Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN KASUS

DIARE PERSISTEN

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DI BAGIAN ILMU PENYAKIT ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM/RSUP NTB
JULI 2013
BAB I PENDAHULUAN
 Diare masih menjadi masalah kesehatan di negara berkembang
termasuk di Indonesia
 WHO dan UNICEF memperkirakan pada tahun 1991 diare
persisten terjadi 10% dari episode diare dengan kematian
sebanyak 35% pada anak di bawah 5 tahun.
 Penelitian di Surabaya menunjukkan diare persisten terjadi
pada 2,73% dari penderita dengan diare akut, dan terjadi
terbanyak pada usia 0-2 bulan. 1
 Kematian akibat diare persisten biasanya terjadi karena
malnutrisi. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI YANG BERKAITAN DENGAN DIARE
DEFINISI
Ikatan Dokter Anak Indonesia

 Diare adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau
tanpa lendir dan darah.

 Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih
dari 3 – 4 kali per hari, keadaan ini masih bersifat fisiologis atau normal
selama berat badan bayi meningkat normal dan menurut ibu bayi
fesesnya tidak berbeda konsistensinya dari biasanya.
KLASIFIKASI
Menurut UKK Gastroenterologi-Hepatologi IDAI
Diare berdasarkan durasinya, dibagi menjadi :
 Diare akut : berlangsung kurang dari 14 hari
 Diare persisten : berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi
infeksi
 Diare kronik : berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi
non-infeksi
ETIOLOGI
Infant Sindrom malabsopsi post gastroenteritis
Intoleransi protein/susu sapi
Defisiensi disakarida sekuder
Fibrosis kistik

Anak-anak Diare kronik non spesifik


Defisiensi disakarida sekunder
Sindrom malabsopsi post gastroenteritis
Penyakit seliac
Fibrosis kistik

Remaja Irritable bowel syndrome


Inflamatory bowel disease
Giardiasis
Intoleransi laktosa
Diare Diare Diare Diare
Enteropathogen Disentry Enteropathogen Disentry
Akut persisten Akut persisten
Virus Protozoa
Rotavirus + + + Giardia intestinalis + - +
Enteric adenovirus (types 40.41) + + + Cryptosporidium parvum + - +
Calicivirus + + + Microsporidia + - +
Astrovirus + + + Isospora belli + - +
Cytomegalovirus + + + Cyclospora cayetanensis + - +
Bakteri Entamoeba histolytica + + +
Vibrio cholera and other vibrios + - + Balantidium coli + + +
Enterotoxigenik E coli (ETEC) + - + Helminths
Enteropathogenic E coli (EPEC) + - + Strongyloides stercoralis - - +
Enteroaggregative E coli (EAggEC) + - + Schistosoma spp - + +
Enteroinavsive E coli (EIEC) + - +
Enterohaemorraghic E coli (EHEC) + + +
Shigella spp + + +
Salmonella spp + + +
Campylobacter spp + + +
Faktor risiko diare persisten:
 Gizi kurang : yang akan memperlambat regenerasi mukosa usus

 Malabsorpsi lemak

 Intoleransi laktosa

 Tinja berlendir

 Tinja berdarah

 Obat- obat yang diberikan termasuk antibiotik

 Adanya penyakit penyerta dan anemia


PATOFISIOLOGI
 1. Diare Sekretorik

Enterotoksin bakteri

Merangsang secara aktif pembentukan siklik AMP,


siklik GMP dan Ca2+

Sekresi dari mukosa berupa cairan dan elektrolit


yang berlebihan  Contohnya pada Cholera, Yersinia Enterocolitica
dan Klebsiella Pneumoniae
2. Diare Osmotik

Defisiensi enzim disakaridase primer ataupun


sekunder pada anak sehingga menyebabkan Rotavirus yang menyebabkan
gangguan pemecahan karbohidrat golongan kerusakan mikrovili (brush border )
disakarida

Absorbsi larutan dalam lumen kolon yang buruk & karbihidrat di


fermentasi menjadi menjadi asam organik oleh bakteri usus

Suasana usus hiperosmolar

Cairan dan elektrolit tertarik ke lumen usus


Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar sebagai tanda
janin dalam hipoksia:
 Jika DJJ normal dan ada mekonium maka janin mulai hipoksia.
 Jika DJJ > 160 x/ menit dan ada mekonium maka janin sedang hipoksia.
 Jika DJJ < 100 x/ menit dan ada mekonium maka janin dalam keadaan gawat.

Janin akan mengadakan pernafasan intra uterine dan bila kita periksa terdapat banyak
air ketuban dan mekonium dalam paru. Bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis, bila
janin lahir aveoli tidak berkembang.
Tabel. Perbedaan Diare Osmotik dan Diare Sekretorik

Beda Diare osmotic Diare sekretorik


Volume feses < 200 ml/24 jam > 200 ml/24 jam
Kecepatan respon Stop diare Kontinu diare
Natrium feses < 70 meq/l > 70 meq/l
Tes reduksi Positif Negatif
pH feses <5 >6
3. Diare Invasif

 Gangguan integritas lapisan mukosa usus akibat infeksi virus dan bakteri,
iskemia, dan peradangan.

 Virus, bakteri dan parasit yang dapat menginfeksi antara lain adalah
Salmonella, Shigella, Giardia.

4. Dismotilitas

 Adanya gangguan neurologi pada usus sehingga peristaltic usus dan


absorpsi berkurang yang kemudian menyebabkan diare.
Patogenesis Diare Persisten
DIAGNOSIS & PEMERIKSAAN PENUNJANG

Fase 1
 Riwayat anamnesis dan pemeriksaan fisik, yang meliputi
konsumsi jumlah cairan per hari.
 Pemeriksaan fisik yang meliputi penilaian terhadap nutrisi
 Pemeriksaan Feses (pH, pemeriksaan smear Leukosit, lemak,
telur cacing, dan parasit).
 Kultur feses
 Pemeriksaan toxin untuk Clostridium difficile
 Pemeriksaan darah (Jumlah Eritrosit, laju endapan darah,
elektrolit, BUN, kreatinin).
Fase II
 Sweat Test (sebuah pemeriksaan menentukan kadar klorida pada
keringat).
 Pengumpulan feses selama 72 jam untuk mendeteksi lemak
pada feses.
 Pemeriksaan elektrolit feses, osmolaritas
 Pemeriksaan feses phenolphthalein, magnesium sulphate,
phosphate.
 Pemeriksaan H2 pernafasan
Fase III
 Pemeriksaan endoskopik.
 Biopsi usus kecil
 Pemeriksaan biopsi sigmoidoskopi dan kolonoskopi
 Pemeriksaan Biopsi.
Fase IV
 Pemeriksaan hormonal polipeptida intestinal vasoaktif, gastrin,
sekretin, dan 5-hydroxyindoleacetic.
TATALAKSANA
Penilaian derajat dehidrasi menurut WHO.4
Penilaian A B C
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai, syok
Mata Normal Cekung Sangat cekung dan kering

Mulut Biasa Kering Sangat kering


Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat
Pernapasan < 30x 30-40x >40x
Nadi <120x 120-140x >140x

Skor Dehidrasi : 6 = tanpa dehidrasi


7-12 = dehidrasi ringan-sedang
>13 = dehidrasi berat
Pertolongan Awal dan Stabilisasi
Pemberian cairan disesuaikan dengan derajat dehidrasi :
 Tanpa dehidrasi : air minum atau ASI diberikan semaunya, oralit
diberikan sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah
dengan dosis :
 - Usia kurang dari 1 tahun : 50-100 cc
 - Usia 1-5 tahun : 100-200 cc
 - Usia lebih dari 5 tahun : semaunya (200-300 ml)
 Dehidrasi (ringan-sedang): rehidrasi dengan oralit 75 cc/kgBb
dalam 3 jam pertama dilanjutkan pemberian kehilangan cairan
yang sedang berlangsung sesuai umur seperti di atas setiap kali
buang air besar.
 Dehidrasi berat; rehidrasi parenteral dengan cairan ringer laktat
atau ringer asetat 100 cc/kgBb. Cara pemberian:
 Usia kurang dari 1 tahun : 30 cc/kgBb dalam 1 jam pertama,
dilanjutkan 70 cc/kgBb dalam 5 jam berikutnya.
 Usia lebih dari 1 tahun : 30 cc/kgBb dalam ½ jam pertama,
dilanjutkan 70 cc/kgBb dalam 2 ½ jam berikutnya.
 Minum diberikan jika pasien telah ingin minum 5 cc/kgBb
selama proses rehidrasi.
Koreksi Ketidakseimbangan Elektrolit
 Hipernatremia (Na > 155 mEq/L), koreksi penurunan Na
dilakukan secara bertahap dengan pemberian cairan dekstrosa
5% + ½ salin. Penurunan kadar Na tidak boleh lebih dari 10
mEq perhari karena bisa menyebabkan edema otak.
 Hiponatremi (< 130 mEq/L), koreksi kadar Na dilakukan
bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu memakai ringer
laktat atau normal salin.
 Hiperkalemia (K > 5 mEq/L), koreksi dilakukan dengan
pemberian kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBb iv perlahan-
lahan dalam 5-10 menit sambil memantau denyut jantung.
 Hipokalemia (K < 3,5 mEq/L), koreksi dilakukan menurut kadar
K. Jika kadar K 2,5 - 3,5 mEq/L, berikan 75 mEq/kgBb per oral
per hari dibagi 3 dosis.
 Jika kadar K < 2,5 mEq/L; berikan secara drip intravena
dengan dosis :
 3,5 ± kadar K terukur x Bb (kg) x 0,4 + 2 mEq/kgBb/24 jam
dalam 4 jam pertama
 3,5 ± kadar K terukur x Bb (kg) x 0,4 + 1/6 x 2 mEq/kgBb
jam dalam 4 jam pertama
Penyebab Antibiotik Terpilih Pilihan Lain
Kolera Tetrasiklin 50 TMP 5 mg/kgBb/hari-
Tabel. Antimikroba Pada mg/kgBb/hari, p.o 4 kali SMX 25 mg/kgBb/hari,
Pengobatan Diare Dengan sehari, 3 hari p.o 2 kali sehari, 3 hari
Penyebab Khusus Shigela TMP 10 mg/kgBb/hari- Ampisilin 100 mg/ kgBb/

(Komite Medik RSUP dr. SMX 50 mg/kgBb/hari, p.o, hari, p.o, 4 kali/hari, 5

Sardjito. 2000) 2 kali sehari, 5 hari hari


Asam Nalidiksat
60 mg/kgBb/hari, p.o, 4
kali sehari, 5 hari
Amoeba Metronidazol Dehidroemetin HCl
30 mg/kgBb/hari, po, 3 (kasus berat)
kali/hari, 5 hari (tidak 1-1,5 mg/kgBb/hari
berat), 10 hari (berat) (maks. 90 mg), IM, 1 kali
sehari, 5 hari.
Giardia Metronidazol 15 mg/ kgBb/ Quinakrin 7,5 mg/ kgBb/
hari, p.o, 2 kali/hari, 5 hari hari, p.o, 3 kali sehari, 5
 Hipokalemia (K < 3,5 mEq/L), koreksi dilakukan menurut kadar
K. Jika kadar K 2,5 - 3,5 mEq/L, berikan 75 mEq/kgBb per oral
per hari dibagi 3 dosis.
 Jika kadar K < 2,5 mEq/L; berikan secara drip intravena
dengan dosis :
 3,5 ± kadar K terukur x Bb (kg) x 0,4 + 2 mEq/kgBb/24 jam
dalam 4 jam pertama
 3,5 ± kadar K terukur x Bb (kg) x 0,4 + 1/6 x 2 mEq/kgBb
jam dalam 4 jam pertama
Manajemen Nutrisi
 ASI harus tetap diberikan. Kalau anak tidak dapat menetek, ASI
dapat diperas atau dipompa.

 Pada bayi yang tidak minum ASI diberikan susu rendah laktosa.

 Memastikan bahwa anak memperoleh nutrisi dalam jumlah


yang cukup.

 Pemberian nutrisi oral akan memacu regenerasi mukosa,


meningkatkan kapasitas digesti dan absorpsi
Suplementasi Zinc
 WHO dan UNICEF merekomendasikan pemberian suplemen
zinc sebanyak 10 mg (pada bayi di bawah 6 bulan) hingga 20
mg per hari selama 10 – 14 hari karena mampu mengurangi
angka kejadian diare selama 2-3 bulan setelah pemberian
suplemen.
 Mekanisme dari suplementasi zinc pada diare antara lain
meningkatkan penyerapan air dan elektrolit pada intestinal,
memicu regenerasi dan memperbaiki fungsi dari epitel usus,
meningkatkan jumlah enzim yang terdapat di enterosit brush-
border, membantu peran imunitas dalam melawan proses
infeksi termasuk imunitas selular dan imunitas humoral.
Suplementasi Zinc
 WHO dan UNICEF merekomendasikan pemberian suplemen
zinc sebanyak 10 mg (pada bayi di bawah 6 bulan) hingga 20
mg per hari selama 10 – 14 hari karena mampu mengurangi
angka kejadian diare selama 2-3 bulan setelah pemberian
suplemen.
 Mekanisme dari suplementasi zinc pada diare antara lain
meningkatkan penyerapan air dan elektrolit pada intestinal,
memicu regenerasi dan memperbaiki fungsi dari epitel usus,
meningkatkan jumlah enzim yang terdapat di enterosit brush-
border, membantu peran imunitas dalam melawan proses
infeksi termasuk imunitas selular dan imunitas humoral.
Pemberian Probiotik
 Beberapa mikroorganisme efektif dalam mengurangi keparahan
dan lamanya diare, antara lain Lactobacillus rhamnous,
Lactobacillus plantarum, beberapa strain dari Bifidobacteria,
Enterococcus faecium, dan Saccharomyces boulardii.
 Probiotik secara umum dianjurkan tanpa indikasi spesifik.
 Probiotik mempunyai efek memacu pertumbuhan flora komensal
yang dapat menunjang kesehatan.
PERBEDAAN DIARE PADA ROTAVIRUS, SHIGELLA,
GIARDIA, KOLERA DAN AMOEBA
DISENTRI BASILER SHIGELLA
 Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada
permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24
jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit,
didapatkan darah dan lendir dalam tinja.
 Panas tinggi (39,50 - 400 C)
 Muntah-muntah.
 Anoreksia.
 Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
 Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan
sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).
AMEBIASIS
 Perut kembung, kadang-kadang nyeri perut ringan yang
bersifat kejang
 Diare ringan 4-5 kali sehari
 Tinja berbau busuk
 Kadang tinja bercampur darah dan lendir
 Sedikit nyeri tekan di daerah sigmoid
 Tanpa atau disertai demam ringan (subfebril)
 Kadang-kadang disertai hepatomegali
 Perut kram
 Mual dan anemia
GIARDIASIS
 Giardiasis biasanya asimptomatik.
 Rasa tidak enak di perut
 Mual dan anoreksia
 Demam yang tidak terlalu tinggi dan menggigil.
 Kemudian diikuti diare yang encer, berbau tidak enak, dan banyak.
 Nyeri perut dan buang angin.
DISENTRI KOLERA
 Diare disertai muntah akut setelah diare tanpa didahului mual akibat
enterotoksin.
 Dehidrasi & renjatan hipovolemik
 Asidosis metabolic
 Diare encer dan banyak tanpa didahului rasa mulas maupun tenesmus.
 Feces berupa cairan putih keruh (seperti air cucian beras), tidak berbau
busuk, ataupun amis tapi ’manis’ menusuk.
 Kejang otot disebabkan karena berkurangnnya kalsium dan klorida
pada taut neuromuskular.
 Pasien dalam keadaan lemah lunglai, namun kesadaran relatif baik di
banding dengan berat penyakitnya.
 Suara serak seperti bebek manila (vox cholerica), turgor kulit menurun,
bibir kering, perut cekung (skafoid), suara peristaltik menurun,ujung
jari keriput (washer woman hand), diuresis berangsur berkurang
berakhir dengan anuria.
ROTAVIRUS
 Muntah, diare air, dan demam sumer-sumer.
 Dehidrasi lebih sering terjadi pada infeksi rotavirus daripada oleh
karena bakteri pathogen
 Feses pH asam
 Infeksi pada neonatus biasanya asimtomatik atau infeksi sedang
 Infeksi yang berat biasanya pada anak usia 6 bulan sampai 2 tahun, juga
pada anak yang lebih tua dengan imunokompromis.
Identitas Pasien
•Nama : By Yudistira Dirgantara
•Jenis kelamin : Laki-laki
•Umur : 8 bulan
•Tempat, tanggal lahir : Praya, 1 Desember 2012
•Alamat : Ketangan, Desa Terewai, kec. Pujut
•Tanggal MRS : 28 Agustus 2013 (09.30)
•Tanggal pemeriksaan : 28 Agustus 2013 (17.00)
•Diagnosis masuk : Observasi febris H-5 + Prolong Diare
•No. RM : 480015

Identitas Ibu Ayah


Nama Ny Reta Tn Ihsan
Umur 30 tahun 34 tahun
Pendidikan SMP SMP
Pekerjaan IRT Wiraswasta
Anamnesis (Heteroanamnesis)
 Keluhan Utama:
BAB encer
 Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien rujukan puskesmas Sengkol dengan observasi febris 10 hari dengan
DD demam tifoid. Pasien dikeluhkan BAB encer sejak > 2 minggu yang
lalu. Awalnya, BAB-nya berwarna kuning, konsistensi caik disertai ampas,
dan terdapat darah, tidak ada lendir, frekuensi 7-8 x/hari, setiap kali BAB
sekitar setengah gelas aqua. Darah yang keluar hanya sedikit, berupa bercak-
bercak berwarna kemerahan bercampur dengan feses. BAB berdarah ini
hanya berlangsung sekitar ± 1 minggu. Lima hari sebelum MRS, BAB cair
disertai lendir berwarna kehijauan, tidak ada darah, konsistensi cair, tanpa
ampas, frekuensi 3-5 x /hari. Ibu pasien menyangkal adanya perut kembung,
BAB encer seperti cucian beras dan BAB yang sangat bau, bau asam pada
anaknya.
 Pasien juga dikeluhkan demam sejak 10 hari yang lalu, naik turun, turun
setelah diberi obat penurun panas. Demam tidak disertai menggigil dan
kejang. Pada saat pemeriksaan pasien sudah tidak demam. Pasien juga
dikeluhkan muntah sejak ± 2 minggu yang lalu, sebanyak 2x /hari
dengan volume ± ¼ gelas tiap kali muntah. Muntahan berisi ASI dan
makanan dan tidak disertai dengan darah, namun, 5 hari terakhir ini
pasien sudah tidah muntah. Muntah timbul setelah pasien
mengkonsumsi makanan. Pasien juga dikeluhkan batuk pilek sejak ±
seminggu yang lalu dengan dahak susah dikeluarkan. Pasien juga
dikeluhkan tidak mau makan, tapi kuat minum ASI sejak 5 hari yang
lalu. Anak jadi rewel sejak sakit kira – kira 2 minggu yang lalu. Kedua
mata pasien bengkak sejak 2 hari yang lalu.
 Tidak ada riwayat mengganti susu formula sebelum sakit. Pasien hanya
diberi susu formula selama 2 hari, saat pasien seminggu pasien mencret.
Sebelumnya, pasien tidak pernah minum susu formula.
 Riwayat pengobatan :
Saat pasien mencret selama ± 1minggu, pasien di bawa ke
praktek dokter umum, disuntik dan diberi obat minum.
Setelah itu, BAB darah berhenti, namun pasien masih
mencret. Kemudian, pasien diberi pengobatan tradisional
dengan diminumkan getah jarak, getah jarak tersebut
diminum 2x. Tiga hari sebelum MRS, pasien di bawa ke
PKM, dirawat selama 2 hari, diberi infus sebanyak 7 botol,
obat minum dan salep mata.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mencret lama sebelumnya. Pasien
hanya sakit batuk pilek saja, namun sembuh sendiri.

 Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita
keluhan yang serupa (mencret). Ibu pasien tidak
mengkonsumsi susu formula.
 Riwayat Kehamilan
Pasien merupakan anak pertama, ibu pasien sering memeriksakan
dirinya ke posyandu dan polindes, > 3x. Selama hamil, ibu pasien
tidak pernah sakit berat, TD paling tinggi 120 mmHg, sakit
kuning (-), kejang (-) ataupun penyakit lain yang harus dirawat di
puskesmas ataupun RS.

 Riwayat Persalinan
Pasien lahir cukup bulan, lahir secara spontan di polindes, dibantu
bidan, pasien lahir langsung menangis, BBL 2700 gr. Tidak ada
penyulit saat persalonan. Pasien tidak pernah di rawat di NICU,
tidak ada riwayat sesak napas, kuning, biru, ataupun kejang.
 Riwayat Imunisasi
Menurut ibu pasien, pasien sudah diimunisasi lengkap
hingga campak (tidak membawa KMS).

 Riwayat Nutrisi
Pasien mendapatkan ASI eksklusif hingga usia 6 bulan
kemudian dilanjutkan dengan pemberian bubur. Pasien
tidak pernah diberi susu formula. ASI masih diberikan
hingga sekarang.

 Riwayat Tumbuh Kembang


 Saat ini, pasien sudah dapat duduk, namun belum berdiri
walaupun dibantu.
 Pasien sudah dapat mengoceh, mengucapkan ‘ba..ba..”
Pemeriksaan Fisik
Status generalis Penilaian pertumbuhan
 Keadaan umum : lemah, rewel  Berat badan sekarang : 7 kg
 Kesadaran : CM  Panjang badan : 69,5 cm
 CRT : <3 detik  Lingkar kepala : 43 cm
(normocephali)

Tanda vital
 HR : 108 x/menit, teratur, kuat Status gizi :
angkat  BB/U : -1,6 SD (gizi baik)
 RR : 40 x/menit, tipe  BB/PB : - 0, 5 SD (normal)
abdominotorakal
 PB/U : - 1,8 SD (normal)
 Suhu : 36,7 oC
Pemeriksaan fisik umum
 Kepala
Bentuk normocephali, simetris, ubun-ubun besar tertutup, teraba datar.

 Wajah
 Mata : air mata (+), konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-), R. pupil
(+/+) isokor, mata cowong (-).
 Telinga: bentuk dalam batas normal, sekret (-).
 Hidung: bentuk dalam batas normal, deformitas (-), napas cuping hidung
(-),

 rhinorrhea (-).
 Mulut: sianosis sentral (-), mukosa bibir basah (+), pucat (-).
 Tonsil : hiperemis (-)

 Leher
 Kaku kuduk (-).
 Pembesaran KGB (-).
Thoraks
Jantung
 Inspeksi
Paru
Tak tampak ictus cordis,
 Inspeksi precordial bulging, pektus
Bentuk dan ukuran normal, simetris, karinatum, maupun pektus
retraksi dinding dada (-) ekskavatum.
 Palpasi  Palpasi
Pengembangan dinding dada simetris,  Ictus cordis teraba di ICS V
vocal fremitus (+/+) linea midklavikularis sinistra,
thrill (-).
 Perkusi
 Auskultasi
Sonor di kedua lapang paru
 S1S2 tunggal, regular, murmur
 Auskultasi
(-), gallop (-)
Bronkovesikuler (+/+), rales (-),
wheezing (-), ronki -/-
 Abdomen  Anus: terlihat sedikit
 Inspeksi: distensi (-) kemerahan, darah (-)
 Auskultasi: Bising usus  Ekstremitas:
(+) meningkat
 Atas: akral hangat (+/+),
 Perkusi: timpani (+) di
pucat (-/-), ikterik (-/-),
seluruh lapang abdomen
sianosis (-/-).
 Palpasi: turgor kulit baik,
 Bawah: akral hangat
massa (-), hepar-lien-
(+/+), pucat (-/-), ikterik
renal tidak teraba
(-/-), sianosis (-/-).
 Genitalia: dalam batas  Tulang belakang: dalam
normal batas normal
Resume
Bayi laki-laki, usia 8 bulan dibawa dengan keluhan BAB encer sejak > 2 minggu
yang lalu. Awalnya, BAB-nya berwarna kuning, cair, ampas (+),darah (+),lender (-),
frekuensi 7-8 x/hari, volume ½ gelas / BAB. Saat ini, BAB cair, lendir (+) kehijauan,
darah (-), ampas (-), frekuensi 3-5 x /hari. BAB encer seperti cucian beras (-), BAB
yang sangat bau (-), perut kembung (-).
Demam (+) sejak 10 hari yll, batuk pilek (+) sejak ± seminggu yll, dahak susah
dikeluarkan. Pasien tidak mau makan, kuat minum ASI, rewel (+), kedua mata
bengkak. Berobat (+) ke dokter dan PKM, belum sembuh. Pernah diberi getah jarak,
konsumsi susu formula (-).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan k/u lemah, rewel, kes : CM, CRT : <3 detik,
HR : 108 x/menit, teratur, kuat angkat, RR : 40 x/menit, tipe abdominotorakal, T : 36,7
oC. BB : 7 kg, BBL : 2,7 kg, PB : 69,5 cm, LK : 43 cm, status gizi baik. Ubun-ubun

besar tertutup, air mata (+), anemis (-), mata cowong (-), napas cuping hidung (-),
rhinorrhea (-), mukosa bibir basah (+). Abdomen : distensi (-), bising usus (+)
meningkat, timpani (+), turgor kulit baik, organomegali (-), anus terlihat sedikit
kemerahan, akral hangat (+).
Diagnosis Kerja
 Diare Persisten Dengan Dehidrasi Ringan Sedang e.c
Suspek bakteri

Diagnosis Banding
 Suspek Amobiasis
 Demam tifoid
 Darah lengkap

Parameter 28/08/2013

HGB 8,62
HCT 25,7
WBC 15,5
MCV 71,3
MCH 23,9
MCHC 33,5
PLT 382

 Widal : (-)
Planning
Planning Diagnostik Planning Terapi
 FL + benzidin Test  IVFD KAEN 3B 12 tpm
 Inj Ceftriaxon 2 x 350 mg /
 UL
iv
 Kultur Feses  Ambroxol syr 3 x ½ Cth
 Sirup Paracetamol 3 x ¾
Cth
 Renalit add lib
 Zinc kid syr 1 x cth 1
 L-Bio 2 x 1
Follow Up
Hari/ tgl S O A P
 Diare (+) sejak tadi  KU : lemah Diare persisten  FL + benzidin
malam sebanyak  Kesadaran : rewel dehidrasi ringan Test
Kamis,
2x, lendir (+),  RR: 48 x/mnt sedang susp  UL
29/8/2013 warna hijau (-),  N: 120 x/mnt bakteri dd  Kultur Feses
ampas, (-)  T : 39,1 oC amoeba
 Demam (+)
07.00  Batuk (+), sangat  K/L : konjungtiva Planning Terapi
mengganggu, tidak anemis (+), edema  IVFD KAEN
bias tidur tadi palpebra superior et 3B 12 tpm
malam. inferior ODS (+), air  Inj Ceftriaxon 2
 Pilek (+) mata (+), mata x 350 mg / iv
 Muntah (-) cowong (-),  Ambroxol syr 3
 Makan sangat  Tho : P/ : BV +/+, Rh x ½ Cth
sedikit -/-, Wh -/-  Sirup
 Minum ASI (+) C/ S1S2 tunggal, Paracetamol 3
kuat regular, m(-), g(-). x ¾ Cth
 BAK lancar  Abd : distensi (-), BU  Renalit add lib
(+) ↑, turgor kulit  Zinc kid syr 1 x
baik cth 1
 Ext : Akral hangat (+)  L-Bio 2 x 1
Hari/ tgl S O A P
 Diare (+) sejak  KU : lemah Diare persisten  IVFD KAEN 3B
tadi malam  Kesadaran : rewel dehidrasi ringan 12 tpm
Jumat,  RR: 46 x/mnt
sebanyak 4x, sedang susp  Inj Ceftriaxon 2 x
 N: 124 x/mnt
30/8/2013 lendir (+),  T : 36,1 oC
bakteri dd 350 mg / iv
ampas, (+) amoeba  Inj lasix 1 x 3 mg
 Demam (-)  K/L : konjungtiva anemis (+),  Ambroxol syr 3 x
07.00  Batuk (+), edema palpebra superior et inferior ½ Cth
sangat ODS (+), mata cowong (-),  Sirup Paracetamol
 Tho : P/ : BV +/+, Rh -/-, Wh -/-
mengganggu 3 x ¾ Cth
C/ S1S2 tunggal, regular, m(-), g(-).
 Muntah (-)  Abd : distensi (-), BU (+) ↑, turgor
 Renalit add lib
 Minum ASI (+) kulit baik  Zinc kid syr 1 x
kuat  Ext : Akral hangat (+) cth 1
 L-Bio 2 x 1

Hasil FL
 Warna : kehijauan
 Konsistensi : lembek
 Lendir : (+)
 Darah (-)
 Eritrosit : 0-2 / lp
 Lekosit : > 20 /lp
 Epitel : (-) /lp
 Amuba : (+)
 Kista : (-)
 Bakteri : (+) 3
 Telur cacing (-)

Benzidin test (+)


Hari/ tgl S O A P
 Diare (+)  KU : sedang Diare  IVFD KAEN
berkurang, 1x  Kesadaran : CM persisten 3B 12 tpm
Sabtu ,
sehari, lendir  RR: 30 x/mnt tanpa
 Inj Ceftriaxon
31/8/2013 (+), ampas, (+),  N: 120 x/mnt dehidrasi
2 x 350 mg / iv
warna  T : 36 oC susp bakteri
kehijauan dd amoeba  Ambroxol syr
07.00
 Demam (-)  K/L : edema palpebra 3 x ½ Cth
 Batuk (+), (+), mata cowong (-),  Sirup
berkurang  Tho : P/ : BV +/+, Paracetamol 3 x
 Muntah (-) Rh -/-, Wh -/- ¾ Cth
C/ S1S2 tunggal,
 Renalit add
regular, m(-), g(-).
lib
 Abd : distensi (-), BU
(+) ↑, turgor kulit  Zinc kid syr 1
baik x cth 1
 Ext : Akral hangat (+)
 L-Bio 2 x 1
11.00 Pulang Paksa
Prognosis
 Vitam: bonam
 Sahationem: bonam
 Fungsionam: bonam
BAB IV PEMBAHASAN
DAFTAR MASALAH
 BAB ENCER > 2 minggu disertai darah, BU MENINGKAT
 Muntah
 Demam 2 minggu yang lalu
 Batuk pilek seminggu
BAB ENCER > 2 minggu disertai darah,
BU meningkat
Diare
infeksius
Pengobatan diare
Malnutrisi yang tidak
sejak awal optimal dan
terlambat
Defisiensi
imun Infeksi dan diare
Malnutrisi yang berulang
mikronutrien mis. Zinc
dan vit. A

Diare
berkepanjangan

Diare persisten
Muntah
 Reflek protektif untuk mengeluarkan bahan toksik dari
dalam tubuh atau untuk mengurangi tekanan dalam
organ intestinal.

• Obstruksi
GIT
Etiolog • NON OBSTRUKSI

i Non • SSP
GIT • Sistem lainnya
Demam 10 hari
Batuk pilek
 Batuk adalah sebuah refleks fisiologi untuk melindungi
tubuh dari benda-benda asing yang masuk ke
tenggorokan
 Rhinore merupakan akibat adanya infeksi virus pada
mukosa hidung yang akan menyebabkan vasodilatasi
dan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga
menyebabkan sekresi kelenjar mukosa.
DAFTAR PUSTAKA
 Yustina S. Diare Persisten. Jember: Universitas Jember: 2011.h;1-23
 Putra DS. Diare Persisten pada Anak. Pekanbaru: Universitas Riau: 2011. Diunduh dari:
http://www.dr-rocky.com/index.php/artikelkesehatananak/9-diare-persisten-pada-anak
 Ghani L. Faktor-faktor Risiko Terjadinya Diare Persisten Pada Anak Balita.Depkes RI . 1997.h;1-5
 Dean C, Christine W. Questran. In : IBS for Dummies. 2011. Available at
http//www.books.goole.co.id on 4th August 2011.
 Ghaino A, Marco ED. Persistent diarrhea. in walker, goutet, kleinman,eds. Pediatric
gastrointestinal disease chapter 10, 4th edition BC Decker inc hamilton . 2004.
 Clinical Update : Persistent Diarrhoea. London. 1992. Available at
http//www.rehydrate.org/dd/pdf/su48.pdf on 4th August 2011.
 Ghishan FK. Chronic diarrhea. in : Kliegman RM et al,editors. Nelson textbook of pediatrics.
18th edition. Philadelpia: Saunders, 2007.1621-1626
 Suraatmaja, Sudaryat,dkk. Kapita Selekta Gastroenterologi. CV Sagung Seto. Jakarta:
2007.h;37-41
 Satriya Putra, Deddy. Diare Persisten pada Anak. [online] 2010 [cited 29 June 2008]. Available
from:.URL:http://www.dklinikrockypediatric.com
 Anonym. Persistent Traveler’s Diarrhea. Available from:.URL:http/wiki.medpedia.com
 Bhutta, Zilfidar dkk. persistent and cronic Diarrhea : Working Group Report of the Second
World Congress of Pediatric Gastroenterology, Hepatology. [online] 2010 [cited 2010 August
19th]. Available from:.URL:http://www.journalofpediatric.ac.id.pdf
 Markum, et al. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai