Anda di halaman 1dari 23

Nama : Neil Author

NPM : 1102019228
PBL B-6 Blok Kedokteran Keluarga

Sasaran Belajar :
1. Keluarga
1.1. Definisi
Keluarga merupakan unit terkecil pada masyarakat yang merupakan
sekumpulan orang yang tinggal pada satu rumah serta memiliki hubungan
perkawinan, hubungan darah, kelahiran, ataupun adopsi, yang dimana setiap
anggotanya memiliki tugas dan fungsinya masing-masing. Dimana didalam
keluarga setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsinya masing-masing
yang harus dilakukan dan dijalankan dengan baik, sesuai dengan prinsip, nilai yang
terdapat di lingkungan masyarakat, hingga akhirnya menghasilkan warna atau ciri
yang jelas, yaitu mengakui adanya segala keberagaman dalam fungsi kehidupan
sosial. Keragaman dalam fungsi tersebut merupakan sumber utama dari adanya
struktur masyarakat, sehingga keragaman dalam fungsi sesuai dengan struktur
masyarakat, seperti adanya anggota yang menjadi ketua dan ada yang hanya
menjadi anggota biasa, dan kedudukan tersebut menentukan fungsi masing-
masing yang berbeda dengan anggota lainnya. (Nurjanah, 2019)
Selain itu, definisi keluarga dikemukakan oleh beberapa ahli :
a. Reisner (1980) : Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau
lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak,
ibu, adik, kakak, kakek dan nenek.
b. Logan’s (1979) : Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan sebuah kumpulan
beberapa komponen yang saling berinteraksi satu sama lain.
c. Gillis (1983) : Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks
dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-
masing mempunyai arti sebagaimana unit individu.
d. Duvall : Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional dan sosial dari tiap anggota.
1.2. Bentuk Keluarga
a. Tradisional
 The Nuclear family (keluarga inti) : Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan
anak
 The dyad family : Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah.
 Keluarga usila : Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua
dengan anak yang sudah memisahkan diri.
 The childless family Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar
karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.
 The extended family : Keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi yang hidup
bersama dalam satu rumah, seperti nuclear family disertai: paman, tante, orang
tua (kakek-nenek), keponakan
 The single parent famili : Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau
ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan
ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan)
 Commuter family : Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah
satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota
bisa berkumpul pada anggota keluarga pad saat ”weekend”
 Multigenerational family : Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok
umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
 Kin-network family : Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang
sama (contoh: dapur, kamar mandi, televisi, telepon,dll)
 Blended family : Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
 The single adult living alone/single adult family : Keluarga yang terdiri dari
orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (perceraian
atau ditinggal mati)
b. Keluarga Non-Tradisional
 The unmarried teenage mother : Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama
ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
 The stepparent family : Keluarga dengan orang tua tiri
 Commune family : Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui
aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
 The nonmarital heterosexsual cohabiting family : Keluarga yang hidup
bersamaberganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
 Gay and lesbian families : Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana ”marital pathners”
 Cohabitating couple : Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
pernikahan karena beberapa alasan tertentu
 Group-marriage family : Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat
rumah tangga bersama, yang saling merasa telah saling menikah satu dengan
yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexsual dan membesarkan anak.
 Group network family : Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai,
hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah
tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya
 Foster family : Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
 Homeless family : Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
 Gang : Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya. (

1.3. Fungsi Keluarga


Friedman (1992) menggambarkan fungsi sebagai apa yang dilakukan
keluarga. Fungsi keluarga berfokus pada proses yang digunakan oleh keluarga untuk
mencapai tujuan keluarga tersebut. Proses ini termasuk komunikasi diantara anggota
keluarga, penetapan tujuan, resolusi konflik, pemberian makanan, dan penggunaan
sumber dari internal maupun eksternal. Tujuan reproduksi, seksual, ekonomi dan
pendidikan dalam keluarga memerlukan dukungan secara psikologi antar anggota
keluarga, apabila dukungan tersebut tidak didapatkan maka akan menimbulkan
konsekuensi emosional seperti marah, depresi dan perilaku yang menyimpang. Tujuan
yang ada dalam keluarga akan lebih mudah dicapai apabila terjadi komunikasi yang
jelas dan secara langsung. Komunikasi tersebut akan mempermudah menyelesaikan
konflik dan pemecahan masalah.
Fungsi keluarga menurut Friedman (1992) adalah:
 Fungsi afektif dan koping Keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota,
membantu anggota dalam membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadi
stress.
 Fungsi sosialisasi Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap,
dan mekanisme koping, memberikan feedback, dan memberikan petunjuk dalam
pemecahan masalah.
 Fungsi reproduksi Keluarga melahirkan anak, menumbuh-kembangkan anak dan
meneruskan keturunan.
 Fungsi ekonomi Keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarganya dan
kepentingan di masyarakat
 Fungsi fisik Keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk untuk
penyembuhan dari sakit.

Sedangkan Fungsi keluarga menurut BKKBN (1992) antara lain:


 Fungsi keagamaan : memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga
yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk
menanamkan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada
kehidupan lain setelah di dunia ini.• Fungsi sosial budaya : membina sosialisasi
pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
 Fungsi cinta kasih : memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan
perhatian diantara anggota keluarga
 Fungsi melindungi : melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik,
sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman
 Fungsi reproduksi : meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak,
memelihara dan merawat anggota keluarga
 Fungsi sosialisasi dan pendidikan : mendidik anak sesuai dengan tingkat
perkembangannya, menyekolahkan anak, bagaimana keluarga mempersiapkan
anak menjadi anggota masyarakat yang baik
 Fungsi ekonomi : mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga, pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga
di masa datang
 Fungsi pembinaan lingkungan

1.4. Peran Keluarga

1.5. Struktur Keluarga


Menurut Friedman (1988) struktur keluarga terdiri atas :
a. Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini
bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi seperti :
sender, chanel-media, massage, environtment dan reciever. Komunikasi dalam
keluarga yang berfungsi adalah :
1) Karakteristik pengirim yang berfungsi
a) Yakin ketika menyampaikan pendapat
b) Jelas dan berkualitas
c) Meminta feedback
d) Menerima feedback
2) Pengirim yang tidak berfungsi
a) Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan dasar/data yang
obyektif)
b) Ekspresi yang tidak jelas (contoh: marah yang tidak diikuti ekspresi
wajahnya)
c) Jugmental exspressions, yaitu ucapan yang memutuskan/menyatakan sesuatu
yang tidak didasari pertimbangan yang matang. Contoh ucapan salah benar,
baik/buruk, normal/tidak normal, misal: ”kamu ini bandel...”, ”kamu harus...”
d) Tidak mampu mengemukakan kebutuhan
e) Komunikasi yang tidak sesuai
3) Karakteristik penerima yang berfungsi
a) Mendengar
b) Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengalaman)
c) Memvalidasi
4) Penerima yang tidak berfungsi
a) Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar
b) Diskualifikasi, contoh : ”iya dech.....tapi....”
c) Offensive (menyerang bersifat negatif)
d) Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi)
e) Kurang memvalidasi
5) Pola Komunikasi di dalam Keluarga yang Berfungsi
a) Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira
b) Komunikasi terbuka dan jujur
c) Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga
d) Konflik keluarga dan penyelesaiannya
6) Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi
a) Fokus pembicaraan hanya pada sesorang (tertentu)
b) Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi
c) Kurang empati
d) Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri
e) Tidak mampu memfokuskan pada satu isu
f) Komunikasi tertutup
g) Bersifat negatif
h) Mengembangkan gosip

b. Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial
yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu
dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak.
1) Peranan ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala keluarga,
sebaagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
2) Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-naknya,
pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, serta bisa berperan sebagai pencari
nafkah tambahan dalam keluarga.
Peranan anak : melaksanakan peranan psiko sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

3) Struktur Kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu untuk
mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke arah positif.
Tipe struktur kekuatan:
 Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol, seperti orang tua terhadap
anak)
 Referent power (seseorang yang ditiru)
 Resource or expert power (pendapat ahli)
 Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima)
 Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya)
 Informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses persuasi)
 Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih
misalnya hubungan seksual)

1.6. Siklus Keluarga


Siklus Hidup Keluarga (Family Life Cycle) adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan perubahan-perubahan dalam jumlah anggota, komposisi, dan
fungsi keluarga sepanjang hidupnya. Dalam siklus kehidupan keluarga terdapat tahap-
tahap yang dapat diprediksi. Siklus kehidupan keluarga penting bagi dokter keluarga
untuk mempertajam permasalahan yang dihadapi dan ataupun cara penyelesaian
masalah kesehatan yang ditemukan pada para anggota keluarga. Duvall (1967)
membagi menjadi 8 tahap, yaitu :
a. Tahap awal perkawinan (newly married). Pada tahap ini suatu pasangan baru
saja kawin dan belum mempunyai anak
b. Tahap keluarga dengan bayi (birth of the first child). Pada tahap ini keluarga
tersebut telah mempunyai bayi, dapat satu atau dua orang. Biasanya tahap ini
berlangsung rata-rata selama 2,5 tahun.
c. Tahap keluarga dengan anak pra sekolah (family with preschool children)
Pada tahap ini keluarga tersebut telah memiliki anak dengan usia prasekolah.
Biasanya tahap ini berlangsung rata-rata 3,5 tahun.
d. Tahap keluarga dengan anak sekolah (family with children in school). Pada
tahap ini keluarga tersebut telah memiliki anak dengan usia sekolah. Yang
dimaksud anak usia sekolah adalah yang berumur antara 6 tahun sampai dengan
13 tahun dan biasanya tahap ini berlangsung rata-rata selama 7 tahun.
e. Keluarga dengan anak usia remaja (family with teenagers). Pada tahap ini
keluarga tersebut telah memiliki anak usia remaja. yang dimaksud dengan anak
usia remaja adalah yang berumur antara 13 tahun sampai dengan 20 tahun dan
tahap ini biasanya berlangsung rata-rata 7 tahun.
f. Keluarga dengan anak-anak yang meninggalkan keluarga (family as
launching centre). Pada tahap ini satu per satu anak meninggalkan keluarga.
Dimulai oleh anak tertua dan diakhiri oleh anak terkecil. Tahap ini biasanya
berlangsung rata-rata 8 tahun.
g. Orang tua usia menengah (parent alone in midle years). Pada tahap ini semua
anak telah meninggalkan keluarga. Yang tinggal hanyalah suami isteri dengan
usia menengah. dimaksud dengan usia menengah adalah sampai dengan masa
pensiun dan tahap ini biasanya berlangsung rata-rata selama 15 tahun.
h. Keluarga usia jompo (aging family members). Pada tahap ini suami isteri telah
berusia lanjut sampai meninggal dunia. Usia lanjut adalah yang telah memasuki
masa pensiun dan tahap ini biasanya berlangsung rata-rata selama 10 tahun
sampai dengan 15 tahun.
Tabel : Delapan Tahap Siklus Kehidupan Keluarga
Tahap I : Keluarga Pemula (juga menuju pasangan menikah atau tahap pernikahan)
Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayi sampai umur 30
bulan)
Tahap III : Keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2 hingga 6
tahun)
Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur 6 hingga 13
tahun).
Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13 hingga 25 tahun).
Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama
sampaianak terakhir) yang meninggalkan rumah.
Tahap VII : Orangtua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiunan).
Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia (juga menunjuk kepada anggota
keluarga yang berusia lanjut atau pensiun) hingga pasangan yang sudah
mengenalinya.
(Shodikin, 2013) Diadaptasi dari Duvall, 1967 dan Miller, 1985

Sedangkan Howell (1975) membagi menjadi:


1. Tahap kemitraan informal (phase of informal partnership)
Pada tahap ini pria dan wanita saling menjajaki untuk membentuk keluarga.
Hubungan antara keduanya meskipun dapat sangat erat, tetapi masih bersifat
informal, karena belum diikat oleh pernikahan.
2. Tahap perkawinan awal (phase of early marriage)
Pada tahap ini pria dan wanita telah melangsungkan pernikahan dan karena itu
menjadi satu keluarga, tetapi belum mempunyai anak.

3. Tahap ekspansi (phase of expansion)


Pada tahap ini anggota keluarga bertambah (ekspansi) karena lahirnya anak- anak.

4. Tahap konsolidasi (phase of consolidation) Pada tahap ini ada penambahan anggota
keluarga lagi, karena tidak ada lagi anak-anak yang dilahirkan.
5. Tahap penciutan (phase of contraction) Pada tahap ini satu per satu anak yang
dimiliki, karena sudah dewasa, mulai meninggalkan keluarga. Dapat karena telah
membentuk keluarga sendiri atau hidup mandiri secara terpisah.

6. Tahap akhir kemitraan (phase of final partnership)


Pada tahap ini, karena tidak ada kesibukan lagi padahal usia masih produktif, isteri
misalnya mulai mencari kesibukan baru, sedangkan suami lebih memusatkan
perhatiannya pada pekerjaan dan pengembangan karier,kemitraan antara suami dan
isteri menjadi renggang dan bahkan dapat hilang.

7. Tahap kelenyapan (phase disappearance)


Pada tahap ini yang dihitung sejak masa pensiun, suami atau isteri, satu per satu
meninggal dunia sehingga ada akhirnya lenyaplah keluarga tersebut.

Konsep Siklus keluarga


Keluarga senantiasa mengalami perubahan tahapan yang berlanjut. Penelitian
pemasaran tentang Family Life Cycle dipopulerkan oleh Wells dan Gubar (196) serta
Kapinus (2003). Beberapa tahapan tersebut adalah:
a. Bachelor stage, tahap lajang
b. Newly married couples, pasangan muda belum punya anak
c. The full nest I, pasangan muda dengan anak yang masih dependen
d. The full nest II, pasangan usia lanjut dengan anak yang masih dependen
e. The empty nest, pasangan usia lanjut yang telah ditinggalkan oleh anak.
f. The solitary survivors, sendiri tanpa pasangan. (Soeharso & Kusumowidagdo,
2016)

1.7. Dinamika Keluarga


Konflik biasanya terjadi dalam Keluarga ketika ada upaya dalam anggota
keluarganya untuk memeperebutkan sumber-sumber daya yang langka. Misalnya
uang, perhatian, kekuasaan dan kewenangan untuk memainkan peran tertentu. Bahkan
para keluarga sering memperundingkan atau mengadakan tawar menawar dalam
mencapai tujuan yang saling berkompetisi. Sehingga interaksi konflik yang terjadi
adalah interaksi mulai yang sifatnya verbal sampai kepada yang bersifat fisik.
Kondisi tersebut di atas tidak jarang keluarga menjadikan ajang konflik bagi
kepentingan yang saling bertentangan sehingga akan mempengaruhi keharmonisan
berinteraksi dalam keluarga. Sehubungan dengan itu seorang ahli sosiologi, Jetse
Sprey (dalam Su’adah, 2005) melukiskan keluarga sebagai suatu sistem dimana
konflik lebih sering terjadi dibandingkan dengan gejala harmonis, meskipun banyak
penulis mengandaikan bahwa keluarga sebagai suatu organisme yang berjuang untuk
mencapai keseimbangan (equilibrium).
Interaksi yang penuh masalah akan selalu terjadi bila tidak ada aturan-aturan
yang diterapkan secara konsekuen, atau bila aturan itu hanya diterima oleh sepihak
saja. Maka perkawinan dikatakan berhasil apabila keluarga itu mampu mengendalikan
diri serta membangun pola komunikasi atau berinteraksi secara baik sesuai dengan
aturan-aturan yang di sepakati bersama.

Pergeseran Fungsi dalam Keluarga


Semakin banyaknya fungsi-fungsi atau peranan anggota keluarga yang
dijalankan di luar rumah menyebabkan berkurangnya intensitas hubungan antar
anggota keluarga tersebut, karena semakin jarang satu sama lain bertemu, dan waktu
berkumpul semakin terbatas.
Gejala tersebut, menggambarkan hilangnya fungsi sosial, yakni: Pertama
Keluarga makin berubah dari kesatuan yang menghasilkan menjadi kesatuan yang
memakai semata-mata (konsumtif). Sifat kesatuan yang bekerja makin hilang. Kedua
tugas untuk mendidik anak, sebagian diserahkan pada lembaga pendidikan (sekolah).
Hanya anak-anak yang paling kecil yang masih hidup sama sekali dalam hubungan
kekeluargaan. Ketiga tugas bercengkerama dalam keluarga nampak makin mundur,
karena tumbuhnya perkumpulan modern.Terutama pemuda-pemuda yang agak
dewasa makin jarang mencari kesenangan pengisi waktu dalam lingkungan keluarga
sendiri.
Perubahan sosial yang mengakibatkan bergeser dan bergantinya suatu fungsi
yang dimainkan keluarga terkadang dapat menimbulkan potensi konflik dalam
keluarga. Dari sini kemudian sering dinyatakan bahwa perubahan sosial juga menjadi
faktor yang mempermudah peluang terjadinya konflik yang berujung pada perceraian.
Suhendi dan Wahyu mengatakan bahwa perkawinan merupakan suatu proses
pertukaran hak dan kewajiban yang terjadi diantara sepasang suami isteri, karena
perkawinan merupakan proses integrasi dua individu, proses pertukaran ini senantiasa
harus dirundingkan dan dinegosiasikan. Perceraian terjadi dalam keluarga diawali dari
suatu kegagalan ialah menegoisasikan hak dan kewajiban.
Perceraian merupakan hal yang tidak diharapkan oleh pasangan suami istri,
namun perceraian bukan dimaksudkan untuk menghancurkan cita-cita dan kehidupan
seorang laki-laki dan perempuan yang telah mengikat perkawinan dimaksudkan untuk
tetap menghormati dan memuliakan lembaga yang menyatukan dua hati lawan jenis
dalam menempuh kehidupan yang berbahagia. Keluarga bercerai menunjukkan pada
perpisahan atau keretakan hubungan antara suami isteri, yang dilakukan secara sadar
dan sengaja untuk mengakhiri kemelut dan konflik yang berkepanjangan yang terjadi
diantara mereka. Selain itu, dijelaskan pula oleh Soe'oed bahwa keluarga bercerai
adalah keluarga yang ditandai dengan putusnya ikatan perkawinan antara suami isteri
yang ditetapkan melalui proses pengadilan setelah mendapat pengaduan dari salah
satu pihak atau keduanya, disebabkan ketidak cocokan antara keduanya yang secara
prinsip tidak dapat diatasi.
Dagun mengemukakan bahwa faktor penyebab perceraian adalah persoalan
ekonomi, agama, budaya, pekerjaam, perbedaan usia yang besar antara suami isteri,
serta keinginan memperoleh anak dan persoalan prinsip hidup yang berbeda, hal ini
dapat lihat sebagai berikut:

a. Persoalan ekonomi
Persoalan ekonomi merupakan faktor yang kerap kali menghantui perceraian.
Hal ini diakibatkan oleh tingkat kebutuhan dalam sebuah perkawinan menuntut untuk
sering dipenuhi dan apabila sulit terpenuhi maka banyak anggota keluarga dari kedua
belah pihak yang secara langsung dan tidak langsung turut serta untuk ikut campur
dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup mereka, apalagi bila salah satu dari
pasangan merasa hidup enak sebelum melangsungkan perkawinan.
b. Agama
Perbedaan agama merupakan faktor yang sulit untuk ditoleransikan jika mereka telah
mempunyai anak maka sulit menentukan agama apa yang akan dianut oleh anak
tersebut. Pada awal perkawinan faktor tersebut dapat diabaikan namun seiring
berjalannya waktu mau tidak mau akan menimbulkan konflik yang dapat
mengakibatkan perceraian.

c. Budaya
Perbedaan budaya dan kebiasaan yang tidak sama dari kedua pasangan
ternyata berprestasi pula menimbulkan perceraian. Ini terjadi karena sulitnya
menyatukan kebiasaan yang telah mereka bawa masing-masing sebelum memasuki
jenjang perkawinan, misalnya bila pasangan suami isteri berasal dari dua Negara atau
daerah yang berbeda.

d. Pekerjaan
Pekerjaan boleh jadi menjadi pemicu percerairan. Apabilah suami tidak
memliki pekerjaan yang tidak tetap merupakan faktor yang kerap kali memicu
pertengkaran yang panjang. Terlebih jika isteri mempunyai pekerjaan tetap akan
tetapi suami tidak memiliki pekerjaan tetap. Tidak terjalinnya saling pengertian dan
saling mendorong satu sama lain agar tidak menimbulkan pertengkaran yang berlarut-
larut yang pada akhirnya mampu menimbulkan perceraian.

e. Perbedaan Karakter
Perbedaan karakter yang mencolok antara suami dan isteri akan dapat
menimbulkan pertengkaran-pertengkaran kecil yang nantinya akan menjadi besar,
misalnya adanya perbedaan pendapat dalam hal mendidik anak.

f. Perbedaan usia yang jauh antara suami dan istri


Banyak orang yang berpendapat bahwa perbedaan usia yang terlalu besar
antara suami dan isteri sering menimbulkan pertengkaran. Hal ini dapat dibenarkan,
mengingat perbedaan umur akan menimbulkan pula perbedaan pandangan hidup,
akibatnya pola pandang mereka dalam memecahkan suatu permasalahan akan berbeda
pula, tidak akan sama dan sulit untuk dibulatkan jika kedua pihak tidak bersama-sama
menyelesaikannya.

g. Keinginan memperoleh anak dan persoalan prinsip hidup yang berbeda


Kehadiran anak dalam sebuah perkawinan tentunya merupakan hal yang
sangat didambakan setiap orang. Namun jika salah satu pihak tidak mampu
memberikan anak, akibatnya mampu memicu pertengkaran ditambah lagi perbedaan
prinsip antara kedua belah pihak. ini dapat memicu pula perceraian dalam sebuah
keluarga.
Genogram
Genogram adalah suatu alat bantu berupa peta skema (visual map) dari silsilah
keluarga pasien yang berguna bagi pemberi layanan kesehatan untuk segera
mendapatkan informasi tentang nama anggota keluarga pasien, kualitas hubungan
antar anggota keluarga. Genogram merupakan gambaran biopsikososial pohon
keluarga, yang mencatat tentang siklus kehidupan keluarga, riwayat sakit di dalam
keluarga serta hubungan antar anggota keluarga.
Di dalam genogram berisi : nama, umur, status menikah, riwayat perkawinan,
anak-anak, keluarga satu rumah, penyakit-penyakit spesifik, tahun meninggal, dan
pekerjaan. Juga terdapat informasi tentang hubungan emosional, jarak atau konflik
antar anggota keluarga, hubungan penting dengan profesional yang lain serta
informasi-informasi lain yang relevan. Dengan genogram dapat digunakan juga untuk
menyaring kemungkinan adanya kekerasan (abuse) di dalam keluarga.
Genogram idealnya diisi sejak kunjungan pertama anggota keluarga, dan
selalu dilengkapi (update) setiap ada informasi baru tentang anggota keluarga pada
kunjungan-kunjungan selanjutnya. Dalam teori sistem keluarga dinyatakan bahwa
keluarga sebagai sistem yang saling berinteraksi dalam suatu unit emosional. Setiap
kejadian emosional keluarga dapat mempengaruhi atau melibatkan sediktnya 3
generasi keluarga. Sehingga idealnya, genogram dibuat minimal untuk 3 generasi.
Dengan demikian, genogram dapat membantu dokter untuk :
a. mendapat informasi dengan cepat tentang data yang terintegrasi antara kesehatan
fisik dan mental di dalam keluarga
b. pola multigenerasi dari penyakit dan disfungsi. (Anggraini dkk, 2015)
1.8. Karakteristik Keluarga
Keluarga merupakan bagian dari masyarakat yang lahir dan berada di
dalamnya, secara berangsur-angsur akan melepaskan ciriciri tersebut karena
tumbuhnya mereka ke arah pendewasaan. Ciri-ciri umum keluarga antara lain seperti
dikemukakan oleh Mac Iver dan Page adalah: pertama keluarga merupakan hubungan
perkawinan, kedua berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan
dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara, ketiga suatu
sistem tata-nama, termasuk bentuk perhitungan garis keturunan, keempat ketentuan-
ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok yang mempunyai
ketentuan khusus terhadap kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan
untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak, kelima merupakan tempat
tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau bagaimanapun, tidak mungkin
menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga. (Rustina, 2014)
Ciri-ciri lain yang dimiliki keluarga antara lain:
1. Kebersamaan; keluarga merupakan bentuk yang hampir paling universal diantara
bentuk-bentuk organisasi sosial lainnya. Hampir setiap keadaan manusia mempunyai
keanggotaan dari beberapa keluarga;
2. Dasar-dasar emosional; hal ini didasarkan pada suatu dorongan yang sangat
mendalam dari sifat organis manusia seperti perkawinan, menjadi ayah, kesetiaan
akan maternal dan perhatian orang tua;
3. Pengaruh perkembangan, hal ini merupakan lingkungan kemasyarakatan yang
paling awal dari semua bentuk kehidupan yang lebih tinggi, termasuk manusia, dan
pengaruh perkembangan yang paling besar dalam kesadaran hidup yang merupakan
sumbernya;
4. Ukuran yang terbatas, keluarga merupakan kelompok yang terbatas ukurannya,
yang dibatasi oleh kondisi-kondisi biologis yang tidak dapat lebih tanpa kehilangan
identitasnya. Oleh sebab itu keluarga merupakan skala yang paling kecil dari semua
organisasi formal yang merupakan struktur sosial, dan khususnya dalam masyarakat
yang sudah beradab dan keluarga secara utuh terpisah dari kelompok kekerabatan;
5. Tanggungjawab para anggota, keluarga memliki tuntutantuntutan yang lebih besar
dan kontinyu daripada yang biasa dilakukan oleh asosiasi-asosiasi lainnya;
6. Aturan kemasyarakatan, hal ini khususnya terjaga dengan adanya hal-hal tabu di
dalam masyarakat dan aturan-aturan sah yang dengan kaku menentukan kondisi-
kondisinya;
7. Sifat kekekalan dan kesementaraannya, sebagai institusi, keluarga merupakan suatu
yang demikian permanen dan universal, dan sebagai asosiasi merupakan organisasi
yang paling bersifat sementara dan yang paling mudah berubah dari seluruh
organisasi-organisasi penting lainnya dalam masyarakat. (Rustina, 2014)

2. Diagnosis Holistik - Teori dan Pengaplikasian pada Skenario


Diagnosis Holistik merupakan kegiatan untuk mengidentifikasikan dan
menentukan dasar dan penyebab (disease), luka (injury), serta kegawatan yang
diperoleh darikeluhan riwayat penyakit pasien, pemeriksaan penunjang dan
penilaian internaldan eksternal dalam kehidupan pasien dan keluarganya.Holistik
merupakan salahsatu konsep yang meliputi dimensi personal, fisik, psikologi, sosial,
dan spiritualdalam penanggulangan dan pencegahan penyakit. Dalam
pendekatan holistik,dipercayai bahwa kesehatan seseorang tidak hanya
bergantung pada apa yangsedang terjadi secara fisik pada tubuh seseorang, tetapi
juga terkait dengan kondisi psikologi, emosi, sosial, spiritual, dan lingkungan.

2.1. Faktor Personal


Aspek yang memperhatikan keluhan, ketakutan, harapan, dan persepsi pasien
terhadap kesehatannya.

Analisis pada Skenario

 Idenfitikasi alasan kedatangan pasien : Batuk berdahak sejak 2 minggu yang lalu
yang tidak kunjung sembuh
 Identifikasi harapan pasien : Sembuh
 Identifikasi kekhawatiran pasien : yang biasanya minum obat batuk sembuh tetapi
saat ini tidak kunjung sembuh

2.2. Faktor Klinis


Penegakkan diagnosis klinis berdasarkan keluhan yang disampaikan pasien. Dokter
harus berusaha menegakkan diagnosis secara cepat dan tepat, berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik yang baik.

Analisis pada Skenario


Identifikasi diagnosis kerja/diagnosis klinis : Asma Bronkial (kemungkinan)
karena  ada riwayat orang tua pasien penderita asma dan anak juga menderita asma,
selain itu pasien sering terpapar asap rokok dimana perokok pasif jg merupakan salah
satu faktor penyebab terjadinya asma bronkial.

2.3. Faktor Internal


Aspek yang memperhatikan pengaruh genetik, persepsi terhadap kesehatan dan
perilaku kesehatan dari individu serta keluarga yang memberikan pengaruh terhadap
kesehatan yang terjadi.

Analisis pada Skenario


Identifikasi faktor penyebab masalah kesehatan pasien yang berasal dari dalam tubuh
pasien : Terbiasa menghirup asap rokok dari suami dan anaknya di dalam rumah.

2.4. Faktor Eksternal


Aspek yang memperhatikan determinan faktor yang berasal dari keluarga, kehidupan
sosial, faktor ekonomi, aktivitas pekerjaan dan lingkungan (fisik, biologi, kimia,
sosial, dan budaya) sekitar pasien.

Analisis pada Skenario


Identifikasi faktor penyebab masalah kesehatan pasien yang berasal dari luar tubuh
pasien: Kurangnya pencahayaan dan ventilasi yang tidak pernah dibuka dan
pemukiman yang padat penduduk.

2.5. Faktor Fungsional


Aspek yang memperhatikan fungsi-fungsi sosial dari pasien. Fungsi sosial yang harus
diperhatikan ialah seberapa besar pasien bergantung pada orang disekitarnya dalam
menjalankan kehidupan sehari-harinya. (1)       Penilaian dengan skor 1 – 5, berdasarkan
disabiltas dari pasien

Analisis pada Skenario


Identifikasi derajat fungsional pasien yaitu dampak aktivitas harian pasien saat
mengalami keluhan/gejala yang dikeluhkan (International Classification of Primary
Care): Pada kasus ini merupakan derajat 2 yaitu A little bit of difficulty seperti mulai
mengurangi aktivitas berat tetapi aktivitas ringan masih mampu.

3. Pandangan Islam tentang Konsep Keluarga


Keluarga adalah salah satu mata rantai kehidupan yang paling esensial dalam
sejarah perjalanan hidup manusia. Sekaligus ia juga membuat mozaik khilafah yang
membutuhkan bingkai ajaran sebagai pelindung dan penghias lukisan kehidupan yang
memberikan kenyamanan dan keteduhan kalbu bagi setiap pengagumnya, sehingga
menimbulkan kepuasan serta keridaan yang maha dalam bagi penciptanya. Tentunya
lukisan kehidupan keluarga yang begitu indah dan serba menyenangkan ini tidak
terlepas dari spektrum dasar, yaitu sakînah, mawaddah, dan rahmah.
“Rumahku adalah taman surgaku” Sebuah ungkapan paling tepat tentang
bangunan keluarga ideal. Memang membangun “surga” di dunia ini tak semudah
membalikkan tangan, karena di dalamnya mesti dilandasi pondasi kokoh berupa iman,
kelengkapan bangunan dengan Islam, dan pengisian ruang kehidupan dengan ihsân,
tanpa mengurangi keraguan kepada tuntutan kebutuhan hidup sebagaimana layaknya
manusia yang tak lepas dari hajat keduniaan, baik yang bersifat materi maupun non-
materi. Rumah tidak hanya dimaknai secara fisik, tetapi lebih bernuansa nilai
fungsional dalam membentuk kepribadian anak manusia guna mencapai kedewasaan
dan kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan rumah tangga yang dilandasi dengan
pemenuhan fungsi keagamaan, ekonomis, biologis, kerohanian, pendidikan,
perlindungan, keamanan, serta sosial dan budaya yang terjalin secara terpadu dan
harmonis. Sebagai pranata sosial pertama dan utama, keluarga mempunyai arti paling
strategis dalam mengisi dan membekali nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan oleh
putra-putri yang tengah mencari makna kehidupannya. Keluarga adalah titik awal
keberangkatan sekali sebagai modal awal perjalanan hidup mereka yang kemudian
dilengkapi dengan rambu-rambu perjalanan yang digariskan pranata sosial lainnya di
lingkungan pergaulan sehari-hari.

a. Makna Keluarga di Timur


 Dalam bahasa Arab, al-usrah (keluarga) merupakan kata jadian dari al-asru.
Al-asru secara etimologis berarti ikatan (al-qâid). Dikatakan: asarahu asran wa isaran
artinya mengikatnya (qiyadah), asarah, artinya menjadikannya sebagai tawanan
(akhadzahu asiran). Tentang pokok kata al-asru ini, ar-Razi
mengatakan:“Asaraqitbah, artinya syaddah bil isâr menurut wazan al-izâr, yaitu al-
qad (tali); maksudnya dia mengikat perutnya dengan tali. Dari situlah terjadi kata al-
âsir (tawanan), karena mereka (orang-orang Arab) mengikat tawanan dengan tali.
Maka semua tawanan dinamakan âsir, sekalipun tidak diikat. Al-asru maknanya
mengikat dengan tali, kemudian meluas menjadi segala sesuatu yang diikat, baik
dengan tali atau yang lainnya. Terkadang ikatan ini bersifat alami yang tidak bisa
diputuskan, seperti kita lihat dalam penciptaan di mana manusia dilahirkan sebagai
tawanan bagi sekumpulan sifat-sifat fisiologi, misalnya tinggi dan rendah, kurus dan
gemuk, warna kulit, kedua mata, dan seterusnya. Oleh sebab itu, maka dikatakan:
”Asarahullah artinya khalaqa (Allah telah menciptakannya), dan syadadnâ asrahum
artinya khalaqakum (Dia telah menciptakan mereka) atau syahidallahu asrah artinya
ahkama khalqah (Allah telah membaguskan penciptaannya)”. Dari ikatan (al-asru)
yang bersifat pilihan ini, terbentuklah al-usrah (keluarga) dengan arti ad-dir’ al-
hâshinah (baju besi yang kokoh), al usrah dengan arti ahl ar-rajul wa ‘asyîratuh (ahli
dari seseorang dan keluarganya) dan al-usrah berarti al-Jamâ’ah (kelompok), yang
diikat oleh kepentingan bersama. Al-usrah dalam arti sempit merupakan semacam
ikatan atau belenggu, yaitu ikatan atau belenggu yang bersifat pilihan yang
diusahakan oleh manusia, karena dia mendapatkan perlindungan yang kokoh di dalam
ikatan tersebut, dan dengannya dia dapat mewujudkan kepentingan bersama, yang
tidak dapat dia wujudkan secara sendirian, tanpa meletakkan dirinya (secara ikhtiârî)
pada ikatan atau belenggu ini. Kita dapat pula surah ar-rajul yang berarti ratu
(golongannya), sebab dia berlindung pada golongannya itu.  Oleh sebab itulah, isteri
dalam budaya keluarga Timur cenderung “dikekang” dan lebih sering menghabiskan
waktunya di rumah sebagai ibu rumah tangga, karena keluarga dalam budaya Timur
dikonotasikan sebagai tempat perlindungan, dan yang biasa melindungi adalah laki
laki (suami).

b. Makna Keluarga di Barat


Kata keluarga di barat diambil dari kesenangan dan perkenalan. Untuk
menunjukkan keluarga, di dalam bahasa Inggris dipergunakan kata family, yang
berasal dari kata familiar yang berarti dikenal dengan baik atau terkenal. Apabila inti
dari keluarga itu pengetahuan atau perkenalan di antara anggota- anggotanya. Oleh
sebab itu, maka kita dapati dalam bahasa Inggris bahwa- kata family tidak terbatas
pada keluarga manusia saja, akan tetapi membentang dan meluas sehingga meliputi
setiap kelompok yang anggotanya saling mengenal. Maka kita jumpai keluarga
merupakan kumpulan dari anggota yang dipersatukan oleh satu rumah, berupa ayah,
anak dan pembantu, atau bisa kita jumpai keluarga adalah Ayah, ibu dan anak-anak,
atau sekumpulan manusia yang menghubungkan diri dengan ayah yang sama pada
masa lalu, atau keluarga itu berarti anak-istri, keturunan, golongan, kelas, nasab,
hubungan kerabat. Individu di dalam keluarga barat itu bisa jadi manusia, hewan,
tumbuh-tumbuhan, atau ummat, sebab, keluarga di situ berasal dari aksara yang
berarti mengikat dengan tali. Menurut budaya barat, nampaknya individu terikat
dengan keluarganya berdasarkan kepentingan, dan kapan saja ia siap untuk mengubah
ikatan ini bila ada kepentingan baru, atau bila situasi dan kondisi di sekitarnya
berubah. 
Demikianlah kita dapati bahwa keluarga di barat itu tidak menunjukkan suatu
hubungan dan interaksi serta tidak pula mengisyaratkan rasa tanggung jawab,
sekalipun sekedar tanggung jawab yang wajib dan dituntut seperti yang ditunjukkan
oleh keluarga di timur.

c. Makna Keluarga dalam Perspektif Al-Qur’an


 Mengidentifikasi keluarga dalam al-Qur’an dengan kata al-usrah (sebagaimana
dalam budaya Timur, yaitu tempat al-Qur’an di turunkan) ternyata tidak ditemukan,
karena al-Qur’an menggunakan kata al- ahl. Sebenarnya juga terdapat kata-kata lain
yang merujuk kepada keluarga, diantaranya adz-dzurriyyah, namun adz-dzurriyyah ini
lebih cenderung pada keturunan bukan keluarga. Kemudian kata ar-rahth, namun kata
ar-rahth ini lebih cenderung bermakna kaum, bahkan dalam ayat yang lain bermakna
pemuda. Selain itu, juga terdapat kata alqurbâ atau dzaw al-qurbâ, namun kata al-
qurbâ memiliki kecenderungan makna pada kerabat atau keluarga besar (extended
family), sedangkan yang dimaksud dengan keluarga di sini adalah keluarga inti
(nuclear family). Kata al- ahl yang merupakan transliterasi lebih sesuai dengan kata
keluarga (nuclear family) diulang dalam al-Qur’an sebanyak 113 kali. Dari 113 kata
al- ahl tersebut ada yang berarti penduduk, pemilik, dan keluarga.
Al-Qur’an menjadikan keluarga sebagai salah satu tanggung jawab manusia,
dan manusia menerima tanggung jawab itu secara sukarela, untuk mencari
kesenangan, ketenangan dan ketentraman sebagai tuntutan manusiawi yang mulia.
Pembelokan yang terjadi ini menuju kepada keluarga yang alami dan manusiawi atau
fithrah Allah, yang atas dasar fitrah itu Dia ciptakan manusia (Ushuluddin et al.,
2017).

4. Pandangan Islam terkait Hak dan Kewajiban Keluarga untuk Merawat


Orang Sakit
Hak orang Sakit
a. Bebas dari segala tanggung jawab sosial yang normal
Artinya orang yang sakit mempunyai hak untuk tidak melakukan pekerjaan
sehari-hari yang biasa dilakukan. Hal ini boleh dituntut, namun tidaklah selalu mutlak
tergantung dengan tingkat keparahan atau tingkat persepsi dari penyakit tersebut.
Apabila tingkat keparahan sakitnya rendah maka orang tersebut mungkin saja tidak
perlu menuntut haknya dan seandainya menuntut haknya, harus tidak secara penuh.
Orang tersebut tetap dalam posisinya tetapi perannya dikurangi, dalam arti volume
dan frekuensi kerjanya dikurangi. Tetapi bila tingkat keparahannya tinggi, maka hak
tersebut harus dituntutnya. Misalnya menderita penyakit menular, hak tersebut
haruslah dituntut karena apabila tidak akan dapat menimbulkan konsekuensi ganda,
yaitu disamping produktivitas kerja menurun atau bahkan dapat menambah beratnya
penyakit. 

b. Menuntut bantuan atau perawatan kepada orang lain


Di dalam masyarakat yang sedang sakit berada dalam posisi yang lemah,
lebih-lebih bila sakitnya berada dalam derajat keparahan yang tinggi. Anggota
keluarga dan anggota masyarakat berkewajiban untuk membantu dan merawatnya.
Oleh karena itu, tugas penyembuhan  dan perawatan memerlukan keahlian tertentu,
maka tugas ini didelegasikan kepada lembaga-lembaga masyarakat atau individu
tertentu seperti dokter, perawat, bidan dan petugas Kesehatan lainnya. 

Kewajiban keluarga terhadap merawat orang sakit


a. Mengenal gangguan Kesehatan setiap anggotanya. 
Keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan,
mengenal dan menemukan masalah Kesehatan dalam keluarga sebagai
antisipasi menjaga Kesehatan dalam keluarganya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
Keluarga merupakan pusat pengambilan keputusan untuk melakukan tindakan
yang tepat. Keluarga merupakan pusat pengambilan keputusan terpenting,
termasuk membuat keputusan tentang masalah Kesehatan keluarganya. 
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan Kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga Kesehatan
yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas Kesehatan yang
ada.
DAFTAR PUSTAKA

Nurjanah, Mitha. (2019) Teori Keluarga : Studi Literatur. [Internet] available from :
<https://www.researchgate.net/publication/334454369_TEORI_KELUARGA>

Rustina. (2014) Keluarga dalam Kajian Sosiologi. [Internet] Desember 6 (2). pp. 287-
322. Available from : <https://media.neliti.com/media/publications/114514-ID-
keluarga-dalam-kajian-sosiologi.pdf>

Soeharso, Denny & Kusumowidagdo, Astrid. (2016) Pengaruh Family Life Cycle
Dalam Keputusan Memilih Desain Rumah Tinggal dan Lingkungan. [Internet] April 1
(2) pp. 5-30. Available from :
<https://journal.uc.ac.id/index.php/AKSEN/article/view/128>

Anda mungkin juga menyukai