Anda di halaman 1dari 30

REFERAT

TONSILITIS
Disusun Oleh:
Annisa Faradilla (4112022117)

Pembimbing:
dr. Hastuti Rahmi, Sp.THT-KL
KEPANITERAAN KLINIK TELINGA HIDUNG TENGGOROK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BEKASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 5 DESEMBER 2022 – 7 JANUARI 2023
ANATOMI
ANATOMI

Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh:


a) Lateral – muskulus konstriktor faring superior
b) Anterior – muskulus palatoglosus
c) Posterior – muskulus palatofaringeus
d) Superior – palatum mole
e) Inferior – tonsil lingual
ANATOMI

Tonsil mendapat vaskularisasi dari cabang-cabang a.


karotis eksterna yaitu arteri maksilaris eksterna (a.
fasialis) yang mempunyai cabang a. tonsilaris dan a.
palatina asenden, a. maksilaris interna dengan
cabangnya yaitu a.palatina desenden, a. lingualis
dengan cabangnya yaitu a. lingualis dorsal dan a.
faringeal asenden. a. tonsilaris berjalan ke atas
dibagian luar m. konstriktor superior dan memberikan
cabang untuk tonsil dan palatum mole.
Tonsilitis adalah suatu
peradangan dan
DEFINISI
pembengkakan pada tonsil
palatina yang disebabkan Penularan penyakit ini
oleh suatu infeksi bakteri umumnya terjadi melalui udara
golongan A. Streptococcus (air borne droplets) yang
beta hemolitikus tetapi bisa ditularkan oleh pasien lain.
juga disebabkan oleh bakteri Namun, ada kemungkinan Tonsilitis akut merupakan
jenis lain seperti terjadinya autoinfeksi melalui peradangan pada tonsil
Haemophilus influenzae, yang disebabkan oleh
flora normal di mulut dan
Streptococcus pneumoniae infeksi bakteri atau virus
faring seperti berciuman.
dan Neisseria gonorrhoeae yang terjadi dalam waktu
Reservoir patogen lainnya yang
atau infeksi virus seperti kurang dari 3 minggu.
mungkin adalah hewan
Epstein-Barr virus (EBV), Sedangkan tonsilitis
peliharaan, hewan ternak atau
herpes simpleks, dan kronis merupakan kondisi
bahkan melalui barang-barang
rhinovirus. dimana terjadi
yang digunakan sehari-hari
pembesaran tonsil disertai
seperti sikat gigi
dengan serangan infeksi
yang berulang-ulang
Epidemiologi
● Tonsilitis umumnya disebabkan oleh infeksi virus sedangkan infeksi
bakterial lebih sering terjadi pada anak berusia 5-15 tahun. Group A beta-
hemolytic streptococcus merupakan penyebab utama tonsilitis bacterial
● WHO memperkirakan 287.000 anak dibawah 15 tahun mengalami
tonsilektomi dengan atau tanpa adenoidektomi, 248.000 (86,4 %) mengalami
tonsiloadenoidektomi dan 39.000 (13,6 %) lainnya menjalani tonsilektomi.
● Berdasarkan data epidemiologi penyakit THT di tujuh provinsi Indonesia,
prevalensi tonsilitis kronik 3,8 % tertinggi setelah nasofaringitis akut 4,6 %
ETIOLOGI
VIRUS
• Epstein-Barr virus BAKTERI Tonsillitis Kronik
• Cytomegalovirus • Group A Beta-hemolyticus • Rokok
• Rhinovirus streptococcus (GABHS) • Higiene mulut yang
• • aureus
Staphylococcus
• Adenovirus buruk
• Respiratory syncytial virus • Haemophilus influenza • Pengobatan tonsilitis
• Herpes simplex virus akut yang tidak
• Coxsackie virus adekuat
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
A. Tonsilitis akut
1. Tonsilitis viral
Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai common cold yang
disertai rasa nyeri tenggorok dan beberapa derajat disfagia. Dan
pada kasus berat dapat menolak untuk minum atau makan
melalui mulut. Penderita mengalami malaise, suhu tinggi, dan
nafasnya bau.

