Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DEMAM THYPOID

Oleh :

ANISA AYU MAHARDHIKA

NIM :

201701019

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES KARYA HUSADA KEDIRI

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini dibuat dalam rangka memenuhi
tugas Praktik Klinik pada tanggal 8 Juni – 4 Juli 2020 oleh maahasiswa Program
Studi Sarjana Keperawatan STIKES Karya Husada Kediri.

Nama : Anisa Ayu Mahardhika

NIM : 201701019

Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Pasien


Deman Thypoid

Mahasiswa Dosen Pembimbing

Anisa Ayu Mahardhika Melani Kartika Sari, S.Kep.Ns.,M.Kep


LAPORAN PENDAHULUAN

DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DEMAM THYPOID

A. Definisi
Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi yang terjadi pada usus
halus yang disebabkan oleh Salmonella thypi,. Penyakit ini dapat ditularkan
melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella
thypi (Hidayat, 2008). Deman thypoid dijumpai secara luas diberbagai Negara
berkembang terutama terletak di daerah tropis dan subtropics dengan angka
kejadian masih sangat tinggi yaitu 500 per 100.000 (Widagdo, 2011)
Demam thypoid dan demam parathypoid adalah penyakit infeksi akut usus
halus yang disebabkan kuman Salmonella thypi dengan gejala demam lebih
dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan
kesadaran. Penyakit ini termasuk penyakit menular edemik yang dapat
menyerang banyak orang dan masih merupakan masalah kesehatan di daerah
tropis terutama di Negara-negara sedang berkembang (Maharani, 2012).

B. Etiologi
Menurut Widagdo (2011) Etiologi dari deman thypoid adalah Salmonella
thypi, termasuk genus Salmonella yang tergolong dalam family
Enterobacteriaceae. Salmonella bersifat bergerak, berbentuk spora, dan
berkapsul, gram (-). Tahan terhadap berbagai bahan kimia, tahan beberapa
hara/minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan makanan kering, bahan
farmasi, dan tinja. Salmonella mati pada suhu 54,4°C dalam 1 jam atau 60°C
dalam 15 menit. Salmonella mempunyai antigen O (somatik) adalah
komponen dinding sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas dan
antigen H )flagellum) adalah protein yang labil terhadap panas. Pada S. thypi,
juga pada S. Dublin dan S. hirschfeldii terhadap antigen Vi yaitu polisakarida
kapsul.

C. Manifestasi Klinik
Menurut Ngastiyah (2009) Gambaran klinik demam thypoid biasanya lebih
ringan daripada orang dewasa. Penyakit ini masa tunasnya 10-20 hari,
tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan. Sedangkan jika melalui
minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan
gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepada, pusing,
dan tidak bersemangat, nafsu makan berkurang. Gambar an klinik yang biasa
ditemukan menurut Ngastiyah (2009) adalah :
1. Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris
remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat lagi pada sore hari dam malam hari. Dalam minggu kedua,
pasien terus berada dalam keadaan demam. Pada minggu ketiga, suhu
berangsur0angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah-
pecah (ragaden), lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung
dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada absomen dapat
ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus), hati dan limpa
membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi
tetapi juga dapat terjadi diare atau normal.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun yaitu apatis sampai somnolen,
jarang terjadi stupor, koma atau gelisah kecuali penyakitnya berat dan
terlambat mendapatkan pengobatan. Di samping gejala tersebut mungkin
terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat
ditemukan roseola yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil
dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama yaitu
demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardi dan epitaksis pada
anak dewasa.
4. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gajala penyakit demam thypoid, akan
tetapi berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua
setelah suhu badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan.
Menurut teori relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ
yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti.
Mungkin terjadi pada waktu penyembuhan tukak, terjadi invasi basil
bersamaan dengan pembentukan jaringan fibrosis.

D. Patofisiologi
Bakteri Salmonella thypi masuk dalam saluran pencernaan melalui perantara
5F (food, fingers, fomitus, fly, feses). Kemudian masuk ke dalam lambung &
usus. Akibatnya terjadi infeksi pada usus halus. Infeksi ini menyebabkan
inflamasi, inflamasi menyebabkan peristaltik usus menurun, kemudian bising
usus juga menurun. Inflamasi yang menyebabkan paristaltik menurun ini juga
mengakibatkan nausea, nafsu makan menurun. Inflamasi juga menyebabkan
endotoksin, kemudian terjadi lemah dan lesu. Inflamasi yang terjadi di
pembuluh limfe ini menyebabkan bakteri masuk ke aliran darah. Bakteri yang
tidak di fagositosis akan masuk dan berkembang dihati dan limfa. Inflamasi
pada hati dan limfa dapat menyebabkan hepatomegali dan splenomegali lalu
menyebabkan nyeri tekan . Pada kondisi hepatomegali dan splenomgeli ini
terjadi masa inkubasi 5-9 hari. Ketika masuk ke dalam darah, bakteri
mengeluarkan endotoksin yang mengakibatkan peradangan lokal meningkat.
Endotoksin merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang terinflamasi. Pirogen beredar dalam darah. Sehingga
mengganggu hipotalamus kemudian mengakibatkan suhu tubuh meningkat,
demam (gangguan pada termoregulator).

Bakteri Salmonella thypi

(lewat perantara 5F)


Saluran pencernaan Resiko ketidakseimbangan cairan

Lambung Defisit nutrisi

Infeksi usus halus nausea, nafsu makan menurun

Inflamasi peristaltik usus menurun

Pembuluh limfe bising usus menurun

Hipertermia Bakteri masuk ke aliran darah konstipasi

Suhu tubuh me- bakteri yang tidak difagositosis Endotoksin

ningkat, gangg akan masuk dan berkembang

pd termoregulator di hati dan limfa

Hipotalamus Inflamasi pada hati dan limfa lemah, lesu

Pirogen beredar Hepatomegali dan Splenomegali Intoleransi aktivitas

dalam darah Nyeri tekan

endotoksin merangsang

sintesa & pelepasan zat

pirogen oleh leukosit pada

pada jaringan yg terinflamasi

peradangan lokal ↑ Nyeri akut masa inkubasi 5-9 hari

Bakteri mengeluarkan endotoksin masuk kedalam darah


E. Pemeriksaan Penunjang / Diagnostik
a. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada typoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
normal setelah sembuhnya typoid
b. Biakan darah
Bila biakan darah positif, hal itu menandakan demam typoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam
typoid.
c. Uji Widal
Uji Widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella thypi terdapat
pada serum klien dengan typoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari
uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum
klien yang disangka menderita typoid.
d. Kultur
1. Kultur darah : bisa positif pada minggu pertama
2. Kultur urin : bisa positif pada akhir minggu kedua
3. Kultur feses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga
e. Anti Salmonella thypi IgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut
Salmonella thypi, karena antibodi IgM muncul pada hari ketiga dan
keempat terjadinya demam.
F. Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah (2009) & Ranuh (2013) pasien yang dirawat dengan
diagnosis observasi demam rhypoid harus dianggap dan diperlakukan
langsung sebagai pasien demam thypoid dan diberikan pengobatan sebagai
berikut :
1. Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan ekskreta
2. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit
yang lama, lemah, anoreksia, dan lain-lain.
3. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal
kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi
boleh berdiri kemudian berjalan di ruangan.
4. Diet
Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein.
Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang
dan tidak menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Apabila kesadaran
pasien menurun diberikan makanan cair, melalui sonde lambung. Jika
kesadaran dan nafsu makan baik dapat juga diberikan makanan lunak.
5. Pemberian antibiotik
Dengan tujuan menghentikan dan mencegah penyebaran bakteri. Obat
antibiotic yang sering digunakan adalah :
a. Chloramphenicol dengan dosis 50 mg/kg/24 jam per oral atau dengan
dosis 75 mg/kg/24 jam melalui IV dibagi dalam 4 dosis.
Chloramphenicol dapat menyembuhkan lebih cepat tetapi relapse
terjadi lebih cepat pula dan obat tersebut dapat memberikan efek
samping yang serius.
b. Ampicillin dengan dosis 200 mg/kg/24 jam melalui IV dibagi dalam 6
dosis. Kemampuan obat ini menurunkan demam lebih rendah
dibandingkan dengan chloramphenicol.
c. Amoxicillin dengan dosis 100 mg/kg/24 jam per os dalam 3 dosis
d. Trimethroprim-sulfamethoxazole masing-masing dengan dosis 50 mg
SMX/kg/24 jam per os dalam 2 dosis, merupakan pengobatan klinik
yang efisien.
e. Kotrimoksazol dengan dosis 2x2 tablet (satu tablet mengandung 400
mg sulfamethoxazole dan 800 mg trimethroprim. Efektivitas obat ini
hampir sama dengan chloramphenicol.
G. Komplikasi
Menurut Widagdo (2011) Komplikasi dari demam thypoid dapat digolongkan
dalam intra dan ekstra intestinal. Komplikasi intestinal diantaranya ialah :
1. Perdarahan
Dapat terjadi pada 1-10% kasus, terjadi setelah minggu pertama dengan
ditandai antara lain oleh suhu yang turun disertai dengan peningkatan
denyut nadi.
2. Perforasi usus
Terjadi pada 0,5-3% kasus, setelah minggu pertama didahului oleh
perdarahan berukuran sampai beberapa cm dibagian distal ileum ditandai
dengan nyeri abdomen yang kuat, muntah, dan gejala peritonitis.
Komplikasi ekstraintestinal diantaranya ialah :
a. Sepsis
Ditemukan adanya kuman usus yang bersifat aerobik
b. Hepatitis dan kholesistisis
Ditandai dengan gangguan uji fungsi hati, pada pemeriksaan amylase
serum menunjukkan peningkatan sebagai petunjuk adanya komplikasi
pancreatitis.
c. Pneumonia atau bronchitis
sering ditemukan yaitu kira-kira sebanyak 10%, umumnya disebabkan
karena adanya superinfeksi selain oleh salmonella
d. Miokarditis toksik
Ditandai oleh adanya aritmia, blok sinoatrial, dan perubahan segmen
ST dan gelombang T, pada miokard dijumpai infiltrasi lemak dan
nekrosis.
e. Thrombosis dan flebitis
Jarang terjadi, komplikasi neurologis jarang menimbulkan gejala
residual yaitu termasuk tekanan intrakranial meningkat, trombosis
serebrum, ataksia serebelum akut, tuna wicara, tuna rungu, myelitis
tranversal, dan psikosis.
f. Komplikasi lain
Pernah dilaporkan ialah nekrosis sumsum tulang, nefritis, sindrom
nefrotik, meningitis, parotitis, orkitis, limfadenitis, osteomilitis, dan
artritis.
H. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Umum
Meliputi nama, umur (usia anak – anak hingga remaja lebih beresiko),
jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status
perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa
medik.
b. Data Dasar
Keluhan utama : Kaji gejala tanda meningkatnya suhu tubuh, terutama
pada malam hari, nyeri kepala, tidak nafsu makan, epiktasis,
penurunan kesadaran.
Riwayat penyakit sekarang : Mengapa pasien masuk rumah sakit dan
apa keluhan utama pasien, sehingga dapat di tegkkan prioritas
keperawatan yang dapat muncul
Riwayat Kesehatan Dahulu : Sebelumnya pernah mengalami
penyakit demam yang berulang atau ber minggu-minggu atau tidak.
c. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
1. Kepala
Inspeksi : bentuk kepala normal, rambut beruban atau tidak,
adakan benjolan dan lesi, bentuk wajah simetris.
2. Mata
Inspeksi : mata simetris, pupil isokor, sclera normal, konjungtiva
pucat, pergerakan bola mata normal, alis mata.
3. Hidung
Inspeksi : kesimetrisan, fungsi penciuman, adakah secret, adakah
pernafasan cuping hidung, nafas spontan.
4. Mulut dan gigi
Inspeksi : mukosa bibir, lidah kotor atau tidak, karies gigi, nafsu
makan, adakah nyeri telan, gusi berdarah atau tidak, adakan gigi
palsu.
5. Leher
Inspeksi : adakah benjolan, adakah lesi
Palpasi : adakah pembesaran kelenjar tiroid
6. Thorax
Inspeksi : bentuk dada, pergerakan dinding dada, adakah keluhan
sesak, adakah penarikan intercoste, batuk, adakah nyeri saat
bernafas, pola nafas.
7. Abdomen
Inspeksi : simetris, adakah mual muntah
Palpasi : adakah nyeri tekan
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (normal 8-12x/menit
8. Ekstremitas
Ekstremitas atas : dapat digerakkan dengan baik dan ekstremitas
atas dekstra terpasang infus. Ekstremitas bawah : keduanya dapat
digerakkan dengan baik tapi keadaan klien yang lemah terpaksa
klien istirahat total ditempat tidur.

d. Pola aktivitas dan latihan :


Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar
tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
e. Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu
tubuh.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya dan
ketakutan merupakan dampak psikologi klien.
g. Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan
umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham
padaklien.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi b.d proses infeksi
2. Defisit nutrisi b.d mual muntah dan nafsu makan menurun
3. Nyeri Akut b.d inflamasi pada hati dan limfa
4. Resiko ketidakseimbangan cairan b.d mual muntah dan tidak nafsu
makan
5. Konstipasi b.d asupan makanan menurun

3. Intervensi
SDKI SLKI SIKI
Hipertermi Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
perawatan selama 2x24 Observasi
jam, termoregulasi - Identifikasi
membaik dengan penyebab
kriteria hasil : hipertermia (mis.
1. Pucat menurun dehidrasi, terpapar
2. Suhu tubuh lingkungan panas,
membaik penggunaan
3. Kulit merah inkubator).
menurun - Monitor suhu
4. Suhu kulit tubuh
membaik - Monitor kadar
5. Tekanan darah elektrolit
membaik - Monitor haluaran
6. Takikardi urine
menurun Terapeutik
- Sediakan
lingkungan yang
dingin
- Longgarkan atau
lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Lakukan
pendinginan
eksternal (mis.
selimut hipotermia
atau kompres
dingin pada dahi,
leher, dada
abdomen, aksila)
Edukasi
- Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika
perlu.
Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
intervensi selama 2x24 Observasi
jam, status nutrisi - Identifikasi status
membaik dengan nutrisi
kriteria hasil : - Identifikasi
1. Frekuensi makan kebutuhan kalori
membaik dan jenis nutrien
2. Nafsu makan - Monitor asupan
membaik makanan
3. Bising usus - Monitor berat
membaik badan
4. Membran Terapeutik
mukosa - Lakukan oral
membaik hygiene sebelum
makan, jika perlu
- Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
- Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
- Berikan suplemen
makanan, jika
perlu
Edukasi
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
- Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan
- Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (mis. pereda
nyeri, antiemetic),
jika perlu.

Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


intervensi selama 2x24 Observasi
jam, tingkat nyeri - Identifikasi lokasi,
menurun dengan kriteria karakteristik,
hasil : durasi, frekuensi,
1. Keluhan nyeri kualitas, intensitas
menurun nyeri
2. Meringis - Identifikasi skala
menurun nyeri
3. Gelisah menurun - Identifikasi factor
4. Frekuensi nadi yang memperberat
membaik dan memperingan
5. Pola nafas nyeri
membaik Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
music,
biofeedback, teknik
imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
- Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis.
suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgesik, jika
perlu
Resiko Setelah dilakukan Manajemen Cairan
ketidakseimbangan intervensi selama 2x24 Observasi
cairan jam, keseimbangan - Monitor status
nutrisi meningkat hidrasi (mis.
dengan kriteria hasil : frekuensi nadi,
1. Asupan cairan kekuatan nadi,
meningkat akral, pengisian
2. Haluaran urin kapiler,
meningkat kelembapan
3. Kelembaban mukosa, turgor
membran kulit, tekanan
mukosa darah)
meningkat - Monitor berat
4. Turgor kulit badan harian
membaik - Monitor berat
badan sebelum dan
sesudah dialysis
Terapeutik
- Catat intake-output
dan hitung balans
cairan 24 jam
- Berikan asupan
cairan, sesuai
kebutuhan
- Berikan cairan
intravena, jika
perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian diuretik,
jika perlu
Konstipasi Setelah dilakukan Manajemen Konstipasi
intervensi selama 2x24 Observasi
jam, eliminasi fekal - Periksa tanda dan
membaik dengan gejala konstipasi
kriteria hasil : - Periksa pergerakan
1. Kontrol usus, kerakteristik
pengeluaran feses (konsistensi,
feses meningkat bentuk, volume,
2. Keluhan dan warna)
defekasi lama - Identifikasi faktor
dan sulit resiko konstipasi
menurun (mis. obat-obatan,
3. Mengejan saat tirah baring, dan
defekasi diet rendah serat)
menurun Terapeutik
4. Konsistensi - Anjurkan diet
feses membaik tinggi serat
5. Peristaltik usus - Lakukan masase
mambaik abdomen, jika
perlu
- Lakukan evakuasi
feses secara
manual, jika perlu
Edukasi
- Jelaskan etiologi
masalah dan alas
an tindakan
- Anjurkan
peningkatan
asupan cairan, jika
tidak ada
kontraindikasi
- Latih buang air
besar secara teratur
Kolaborasi
- Konsultasi dengan
tim medis tentang
penurunan/peningk
atan frekuensi
suara usus
- Kolaborasi
penggunaan obat
pencahar, jika
perlu.

STUDI KASUS

Pada tanggal 7 Juni 2020 pukul 07.30 Tn.X usia 45 tahun bersama keluarga
datang ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah Pare dengan keluhan utama
demam disertai pusing selama 4 hari naik turun pada waktu malam hari
disertai mual muntah 2x. Pasien sudah mengkonsumsi obat penurun panas
tetapi panas tidak kunjung turun. Pasien mengatakan bahwa nafsu makannya
AS
Y A YE D I R A N
K I
K A

R Y
A H U SA A
D

menurun drastis selama 3 hari ini sehingga badannya lemas. Biasanya pasien
dapat menghabiskan 1 porsi makanan, tetapi sudah 3 hari ini makannya hanya
½ porsi, itupun terkadang di muntahkan lagi. Setelah dilakukan pemeriksaan
didapatkan kesadaran composmentis, keadaan umum lemah. TD : 130/80
mmHg, N : 104x/menit, S : 39°C, RR : 24x/menit

YAYASAN KARYA HUSADA PARE KEDIRI


STIKES KARYA HUSADA PARE KEDIRI
Ijin Mendiknas RI No. 164/D/O/2005 Rekomendasi Depkes RI No. HK.03.2.4.1.03862
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
Jl. Soekarno Hatta, Kotak Pos 153, Telp/Fax. (0354) 395203 Pare Kediri
Website: www.stikes-khkediri.ac.id
FORMAT PENGKAJIAN

I. DATA UMUM

Nama : Tn. X

Ruang : Sedap Malam

No. Register : 11946272

Umur : 45 th

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa

Bahasa : Jawa

Alamat : Kasembon, Malang

Pekerjaan : Swasta

Penghasilan : Rp. 1.500.000,00

Status : Menikah

Pendidikan Terakhir : SMA

Golongan Darah :O

Tanggal MRS : 7 Juni 2020

Tanggal Pengkajian : 7 Juni 2020

Diagnosa Medis : Demam thypoid

II. DATA DASAR

Keluhan Utama :

Pasien mengatakan badannya panas dingin (demam) disertai pusing, dan lemas

Alasan Masuk Rumah Sakit :

Pasien mengatakan dirumah mengalami demam selama 4 hari naik turun disertai
pusing pada waktu malam hari disertai mual muntah 2x. Kemudian istri pasien
membawa pasien ke RSUD Pare pada tanggal 7 Juni 2020 karena suhu tubuhnya
tidak kunjung turun.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengeluh badanya panas dingin (demam) disertai pusing dan mual
muntah. Pasien mengatakan bahwa nafsu makannya menurun drastis selama 3
hari ini sehingga pasien terlihat lemas dan pucat.
Upaya yang telah dilakukan:

Datang ke pelayanan kesehatan terdekat sebelum MRS

Terapi yang telah diberikan:

Minum obat yang telah diberikan pelayanan kesehatan terdekat sebelum MRS.

Riwayat Kesehatan Dahulu :

Pasien memiliki riwayat penyakit maag

Riwayat Kesehatan Keluarga :

Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit tertentu.

Genogram:

Ket :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Keluarga
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan

III.POLA FUNGSI KESEHATAN

1. Persepsi terhadap Kesehatan – Manajemen Kesehatan


Pasien mengetahui seperti apa pola hidup sehat. Pasien juga memikirkan
tentang gizi dalam makanan. Biasanya kalau pasien sakit, langsung periksa ke
dokter dekat rumah.

2. Pola Aktivitas dan Latihan


 Kemampuan Perawatan Diri
Skor 0 : mandiri, 1 : dibantu sebagian, 2 : perlu bantuan orang lain, 3 :
perlu bantuan orang lain dan alat, 4 : tergantung pada orang lain / tidak
mampu.

Aktivitas 0 1 2 3 4

Mandi 
Berpakaian 

Eleminasi 

Mobilisasi di tempat tidur 

Pindah 

Ambulasi 

Naik tangga 

Makan dan minum 

Gosok gigi 

Keterangan :

Pasien mampu melakukan aktivitas ringan secara mandiri. Hanya sedikit


membutuhkan bantuan karena terkadang pasien masih merasa lemas dan
pusing ketika berdiri.

3. Pola Istirahat dan Tidur :


KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Jumlah Jam Tidur Siang 1-2 jam 1 jam

Jumlah Jam Tidur Malam 7 jam 2-3 jam

Pengantar Tidur Tidak ada Tidak ada

Gangguan Tidur Tidak ada Sulit tidur karena


demam yang
dirasakan

Perasaan Waktu Bangun Segar Lemas dan pusing

4. Pola Nutrisi – Metabolik


KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Frekuensi 3x/hari 3x/hari

Jenis Padat (nasi, tempe, Nasi lunak, sayur,


ikan) telur, ikan
Porsi 1 piring habis ½ piring

Total Konsumsi 3 piring 1½ piring

Keluhan Tidak ada Tidak nafsu makan

5. Pola Eliminasi
Eliminasi Uri

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Frekuensi 6-8x/ hari 3x/hari

Pancaran Normal Normal

Jumlah - -

Bau Bau khas urin Bau khas urin

Warna Kuning Kuning jernih

Perasaan setelah BAK Lega Lega

Total Produksi Urin - -

Eliminasi Alvi

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Frekuensi ± 1-2x/hari 1x/hari


Konsistensi Padat Padat

Bau Khas Khas

Warna Kuning kuning

6. Pola Kognitif dan Persepsi Sensori


Pasien tidak ada gangguan pada indera dan persepsinya.

7. Pola Konsep Diri


Pasien merasa cemas dan lemas karena panas, dan pusing. Pasien merasa
bahwa dirinya sangat diperhatikan oleh keluarga.

8. Pola Mekanisme Koping


Pasien mengatakan sangat terbuka dengan keluarganya, dan setiap ada
masalah selalu mencari solusi bersama

9. Pola Fungsi Seksual – Reproduksi


Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan pada reproduksi.

10. Pola Hubungan – Peran


Pasien mengatakan masih bisa berhubungan baik dengan teman dan keluarga,
mereka pun memberikan dukungan dan doa agar pasien cepat sembuh.

11. Pola Nilai dan Kepercayaan


KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Nilai Khusus Mengaji Tidak ada

Praktik Ibadah Sholat 5 waktu Sholat sering tertinggal

Pengetahuan tentang Pasien mengatakan bahwa Biasanya pasien


Praktik Ibadah selama sholat adalah suatu melakukan sholat 5 waktu
sakit kewajiban tetapi karena sakit yang
dirasa, sholatnya menjadi
terganggu.

IV. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBYEKTIF)


1. Status Kesehatan Umum
Keadaan/ penampilan umum: lemah

Kesadaran : composmentis GCS: 456

BB sebelum sakit : 65 kg TB: 170 cm

BB saat ini : 62 kg

BB ideal :-

Perkembangan BB : Menurun karena tidak nafsu makan

Status Gizi : Cukup

Status Hidrasi : Cukup

Tanda – tanda vital :

TD : 130/80

N : 104x/menit

S : 39°C

RR : 24x/menit

2. Kepala
Muka simetris, sensasi normal gerak pipi, ali simetris, rambut dan kulit kepala
bersih, hitam, distribusi merata.

3. Leher
Simetris, warna sama dengan kulit, tidak ada pembesaran JVP, tiroid dapat
bergerak proporsional ke kiri kanan atas bawah.

4. Thorax (dada)
Simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat tonjolan abnormal, dapat
bergerak seimbang ke atas. Intercosta rata. BJ1 dan BJ 2 normal. Tidak terdapat
BJ tambahan

5. Abdomen
Inspeksi : perut datar, warna sama dengan kulit sekitar, tidak terdapat lesi dan
massa.

Palpasi : lembut, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba.

Auskultas : bising usus 15x/menit

Perkusi : kembung

6. Tulang Belakang

7. Ekstremitas
Simetris, tidak ada edema, tidak ada lesi, berkeringat, kekuatan sendi lemah.
8. Genitallia dan Anus
Tidak ada peradangan/warna kemerahan, tidak ada cairan yang keluar, tidak ada
hernia.

9. Pemeriksaan Neurologis
GCS : 456

Kesadaran : Composmentis

Pemeriksaan Diagnostik

1. Laboratorium
- Darah Lengkap
- Kimia Klinik : SGOT, SPGT
- Imunoserologi : Uji Widal

2. Radiologi

Terapi

1. Oral
- Paracetamol 500 mg
2. Parenteral
- Infus RL 20 tetes/menit
- Antrain 2x1 amp
- Ranitidin 2x1 amp
3. Lain - lain

ANALISA DATA

NO DATA FAKTOR YG PARAF


BERHUBUNGAN

1. Ds : Proses infeksi Anisa AM

Px mengeluh demam selama


4 hari naik turun pada waktu
malam hari disertai pusing
Do :

- Pasien tampak lemas


dan pucat
- Kulit teraba hangat
- Kulit kemerahan
- TTV
TD : 130/80
N : 104x/menit
2. Mual muntah dan nafsu
S : 39°C
makan menurun
RR : 24x/menit

Ds :

- Px mengatakan mual
muntah sebanyak 2x
- Px mengatakan nafsu
makan menurun
drastis selama 3 hari
terakhir
- Pasien mengatakan
hanya menghabiskan
½ porsi makanan

Do :

- Pasien terlihat lemas


dan pucat
- Terjadi penurunan
berat badan sebanyak
3kg
- Bising usus =
15x/menit
- TTV
TD : 130/80
N : 104x/menit
S : 39°C
RR : 24x/menit
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermi b.d proses infeksi


2. Defisit nutrisi b.d mual muntah dan nafsu makan menurun
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn.X

No Rekam Medis : 11946272

Hari Rawat ke :1

NO DIAGNOSA SLKI SIKI PARAF


KEPERAWATAN
1. Hipertermi b.d Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia Anisa AM
proses infeksi
perawatan selama Observasi
2x24 jam, - Identifikasi
termoregulasi penyebab
membaik dengan hipertermia (mis.
kriteria hasil : dehidrasi, terpapar
1. Pucat menurun lingkungan panas,
2. Suhu tubuh penggunaan
membaik inkubator).
3. Kulit merah - Monitor suhu tubuh
menurun - Monitor kadar
4. Suhu kulit elektrolit
membaik - Monitor haluaran
5. Tekanan darah urine
membaik Terapeutik
6. Takikardi - Sediakan lingkungan
menurun yang dingin
- Longgarkan atau
lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Lakukan
pendinginan
eksternal (mis.
selimut hipotermia
atau kompres dingin
pada dahi, leher,
dada abdomen,
aksila)
Edukasi
- Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu.

2. Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi


mual muntah dan
intervensi selama 2x24 Observasi
nafsu makan
menurun jam, status nutrisi - Identifikasi status
membaik dengan nutrisi
kriteria hasil : - Identifikasi
1. Frekuensi kebutuhan kalori dan
makan jenis nutrien
membaik - Monitor asupan
2. Nafsu makan makanan
membaik - Monitor berat badan
3. Bising usus Terapeutik
membaik - Lakukan oral
4. Membran hygiene sebelum
mukosa makan, jika perlu
membaik - Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
- Berikan suplemen
makanan, jika perlu
Edukasi
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
- Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan
- Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan
(mis. pereda nyeri,
antiemetik), jika
perlu.
IMPLEMENTASI dan EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn.X

No Rekam Medis : 11946272

Hari Rawat ke : 1-2

NO TGL. JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


DIAGNOSA KEPERAWATAN ( SOAP )
Hipertermi b.d 7 Juni 10.00 - Monitor suhu tubuh Subjektif :
proses infeksi 2020 WIB - Px mengatakan masih
- melonggarkan atau
demam
melepaskan pakaian - Px mengatakan
pusing sudah
- Basahi dan kipasi
berkurang
permukaan tubuh - Px mengatakan
badannya masih
- Memberikan cairan
lemas
oral
Objektif :
- Lakukan pendinginan
- Px tampak lemas
eksternal (mis. selimut - Kulit teraba hangat
- Kulit kemerahan
hipotermia atau
- TTV
kompres dingin pada TD : 130/80
N : 100x/menit
dahi, leher, dada
S : 38,5°C
abdomen, aksila) RR : 24x/menit
- Menganjurkan tirah
Assessment
baring - Masalah teratasi
sebagian
- Berkolaborasi dalam
Plan:
pemberian cairan dan - Intervensi
dilanjutkan
elektrolit intravena.
- Berkolaborasi dalam
pemberian paracetamol
500 mg
Defisit Nutrisi 7 Juni 10.00 - Mengidentifikasi status Subjektif :
b.d mual 2020 WIB - Px mengatakan
nutrisi
muntah dan mual jika makan
nafsu makan - Mengidentifikasi banyak dan mual
menurun berkurang bila
kebutuhan kalori dan
makan buah-
jenis nutrien buahan
Objektif :
- Memonitor berat badan
- Terlihat jatah
- Memberikan makanan makanan tidak
habis
tinggi serat untuk
- Px terlihat masih
mencegah konstipasi lemas
- TTV
- Berikan suplemen
TD : 130/80
makanan, jika perlu N : 100x/menit
S : 38,5°C
- Kolaborasi dengan ahli
RR : 24x/menit
gizi untuk menentukan
Assessment :
jumlah kalori dan jenis
- Masalah teratasi
nutrien yang sebagian
Plan :
dibutuhkan.
- Intervensi
dilanjutkan
Hipertermi b.d 8 Juni 10.00 - Memonitor TTV Subjektif :
proses infeksi 2020 WIB - Px mengatakan masih
- Memonitor haluaran
demam tetapi sudah
urine menurun
- Px mengatakan sudah
- Menyediakan
tidak pusing
lingkungan yang - Px mengatakan
badannya sudah tidak
dingin
lemas
- Memberikan cairan
Objektif :
oral
- Kulit teraba hangat
- Menganjurkan tirah - Tidak ada
kemerahan pada
baring
kulit
- Kolaborasi pemberian - TTV
TD : 120/90
paracetamol 500mg.
N : 80x/menit
S : 37,9°C
RR : 22x/menit

Assessment
- Masalah teratasi
sebagian
Plan:
Intervensi dilanjutkan
Defisit Nutrisi 8 Juni 10.00 - Memonitor asupan Subjektif :
b.d mual 2020 WIB - Px mengatakan
makanan
muntah dan rasa mual sudah
nafsu makan - Memonitor berat badan berkurang
menurun - Px mengatakan
- Memberikan makanan
nafsu makan
tinggi kalori dan tinggi sudah membaik
Objektif :
protein
- Terlihat jatah
- Mengajarkan diet yang makanan habis
- TTV
diprogramkan
TD : 120/90
- Menganjurkan posisi N : 80x/menit
S : 37,9°C
duduk
RR : 22x/menit
- Berkolaborasi dengan
Assessment :
ahli gizi untuk
- Masalah teratasi
menentukan jumlah sebagian
Plan :
kalori dan jenis nutrien
Intervensi dilanjutkan
yang dibutuhkan
DAFTAR PUSTAKA

Kartikasari, S.E. 2017. Asuhan keperawatan gangguan termoregulasi :


peningkatan suhu tubuh pada pasien demam thypoid, Gombong

Dewi, E.K. 2017. Asuhan keperawatan medical bedah pada klien demam
thypoid dengan masalah keperawatan hipertermi di ruang melati rumah sakit
umum daerah bangil, pasuruan, Jombang

Safii, L.I. 2012. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system
pencernaan : demam thypoid di bangsal sofa RS PKU muammadiyah Surakarta,
Surakarta

PPNI, 2018. Standar diagnosa keperawatan Indonesia : definisi dan


indikator diagnostik, edisi I. Jakarta : DPP PPNI

PPNI, 2018. Standar intervensi keperawatan Indonesia : definisi dan


tindakan keperawatan, edisi I. Jakarta : DPP PPNI

PPNI, 2018. Standar luaran keperawatan Indonesia : definisi dan kriteria


hasil keperawatan, edisi I. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai