduksi hormon yang dapat
menghambat aliran oksigen dari ibu ke janin.
11

Stres melemahkan sistem imun ibu hamil. Sehingga sang ibu dapat
dengan mudah terserang penyakit yang membahayakan perkembangan
prenatal.
Ibu hamil dengan kondisi stres cenderung mengkompensasikannya
dengan meminum alkohol, merokok serta makan, olah raga dan
beristirahat dengan tidak teratur. Semua tindakan tersebut sangat
membahayakan perkembangan janin.
c. Usia Ibu
Secara umum, usia optimal bagi ibu untuk hamil dan melahirkan
adalah 20 sampai 35 tahun. Bayi dari ibu berusia lebih muda atau lebih tua
cenderung mengalami lebih banyak permasalahan. Ibu hamil berusia
remaja umumnya memiliki anak dengan kemampuan akademis yang tidak
maksimal dan memiliki masalah dalam perilaku. Hal ini dikarenakan
sebagian besar ibu berusia remaja belum memiliki pengetahuan yang
memadai tentang kehamilan dan perawatan bayi, tidak mampu secara
finansial untuk mendapatkan perawatan kesehatan maksimal dan lebih
sering mengalami permasalahan dalam pernikahannya.
Sementara itu, ibu hamil dengan usia lebih tua cenderung
mengalami kesulitan pada masa kehamilan dan kelahiran. Wanita berusia
20-an memiliki tingkat kesuburan 2 kali lebih besar daripada wanita
berusia 30-an. Ketidaknormalan saat kehamilan juga lebih banyak terjadi
pada wanita dengan usia antara 35 45 tahun. Disamping itu, kehamilan
yang terjadi pada usia ibu diatas 40 tahun memiliki kecenderungan lebih
tinggi untuk menghasilkan bayi dengan sindrom Down.

12


2. Teratogen : Obat-Obatan, Penyakit dan Bahaya Lingkungan
Teratogen merupakan istilah untuk penyebab terjadinya perkembangan
abnormal prenatal. Secara umum, teratogen dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Obat-Obatan
Beberapa obat-obatan yang berperan sebagai teratogen adalah :
Alkohol ; Fetal Alcohol Syndrome (FAS), kemunduran kemampuan
kognitif, kerusakan jantung, pertumbuhan lambat. Aspirin ;
Kemunduran intelegensia, atensi dan motorik. Kafein ; Berat badan
kurang, abnormalitas otot. Kokain dan Heroin ; Pertumbuhan
terhambat, iritabilitas. Marijuana ; Berat badan kurang, kontrol
motorik tidak optimal. Nikotin; Pertumbuhan terhambat, kerusakan
kognitif.
Karena batas aman konsumsi obat-obatan diatas tidak diketahui
secara pasti, maka sangat dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi obat-
obatan tersebut sebagai tindakan prefentif untuk mencegah gangguan
saat perkembangan prenatal.
b. Penyakit
Tidak semua penyakit yang diderita oleh ibu hamil dapat
mempengaruhi perkembangan prenatal. Penyakit seperti demam dan
flu ringan tidak terbukti berbahaya bagi fetus. Beberapa penyakit,
terutama yang disebabkan oleh infeksi bakteri dan virus, memberikan
dampak negatif yang cukup berbahaya bagi perkembangan fetus.
Diantaranya adalah: AIDS ; Kelainan system syaraf, kematian.
Sitomegalovirus; Ketulian, kebutaan, ukuran kepala yang lebih
kecil,keterbelakangan mental. Herpes genital ; Radang otak,
pembesaran limpa, gangguan pembekuan darah. Rubella ;
Keterbelakangan mental, kerusakan mata,telinga dan jantung. Sifilis ;
Kerusakan sistem syaraf pusat, gigi dan tulang.
Sebagian penyakit (AIDS, sitomegalovirus, rubella dan sifilis)
ditularkan ibu kepada embrio melalui plasenta atau langsung kepada
13

fetus. Sedang penyakit yang lain menyerang janin saat proses
kelahiran. Virus berada di jalur kelahiran dan infeksi terjadi ketika
janin melewatinya.
c. Bahaya Lingkungan
Bahaya lingkungan yang menjadi teratogen seringkali dihubungkan
dengan senyawa-senyawa kimia hasil limbah industri. Beberapa
diantaranya adalah : Timbal ; Keterbelakangan mental. Merkuri ;
Pertumbuhan terhambat,keterbelakangan mental, cerebral palsy. PCBs
; Kerusakan memori dan kemampuan (Polychlorinated Biphenyls)
verbal. X-ray ; Pertumbuhan terhambat, leukimia,keterbelakangan
mental.
Keberadaan senyawa-senyawa berbahaya tersebut umumnya tidak
disadari karena secara kuantitas tidak terdapat dalam jumlah besar dan
seringkali menjadi kontaminan pada bahan-bahan makanan atau
minuman yang nampak tidak berbahaya. Contohnya seperti PCBs yang
terdapat dalam ikan.
3. Pengaruh Teratogen pada Perkembangan Prenatal
Pengaruh teratogen pada perkembangan prenatal didasarkan atas kelima
prinsip dasar berikut:
a. Pengaruh teratogen bergantung pada sifat genotip yang dimiliki
Teratogen tidak selalu membawa efek samping yang sama pada setiap
orang. Hereditas yang dimiliki membuat seorang individu lebih rentan
terhadap pengaruh teratogen dibanding individu yang lain. Pada 2 wanita
hamil yang mengkonsumsi obat talidomida dengan dosis yang sama dan
waktu yang bersamaan, salah satu dari mereka melahirkan bayi dengan
kondisi normal. Sementara wanita yang lain melahirkan bayi dengan cacat
lengan dan kaki.
b. Pengaruh teratogen berubah sesuai waktu terjadinya tahap-tahap
perkembangan prenatal. Teratogen memiliki pengaruh yang berbeda pada
tiga periode perkembangan prenatal. Saat pemaparan teratogen terjadi
pada periode zigot, telur yang telah terbuahi akan meluruh. Jika terjadi
14

pada periode embrio, pemaparan teratogen mengakibatkan cacat pada
struktur tubuh janin. Sedang pemaparan teratogen pada periode fetus akan
berakibat pada ketidaksempurnaan pembentukan struktur tubuh dan fungsi
sistem organ. Struktur tubuh dan funsi organ yang diserang oleh teratogen
pun dapat bervariasi, tergantung pada waktu terjadinya pemaparan.
c. Setiap teratogen mempengaruhi aspek perkembangan prenatal secara
spesifik. Teratogen tidak mempengaruhi semua organ dan fungsi tubuh.
Kerusakan atau cacat yang diakibatkan teratogen terjadi secara selektif
pada organ dan fungsi tubuh tertentu.
d. Pengaruh teratogen bergantung pada dosis atau kuantitasnya
Sejumlah kecil teratogen mungkin tidak akan memberikan dampak apapun
terhadap pertumbuhan dan perkembangan prenatal. Pada penelitian
mengenai PCBs, kemampuan kognitif calon bayi hanya dipengaruhi oleh
konsumsi PCBs dalam jumlah besar. Secara umum, semakin banyak
tertogen terpaparkan, semakin besar pula resiko cacat yang terjadi.
Kerusakan teratogen tidak selalu terlihat saat kelahiran. Cacat akibat
paparan teratogen tidak hanya langsung dapat terlihat pada hari kelahiran.
Beberapa diantaranya baru terlihat saat bayi telah tumbuh. Hal ini seperti
yang terjadi pada paparan PCBs, dimana kemampuan kognitif anak mulai
menampakkan tanda-tanda kemunduran saat bayi telah berusia beberapa
bulan.

C. Rokok Dan Zat Yang Terkandung Di Dalamnya
6,7,8,9
Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau
bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tobacum, Nicotiana
Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin, tar, dan zat
adiktif dengan atau tanpa bahan tambahan (PP no.19 2003). Rokok biasanya
dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat
dimasukkan dengan mudah kedalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir,
bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang
memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan karena
15

merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung walaupun pada
kenyataanya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi.
a. Kandungan rokok
Bahan utama rokok adalah tembakau, dimana tembakau mengandung
kurang lebih 4000 eleman-elemen dan setidaknya 200 diantaranya berbahaya bagi
kesehatan. Racun utama pada tembakau adalah tar, nikotin, dan CO2. Selain itu,
dalam sebatang tembakau juga mengandung bahan-bahan kinia lain yang juga
sangat beracun. Zat-zat beracun yang terdapat dalam tembakau antara lain:
1) Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida adalah unsur yang dihasilkan oleh pembakaran
tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Gas CO yang dihasilkan
sebatang tembakau dapat mencapai 3 % - 6 %, dan gas ini dapat di hisap
oleh siapa saja. Seorang yang merokok hanya akan menghisap sepertiga
bagian saja yaitu arus tengah sedangkan arus pinggir akan tetap berada di
luar. Sesudah itu perokok tidak akan menelan semua asap tetapi ia
semburkan keluar.
2) Nikotin
Nikotin adalah suatu zat yang memiliki efek adiktif dan psikoaktif
sehingga perokok akan merasa kenikmatan, kecemasan berkurang, toleransi
dan keterikatan. Banyaknya nikotin yang terkandung dalam rokok adalah
sebesar 0,5-3 nanogram dan semuanya diserap sehingga di dalam cairan
darah ada sekitar 40-50 nanogram nikotin setiap 1 mL nya.
3) Tar
Adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang
merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel
pada paru-paru. Kadar tar dalam tembakau antara 0,5-35 mg/ batang. Tar
merupakan suatu zat karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada
jalan nafas dan paru-paru
4) Kadmium, adalah zat yang dapat meracuni jaringan tubuh terutama ginjal
5) Amoniak
16

Merupakan gas yang tidak berwarna terdiri dari nitrogen dan
hidrogen, zat ini mempunyai bau yang sangat merangsang. Karena
kerasnya racun yang terdapat pada amoniak sehingga jika masuk sedikit
saja ke dalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau
koma.
6) HCN/ Asam Sianida
HCN merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah
terbakar, dan sangat efisien untuk menghalangi pernafasan dan merusak
saluran pernafasan.
7) Nitrous Oxide
Nitros Oxide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila
terhisap dapat menyebabkan hilangnya pertimbangan dan rasa sakit.
Nitrous Oxide ini pada mulanya dapat digunakan sebagai pembius saat
melakukan operasi oleh dokter.
8) Formaldehid
Formaldehid adalah sejenis gas dengan bau tajam. Gas ini tergolong
sebagai pengawet dan pembasmi hama. das ini juga sangat beracun
terhadap semua organism hidup.
9) Fenol
Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi
beberapa zat organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang.
Zat ini beracun dan membahayakan karena fenol ini terikat ke protein
sehingga menghalangi aktivitas enzim.
10) Asetol, adalah hasil pemanasan aldehid dan mudah menguap dengan
alkohol.
11) H2S (Asam Sulfida)
Asam sulfida adalah sejenis gas yang beracun yang mudah terbakar
dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim.


17

12) Piridin
Piridin adalah sejenis cairan tidak berwarna dengan bau tajam. Zat
ini dapat digunakan untuk mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan
pembunuh hama.
13) Metil klorida
Metil klorida adalah campuran dari zat zat bervalensi satu dengan
hidrokarbon sebagai unsur utama. zat ini adalah senyawa organik yang
beracun.
14) Metanol
Metanol adalah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan
mudah terbakar. Meminum atau menghisap methanol mengakibatkan
kebutaan bahkan kematian.
15) Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH)
Senyawa hidrokarbon aromatik yang memiliki cincin dideskripsikan
sebagai Fused Ring System atau PAH. Beberapa PAH yang terdapat dalam
asap tembakau antara lain Benzo (a) Pyrene, Dibeno (a,h) anthracene, dan
Benz (a) anthracene. Senyawa ini merupakan senyawa reaktif yang
cenderung membentuk epoksida yang metabolitnya bersifat genotoksik.
Senyawa tersebut merupakan penyebab tumor.
16) N- nitrosamine
N - nitrosamina dibentuk oleh nirtrasasi amina. Asap tembakau
mengandung 2 jenis utama N- nitrosamina, yaitu Volatile N- Nitrosamina
(VNA) dan Tobacco NNitrosamina. Hampir semua Volatile N-
Nitrosamina ditahan oleh sistem pernafasan pada inhalasi asap tembakau.
Jenis adap tembakau VNA diklasifikasikan sebagai karsinogen yang
potensial.
b. Komposisi asap rokok
Asap rokok merupakan kompleks campuran beberapa ribu
komponen kimia beberapa dalam konsentrasi yang sedikit yang
merupakan hasil dari pembakaran dari bahan dari produk tembakau.
Hasilnya termasuk getah tembakau (tar) dan gas-gas lainnya. Hal yang
18

paling penting adalah nikotin (zat adiktif). Campuran gas inilah yang secara
konstan bereaksi dengan gas di atmosfer dengan bantuan sinar ultraviolet.
Hal ini menyebabkan komposisi kimianya selalu berubah setiap saat.
Sampai sekarang ini, asap rokok diketahui mengandung lebih dari
empat ribu zat kimia. Namun, komposisi dan konsentrasi zat kimia tersebut
dalam asap rokok tergantung pada jenis tembakau, kertas ventilasi dan filter
yang digunakan serta cara menghisap rokok. Jumlah zat kimia dalam asap
rokok sendiri bukan merupakan hal yang paling penting karena yang menjadi
masalah adalah toksisitas dan konsentrasi dari zat kimia tersebut.
Asap rokok terdiri dari 2 jenis yaitu:
1) Asap mainstream
Asap ini dibentuk ketika perokok menginhalasi udara melalui rokok.
2) Asap Sidestream
Asap ini dibentuk ketika tembakau dalam keadaan terbakar namun
asap tidak diinhalasi oleh perokok. Zat toksin pada asap sidestream
memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan asap mainstream
dan 85% dari asap rokok merupakan hasil dari asap sidestream.
Adapun hasil uraian dari komposisi asap rokok baik jenis
mainstream maupun sidestream dalam Labstat International ULC
Offerings (2008) yaitu nikotin, karbon monoksida, hidrogen sianida,
amonia, nitrogen, logam- logam, merkuri, serta golongan-golongan kimia
seperti karbonil, phenolics, benzo[a]pyrene, aromatik, gas volatil dan gas
semi-volatil. Pada jurnal tersebut, semua zat toksik dalam asap rokok
terdeteksi dalam jaringan dan urin, sedangkan beberapa lainnya terdeteksi
dalam plasma, serum ataupun saliva. Setiap zat yang diuraikan diatas
telah diteliti dan kebanyakan dari zat tersebut merupakan karsinogen.
c. Jenis rokok
1) Kawung adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.
2) Sigaret adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.
3) Cerutu adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.

19


d. Tipe perokok
Menurut Dariyo (2003), tipe perokok ada dua jenis, yaitu
1) Perokok aktif (active smoker)
Perokok aktif adalah individu yang benar-benar memiliki kebiasaan
merokok. Merokok sudah menjadi bagian hidupnya sehingga rasanya tak
enak kalau sehari tak merokok. Oleh karena itu, ia akan berupaya untuk
mendapatkannya. Jumlah rokok yang dihisap perhari berkisar 1 sampai 40
batang
7
.
2) Perokok pasif
Perokok pasif adalah Individu yang tidak memiliki kebiasaan
merokok, namun terpaksa harus menghisap asap rokok yang diembuskan
orang lain yang kebetulan didekatnya. Dalam keseharian, mereka tidak
berniat dan tidak mempunyai kebiasaan merokok. Kalau tidak merokok,
mereka tidak merasakan apa-apa dan tidak terganggu aktivitasnya.
Perokok pasif dianggap sebagai korban dari perokok aktif.
Mutadin membagi tipe perokok berdasarkan jumlah rokok yang
dihisapnya setiap hari:
1) Perokok sangat berat adalah perokok yang menghabiskan lebih dari 31
batang rokok tiap harinya dengan selang merokok lima menit setelah
bangun tidur pagi hari.
2) Perokok berat adalah perokok yang menghabiskan 21-30 batang rokok
setiap hari dengan selang waktu merokok berkisar 6-30 menit setelah
bangun tidur pagi hari
3) Perokok sedang menghabiskan sekitar sepuluh batang rokok setiap
harinya dengan selang waktu merokok 60 menit setelah bangun tidur
pagi hari .

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan tipe-tipe perokok
adalah perokok sangat berat, perokok berat, perokok sedang, perokok ringan,
20

perokok ringan dan bukan perokok, berhenti merokok, perokok aktif dan perokok
pasif.

D. Prevalensi Merokok di Indonesia
2,9
Pada tahun 2002 Indonesia mengkonsumsi 182 milyar batang rokok,
menduduki peringkat ke 5 konsumsi rokok terbesar setelah China (1.697 milyar
batang), Amerika Serikat (464 milyar batang), Rusia (375 milyar batang) dan
Jepang (299 milyar batang). Tobacco Atlas 2009 menunjukkan bahwa peringkat
Indonesia pada tahun 2007 tetap pada posisinya yaitu peringkat ke 5.
Selama kurun waktu 1970-2000, konsumsi rokok di Indonesia meningkat
7 kali lipat dari sekitar 33 milyar menjadi 217 milyar batang. Selanjutnya, dari
tahun 2000 hingga tahun 2002 terjadi penurunan konsumsi rokok karena terjadi
peningkatan harga riil rokok pada tahun 1998. Akan tetapi penurunan tersebut
sebenarnya semu karena Departemen Keuangan mendeteksi adanya rokok ilegal
dan pemalsuan cukai. Dengan adanya penurunan konsumsi rokok tersebut maka
Departemen Keuangan membekukan peningkatan cukai tahunan selama tahun
2003-2004 yang bertujuan untuk menyehatkan industri. Dampak dari kebijakan
pembekuan ini, pada data tahun 2008 menunjukkan konsumsi rokok sebesar 240
milyar batang, meningkat tajam setelah tahun 2005 sebesar 214 milyar batang.
Berdasarkan jumlah perokok, Indonesia adalah negara ketiga dengan
jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India (WHO, 2008).
Prevalensi Perokok Pasif
Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Perokok
Menurut data Riskesdas 2007 menunjukkan 69% rumah tangga memiliki
pengeluaran untuk rokok. Hal ini berarti minimal terdapat 1 orang anggota rumah
tangga yang mengkonsumsi tembakau.
Prevalensi Perokok yang Merokok di Rumah
Riskesdas 2007 menyatakan bahwa 85,4 % dari perokok berusia 10 tahun ke atas
merokok di dalam rumah bersama dengan anggota lainnya.


21

Prevalensi Perokok Pasif di Rumah
Tahun 2007, 40,5% populasi semua umur (91 juta) terpapar asap rokok didalam
rumah. Perempuan lebih tinggi (54,5%) dari pada laki-laki (26%) dan anak usia
0-14 tahun yang terpapar adalah 58,8%, dengan demikian sekitar 40 juta anak
terpapar asap rokok, atau hampir separuh jumlah perokok pasif di dalam rumah.
Pelajar yang Terpapar Asap Rokok Orang Lain
Dua dari tiga siswa (68,8%) terpapar asap rokok orang lain di dalam rumah
mereka dan lebih dari tiga perempat persen (78,1%) siswa terpapar asap rokok
orang lain di tempat umum.

E. Pengaruh Rokok Terhadap Kehamilan
Merokok dapat mempengaruhi kehamilan. Merokok dapat memacu
kecepatan denyut jantung, menaikkan tekananan darah, dan menekan sistem
syaraf. Hal ini tidak saja akan mempengaruhi janin, namun juga menyebabkan
berbagai komplikasi pada sang Ibu. Biasanya komplikasi yang dapat menyerang
ibu hamil yang merokok seperti tekanan darah tinggi dan kelainan penggumpalan
darah. Dengan merokok selama mengandung juga menaikkan resiko kehamilan
diluar kandungan, resiko keguguran, kematian pada kelahiran, problema pada
plasenta, muntah-muntah, pendarahan, infeksi saluran kemih dan juga dapat
menyebabkan kelahiran prematur. Semakin sering ibu hamil merokok, maka
makin tinggi juga tingkat komplikasi yang dapat ditimbulkannya
7
.
Merokok selama mengandung juga menyebabkan pengurangan berat janin
atau bayi, memiliki bayi yang kecil tentu bukanlah sesuatu yang positif, karena
belum tentu ukuran bayi yang kecil dapat memudahkan proses kelahiran. Alasan
mengapa rokok dapat menyebabkan pengurangan berat janin atau bayi yaitu rokok
dapat menekan pembuluh darah sehingga mengurangi asupan dan aliran nutrisi
serta oksigen yang dibutuhkan oleh janin. Hal inilah yang menyebabkan
pengurangan berat badan bayi atau janin, dan juga dapat menyebabkan bayi
mudah terserang penyakit setelah kelahiran.
Peneliti menemukan bahwa pengaruh potensial yang dapat disebabkan
oleh merokok pada saat mengandung, yaitu dapat juga menyebabkan abnormal
22

atau ketidaknormalan genetik, seperti bibir terbelah (sumbing), masalah pada
pencernaan dan usus, ketidaknormalan pada mata, kuping dan sumsum tulang
belakang. Efek merokok disaat mengandung juga akan terbawa terus setelah
kelahiran, seperti infeksi pada saluran pernapasan bayi, asma, dan sebagainya.
Selama periode embrio bulan ke dua kehamilan, organ dan jaringan
mengalami perkembangan, dan selama periode fetus ( 2- 9 bulan) organ organ
tersebut mengalami maturasi dan pertumbuhan. Risiko terbesar dari efek
teratogenik terjadi pada periode embrionik, plasenta tidak mengalami
kematangan secara penuh atau secara fungsional berdiferensiasi. Namun
banyak wanita yang tidak memahaminya, sehingga tetap berperilaku berisiko,
misalnya merokok dan minum alkohol, yang semestinya dihindari. Saat
pemaparan teratogen terjadi pada periode zigot, telur yang telah terbuahi akan
meluruh. Jika terjadi pada periode embrio, pemaparan teratogen mengakibatkan
cacat pada struktur tubuh janin. Sedang pemaparan teratogen pada periode fetus
akan berakibat pada ketidaksempurnaan pembentukan struktur tubuh dan fungsi
sistem organ. Struktur tubuh dan funsi organ yang diserang oleh teratogen pun
dapat bervariasi, tergantung pada waktu terjadinya pemaparan
1,2
.
1. Trimester Pertama Kehamilan
a. Fase Germinal
Abortus
Faktor resiko terjadinya abortus antara lain usia ibu yang sudah
lanjut, riwayat abortus sebelumnya, alkoholisme, demam, kontrasepsi,
kelainan kromosom, trauma, sosio ekonomi dll. Merokok, diduga
merupakan faktor resiko untuk terjadinya abortus. Mekanisme terjadinya
hal ini belum diketahui dengan jelas. Diduga merokok menyebabkan
gangguan implantasi hasil konsepsi pada endometrium. Dugaan lain ialah
efek toksik dari nikotin dan CO terhadap fetus.
Kehamilan Ektopic (KE)
Beberapa faktor penting untuk terjadinya KE antara lain adalah
PID, riwayat KE sebelumnya, riwayat operasi pada pelvis, riwayat
penggunaan IUD, dan riwayat pemakaian kontrasepsi oral. Merokok
23

merupakan faktor resiko terjadinya KE. Resiko terjadinya KE ini
berbanding lurus dengan makin banyaknya rokok yang dihisap setiap
harinya. Mekanisme terjadinya hal ini sebenarnya belum jelas. Diduga
disebabkan gangguan transportasi dalam tuba, dan lambatnya ovum masuk
ke dalam cavum uteri yang disebabkan gangguan mukosa dan cillia dalam
tuba. Merokok juga menyebabkan KE secara tak langsung, dengan
meningkatkan resiko untuk terjadinya PID.

b. Fase Embrionik
BBLR
Berat badan lahir dikatakan rendah bila kurang dari 2500 gram.
Sedangkan istilah Small For Gestation Age (SGA) ialah bila berat badan lahir
dibawah 10 persentil grafik. Merokok pada wanita hamil meninggikan resiko
untuk terjadinya BBLR dibanding wanita yang tidak merokok. Selain itu
faktor resiko lain ialah umur kehamilan, umur ibu,paritas, berat badan
sebelum lahir, status ekonomi, dan prenatal care. Perbedaan berat badan lahir
antara bayi yang ibunya merokok dan bayi yang ibunya ridak merokok
berkisar antara 250-320 gram. Perbedaan ini juga terlihat pada panjang badan
dan lingkar dada.
Mekanisme timbulnya berat lahir rendah akibat merokok bisa dengan
berbagai cara. Merokok bisa menyebabkan partus prematur, sehingga berat
badan lahirnya memang kurang dari 2500 gram, walaupun sesuai dengan usia
kehamilan. Merokok juga bisa menyebabkan retardasi pertumbuhan karena
efek vasokontriksi dari nikotin menyebabkan sirkulasi uteroplacenta
berkurang, sehingga terjadi hipoxia dan gangguan nutrisi janin. Wanita yang
merokok juga sulit untuk menambah berat badan selama kehamilan. Rata-rata
penambahan berat badan pada perokok selama hamil adalah 9 kg, sedangkan
wanita yang tidak merokok rata-rata bertambah 11 kg, walaupun wanita
perokok itu makan lebih banyak kalori dibanding yang tidak merokok.
24

Penelitian yang dilakukan oleh BMA Tobacco Control Resource
Centre menunjukkan bahwa ibu yang merokok selama kehamilan memiliki
risiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) sebesar 1,5-9,9 kali
dibandingkan dengan berat badan lahir bayi dari ibu yang tidak merokok.
Kondisi BBLR sangatlah merugikan. Bayi dengan kondisi BBLR sering
disertai dengan komplikasi, antara lain: sindrom gangguan pernapasan
idiopatik, pneumonia aspirasi, perdarahan intraventrikuler, hiperbilirubinemia,
sindrom aspirasi mekonium, hipoglikemia simtomatik, dan asfiksia
neonatorum. Bahkan, bayi dengan BBLR merupakan salah satu penyebab
utama kematian perinatal. Angka kematian perinatal pada bayi BBLR lebih
daripada 2 kali angka kematian bayi normal. Berikut penjelasan singkat
mengenai mekanisme yang diduga mendasari terjadinya kelahiran bayi berat
lahir rendah pada ibu yang terpapar asap rokok baik sebelum maupun selama
kehamilannya.
Merokok selama hamil telah dilaporkan mempunyai efek yang
merugikan terhadap ibu ataupun janin yang dikandung. Sebuah penelitian
eksperimental menggunakan hewan coba mencit menyimpulkan bahwa
paparan asap rokok yang diberikan selama masa kehamilan hari ke-0 (hari
konsepsi), 1 dan 2 menyebabkan retardasi pertumbuhan embrio, sedangkan
paparan asap rokok selama masa kehamilan hari ke-0 hingga hari ke-17
menyebabkan penurunan berat badan fetus. Dalam penelitian ini, mencit
dipapar asap rokok selama 10 menit, 3 kali sehari.


Di bawah ini adalah diagram alur mekanisme efek paparan asap rokok
terhadap risiko terjadinya kelahiran BBLR.
25



c. Fase Fetus
Ketidaksempurnaan pembentukan struktur tubuh dan fungsi sistem organ.
Merokok pada masa-masa awal kehamilan mungkin dapat meningkatkan risiko
cacat jantung bawaan (CHD) pada bayi, menurut hasil analisis dari Studi Bayi
dari Baltimore-Washington yang dilaporkan secara online dan dalam edisi cetak
jurnal Pediatrics Februari-Maret 2011. "Ibu merokok selama kehamilan dapat
sebagai faktor risiko yang mungkin terjadinya cacat lahir", tulis Clinton J.
Alverson, MS, dan rekan dari the Division of Birth Defects and Developmental
Disabilities, National Center on Birth Defects and Developmental Disabilities,
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Atlanta, Georgia. "Kami
menyelidiki hubungan antara merokok ibu selama trimester pertama dan risiko
CHDs diantara para bayi".
Dari Baltimore-Washington Infant Study, yang merupakan pusat penelitian
CHD pertama yang berbasis populasi di AS, kasus dan bayi yang pada tahun
1981-1989. Ibu dengan diabetes pregestational dikeluarkan dari analisis, seperti
juga kasus ibu yang bayinya memiliki anomali noncardiac, kecuali untuk cacat
septum atrioventrikular pada sindrom Down. Sehingga, analisis meliputi sejumlah
26

total 2525 kasus dan 3435 bayi sebagai pembanding kontrol. Interview dilakukan
secara personal kepada ibu, khususnya dalah hal konsumsi rokok pad atrimester
pertama. Model regresi logistik yang digunakan untuk mengevaluasi hubungan 26
kelompok yang CHDs dengan ibu yang merokok. Odds rasio (OR) telah
diperkirakan untuk peningkatan 20 roko batang per hari.
Dilaporkan sendiri konsumsi rokok ibu pada trimester pertama secara
statistik signifikan dan positif terkait dengan risiko untuk cacat septum atrium
sekunder (OR, 1,36; 95% [CI], 1,04-1,78), kanan cacat saluran keluar ventrikel
(OR, 1,32, 95% CI, 1,06-1,65), stenosis katup pulmonal (OR, 1,35, 95% CI, 1,05-
1,74), arteriosus truncus (OR, 1,90, 95% CI, 1,04-3,45), dan levo-Transposisi
arteri yang besar (OR, 1,79, 95% CI, 1,04-3,10). Di antara bayi tanpa sindrom
Down, ada hubungan sugestif untuk cacat septum atrioventrikular (OR, 1,50; 95%
CI, 0,99-2,29).
"Keberhasilan berhenti merokok pada masa kehamilan juga menurunkan
kemungkinan komplikasi kehamilan seperti kelahiran prematur dan komplikasi
lain seperti berat badan lahir rendah," kata penulis senior Adolfo Correa, MD,
PhD, petugas medis di CDC's National Center on Birth Defects and
Developmental Disabilities. "Hasil dari studi ini, berdasarkan desain berbasis
populasi dengan Penetapan kasus berkualitas tinggi dan klasifikasi cacat,
memberikan bukti adanya implikasi ibu merokok pada trimester pertama sebagai
faktor risiko yang sederhana untuk memilih fenotipe cacat jantung bawaan, "para
penulis penelitian menyimpulkan.

2. Trimester Kedua Kehamilan
Solutio Placenta (SP)
Solutio Placenta ialah lepasnya placenta yang letaknya normal, dari
dinding uterus, sebelum bayi lahir. Faktor resiko untuk terjadinya SP antara
lain hypertensi, trauma abdomen, pemberian obat secara IV, riwayat
persalinan pretem, riwayat stillbirth, abortus spontan, usia ibu yang sudah
lanjut, dan kediaman yang tinggi diatas permukaan laut selama kehamilan.
Merokok, bisa merupakan faktor resiko terjadinya SP. Mekanisme terjadinya
27

SP diduga disebabkan kurangnya perfusi placenta akibat efek vasokontriksi,
atau akibat meningkatnya COHb, sehingga terjadi hipoxia lokal yang
menyebabkan palcenta rusak dan terlepas dari cengkramannya.
Placenta Previa (PP)
Placenta Previa ialah keadaan dimana letak placenta demikian
rendahnya, sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium internum. Faktor
resiko terjadinya placenta previa antara lain, akibat kerusakan dinding
endometrium akibat myoma, atau riwayat kuretase, atau pada kebutuhan
perfusi yang meningkat, seperti pada kehamilan kembar. Merokok, merupakan
faktor resiko terjadinya PP, diduga karena pada wanita hamil yang merokok,
terjadi hipoxiemi kronis yang akibat vasokontriksi atau meningkatnya COHb.
Hal ini membuat placenta akan mencari tambatan aliran darah dengan cara
meluaskan jaringannya sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium
unternum.

3. Trimester Ketiga Kehamilan
Malformasi Kongenital
Keseluruhan, merokok tidak meninggikan resiko untuk terjadinya
malformasi kongenital, atau bila pun ada perbedaan, namun secara statistik
tidak signifikan atau hasilnya saling bertentangan.
Partus prematur
Partus prematur (peralinan pada usia kehamilan < 37 minggu)
berhubungan erat dengan tingginya resiko mortalitas fetal, neonatal dan
perinatal. Faktor resiko terjadinya partus prematur antara lain, KPSW,
pendarahan antepartum, pre eklampsia, kehamilan kembar, kelainan
uterus, atau infeksi saluran kemih. Merokok merupakan faktor resiko
untuk terjadinya partus prematur, tapi hanya pada situasi tertentu.
Misalnya keadaan bila tidak ada faktor resiko lain untuk terjadinya partus
prematur atau sudah terjadi KPSW sebelumnya. Resiko makin tinggi bila
ibu berumur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun. Semua keadaan
28

diatas didapat dari hasil penelitian. Penghentian merokok akan
menurunkan resiko ini.
Mekanisme tingginya resiko partus prematur pada wanita yang
merokok diduga disebabkan efek vasokontriksi nikotin pada placenta, atau
tingginya kadar katekolamin dalam darah.

29

BAB III
SIMPULAN

Terdapat faktor teratogen yang menyebabkan pertumbuhan prenatal
menjadi abnormal, antara lain obat-obatan yang dikonsumsi, penyakit yang
diderita serta bahaya yang berasal dari lingkungan sekitar. Teratogen memiliki
pengaruh yang berbeda pada tiga periode perkembangan prenatal. Saat pemaparan
teratogen terjadi pada periode zigot, telur yang telah terbuahi akan meluruh. Jika
terjadi pada periode embrio, pemaparan teratogen mengakibatkan cacat pada
struktur tubuh janin. Sedang pemaparan teratogen pada periode fetus akan
berakibat pada ketidaksempurnaan pembentukan struktur tubuh dan fungsi sistem
organ. Struktur tubuh dan fungsi organ yang diserang oleh teratogen pun dapat
bervariasi, tergantung pada waktu terjadinya pemaparan. Salah satu zat yang
tergolong zat teratogenik adalah nikotin yang terkandung dalam rokok.
Pengaruh rokok pada kehamilan tergantung pada pemaparan Pada
trimester pertama kehamilan : abortus, kehamilan ektopik, pre eklampsia, BBLR.
Pada trimester kedua kehamilan : plasenta previa, solusio plasenta. Pada trimester
ketiga kehamilan : malformasi congenital dan partus premature.

30


DAFTAR PUSTAKA

1. Langman, M, Langmans Embriologi, vol 1, 2006, hal 20 30.

2. Anonim, 2009, WHO Report on the Global Tobacco Epidemic, 2009:
Implementing Smoke-Free Environment, WHO
(http://www.who.int/tobacco/mpower/2009/gtcr_download/en/index.html)

3. A Surgeons General Report : Smoking on Woman, published 27
th
May 2001,
hal 183-375.

4. A surgeons General Report : Nicotine Addiction and Pharmacodynamics ,
1988, hal 1 18, 465 534
http://www.cdc.gov/tobacco/sgr/sgr_forwomen/sgr_women_chapters.htm

5. A report of INWAT Europe Seminar on Women on Tobacco, 4
th
June 1999,
hal. 1044
http://www.ama-assn.or/special/womh/library/readroom/arch8/yoa7356.htm

6. Barraclough, Simon, Women and Tobacco in Indonesia, 1995, hal 1-8
http://tc.bmjournals.com/cgi/content/abstract

7. John H. Holbrook, Nicotine Addiction, Harrisons Priciples of Internal
Medicine, 13
th
edition, vol.2, 1994, hal.2433-2436.

8. Anonim, 2006,Tobacco. (http://www.cesar.umd.edu/cesar/drugs/tobacco.pdf)

9. Dariyo, A, 2003, Psikologi Perkembangan Dewasa Muda, Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia

10. Suyasa, P. T. Y. & Karman, R, 2004, Stress, Perilaku Merokok dan Tipe
Kepribadian. Jurnal PHRONESIS, 11, 6, 19-39

11. Sitepoe, M. 2000, Kekhususan Rokok Indonesia, Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia

Anda mungkin juga menyukai