2. Tonsilitis bacterial
Gejala dan tanda Masa inkubasi 2-4 hari. Gejala dan tanda yang
sering ditemukan adalah nyeri tenggorok dan nyeri waktu
menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa
nyeri di sendi-sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga
karena nyeri alih (referred pain) melalui saraf N. glosofaringeus (N.
IX). Pada pemeriksaan tampak tonsil membengkak, hiperemis
dan terdapat detritus berbentuk folikel, lakuna atau tertutup oleh
membran semu. Kelenjar sub-mandibula membengkak dan nyeri
tekan. (otalgia).
MANIFESTASI KLINIS

B. Tonsilitis Membranosa
1. Tonsilitis difteri
a. Gejala umum seperti juga gejala infeksi lainnya yaitu kenaikan
suhu tubuh biasanya subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan,
badan lemah, nadi lambat serta keluhan nyeri menelan.

b. Gejala lokal yang tampak berupa tonsil membengkak ditutupi


bercak putih kotor yang makin lama makin meluas dan bersatu
membentuk membran semu. Membran ini dapat meluas ke
palatum mole, uvula, nasofaring, laring, trakea dan bronkus dan
dapat menyumbat saluran napas..
MANIFESTASI KLINIS
C. Tonsilitis Kronik
● Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan
permukaan yang tidak rata, kriptus melebar dan beberapa
kripti terisi oleh detritus. Rasa ada yang mengganjal di
tenggorok, dirasakan kering di tenggorok dan napas
berbau.
● Radang amandel/tonsil yang kronis terjadi secara
berulang-ulang dan berlangsung lama. Pembesaran
tonsil/amandel bisa sangat besar sehingga tonsil kiri dan
kanan saling bertemu dan dapat mengganggu jalan
pernapasan.
● Tonsilitis pada anak biasanya dapat mengakibatkan
keluhan berupa ngorok saat tidur karena pengaruh
besarnya tonsil yang mengganggu pernafasan bahkan
keluhan sesak nafas dapat terjadi apabila pemebesaran
tonsil telah menutup jalur pernafasan.
DIAGNOSIS
Anamnesis
KELUHAN LOKAL

∙ nyeri menelan KELUHAN SISTEMIK


∙ nyeri tenggorok ∙ rasa lemah
∙ rasa mengganjal di tenggorok ∙ nafsu makan berkurang
∙ mulut berbau (halitosis) ∙ sakit kepala dan nyeri sendi
∙ demam
∙ mendengkur
∙ gangguan bernafas
∙ hidung tersumbat
∙ batuk pilek berulang
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik

• Peningkatan suhu tubuh (38-40oC)


• Pembengkakan tonsil disertai eksudat dan hiperemis
• Dapat ditemukan pembengkakan kelenjar submandibular
• Dapat ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening
Derajat Pembesaran Tonsil

▪ T0 : bila tonsil sudah diangkat


▪ T1 : tonsil berada didalam fossa tonsilaris
▪ T2 : tonsil keluar dari fossa tonsilaris namun
tidak melewati linea paramedian
▪ T3 : tonsil keluar dari fossa tonsilaris dan
melewati linea paramedian namun tidak
menyentuk linea median
▪ T4 : tonsil keluar dari fossa tonsilaris,
melewati linea paramedian dan menyentuh
linea median
Gambar (A) Tonsillar hypertrophy grade-I tonsils. (B) Grade-II
tonsils. (C) Grade- IIItonsils. (D) Grade-IV tonsils (“kissing tonsils”)
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang

• Kultur swab tenggorok


• Rinofaringolaringoskop
• Pemeriksaan histopatologi jaringan tonsil (bila curiga
keganasan)
DIAGNOSIS BANDING
TATALAKSANA
A. Tonsilitis Akut

1. Tonsillitis viral
Pada umumnya, penderita dengan tonsilitis akut disertai demam sebaiknya tirah
baring, dilakukan pemberian cairan adekuat, dan diet ringan. Analgesik, dan antivirus
diberikan jika gejala memberat .

2. Tonsillitis bakterial
Antibiotika spectrum luas, seperti penisilin, eritromisin. Antipiretik dan obat kumur
yang mengandung desinfektan.
TATALAKSANA
B. Tonsilitis Membranosa

1. Tonsillitis difteri
● Anti difteri serum (ADS) diberikan segera tanpa menunggu hasil kultur, dengan
dosis 20.000 – 100.000 unit tergantung dari umur dan beratnya penyakit.
● Antibiotik penisilin atau eritromisin 25 – 50 mg/kgBB dibagi dalam 3 dosis
selama 14 hari.
● Kortikosteroid 1,2 mg/kgBB/hari.
● Antipiretik untuk simtomatis.
● Pasien harus diisolasi karena penyakit ini dapat menular. Pasien istirahat di
tempat tidur selama 2 – 3 minggu.
TATALAKSANA
C. Tonsilitis Kronis

Pengobatan pasti untuk tonsilitis kronis adalah pembedahan pengangkatan tonsil.


Tindakan ini dilakukan pada kasus-kasus di mana penatalaksanaan medis atau yang
lebih konservatif gagal untuk meringankan gejala-gejala. Penatalaksanaan medis
termasuk pemberian penisilin yang lama, irigasi tenggorokan sehari-hari, dan usaha
untuk membersihkan kripta tonsilaris dengan alat irigasi gigi atau oral. Ukuran
jaringan tonsil tidak mempunyai hubungan dengan infeksi kronis atau berulang.
TATALAKSANA
Indikasi dilakukannya tonsilektomi sebagai berikut:.
Indikasi Absolut. Indikasi-indikasi untuk tonsilektomi yang hampir absolut adalah
berikut ini:
1. Timbulnya kor pulmonale karena obstruksi jalan napas yang kronis.
2. Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apnea waktu tidur.
3. Hipertrofi berlebihan yang menyebabkan disfagia dengan penurunan berat badan
penyerta.
4. Biopsi eksisi yang dicurigai keganasan (limfoma).
5. Abses peritonsilaris berulang atau abses yang meluas pada ruang jaringan
sekitarnya.

Indikasi Relatif. Seluruh indikasi lain untuk tonsilektomi dianggap relatif.


1. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil dalam 1 tahun dengan terapi antibiotik
adekuat.
2. Halitosis akibat tonsillitis kronis yang tidak membaik dengan terapi antibiotik
adekuat.
3. Tonsillitis kronis berulang pada karier streptokokus beta hemolitikus grup A yang
tidak membaik dengan antibiotik.
Adapun kontraindikasi dari tonsilektomi sebagai berikut:
1. Infeksi pernapasan bagian atas yang berulang.
2. Infeksi sistemik atau kronis.
3. Demam yang tidak diketahui penyebabnya.
4. Pembesaran tonsil tanpa gejala-gejala obstruksi.
5. Anak dibawah usia 3 tahun
6. Anak dengan BB dibawah 15 kg
7. Diskrasia darah / Gangguan pembekuan darah
8. Ketidakmampuan atau kegagalan untuk tumbuh.
9. Tonus otot yang Iemah.
10. Sinusitis.
Komplikasi
• Otitis media efusi
• Abses peritonsil
• Abses parafaring
• Glomerulonephritis akut
• Miokarditis
• Sindrom lemierre
• Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS)
Prognosis
Secara umum, prognosis tonsilitis sangat baik
dan sembuh tanpa komplikasi. Sebagian besar
tonsilitis virus sembuh dalam 7-10 hari,
sedangkan tonsilitis bakteri dengan terapi
antibiotik sesuai mulai membaik dalam 24-48
jam. Morbiditas dapat meningkat jika tonsilitis
berulang sehingga mengganggu aktivitas dalam
sekolah dan bekerja.
Daftar Pustaka
1. Anderson, J. and Paterek, E. 2019. Tonsillitis. [online] StatPearls.
2. Bartlett A, Bola S, Williams R. 2015. Acute tonsillitis and its complications: an overview. J R Nav Med Serv.
101(1):69-73.
3. Basuki, S. W., dkk. 2020. Tonsilitis. Publikasi Ilmiah Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dwi Rahayu R,
Arief T, Anggraeni S. 2020. Karakteristik Pasien Tonsilitis Pada Anak Usia 5- 12 Tahun di RSPBA Bandar
Lampung. ARTERI: Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(1).
4. Georgalas, C. C. N. S. T. A. N., 2014. Tonsillitis. Clinical Evidence.
5. KEMENKES RI 2018. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran: Tatalaksana Tonsilitis. Mangunkusumo, E.
2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala Leher. Jakarta: EGC,
pp.309–321.
6. Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala Leher.
Jakarta: EGC, pp.309–321.
7. Perhati. 2015. Panduan Praktik Klinis Prosedur Tindakan di Bidang Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher. Jakarta
8. Ramadhan, F. S. I. K., 2017. Analisa Faktor Risiko Kejadian Tonsilitis Kronik Pada Anak Usia 5 - 11 Tahun di
Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan, Volume 2
Daftar Pustaka
9. Rusmarjono and Soepardi, E.A. 2014. Buku Ajar Ilmu Kesehatan: Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher.
7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pp.198–203.
10. Soepardi, E. A., dkk. 2017. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi
Keenam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Suprihati, Suyitno. (2013). Hubungan Tonsilitis kronik dengan prestasi
belajar pada siswa kelas II Sekolah Dasar di kota Semarang. Cermin Dunia Kedokteran;155:87- 91. Depkes RI.
11. Windfuhr JP, Toepfner N, Steffen G, Waldfahrer F, Berner R. 2016. Clinical practice guideline: tonsillitis I.
Diagnostics and nonsurgical management. European Archives of Oto-Rhino-Laryngology. 273(4):973-987.
12. Adams, G. L., Boies, L. R. & Higler, P. A., 2012. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. 6 ed. Philadelphia: BOEIS
FUNDMENTALS OF OTOLARYNGOLOGY.
13. Allotoibi, A. D., 2017. Tonsillitis in Children Diagnosis and Treatment Measures. Saudi Journal of Medicine
(SJM) , 2(8), p. 208.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai