ISPA
Konsep Penyakit
1. Definisi
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan
atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus,
maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim
paru. (Wijayaningsih, 2013, hal. 1)
ISPA: saluran penyakit pernafasan atas dengan perhatian khusus pada radang
paru ( pneumonia). Penyakit ISPA terdiri: bukan pneumonia, pneumonia dan
pneumonia berat. (Kunoli, 2012, hal. 217)
2. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari:
2. Sedang
Batuk dan nafas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari telinga
keluar cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis, purulen dengan pembesaran
kelenjar limfe leher yang nyeri tekan ( adentis sevikal ).
3. Berat
Batuk dengan nafas cepat dan stridor, membran keabuan bifaring, kejang-
kejang, apnea, dehidrasi berat /tidur terus, tidak ada sianosis.
4. Sangat berat
Batuk dengan nafas cepat, stridor dan sianosis serta tidak dapat minum.
6. Komplikasi
ISPA (Saluran Pernafasan Akut) sebenarnya merupakan self limited disease
yang sembuh sendiri dalam 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lain, tetapi
penyakit ISPA yang tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik
dapat menimbulkan penyakit seperti:
2. Bronkitis : suatu peradangan yang terjadi pada bronkus (saluran udara ke paru-
paru yang disebabkan oleh virus dan bakteri). ,
3. Sinusitis : suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi
virus pada saluran pernapasan bagian atas (misalnya pilek). (Wahid, 2013,
hal. 190)
7. Pemeriksaan penunjang
1. Kultur : pemeriksaan kultur untuk mengidentifikasi mikroganisme yang
menyebabkan infeksi klinis pada sistem pernafasan.
2. Uji fungsi pulmonal : pemeriksaan fungsi pulmonal untuk mendapatkan data
tentang pengukuran volume paru, mekanisme pernafasan dan kemampuan
difusi paru.
3. Biopsi :pengambilan bahan spesimen jaringan untuk bahan pemeriksaan.
4. Pemeriksaan gas darah arteri : pemeriksaan untuk memberikan data objektif
tentang oksigenasi darah arteri, pertukaran gas, ventilasi alveolar dan
keseimbangan asam basa.
5. Radiologi dada: untuk mendeteksi penyakit paru antara lain: TB,
PNEUMONIA, ABSES PARU dll
6. Pemeriksaan sputum : untuk mengidentifikasi organisme patogenik dan untuk
menentukan apakah terdapat sel-sel maligna atau tidak. (Kunoli, 2012, hal.
219-220)
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus yang benar merupakan strategi untuk mencapat 2 dari 3
tujuan program turunya kematian atau penggunaan anti biotik dan obat batuk
yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA. Pedoman penatalaksanaan
kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang
akan berdampak mengurangi pengunaan antibiotik untuk kasus kasus batuk pilek
biasa, serta mengurangi pengunaan obat batuk yang kurang bermanfaat.
Jenis kelamin: bisa menyerang laki laki atau perempuan (Wahid, 2013,
hal. 194)
3. Riwayat pengobatan
Perawat perlu mengklarifikasi pengobatan masa lalu dan riwayat
alergi, catat adanya efek samping yang terjadi dimasa lalu. Klien
minum jeruk nipis dan kecap saat mengalami batuk dan sakit
tenggorokan. (Wahid, 2013, hal. 195)
d. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum
2. Kesadaran
Kesadaran (Biasanya pada penderita ISPA tingkat kesadaranya adalah
composmentis, tetapi jika keadaan pasien sudah parah maka tingkat
kesadarannya bisa Somnolen.) (Wijayaningsih, 2013, hal. 4)
1. Infeksi
2. Membran mukosa hidung faring tampak kemerahan.
3. Tonsil tampak kemerahan dan edema.
4. Tampak batuk tidak produktif.
5. Tidak ada jaringan parut pada leher.
6. Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan,
pernafasan cuping hidung.
7. Palpasi
8. Adanya demam.
9. Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri
tekan pada nodus limfe servikalis.
10. Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid.
11. Perkusi
12. Suara paru normal (resonance).
13. Auskultasi
14. Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.
b. Sistem kardiovaskuler
(Wahid, 2013, hal. 195-196)
1. Inspeksi
2. Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum
3. Palpasi
4. Denyut nadi cepat
5. Perkusi
6. Batas jantung mengalami pengeseran
7. Auskultasi
8. Tekanan darah meningkat (Wahid, 2013, hal. 195-196)
9. Sistem persyarafan
Klien mengalami gejala panas disertai juga tanda dan gejala seperti
pilek, sakit tenggorokan, demam. (Wahid, 2013, hal. 196)
c. Sistem perkemihan
Jarang ditemukan gejala pada sistem perkemihan (Wahid, 2013,
hal. 196)
d. Sistem pencernaan
Pada sistem pencernaan klien mengalami nyeri tekan pada
tenggorokan, nyeri perut, penurunan nafsu makan. (Wahid, 2013,
hal. 196)
e. Sistem integumen
Mengkaji warna kulit integritas kulit utuh atau tidak, turgor kulit
kelihatan kering, panas dan nyeri saat ditekan.
f. Sistem muskuloskeletal
Tidak ada kelainan didalam sistem ini kecuali ada komplikasi
penyakit lain (Wahid, 2013, hal. 196)
g. Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan kecuali ada komplikasi. (Wahid, 2013, hal.
196)
h. Sistem reproduksi
Tidak ada kelainan pada bentuk alat kelamin laki-laki maupun
perempuan. (Wahid, 2013, hal. 196)
i. Sistem penginderaan
Pada sistem pengindraan bagian konjungtiva, sklera normal dan
pupil dapat menangkap cahaya dengan baik. (Marni, 2014, hal. 26)
j. Sistem imun
Biasanya gejala terjadi saat kekebalan tubuh menurun. (Wahid,
2013, hal. 194)
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnois Keperawatan yang bisa muncul dari pasien ISPA adalah sebagai
berikut :
3. Intervensi Keperawatan
1. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status Kesehatan yang dihadapi ke status
Kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diterapkan, ukuran
intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan dan
pengobatan serta tindakan untuk memperbaiki kondisi atau tindakan untuk mencegah
masalah Kesehatan yang muncul dikemudian hari.
2. EVALUASI
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terhadap sejumlah informasi yang diberikan
untuk tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi merupakan tahap terakhir yang bertujuan untuk
menilai apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau/ tidak. Evaluasi
biasanya menggunakan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Kunoli, F. J. (2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta Timur: Trans Info
Media.
Manurung, N. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory. Jakarta:
Trans Info Media.
Marni. (2014). Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit. Yogyakarta: Gosyen.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Medis dan Nanda Nic – Noc. Jogjakarta: Mediaction.
SDKI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat.
Wahid, A. (2013). Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta
Timur: Trans Info Media.
Wijayaningsih, K. S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta Timur: Trans Info
Media.