Anda di halaman 1dari 87

Deteksi Dini, Tatalaksana, dan

Stabilisasi Pra Rujukan Diare

Pelatihan Peningkatan Kapasitas Bagi Dokter dalam Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi
di Kab/Kota Lokus Percepatan Penurunan AKI & AKB
Melalui Metode Blended Learning
Epidemiologi
• Penyebab kematian tertinggi (setelah pnemonia)
di dunia dan di Asia Tenggara pada anak
balita.
• Penyebab kematian 31,4% bayi (usia 29 hari –
11 bulan) dan 25,2% anak usia 12 – 59 bulan
(RISKESDAS 2007)
• Prevalensi tertinggi pada anak balita (1-4
tahun) yaitu 16,7%.
Diare di Indonesia 2007

Umur < 1 tahun % Umur < 5 tahun %


n = 173 n = 103
1 Diare 15 Diare 17,2
2 Pneumonia 12,7 Pneumonia 13,2
3 Meningitis 4,5 Tetanus 1,5
4 kongenital 5,7 Meningitis 5,1
5 Tetanus 1,7 kongenital 4,9

Riskesdas 2007
Diare di Indonesia 2018

Angka kematian 13%

Riskesdas 2018
Kematian umur 29 hari-11 bulan 2019
Kematian umur 12-59 bulan
2019
Penyebab diare di Dunia
(Data WHO 2020)
KEMATIAN AKIBAT KLB DIARE
2010
Angka kematian diare Rotavirus
120000
98621
100000

80000

60000
41057 39144
40000 32653 28218
25423
20000 10637 9970 9857 8788
0

Number of Death

Tate JE et.al. Lancet Infect Dis 2012;12:136-41


Kualitas tatalaksana diare

55,5% balita diare ;


52,8% tanpa oralit
Tatalaksana diare di rumah
Pemberian antibiotika pada diare
Patofisiologi
Kondisi Normal

Duodenum Ileum Kolon


Jejunum 2 liter Rektum
5,5 liter 1,3 liter

Tinja
5ml/kg
Makanan dan (anak)
minuman
2 liter
200 ml
(dewasa)
7 liter
Sekresi endogen:
intestinal, pankreas, air liur, bilier dan
cairan lambung
Kondisi Normal
Puncak vili
Absorpsi

Kripta
Sekresi
Kondisi Diare

Destruksi enterosit
EIEC, Rotavirus, shigella

Berkurangnya absorpsi

Hipersekresi

Vibrio cholerae, Rotavirus,


ETEC
Patofisiologi Diare

Osmotik Sekretorik Motilitas Imflamasi


• Defisiensi • Sekresi • Pergerakan usus • Infeksi oleh
Lactase berlebihan berlebih patogen
• Intolerensi • Penyakit
cairan dan • Penurunan
lactosa radang usus
elektrolit oWaktu transit
• Substansi (Inflammatory
• Disebabkan oKontak dengan
tidak dapat bowel
diserap oleh permukaan
toksin,hormon mukosa disease
• Efek
• Volume oAbsorpsi [IBD])
osmotik
• Air bertahan diare • Volume diare
di lumen usus banyak banyak
• Volume diare
banyak
Patogenesis Diare Rotavirus

A. Enterosit diinfeksi oleh Rotavirus


B. Virus multiplikasi kerusakan enterosit dalam 24 jam
C. Hipertrofi kripta dalam 42 jam
D. Struktur dan fungsi kembali normal dalam 15 hari
(Barnes, 1991)
21
Tujuan
Pelatihan
1.Dapat melakukan diagnosis dan tata
laksana diare akut
2.Dapat mengetahui kasus rujukan diare
akut
3.Dapat melakukan stabilisasi pra-rujukan
diare akut
Diharapkan 2030
dapat mewujudkan
salah satu tujuan
dari sustainable
Development Goals
(SDGs).
Mengurangi kematian
balita menjadi 25 per
1000 kelahiran
Kenapa Diare Mematikan ?
Definisi
• Berdasarkan etiologinya, diare dapat dibagi menjadi
diare cair dan diare berdarah.

• Berdasarkan lama terjadinya diare, diare dibagi


menjadi 2 :
- diare akut apabila berlangsung < 14 hari
- diare persisten atau diare kronis apabila
berlangsung ≥ 14 hari.
Etiologi Diare :

• Penyebab infeksi utama diare umumnya


virus, bakteri dan parasit.
• Keracunan makanan atau terkait dengan
pemberian antibiotik yang tidak tepat.
• Rotavirus penyebab utama diare cair akut
anak usia 6-18 bulan (20 – 80%).
• Salmonella non thypoidal(bayi sejak lahir - usia
3 bulan), Shigella (anak :1 – 7 tahun).
Jenis Patogen yang menyebabkan
Gastroenteritis
Jenis Usus halus Usus besar
patogen
Bakteri C. perfringes Campylobacter
S. aureus C. difficile
Aeromonas E. coli (EHEC)
hydrophila Bacillus Salmonella spp.
cereus Shigella spp.
(Salmonella)
(E. coli)
Virus Rotavirus
Caliciviruses

Protozoa Giardia lamblia Entamoeba


Cryptosporidium histolytica
Cyclospora Isospora
Lokasi, lokasi, lokasi…

Usus halus Usus besar

Patogenesis Non-inflamasi Inflamasi

Klinis Volume diare banyak Volume diare


Cair, sekretorik sedikit Disentri
(berdarah)
Penularan
• Fecal – oral.
• Makanan atau minuman yang tercemar atau
kontak langsung dengan tangan penderita.
• Kontak tidak langsung melalui lalat (melalui 5F
yaitu faeces, flies, food, fluid, finger).
Faktor risiko
• Faktor perilaku : non- ASI, MPASI terlalu dini, tidak
menerapkan kebiasaan hidup bersih dan penyimpanan
makanan yang tidak higienis.
• Faktor lingkungan :ketersediaan air bersih, kurangnya
MCK, kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk.
• Faktor-faktor pejamu yang rentan pada diare : gizi
buruk, defisiensi imun (HIV) dan usia balita.
Indonesia
o Population : 246 million
o Below 15 : 75 million
o Under-fives : 24 million
o Real GDP growth : 6.0
o Per capita income US : 1,581
o Life Expectancy Rate : 67.97
o Below the poverty line : 17.75% (2006)
(increased from 15.97%, 2005)
o No safe water access : 52% 1 dari 3 rumah tangga
o No proper sanitation : 44% belum memiliki akses ke air
o Infant Mortality Rate : 35/ 1000 minum bersih
o Under-Fives Mortality Rate : 46 / 1000
Source: Nat. Socio-economic Survey 2002-2006
o Maternal Mortality Rate : 307 / 100.000 Inter Census Population Survey
Indonesia

1 dari 5 rumah tangga


masih BAB diruang
terbuka
Tatalaksana dan Stabilisasi Pra Rujukan:

• Anamnesis
• Pemeriksaan Fisis
• Pemeriksaan Penunjang
• Tatalaksana
Anamnesis
• Berapa lama diare?
• Berapa kali buang air besar dalam satu hari?
• Bagaimana warna dan konsistensi tinja?
• Apakah tinjanya ada darah dan atau lendir?
• Apakah ada muntah? Jika ada, berapa kali anak
muntah dalam satu hari?
Anamnesis...
• Penyakit penyerta lain? demam, batuk atau masalah
penting lain (kejang atau baru mengalami campak) ?
• Bagaiman cara pemberian makan?
• Jenis cairan dan berapa banyak cairan yang
dikomsumsi selama sakit (termasuk ASI)?
• Apakah ada penderita diare lainnya?
• Sumber air minum yang digunakan?
• Riwayat pengobatan yang telah diberikan selama
sakit?
• Riwayat imunisasi sebelumnya?
Pemeriksaan fisis

• Keadaan umum, kesadaran, tanda vital dan berat


badan.
• Tanda utama:keadaan umum sadar atau
gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma, mata tampak
normal atau cekung, normal atau tampak haus atau
malas minum/ tidak bisa minum, turgor kulilt abdomen
kembali cepat atau lambat atau sangat lambat (≥ 2
detik)
• Tanda dehidrasi dan diklasifikasikan status
dehidrasinya.
Tanda dehidrasi
DEHIDRASI BERAT
• Kehilangan cairan >10% berat badan atau > 100 ml/
kg BB )

• Terdapat dua atau lebih dari tanda di bawah ini:


1. Letargis/tidak sadar
2. Mata cekung
3. Tidak bisa minum atau malas minum
4. Cubitan kulit perut kembali sangat lambat ( ≥ 2
detik)
DEHIDRASI RINGAN-SEDANG

• Kehilangan cairan 5 – 10% berat badan atau 50 – 100


ml/ kg BB.

• Terdapat dua atau lebih tanda di bawah ini:


1. Rewel, gelisah
2. Mata cekung
3. Minum dengan lahap, haus
4. Cubitan kulit kembali lambat
TANPA DEHIDRASI

• Kehilangan cairan <5% berat badan atau


< 50 ml/kg BB
• Tidak terdapat cukup tanda untuk diklasifikasikan
sebagai dehidrasi ringan atau berat
Pemeriksaan penunjang
• Tidak rutin dilakukan, kecuali ada tanda intoleransi
laktosa dan kecurigaan amubiasis dapat dilakukan
pemeriksaan tinja.
• Penilaian pemeriksaan tinja :
• Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah,
bau
• Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri
• Kimia : pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
• Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada
diare akut
• Analisis gas darah dan elektrolit bila curiga ada
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Tatalaksana
Prinsip dari tatalaksana diare pada balita adalah
LINTAS Diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare) :

(1) Berikan Oralit (rehidrasi)


(2) Berikan Seng selama 10 hari berturut-turut
(3) Teruskan ASI – makan
(4) Berikan antibiotik secara selektif
(5) Berikan nasihat pada ibu/ keluarga
1. Berikan Oralit (rehidrasi)
• Campuran garam elektrolit yang terdiri atas
Natrium Klorida (NaCl), Kalium Klorida (KCl),
sitrat dan glukosa.
• Mencegah dan mengatasi dehidrasi sebagai
pengganti cairan dan elektrolit yang terbuang
saat diare.
• Diberikan sesuai dengan klasifikasi status
dehidrasi Rencana Terapi A (Tanpa dehidrasi),
Rencana Terapi B (ringan-sedang) dan Rencana
Terapi C (Berat)
H2O
Na K

Glucose

Cairan Rehidrasi Oral


Rencana Terapi A (Tanpa Dehidrasi)

• Menyusui lebih sering-lama. Beri oralit atau air matang sebagai tambahan
ASI. Setelah diare berhenti, lanjutkan kembali ASI eksklusif.
• Jika tidak ASI eksklusif, beri satu atau lebih cairan tambahan dibawah
ini:
• larutan oralit
• cairan rumah tangga (seperti sup, air tajin, dan kuah sayuran)
• air matang
• Nasihati ibu memberi oralit atau cairan tambahan lain sampai diare
berhenti (untuk mencegah dehidrasi)
• Jika anak muntah, tunggu 10 menit , lanjutkan dengan lebih lambat,
sedikit demi sedikit.
Rencana Terapi B (Dehidrasi Ringan/ Sedang)

• Oralit 3 jam pertama 75 ml/kg BB (berdasarkan umur jika berat


badan anak tidak diketahui)
• Oralit atau cairan tambahan lain tetap diberikan setiap kali BAB sampai
diare berhenti.
• Observasi selama rehidrasi dan evaluasi setelah 3 jam (bila tidak bisa
minum oralit atau keadaannya terlihat memburuk, periksa segera anak
sebelum 3 jam)
• Jika masih mengalami dehidrasi sedang/ringan, ulangi pengobatan untuk
3 jam berikutnya dengan ORS seperti di atas dan mulai beri anak
makanan, susu atau jus dan berikan ASI sesering mungkin.
• Jika timbul tanda dehidrasi berat, lanjutkan ke Rencana Terapi C
Rencana Terapi B...
• Jika muntah profus atau diare yang cepat seperti
kolera (>15 – 20 ml/kg/jam) meskipun belum terjadi
dehidrasi berat, berikan cairan iv RL atau Ringer
Asetat (jika tidak tersedia, gunakan cairan NaCl
0,9%) 70 ml/kg BB dalam 2,5 jam (usia 12 bulan – 5
tahun) atau dalam 5 jam (bayi di bawah usia 12
bulan)
• STOP pemberian oralit : Jika terdapat tanda distensi
abdomen dengan ileus paralitik / tanda malabsorbsi
glukosa (peningkatan tinja saat oralit diberikan atau
kegagalan tanda-tanda membaik), rehidrasi iv.
Rencana Terapi C (Dehidrasi Berat)

Ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba

• Berikan RL atau Ringer Asetat (atau jika tidak tersedia,


gunakan cairan NaCl 0,9%) 100 ml/kg BB iv
• Jika bisa minum, beri ORS, sementara infus disiapkan dan
berikan ORS 5 ml/kg BB segera setelah anak mau minum.
• Evaluasi setiap 15 – 30 menit dan evaluasi klasifikasi dehidrasi
kembali pada bayi setelah 6 jam atau anak setelah 3 jam dan
kemudian pilih rencana terapi yang sesuai (A, B atau C) untuk
melanjutkan penanganan.
Rencana Terapi C...
• RUJUK untuk pengobatan intravena (bila ada fasilitas terdekat)
dan jika anak bisa minum, beri ibu larutan oralit dan tunjukkan
cara meminumkan pada anak sedikit demi sedikit selama dalam
perjalanan.
• Jika tidak ada fasilitas terdekat, rehidrasi dengan ORS melalui
pipa nasogastrik atau mulut sebanyak 20 ml/kg/jam selama 6 jam
(total 120 ml/kg). Segera rujuk anak untuk pengobatan intravena
jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik (anak muntah
terus-menerus atau perut semakin kembung)
• Jika tidak ada fasilitas pemberian cairan intravena yang terdekat
dalam 30 menit, tidak ada tenaga terlatih dalam menggunakan
pipa nasogastrik dan anak malas/ tidak minum, segera rujuk ke
Rumah Sakit untuk pengobatan intravena.
Malnutrisi berat

• Jangan menggunakan rute IV untuk rehidrasi,


kecuali dalam keadaan syok.
• ReSoMal 5ml/kg/30 menit dalam 2 jam
pertama; Kemudian 5-10 ml/kg/h dalam 4-10
jam berikutnya
• ReSoMal : 37.5mmol Na, 40mmol K and 3 mmol
Mg /L
Ketidakseimbangan Elektrolit pada
Malnutrisi berat

• Anak dengan malnutrisi berat akan diikuti defisiensi


Kalium (K) dan Magnesium (Mg).
• Edema adalah sebagian efek dari defisiensi kalium dan
retensi natrium.
• Jangan mengobati edema dengan memberikan diuretik.
• Kadar natrium dalam tubuh tetap berlebih meskipun
natrium plasma rendah. Pemberian loading cairan tinggi
natrium dapat membahayakan nyawa anak.
Dehidrasi pada malnutrisi berat

• Dehidrasi cenderung didiagnosis berlebihan dan


tingkat keparahannya terlalu tinggi pada anak
dengan kekurangan gizi akut
• Asumsikan semua anak dengan diare cair atau
dengan penurunan pengeluaran urin mengalami
dehidrasi.
2. Berikan Seng selama 10 hari

• Kadar Seng turun dalam jumlah besar ketika anak diare.


• Mengganti hilangnya seng, mempercepat penyembuhan, memperbaiki
mukosa usus dan meningkatkan sistem kekebalan untuk mencegah risiko
berulangnya diare selama 2 – 3 bulan setelah anak sembuh dari diare.
• Mengurangi durasi dan tingkat keparahan diare.
• Harus diberikan selama 10 hari pada semua kasus diare akut termasuk
anak yang mengalami diare berdarah.
Lanjutan terapi Seng...
• Tablet Seng (larutkan dalam air selama  30 detik)
• Komposisi : zinc sulfat, acetate atau gluconate
(setara dengan zinc elemental 20 mg).
• Larutkan tablet pada 1 sendok air matang, ASI perah
atau larutan oralit pada bayi atau bisa dikunyah pada
anak yang lebih besar. Juga tersedia dalam bentuk
sirup.
• Ulangi pemberian seng dengan cara potong tablet
menjadi lebih kecil (bila muntah sekitar setengah
jam).
3. Teruskan ASI – makanan

• ASI dan makanan tetap diberikan selama diare kepada balita sesuai
umur anak dengan menu yang sama pada waktu sehat untuk
mencegah terjadinya malnutrisi.
• ASI harus diteruskan dan lebih sering.
• Makan seperti biasa, frekuensi lebih sering dalam jumlah yang
lebih kecil, sampai dua minggu setelah anak sembuh.
• Anak dengan susu formula, berusia kurang dari 2 tahun
dianjurkan untuk mengurangi susu formula dan menggantinya
dengan ASI sedangkan jika berusia lebih dari 2 tahun dianjurkan
untuk meneruskan pemberian susu formula.
4. Antibiotik selektif
• Tidak semua kasus diare memerlukan antibiotik.
• Indikasi antibiotik : diare berdarah/disentri
(kemungkinan Shigellosis), diare karena kolera atau
diare dengan disertai penyakit infeksi lain.
• Antibiotik yang tidak tepat akan memperpanjang
lamanya diare karena akan mengganggu flora normal
dan meningkatkan resistensi kuman.
Antibiotika…
• Ampisilin, amoksisilin, metronidazole, tetrasiklin,
golongan aminoglikosida, kloramfenikol, sulfonamid dan
kotrimoksazol tidak direkomendasi untuk strain
Shigella (WHO, 2005)
• Rekomendasikan WHO : golongan quinolone seperti
siprofloksasin ; dosis 30 – 50 mg/ kg BB dibagi dalam
3 dosis selama 5 hari.
• Pantau tanda perbaikan setelah 2 hari pengobatan
(tidak adanya demam, diare berkurang, darah dalam
feses berkurang dan peningkatan nafsu makan).
Antibiotika...
• Hentikan antibiotik jika tidak ada perbaikan.
• UKK Gastrohepatologi IDAI menganjurkan pemberian
sefalosporin generasi ketiga seperti sefiksim : dosis 5
mg/ kg BB/ hari per oral pada pasien rawat jalan.
• Trofozoit atau kista amoeba atau giardia pada hasil
pemeriksaan tinja mendukung diagnosis amoebiasis
atau giardiasis.
• Metronidazol dosis 7,5 – 10 mg/kg BB 3 kali sehari
selama 5 hari untuk kasus amoebiasis atau 5 mg/kg
BB 3 kali sehari selama 5 hari untuk kasus giardiasis.
5. Nasihat pada ibu/ keluarga
• Membawa kembali anaknya ke Pusat Pelayanan
Kesehatan jika ada tanda bahaya.
• Tanda bahaya harus diketahui keluarga : buang air
besar cair lebih sering, muntah berulang, rasa haus
yang nyata, makan atau minum sedikit, demam, tinja
berdarah atau tidak membaik dalam 3 hari untuk
diare tanpa dehidrasi dan diare dengan dehidrasi
ringan/ sedang dan dalam 2 hari untuk diare berdarah
(disentri).
• Diajarkan cara menyiapkan dan memberikan oralit,
seng dan ASI/ makanan yang benar.
Pencegahan

• Tetap berikan ASI.


• Kebersihan perorangan.
• Kebersihan lingkungan, sarana sanitasi ( BAB di
jamban) dan sarana pembuangan limbah yang baik.
• Immunisasi campak dan rotavirus.
• Memberikan makanan penyapihan yang benar.
• Penyediaan air minum yang bersih.
• Selalu memasak makanan.
RINGKASAN
KASUS 1
Anamnesis:
Seorang anak laki-laki, 10 bulan, 10 kg, datang
ke UGD karena ibu mengatakan anak dengan
keluhan diare sejak 2 hari yang lalu.
• Diare 6-7 kali/hari berupa cair, ampas sedikit,
tidak ada lendir dan darah. Ibu pasien juga
mengeluhkan adanya muntah sejak 3 hari yang
lalu, lebih dari 5 kali/hari, tetapi hari ini muntah
sudah berkurang.
• Anak tampak haus sejak pagi ini sehingga ibu
membawa anaknya ke UGD karena khawatir. BAK
terakhir tidak diketahui, karena anak
mengenakan pampers. Saat di UGD, anak
tampak rewel, menangis tanpa air mata
Pemeriksaan Fisik
• laju napas 34 x/menit, detak jantung 132 x
/menit regular, temperatur 37,5°C.
• Mata dan ubun-ubun besar tampak cekung.
• Cubitan kulit di perut kembali lambat (2 detik).
• Pemeriksaan lain dalam batas normal.
Pemeriksaan Penunjang
• Hb = 11,5 g/dL Hct = 33 % WBC = 4670 /uL PLT =

• 258.000 /uL
• Urinalisis : Kuning orange/ BJ 1,020/ pH 7/ leukosit (-)/
nitrit (-)/ protein (-)/ glukosa (-)/ keton (-)/ bilirubin (-)/
urobilin (-)/ leukosit 0-1/ eritrosit 0-1
• Analisis Feces : Warna kuning kehijauan, konsistensi cair,
darah (-), lendir (-), bakteri (-), leukosit 0- 1/LPB,
eritrosit -/LPB, jamur (-), telur cacing (-), larva (-),
amoeba (-)
• Pemeriksaan apa saja yang dilakukan?
• Diagnosis?
• Tata laksana ?
• Edukasi?
Analisis kasus

• Laki-laki 10 bulan, 10
kg
• Diare 2 hari yang lalu.
6 – 7 kali/hari, cair,
ampas sedikit, tidak
DIARE
ada lender dan darah. AKUT
• Muntah sejak 3 hari
yang lalu, lebih dari 5
kali/hari. Muntah
sudah berkurang.
Tampak haus sejak pagi
ini.
BAK terakhir tidak
diketahui, karena anak Dehidrasi
pakai pempers, Ringan –
Saat di UGD, anak Sedang
tampak rewel, menangis
tanpa air mata

KRITERIA:
Kehilangan cairan 5 – 10% BB atau 50 –
100 ml/kgBB
Terdapat dua atau lebih tanda:
- Rewel, gelisah
- Mata cekung
- Minum dengan lahap, haus
- Cubitan kulit Kembali lambat
Diagnosis

• Diare akut dehidrasi


ringan-sedang
Tatalaksana :
• Rencana terapi B: Oralit 3 jam pertama 75 ml/kgBB
→ 750 mL
• Oralit atau cairan tambahan lain tetap diberikan
setiap kali BAB sampai diare berhenti
• Observasi selama rehidrasi dan evaluasi setelah 3 jam
• Jika masih mengalami dehidrasi ringan/sedang, ulangi
pengobatan untuk 3 jam berikutnya dengan ORS
seperti di atas
• mulai beri anak makanan, susu atau jus dan berikan
ASI sesering mungkin.
• Berikan seng 1 x 20 mg selama 10 hari berturut-
turut
• Berikan obat antimuntah, seperti domperidone (0.2 –
0.4 mg/kgBB/x)
• Jika timbul tanda dehidrasi berat → rencana terapi C
Edukasi
• Selama diare, ASI dan makanan tetap diberikan sesuai
umur anak dengan menu yang sama seperti pada saat sehat
untuk mencegah terjadinya malnutrisi

• ASI diteruskan dan diberikan lebih sering.


• Makan seperti biasa, frekuensi lebih sering dalam
jumlah yang lebih kecil.

• Antibiotik tidak perlu diberikan. Penggunaan antibiotic yang


tidak tepat dapat memperpanjang lamanya diara
• Antibiotik diberikan jika ada diare berdarah (disentri),atau
diare seperti cucian beras (kolera) atau diare dengan
disertai infeksi lain.
Edukasi
• Ibu/keluarga harus mengetahui tanda bahaya:

BAB cair lebih sering, muntah berulang, rasa haus yang


nyata, makan atau minum sedikit, demam, tinja
berdarah atau tidak membaik dalam 3 hari untuk diare
tanpa dehidrasi dan diare dengan dehidrasi
ringan/sedang dan dalam 2 hari untuk diare berdarah
(disentri)

• Ajarkan ibu.keluarga cara menyiapkan dan memberikan


oralit, seng dan ASI/Makanan yang benar.
KASUS 2
KASUS 3
KASUS 4
RINGKASAN
Terima Kasih
SAVE THE CHILDREN
87

Anda mungkin juga menyukai