Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ISPA

NAMA : MOCHAMAD ALFONTZO KIBIANTO


NIM : PO5303201211353
KELAS : TINGKAT III REGULER C

PEMBIMBING INSTITUSI PEMBIMBING KLINIK

(Roswita V. R. Roku, S Kep., Ns., MSN)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN KUPANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
TAHUN AJARAN 2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN ISPA

Konsep Penyakit

1. Definisi
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan
atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus,
maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim
paru. (Wijayaningsih, 2013, hal. 1)

ISPA: saluran penyakit pernafasan atas dengan perhatian khusus pada radang
paru ( pneumonia). Penyakit ISPA terdiri: bukan pneumonia, pneumonia dan
pneumonia berat. (Kunoli, 2012, hal. 217)

2. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari:

1. Bakteri: streptococcus pneumonia adalah anggota dari genus streptococcus


yang gram positif menyebabkan gejala utama pneumonia. (peradangan pada
dinding alveolus , pneumococcus merupakan bakteri yang sering kali
mengancam anak-anak penyebarannya melalui percikan air liur (Manurung,
2016, hal. 25)
2. Virus: coronavirus merupakan mikroorganisme yang dapat menyebabkan
penyakit ISPA dan penyebarannya coronavirus bisa dialihkan lewat udara
pada enderita batuk ataupun bersin. Influenza merupakan virus yang amat
menular menyababkan timbulnya flu penyebarannya lewat udara dengan
batuk dan bersin, adenovirus (sekelompok virus yang menginfeksi selaput dari
saluran pernafasan) (Wijayaningsih, 2013, hal. 2)
3. Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2
tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim
kemarau ke musim hujan juga menimbulkan resiko serangan ISPA.
4. Beberapa faktor lain diperkirakan berkontribuksi terhadap kejadian ISPA
adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, buruknya sanitasi
lingkungan.(Wijayaningsih, 2013, hal. 2)

3. Tanda dan Gejala


1. Demam : sering tampak sebagai tanda infeksi pertama. Paling sering terjadi
pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5-40,5ºC bahkan
dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang
euforia (perasaan senang berlebihan) dan lebih aktif dari normal, beberapa
anak bicara dengan cepat kecepatan yang tidak biasa.(Wijayaningsih, 2013,
hal. 3)
2. Anoreksia : merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit masa kanak-
kanak sering kali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap sampai
derajat yang lebih besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit.
(Wijayaningsih, 2013, hal. 3)
3. Muntah : merupakan suatu reflek yang tidak dapat dikontrol untuk
mengeluarkan isi lambung dengan paksa melalui mulut. Biasanya anak kecil
mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan petunjuk untuk
awitan infeksi.(Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 67)
4. Batuk : merupakan gambaran umum dari penyakit pernapasan. Dapat menjadi
bukti hanya selama fase akut. (Wijayaningsih, 2013, hal. 4)
5. Sakit tenggorokan : merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang
lebih besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan makan per
oral. (Wijayaningsih, 2013, hal. 4)
6. Keluar sekret cair dan jernih dari hidung, sering menyertai infeksi pernapasan.
Mungkin encer dan sedikit atau kental dan purulen, tergantung pada tipe atau
tahap infeksi.(Kunoli, 2012, hal. 1-2)
4. Patofisiologi
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar,
Bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernapasan, oleh karena itu maka
penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease. Sebagian besar
penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun
tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap
udara yang mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab. Saluran
pernapasan atas (akut) secara langsung terpajang lingkungan namun infeksi relatif
jarang terjadi berkembang menjadi infeksi saluran pernapasan bawah yang
mengenai bronkus dan aveoli. Silia bergerak dengan retmis untuk mendorong
mokus dan semua mikroorganisme yang terperangkap didalam mokus, keatas
nasofaring tempat mokus tersebut dapat dikeluarkan melalui hidung lalu ditelan.
Apabila dapat lolos dari mekanisme pertahanan tersebut ke saluran pernapasan
atas maka mikroorganisme akan dihadang oleh lapisan pertahanan yang ke tiga
(sistem imun) untuk mencegah mikroorganisme tersebut sampai disaluran napas
bawah. Respon ini diperantarai oleh limfosit, tetapi juga melibatkan sel-sel darah
putih lainnya, misalnya makrofak, niotrofil, dan sel mast yang tertarik ke daerah
tempat proses peradangan berlangsung. (Marni, 2014, hal. 26)
Pathway
5. Klasifikasi
(Wijayaningsih, 2013, hal. 5)
1. Ringan
Batuk tanpa pernafasan cepat atau kurang dari 40 kali per menit, hidung
tersumbat atau berair, tenggorokan merah, telinga berair.

2. Sedang
Batuk dan nafas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari telinga
keluar cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis, purulen dengan pembesaran
kelenjar limfe leher yang nyeri tekan ( adentis sevikal ).

3. Berat
Batuk dengan nafas cepat dan stridor, membran keabuan bifaring, kejang-
kejang, apnea, dehidrasi berat /tidur terus, tidak ada sianosis.

4. Sangat berat
Batuk dengan nafas cepat, stridor dan sianosis serta tidak dapat minum.

6. Komplikasi
ISPA (Saluran Pernafasan Akut) sebenarnya merupakan self limited disease
yang sembuh sendiri dalam 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lain, tetapi
penyakit ISPA yang tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik
dapat menimbulkan penyakit seperti:

1. Laringitis : peradangan pada laring (pangkal tenggorokan). Laring terletak


dipuncak saluran udara yang menuju ke paru-paru. Disebabkan oleh saluran
pernapasan bagian atas.

2. Bronkitis : suatu peradangan yang terjadi pada bronkus (saluran udara ke paru-
paru yang disebabkan oleh virus dan bakteri). ,
3. Sinusitis : suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi
virus pada saluran pernapasan bagian atas (misalnya pilek). (Wahid, 2013,
hal. 190)

7. Pemeriksaan penunjang
1. Kultur : pemeriksaan kultur untuk mengidentifikasi mikroganisme yang
menyebabkan infeksi klinis pada sistem pernafasan.
2. Uji fungsi pulmonal : pemeriksaan fungsi pulmonal untuk mendapatkan data
tentang pengukuran volume paru, mekanisme pernafasan dan kemampuan
difusi paru.
3. Biopsi :pengambilan bahan spesimen jaringan untuk bahan pemeriksaan.
4. Pemeriksaan gas darah arteri : pemeriksaan untuk memberikan data objektif
tentang oksigenasi darah arteri, pertukaran gas, ventilasi alveolar dan
keseimbangan asam basa.
5. Radiologi dada: untuk mendeteksi penyakit paru antara lain: TB,
PNEUMONIA, ABSES PARU dll
6. Pemeriksaan sputum : untuk mengidentifikasi organisme patogenik dan untuk
menentukan apakah terdapat sel-sel maligna atau tidak. (Kunoli, 2012, hal.
219-220)

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus yang benar merupakan strategi untuk mencapat 2 dari 3
tujuan program turunya kematian atau penggunaan anti biotik dan obat batuk
yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA. Pedoman penatalaksanaan
kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang
akan berdampak mengurangi pengunaan antibiotik untuk kasus kasus batuk pilek
biasa, serta mengurangi pengunaan obat batuk yang kurang bermanfaat.

1. Ringan : tampa pemberian obat antibiotik, diberikan perawatan dirumah, untuk


batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak
mengandung zat yang merugikan. Bila demam diberikan obat penurun panas
yaitu parasetamol.
2. Sedang : ISPA yang sedang diberikan obat kotrimoksazol peroral. Jika
keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu
ampisilin, amoksilin, atau penisilin prokain.
3. Berat : dirawat dirumah sakit dan diberikan anti biotik parenteral, oksigen dan
sebagainnya.(Kunoli, 2012, hal. 220)

Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
Umur: ISPA bisa menyerang siapa saja termasuk seseorang yang
mengalami kelainan sistem kekebalan tubuh, juga pada seorang lanjut usia
dikarenakan kekebalan tubuh menurun dan juga memiliki resiko pada
balita dan anak-anak, dikarenakan sistem kekebalan tubuh mereka belum
terbentuk sepenuhnya. (Wahid, 2013, hal. 194)

Jenis kelamin: bisa menyerang laki laki atau perempuan (Wahid, 2013,
hal. 194)

b. Status kesehatan saat ini


1. Keluhan Utama
Keluhan pada klien biasanya ditandai dengan gejala antar lain Demam
dan pilek akibat infeksi pertama dan peradangan pada
tenggorokan. (Wahid, 2013, hal. 194)

2. Alasan masuk rumah sakit


Pasien masuk rumah sakit dikarenakan keluhan muncul mengeluh
demam, batuk, pilek dan sakit tenggorokan (Wahid, 2013, hal. 194)

3. Riwayat penyakit sekarang


Pada klien penyakit ISPA keluhan yang ada adalah Demam, batuk,
pilek, muntah dan anoreksia. (Wahid, 2013, hal. 194)
c. Riwayat Kesehatan Terdahulu
1. Riwayat penyakit sebelumnya
Perawat menanyakan tentang penyakit yang dialaminya sebelumnya
terutama yang mendukung atau yang memperberat kondisi sistem
pernapasan pada klien saat ini, pernahkah klien menderita Asma,
pneumonia dan sebagainya. (Wahid, 2013, hal. 195)

2. Riwayat penyakit keluarga


Adanya riwayat keturunan anggota keluarga yang pernah mengalami
sakit seperti penyakit klien. Salah satu anggota keluarganya menderita
penyakit asma. (Wahid, 2013, hal. 195)

3. Riwayat pengobatan
Perawat perlu mengklarifikasi pengobatan masa lalu dan riwayat
alergi, catat adanya efek samping yang terjadi dimasa lalu. Klien
minum jeruk nipis dan kecap saat mengalami batuk dan sakit
tenggorokan. (Wahid, 2013, hal. 195)

d. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum
2. Kesadaran
Kesadaran (Biasanya pada penderita ISPA tingkat kesadaranya adalah
composmentis, tetapi jika keadaan pasien sudah parah maka tingkat
kesadarannya bisa Somnolen.) (Wijayaningsih, 2013, hal. 4)

3. Tanda- tanda vital


TD : pada pasien ISPA tensi meningkat
Suhu : suhu meningkat 39-40ºC
RR :pernapasan meningkat
Nadi : nadi teraba cepat (Wijayaningsih, 2013, hal. 4)
4. Body System
a. Sistem pernafasan
(Wijayaningsih, 2013, hal. 5)

1. Infeksi
2. Membran mukosa hidung faring tampak kemerahan.
3. Tonsil tampak kemerahan dan edema.
4. Tampak batuk tidak produktif.
5. Tidak ada jaringan parut pada leher.
6. Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan,
pernafasan cuping hidung.
7. Palpasi
8. Adanya demam.
9. Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri
tekan pada nodus limfe servikalis.
10. Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid.
11. Perkusi
12. Suara paru normal (resonance).
13. Auskultasi
14. Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.

b. Sistem kardiovaskuler
(Wahid, 2013, hal. 195-196)

1. Inspeksi
2. Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum
3. Palpasi
4. Denyut nadi cepat
5. Perkusi
6. Batas jantung mengalami pengeseran
7. Auskultasi
8. Tekanan darah meningkat (Wahid, 2013, hal. 195-196)
9. Sistem persyarafan
Klien mengalami gejala panas disertai juga tanda dan gejala seperti
pilek, sakit tenggorokan, demam. (Wahid, 2013, hal. 196)

c. Sistem perkemihan
Jarang ditemukan gejala pada sistem perkemihan (Wahid, 2013,
hal. 196)

d. Sistem pencernaan
Pada sistem pencernaan klien mengalami nyeri tekan pada
tenggorokan, nyeri perut, penurunan nafsu makan. (Wahid, 2013,
hal. 196)

e. Sistem integumen
Mengkaji warna kulit integritas kulit utuh atau tidak, turgor kulit
kelihatan kering, panas dan nyeri saat ditekan.

f. Sistem muskuloskeletal
Tidak ada kelainan didalam sistem ini kecuali ada komplikasi
penyakit lain (Wahid, 2013, hal. 196)

g. Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan kecuali ada komplikasi. (Wahid, 2013, hal.
196)

h. Sistem reproduksi
Tidak ada kelainan pada bentuk alat kelamin laki-laki maupun
perempuan. (Wahid, 2013, hal. 196)
i. Sistem penginderaan
Pada sistem pengindraan bagian konjungtiva, sklera normal dan
pupil dapat menangkap cahaya dengan baik. (Marni, 2014, hal. 26)

j. Sistem imun
Biasanya gejala terjadi saat kekebalan tubuh menurun. (Wahid,
2013, hal. 194)

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnois Keperawatan yang bisa muncul dari pasien ISPA adalah sebagai
berikut :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif .(SDKI, 2016)


2. Peningkatan suhu tubuh (SDKI, 2016, hal. 284)
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan
4. Nyeri akut (SDKI, 2016, hal. 172)

3. Intervensi Keperawatan

No DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN
( SDKI) ( SLKI) (SIKI)
1. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan Manajemen jalan napas
tidak efektif b.d tindakan keperawatan (I.01011)
spasme jalan napas selama 1x24 jam Observasi
(D.0001) proses keperawatan di - Monitor pola napas
harapkan bersihan (frekuensi, kedalaman,
jalan napas(L. 01001) usaha napas)
meningkat dengan - Monitor bunyi napas
Kriteria hasil : tambahan (mis. gurgling,
1. Batuk efektif mengi, wheezing, ronkhi
meningkat kering)
2. Produksi sputum - Monitor sputum (jumlah,
menurun
wama, aroma)
3. Mengi menurun
4. Wheezing menurun Terapeutik
5. Mekonium (pada - Pertahankan kepatenan
neonates) menurun jalan napas dengan head-
6. Dyspnea menurun tilt dan chin-lift (jaw-
7. Ortopnea menurun thrust jika curiga trauma
8. Sulit bicara menurun servikal)
9. Sianosis menurun
- Posisikan semi-Fowler
10. Gelisah menurun
11. Frekuensi napas atau Fowler
membaik - Berikan minum hangat
12. Pola napas membaik - Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
- Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.

1. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status Kesehatan yang dihadapi ke status
Kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diterapkan, ukuran
intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan dan
pengobatan serta tindakan untuk memperbaiki kondisi atau tindakan untuk mencegah
masalah Kesehatan yang muncul dikemudian hari.
2. EVALUASI
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terhadap sejumlah informasi yang diberikan
untuk tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi merupakan tahap terakhir yang bertujuan untuk
menilai apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau/ tidak. Evaluasi
biasanya menggunakan SOAP.

DAFTAR PUSTAKA
Kunoli, F. J. (2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta Timur: Trans Info
Media.
Manurung, N. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory. Jakarta:
Trans Info Media.
Marni. (2014). Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit. Yogyakarta: Gosyen.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Medis dan Nanda Nic – Noc. Jogjakarta: Mediaction.
SDKI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat.
Wahid, A. (2013). Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta
Timur: Trans Info Media.
Wijayaningsih, K. S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta Timur: Trans Info
Media.

Anda mungkin juga menyukai