Anda di halaman 1dari 21

Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) merupakan penyakit utama penyebab kematian bayi dan sering

menempati urutan pertama angka kesakitan balita. penanganan dini terhadap penyakit ISPA terbukti
dapat menurunkan kematian. (Kunoli, 2012, hal. 217)

pengertian ISPA adalah saluran penyakit pernafasan atas dengan perhatian khusus pada radang paru
(pneumonia), dan bukan penyakit telinga dan tenggorokan. (Kunoli, 2012, hal. 217)

penyakit ISPA sering terjadi pada anak-anak. Episode penyakit batuk pilek pada balita di indonesia
diperkirakan 3-6 kali setahun. Dari hasil pengamatan epidemiologi dapat diketahui bahwa angka
kesakitan dikota cenderung lebih besar dari pada di desa. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat
kepadatan tempat tinggal dan pencemaran lingkungan di kota yang lebih tinggi dari pada di desa.
(Kunoli, 2012, hal. 218)

Di negara berkembang, Pneumonia merupakan 25% menyumbang kematian pada anak, terutama pada
bayi berusia kurang dari dua bulan. Dari survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1986 diketahui
bahwa mobilitas pada bayi akibat pneumonia sebesar 42,4% dan pada balita sebesar 40,6% sedangkan
angka mortabilitas pada bayi akibat pneumonia sebesar 24% dan pada balita sebesar 36%. (Kunoli, 2012,
hal. 218)

Batasan masalah

Batasan masalah pada ISPA adalah mulai dari pengertian hingga sampai asuhan keperawatan dari ISPA

Rumusan Masalah

Apakah definisi dari ISPA ?

Apa etiologi dari ISPA?

Bagaimana tanda dan gejala dari ISPA?

Bagaimana patofisiologi dari ISPA?

Apa saja klasifikasi dari ISPA?


Apa saja komplikasi dari ISPA?

Bagaimana asuhan keperawatan untuk ISPA?

Tujuan

Tujuan Umum

mahasiswa mampu menjelaskan dan menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien ISPA.

Tujuan Khusus

Tujuan Umum

Untuk mengetahui, memahami dan menambah pengetahuan atau wawasan tentang asuhan
keperawatan pada pasien ISPA.

Tujuan Kasus

Untuk mengetahui apa itu ISPA

Untuk mengetahui penyebab atau etiologi dari ISPA

Untuk mengetahui tanda dan gejala dari ISPA

Untuk mengetahui patofisiologi dari ISPA

Untuk mengetahui klasifikasi dari ISPA

Untuk mengetahui komplikasi ISPA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP PENYAKIT

Definisi

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang
disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau disertai dengan
radang parenkim paru. (Wijayaningsih, 2013, hal. 1)

ISPA: saluran penyakit pernafasan atas dengan perhatian khusus pada ragdang paru ( pneumonia).
Penyakit ISPA terdiri: bukan pneumonia, pneumonia dan pneumonia berat. (Kunoli, 2012, hal. 217)

Jadi dari definisi diatas kami menyimpulkan bahwa ISPA adalah suatu penyakit yang diakibatkan
mikroorganisme bisa menyerang pernapasan atas maupun bawah.

Etiologi

Etiologi ISPA terdiri dari:

Bakteri: streptococcus pneumonia adalah anggota dari genus streptococcus yang gram positif
menyebabkan gejala utama pneumonia.

(peradangan pada dinding alveolus , pneumococcus merupakan bakteri yang sering kali mengancam
anak-anak penyebarannya melalui percikan air liur (Manurung, 2016, hal. 25)

Virus: coronavirus merupakan mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit ISPA dan
penyebarannya coronavirus bisa dialihkan lewat udara pada enderita batuk ataupun bersin. Influenza
merupakan virus yang amat menular menyababkan timbulnya flu penyebarannya lewat udara dengan
batuk dan bersin, adenovirus( sekelompok virus yang menginfeksi selaput dari saluran pernafasan
(Wijayaningsih, 2013, hal. 2)

Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun yang kekebalan
tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan
resiko serangan ISPA.
Beberapa faktor lain diperkirakan berkontribuksi terhadap kejadian ISPA adalah rendahnya asupan
antioksidan, status gizi kurang, buruknya sanitasi lingkungan.(Wijayaningsih, 2013, hal. 2)

Tanda dan Gejala

Demam : sering tampak sebagai tanda infeksi pertama. Paling sering terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun
dengan suhu mencapai 39,5-40,5ºC bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang
atau terkadang euforia (perasaan senang berlebihan) dan lebih aktif dari normal, beberapa anak bicara
dengan cepat kecepatan yang tidak biasa.(Wijayaningsih, 2013, hal. 3)

Anoreksia : merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit masa kanak-kanak sering kali
merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap sampai derajat yang lebih besar atau lebih sedikit melalui
tahap demam dari penyakit. (Wijayaningsih, 2013, hal. 3)

Muntah : merupakan suatu reflek yang tidak dapat dikontrol untuk mengeluarkan isi lambung dengan
paksa melalui mulut. Biasanya anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan
petunjuk untuk awitan infeksi.(Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 67)

Batuk : merupakan gambaran umum dari penyakit pernapasan. Dapat menjadi bukti hanya selama fase
akut. (Wijayaningsih, 2013, hal. 4)

Sakit tenggorokan : merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang lebih besar. Ditandai dengan
anak akan menolak untuk minum dan makan per oral. (Wijayaningsih, 2013, hal. 4)

Keluar sekret cair dan jernih dari hidung, sering menyertai infeksi pernapasan. Mungkin encer dan sedikit
atau kental dan purulen, tergantung pada tipe atau tahap infeksi.(Kunoli, 2012, hal. 1-2)

Patofisiologi

Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit masuk kedalam
tubuh melalui pernapasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease.
Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak
jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung
unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab. Saluran pernapasan atas (akut) secara langsung
terpajang lingkungan namun infeksi relatif jarang terjadi berkembang menjadi infeksi saluran pernapasan
bawah yang mengenai bronkus dan aveoli. Silia bergerak dengan retmis untuk mendorong mokus dan
semua mikroorganisme yang terperangkap didalam mokus, keatas nasofaring tempat mokus tersebut
dapat dikeluarkan melalui hidung lalu ditelan.

Apabila dapat lolos dari mekanisme pertahanan tersebut ke saluran pernapasan atas maka
mikroorganisme akan dihadang oleh lapisan pertahanan yang ke tiga (sistem imun) untuk mencegah
mikroorganisme tersebut sampai disaluran napas bawah. Respon ini diperantarai oleh limfosit, tetapi
juga melibatkan sel-sel darah putih lainnya, misalnya makrofak, niotrofil, dan sel mast yang tertarik ke
daerah tempat proses peradangan berlangsung. (Marni, 2014, hal. 26)

Klasifikasi

(Wijayaningsih, 2013, hal. 5)

Ringan

Batuk tanpa pernafasan cepat atau kurang dari 40 kali per menit, hidung tersumbat atau berair,
tenggorokan merah, telinga berair.

Sedang

Batuk dan nafas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari telinga keluar cairan kurang dari 2
minggu. Faringitis, purulen dengan pembesaran kelenjar limfe leher yang nyeri tekan ( adentis sevikal ).

Berat

Batuk dengan nafas cepat dan stridor, membran keabuan bifaring, kejang-kejang, apnea, dehidrasi
berat /tidur terus, tidak ada sianosis.

Sangat berat

Batuk dengan nafas cepat, stridor dan sianosis serta tidak dapat minum.

Komplikasi

ISPA (Saluran Pernafasan Akut) sebenarnya merupakan self limited disease yang sembuh sendiri dalam 5-
6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lain, tetapi penyakit ISPA yang tidak mendapatkan pengobatan dan
perawatan yang baik dapat menimbulkan penyakit seperti:

Laringitis : peradangan pada laring (pangkal tenggorokan). Laring terletak dipuncak saluran udara yang
menuju ke paru-paru. Disebabkan oleh saluran pernapasan bagian atas.
Bronkitis : suatu peradangan yang terjadi pada bronkus (saluran udara ke paru-paru yang disebabkan
oleh virus dan bakteri). ,

Sinusitis : suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi virus pada saluran
pernapasan bagian atas (misalnya pilek). (Wahid, 2013, hal. 190)

Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Identitas

Umur : ISPA bisa menyerang siapa saja termasuk seseorang yang mengalami kelainan sistem
kekebalan tubuh, juga pada seorang lanjut usia dikarenakan kekebalan tubuh menurun dan juga memiliki
resiko pada balita dan anak-anak, dikarenakan sistem kekebalan tubuh mereka belum terbentuk
sepenuhnya. (Wahid, 2013, hal. 194)

Jenis kelamin : bisa menyerang laki laki atau perempuan (Wahid, 2013, hal. 194)
Status kesehatan saat ini

Keluhan Utama

Keluhan pada klien biasanya ditandai dengan gejala antar lain Demam dan pilek akibat infeksi pertama
dan peradangan pada tenggorokan. (Wahid, 2013, hal. 194)

Alasan masuk rumah sakit

Pasien masuk rumah sakit dikarenakan keluhan muncul mengeluh demam, batuk, pilek dan sakit
tenggorokan (Wahid, 2013, hal. 194)

Riwayat penyakit sekarang

Pada klien penyakit ISPA keluhan yang ada adalah Demam, batuk, pilek, muntah dan anoreksia. (Wahid,
2013, hal. 194)

Riwayat Kesehatan Terdahulu

Riwayat penyakit sebelumnya

Perawat menanyakan tentang penyakit yang dialaminya sebelumnya terutama yang mendukung atau
yang memperberat kondisi sistem pernapasan pada klien saat ini, pernahkah klien menderita Asma,
pneumonia dan sebagainya. (Wahid, 2013, hal. 195)

Riwayat penyakit keluarga

Adanya riwayat keturunan anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien. Salah
satu anggota keluarganya menderita penyakit asma. (Wahid, 2013, hal. 195)

Riwayat pengobatan

Perawat perlu mengklarifikasi pengobatan masa lalu dan riwayat alergi, catat adanya efek samping yang
terjadi dimasa lalu. Klien minum jeruk nipis dan kecap saat mengalami batuk dan sakit tenggorokan.
(Wahid, 2013, hal. 195)

Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum

Kesadaran

Kesadaran (Biasanya pada penderita ISPA tingkat kesadaranya adalah composmentis, tetapi jika keadaan
pasien sudah parah maka tingkat kesadarannya bisa Somnolen.) (Wijayaningsih, 2013, hal. 4)

Tanda- tanda vital

TD : pada pasien ISPA tensi meningkat

Suhu : suhu meningkat 39-40ºC

RR :pernapasan meningkat

Nadi : nadi teraba cepat (Wijayaningsih, 2013, hal. 4)

Body System

Sistem pernafasan

(Wijayaningsih, 2013, hal. 5)

Infeksi

Membran mukosa hidung faring tampak kemerahan.

Tonsil tampak kemerahan dan edema.

Tampak batuk tidak produktif.

Tidak ada jaringan parut pada leher.

Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung.

Palpasi

Adanya demam.
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalis.

Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid.

Perkusi

Suara paru normal (resonance).

Auskultasi

Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.

Sistem kardiovaskuler

(Wahid, 2013, hal. 195-196)

Inspeksi

Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum

Palpasi

Denyut nadi cepat

Perkusi

Batas jantung mengalami pengeseran

Auskultasi

Tekanan darah meningkat (Wahid, 2013, hal. 195-196)

Sistem persyarafan

Klien mengalami gejala panas disertai juga tanda dan gejala seperti pilek, sakit tenggorokan, demam.
(Wahid, 2013, hal. 196)

Sistem perkemihan
Jarang ditemukan gejala pada sistem perkemihan (Wahid, 2013, hal. 196)

Sistem pencernaan

Pada sistem pencernaan klien mengalami nyeri tekan pada tenggorokan, nyeri perut, penurunan nafsu
makan. (Wahid, 2013, hal. 196)

Sistem integumen

Mengkaji warna kulit integritas kulit utuh atau tidak, turgor kulit kelihatan kering, panas dan nyeri saat
ditekan.

Sistem muskuloskeletal

Tidak ada kelainan didalam sistem ini kecuali ada komplikasi penyakit lain (Wahid, 2013, hal. 196)

Sistem endokrin.

Tidak ada kelainan kecuali ada komplikasi. (Wahid, 2013, hal. 196)

Sistem reproduksi

Tidak ada kelainan pada bentuk alat kelamin laki-laki maupun perempuan. (Wahid, 2013, hal. 196)

Sistem penginderaan

Pada sistem pengindraan bagian konjungtiva, sklera normal dan pupil dapat menangkap cahaya dengan
baik. (Marni, 2014, hal. 26)

Sistem imun

Biasanya gejala terjadi saat kekebalan tubuh menurun. (Wahid, 2013, hal. 194)

Pemeriksaan penunjang
Kultur : pemeriksaan kultur untuk mengidentifikasi mikroganisme yang menyebabkan infeksi klinis pada
sistem pernafasan.

Uji fungsi pulmonal : pemeriksaan fungsi pulmonal untuk mendapatkan data tentang pengukuran
volume paru, mekanisme pernafasan dan kemampuan difusi paru.

Biopsi :pengambilan bahan spesimen jaringan untuk bahan pemeriksaan.

Pemeriksaan gas darah arteri : pemeriksaan untuk memberikan data objektif tentang oksigenasi darah
arteri, pertukaran gas, ventilasi alveolar dan keseimbangan asam basa.

Radiologi dada: untuk mendeteksi penyakit paru antara lain: TB, PNEUMONIA, ABSES PARU dll

Pemeriksaan sputum : untuk mengidentifikasi organisme patogenik dan untuk menentukan apakah
terdapat sel-sel maligna atau tidak. (Kunoli, 2012, hal. 219-220)

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan kasus yang benar merupakan strategi untuk mencapat 2 dari 3 tujuana program
turunya kematian atau penggunaan anti biotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan
penyakit ISPA.

Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA
yang akan berdampak mengurangi pengunaan antibiotik untuk kasus kasus batuk pilek biasa, serta
mengurangi pengunaan obat batuk yang kurang bermanfaat.

Ringan : tampa pemberian obat antibiotik, diberikan perawatan dirumah, untuk batuk dapat digunakan
obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan. Bila demam
diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol.

Sedang : ISPA yang sedang diberikan obat kotrimoksazol peroral. Jika keadaan penderita menetap, dapat
dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksilin, atau penisilin prokain.

Berat : dirawat dirumah sakit dan diberikan anti biotik parenteral, oksigen dan sebagainnya.(Kunoli,
2012, hal. 220)

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang bisa muncul dari pasien ISPA adalah sebagai berikut :

Diagnosa I
Bersihan jalan nafas tidak efektif .(SDKI, 2016)

Definisi: ketidak mampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan
nafas tetap paten.

Batasan karateristik

Subjektif: dispnea, sulit berbicara,ortopnea

Objektif:. Batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi, whezing dan ronkhi kering,
mekonium dijalan napas, gelisah, sianosis, bunyi nafas menurun,frekuensi nafas berubah dan pola nafas
berubah.

Faktor yang berhubungan

Lingkungan: merokok, menghirup asap rokok, dan perokok pasif.

Obstruktif jalan nafas: spasme jalan nafas, retensi sekret, adanya jalan nafas buatan, terdapat benda
asing.

Fisiologis: disfungsi neuromuskulor, hiperplasia dinding bronkial, PPOK, infeksi, asma, jalan nafas
alergik( trauma ).

Diagnosa II

Peningkatan suhu tubuh(SDKI, 2016, hal. 284)

Definisi : resiko tehadap kegagalan untuk mempelihara suhu tubuh dalam batas normal.

Batasan karateristik
Subjektif : tidak tersedia

Objektif : perubahan laju metabolisme, dehidrasi, kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa
hangat.

Faktor yang berhubungan

Proses infeksi hiperteroid, stroke , dehidrasi, trauma, dan prematuritas.

Diagnosa III

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Definisi: asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.

Batasan karakteristik

Subjektif: kram abdomen, nyeri abdomen (dengan atau tanpa penyakit), menolak makan, indigesti (non-
NANDA Internasional),

Objektif: pembuluh kapiler rapuh, diare atau steator, kekurangan makanan, kehilangan rambut yang
berlebihan, bising usus hiperaktif, kurang informasi,membran mukosa pucat, tonus otot memburuk,
menolak untuk makan dan rongga mulut terluka.
Faktor yang berhubungan

Ketidakmampuan untuk menelan atau mencerna makanan atau mennyerap nutrian akibat faktor
biologis, psikologis, atau ekonomi termasuk beberapa contoh: ketergantungan zat kimia, penyakit
kronik, kesulitan mengunyah atau menelan, faktor ekonomi, intoleransi makanan, mual muntah dan
hilang nafsu makan.

Diagnosa IV

Nyeri akut (SDKI, 2016, hal. 172)

Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan.

Batasan karakteristik

Subjektif: mengeluh nyeri

Objektif: tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, TD
meningkat, nafsu makan berubah dan berfokus pada diri sendiri.

Faktor yang berhubungan

Agents-agents, sindrom koroner akut, infeksi penyebab cidera( misalnya biologis,kimia,fisik, dan
psikologis)

Intervensi

Bersihan jalan nafas tidak efektif (Wilkinson, 2016, hal. 25-26)

Tujuan dan kriteria hasil: Menunjukan bersihan jalan napas yang efektif, yang dibuktikan oleh
pencegahan aspirasi: status pernafasan: kepatenan jalan nafas dan ventilasi tidak terganggu.Menunjukan
status pernafasan : kepatenan jalan nafas yang dibuktikan oleh indikator gangguan ekstrem 1-5 berat,
sedang, ringan, atau tidak ada gangguan frekuensi dan irama pernapasan, kedalaman inspirasi, dan
kemampuan untuk membersihkan sekresi.Contoh lain: batuk efektif, mengeluarkan sekret secara efektif,
mempunyai jalan nafas yang paten, pada pemeriksaan auskultasi, memiliki suara nafas yang jernih,
mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang normal, mempunyai fungsi paru dalam batas
normal.

Intervensi NIC

Aktivitas keperawatan (Wilkinson, 2016, hal. 27)

kaji dan dokumentasikan hal- hal berikut ini: keefektiffan pemberian oksigen dan terapi lain, keefektiffan
obat yang diprogramkan, hasil oksimetri nadi.

Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui penurunan atau ketiadaan ventilasi dan
adanya suara nafas tambahan.

Pengisapan jalan nafas (NIC): tentukan kebutuhan pengisapan oral atau trakea pantau status oksigen
pasien dan irama jantung segera sebelum, selama, dan setelah pengisapan catat jenis dan jumlah sekret
yang dikumpulkan.

REPORT THIS AD

Penyuluhan untuk pasien/keluarga (Wilkinson, 2016, hal. 27)

Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung (mis: oksigen, mesin pengisapan, spirometer,
inhaler, dan IPPB)

Informasikan pada pasien dan keluarga tentan larangan merokok.

Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan tehnik nafas dalam memudahkan pengeluaran sekret.

Ajarkan pasien dan keluarga tentang sputum seperti warna, karakter, jumlah dan bau.

Pengisapan jalan nafas (NIC ): instruksikan kepada pasien dan atau keluarga tentang cara pengisapan
jalan nafas.

Aktivitas kolaboratif (Wilkinson, 2016, hal. 26)


Rundingkan dengan ahli pernafasan.

Konsultasikan dengan dokter.

Berikan udara / oksigen sesuai kebijakan institusi.

Lakukan terapi alat bantu aerosol, nebulizer, ultrasonik dan perawatan paru.

Beri tahu dokter tentang hasil gas darah yang abnormal

Aktivitas lain (Wilkinson, 2016, hal. 27)

Anjurkan aktivitas fisik untuk memfasilitasi pengeluaran sekret.

Anjurkan penggunaan spirometer intensif (smith sims, 2011).

Jika pasien tidak mampu ambulasi, pindakan pasien dari satu sisi tempat tidur ke sisi tempat tidur yang
lain kurang lebih 2 kali sehari).

Informasikan pasien sebelum melakukan prosedur.

Berikan pasien dukungan emosi. .

Peningkatan suhu tubuh

Tujuan dan kriteria hasil : NOC(Wilkinson, 2016, hal. 47)

REPORT THIS AD

Menunjukkan Termoregulasi, dibuktikan oleh indikator sebagai berikut: (gangguan ekstrem, berat,
sedang, ringan, atau tidak mengalami gangguan) peningkatan suhu tubuh, penurunan suhu tubuh,
hipertermia, hipotermia.

Intervensi NIC

Aktivitas Keperawatan (Wilkinson, 2016, hal. 47)


Pada umumnya, tindakan keperawatan untuk diagnosis ini berfokus pada pencegahan
ketidakseimbangan suhu tubuh dengan mengidentifikasi faktor resiko dan melakukan intervensi secara
tepat.

Kaji tanda dan gejala awal hipotermia (SEPERTI MENGIGIL, pucat, bagian dasar kuku sianosisi, pengisian
ualang kapiler lambat, piloereksi, disritmia) dan hipertermia.

Untuk orang dewasa, lakukan pemeriksaan suhu oral (bukan timpanik atau aksila), suhu oral lebih akurat

Regulasi suhu (NIC) pantau dan laorkan tanda atau gejala hipotermia.

Penyuluhan untuk pasien/keluarga (Wilkinson, 2016, hal. 47)

Instrukikan pasien dan keluarga tentang tindakan untuk meminimalkan fluktuasi suhu:

Untuk hipertermia

Minum cairan yang cukup di hari/cuaca panas, batasi aktivitas pada hari yang panas, kurangi berat
badan, jika obesitas pertahankan suhu lingkungan yang stabil, lepaskan baju yang berlebihan.

Untuk hipotermia

Mandi pada ruang yang hangat, jauh dari aliran udara, tingkatkan aktivitas, batasi alkohol, pertahankan
nutrisi yang adekuat, pelihara suhu lingkungan yang stabil, gunakan pakaian yang cukup.

Instruksikan pasien dan keluarga untuk mengenali dan melaporkan tanda dan gejala awal hipotermia dan
hipertermia: Untuk Hipertermia: kulit kering, sakit kepala, peningkatan nadi, peningkatan suhu,
iritabilitas, suhu diatas 37,8ºC, dan kelemahan.

Untuk Hipotermia: Apatis, dingin, abdomen keras yang terasa sperti batu, disorientasi dan konfusi,
mengantuk, hipertensi, hipoglikemia, kerusakan kemampuan untuk berfikir, nadi dan pernapasan
lambat, kulit keras dan dingin saat disentuh, suhu kurang dari 35ºC.

Aktivitas Kolaboratif (Wilkinson, 2016, hal. 48)


Laporkan kepada dokter jika hidrasi adekuat tidak dapat dipertahankan.

Lakukan perujukan ke lembaga sosial untuk layanan (misalnya: kipas angin, pemanas) yang diperlukan di
rumah.

Regulasi Suhu (NIC): berikan obat antipiretik, jika perlu.

Aktifitas Lain (Wilkinson, 2016, hal. 48)

Regulasi Suhu (NIC): Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien.

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Tujuan atau kriteria hasil(Wilkinson, 2016, hal. 284)

Memperlihatkan status nutrisi yang dibuktikan oleh indikator 1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang,
ringan, atau tidak ada penyimpangan dari rentang normalAsupan gizi,asupan makanan, asupan
cairan,energi.

Intervensi NIC

Aktivitas keperawatan (Wilkinson, 2016, hal. 284)

Kaji tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.

Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.

Pantau nilai laboratorium, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit.

Manajemen nutrisi NIC

Ketahui makanan kesukaan pasien

Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan Timbang pasien pada interval yang tepat.

Penyuluhan untuk pasien atau keluarga (Wilkinson, 2016, hal. 284)

Ajarkan metode untuk perencanaan makan


Ajarkan pasien atau keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal.

Manajemen nutrisi (NIC) berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana
memenuhinya.

Aktivitas kolaboratif (Wilkinson, 2016, hal. 285)

Diskusikan dengan ahli gizi

Diskusikan dengan dokter

Rujuk kedokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi

Rujuk ke program gizi di komunitas yang tepat.

Manajemen nutrisi ( NIC ): tentukan, dengan melakukan kolaborasi bersama ahli gizi, jika diperlukan,
jumlah kalori dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ( khususnya untuk
pasien dengan kebutuhan energi tinggi seperti pasien pascabedah dan luka bakar, trauma, demam, dan
luka).

Aktivitas lain (Wilkinson, 2016, hal. 285)

Buat perencanaan makan dengan pasien yang masuk dalam jadwal makanan, lingkungan
makanan,kesukaan dan ketidaksukaan makanan, serta suhu makanan.

Bantu pasien menulis tujuan mingguan yang realitis untuk latihan fisik dan asupan makanan.

Anjurkan pasien untuk menampilkan tujuan makan dan latihan fisik dilokasi terlihat jelas dan kaji ulang
setiap harinya.

Tawarkan porsi besar di siang hari ketika nafsu makan tinggi.

Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk dimakan.

Hindari prosedur invasif sebelum makan

Suapin pasien jika perlu

DAFTAR PUSTAKA
Kunoli, F. J. (2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta Timur: Trans Info Media.

Manurung, N. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory. Jakarta: Trans Info Media.

Marni. (2014). Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit. Yogyakarta: Gosyen.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Medis dan Nanda Nic –
Noc. Jogjakarta: Mediaction.

SDKI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat.

Wahid, A. (2013). Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta Timur: Trans Info
Media.

Wijayaningsih, K. S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta Timur: Trans Info Media.

Wilkinson, J. (2016). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

DAFTAR PUSTAKA

Kunoli, F. J. (2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta Timur: Trans Info Media.
Manurung, N. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory. Jakarta: Trans Info Media.

Marni. (2014). Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit. Yogyakarta: Gosyen.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Medis dan Nanda Nic –
Noc. Jogjakarta: Mediaction.

SDKI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat.

Wahid, A. (2013). Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta Timur: Trans Info
Media.

Wijayaningsih, K. S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta Timur: Trans Info Media.

Wilkinson, J. (2016). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

https://samoke2012.wordpress.com/2018/09/01/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-ispa/

Anda mungkin juga menyukai