Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN

PENDAHULUAN

KONSEP KELUARGA
A. DEFINISI
Banyak pengertian keluarga salah satunya menurut Duvall, Keluarga adalah
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran
yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum;
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap
anggota. Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu sama lain (Mubarak, 2011).
Bailon dan Maglaya (1997) dalam Susanto (2012) mengatakan bahwa
keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling
berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan
mempertahankan suatu budaya.
Stanhope dan Lancester (1996) dalam Susanto (2012) mengatakan keluarga
adalah dua atau lebih individu yang berasal dari kelompok keluarga yang sama
atau yang berbeda dari saling mengikutsertakan dalam kehidupan yang terus
menerus, biasanya bertempat tinggal dalam satu rumah, mempunyai ikatan
emosional dan adanya pembagian tugas antara satu dengan yang lainnya.

B. TIPE ATAU BENTUK KELUARGA FRIEDMAN


Friedman, Bowden dan Jones (2003) dalam Susanto (2012) tipe keluarga
adalah:
1. Tradisional
a. The Nuclear Family (Keluarga Inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b. The Dyad Family (Keluarga tanpa anak)
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam satu rumah.
c. Keluarga Usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak
sudah memisahkan diri.
d. The Childless Family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan
anak terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar
karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
e. The Extended Family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu
rumah seperti nuclear family disertai paman, tante, orang tua (kakek
nenek) dan keponakan.
f. Commuter Family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota
tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota
biasa berkumpul dengan anggota keluarga pada saat akhir pekan atau
pada waktu- waktu tertentu.
g. The Single Parent Family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak.
h. Multigenerational Family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah.
i. Kin-network Family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang
sama. Contoh: Dapur, kamar mandi, telepon dan lain-lain.
j. Blended Family
Duda atau janda karena perceraian yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari hasil perkawinan atau hasil perkawinan
sebelumnya.
k. The Single Adult Family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi) seperti: perceraian atau ditinggal
mati.
2. Non Tradisional
a. The Unmarried Teenage Mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa menikah.
b. The Step-parent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah. Sosialisasi
anak dengan aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
d. The Nonmarital Heterosexual Cohabiting Family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
e. Gay and Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan orientasi seksual hidup
bersama sebagaimana „marital partners‟.
f. Cohabitating Family
Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu.
g. Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi oleh aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan
satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga
bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
h. Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara
sementara waktu, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan
bantuan untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.
i. Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
j. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian
tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

C. STRUKTUR KELUARGA
Friedman (1998) dalam Harmoko (2012) menyatakan struktur keluarga
antara lain:
1. Struktur Peran Keluarga
Peran didasarkan pada preskripsi dan harapan peran yang menerangkan
apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu
agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan
orang lain yang menyangkut peran-peran tersebut.
2. Sistem Nilai dalam Keluarga
Nilai-nilai keluarga didefinisikan sebagai suatu sistem ide, sikap dan
kepercayaan tentang nilai suatu keseluruhan atau konsep yang secara
sadar maupun tidak sadar mengikat bersama-sama seluruh anggota
keluarga dalam suatu budaya yang lazim.
3. Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses simbolik, transaksional untuk
menciptakan dan mengungkapkan pengertian dalam keluarga.
4. Struktur Kekuasaan dalam Keluarga
Kekuasaan keluarga sebagai sebuah karakteristik dari sistem keluarga
adalah kemampuan, baik potensial maupun aktual dari seorang individu
untuk mengubah tingkah laku anggota keluarga.

D. FUNGSI KELUARGA
Menurut Friedman, Bowden & Jones (2003) dalam Susanto (2012):
1. Afektif dan Koping
Keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu
anggota dalam membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadi
stress.

2. Sosialisasi
Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap dan
mekanisme koping; memberikan feedback dan memberikan petunjuk
dalam pemecahan masalah.
3. Reproduksi
Keluarga melahirkan anaknya.
4. Ekonomi
Keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarganya dan
kepentingan di masyarakat.
5. Fisik Atau Perawatan
Kesehatan Keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat
termasuk untuk penyembuhan dari sakit.

E. TUGAS KELUARGA DALAM BIDANG KESEHATAN


Menurut Freeman (1981) dalam Setyawan (2012) sesuai dengan fungsi
keluarga dalam pemeliharaan kesehatan, maka keluarga juga mempunyai tugas
dalam bidang kesehatan, yang antara lain adalah:
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarga.
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, oleh karena itu
perlu mencatat dan memperhatikan segala perubahan yang terjadi dalam
keluarga.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga.
3. Memberikan perawatan kepada anggota keluaraganya yang sakit atau
yang tidak dapat membantu dirinya sendiri.
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
F. TUGAS PERKEMBANGAN
1. Tahap pertama keluarga baru (beginning family) Tugas perkembangan
pada tahap ini antara lain:
a. Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.
b. Menetapkan tujuan bersama.
c. Membina hubungan dengan keluarga lain; teman, dan kelompok
sosial.
2. Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing
family) Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain:
a. Persiapan menjadi orang tua.
b. Membagi peran dan tanggung jawab.
c. Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah
yang menyenangkan.
d. Mempersiapkan biaya atau dana child beearing.
3. Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (families with preschool)
Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain:
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: kebutuhan
tempat tinggal, privasi dan rasa aman.
b. Membantu anak untuk bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara
kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi.
4. Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families with
children) Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain:
a. Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan
dan semangat belajar.
b. Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam
perkawinan.
c. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
5. Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)
Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain:
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dan meningkat
otonominya.
b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,
hindari perdebatan, kecurigaan dan permusahan.
6. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan ( lounching
center families ) Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain:
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua.
7. Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan ( middle age families ) Tugas
perkembangan pada tahap ini antara lain:
a. Mempertahankan kesehatan.
b. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti
mengolah minat sosial dan waktu santai.
c. Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua.
d. Keakraban dengan pasangan.
8. Tahap kedelapan keluarga usia lanjut
Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain:
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan.
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
d. Mempertahankan hubungan anak dan sosial masyarakat (Harmoko,
2012
KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tahan asam ini dapat merupakan
organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patoge ,
tetapi hanya strain bovin dan human yang patogenik terhadap manusia. Basil
tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm, ukuran ini lebih kecil dari satu sel
darah merah.
Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
parenkim paru.

B. Etiologi
Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu basil
mycobacterium tuberculosis tipe humanus dengan ukuran panjang 1 – 4 um
dan tebal 1,3 – 0,6 um, termasuk golongan bakteri aerob gram positif serta
tahan asam atau basil tahan asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia
dan fisik karena sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). lainnya,
sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
Tuberculosis ini ditularkan dari orang ke orang oleh trasmisi melalui udara.
Individu yang terinfeksi, melalui bicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi,
melepaskan droplet besar (lebih besar dari 100 u) dan kecil (1 sampai 5u).
droplet yang besar menetap, sementara droplet kecil tertahan di udara dan
terhirup oleh individu yang rentan.

C. Patofisiologi
Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil M. Tuberculosis.
Bakteri ini menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak
dan terlihat bertumpuk. Perkembangan M. Tuberculosis juga dapat
menjangkau sampai ke area lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga
menyebar melalui siste limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal,
tulang dan korteks serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus atas).
Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan melakukan
reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis
(memakan bakteri), sementra limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan
(meliliskan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan
terakumulasinya eksudat dalam elveoli yang menyebapkan broncopneumonia.
Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2- 10 minggu setelah terpapar
bakteri.
Infeksi antara M. Tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa
awal infeksi membentuk massa sebuah jjaringan baru yang disebut granuloma,
granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh
makrofagseperti didnding. Granula selanjutnya berubah bentuk menjadi massa
jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon tubercle.
Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri menjadi nekrotik yang
selanjutnya membentuk materi yang penampakannya seperti keju (necritizing
caseosa). Hal ini akan menjadi kalsifikasi dan akhirnya membentuk jaringan
kolagen, kemudian bakteri menjadi non aktif.
Setelah infekdi awal, jika respons sistem imun tidak adekuat maka
penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul
akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi
aktif. Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga menhasilkan
necrotizing caseosa didalam broncus. Tuberkel yang ulserasi selanjutnya
menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut. Paru-paru yang terinfeksi
kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya broncopneumonia,
membentuk tuberkel, dan seterusnya.
Pnemonia seluler ini dapat sembuh sendiri. Proses ini berjalan terus dan
basil terus difagosit atau berkembang biak didalam sel. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan
10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang
dikelilingi sel epiteloid dan fibrolas akan menimbulkan rspon berbeda,
kemudian pada akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang dikelilingi
tuberkel.

D. Manifestasi Klinis
1. Gejala Umum
Batuk terus menerus dan berdahak 3 (tiga) minggu atau lebih.
Merupakan proses infeksi yang dilakukan Mycobacterium Tuberkulosis
yang menyebabkan lesi pada jaringan parenkim paru.
2. Gejala lain yang sering dijumpai
a. Dahak bercampur darah
Darah berasal dari perdarahan dari saluran napas bawah, sedangkan
dahak adalah hasil dari membran submukosa yang terus memproduksi
sputum untuk berusaha mengeluarkan benda saing.
b. Batuk darah
Terjadi akibat perdarahan dari saluran napas bawah, akibat iritasi
karena proses batuk dan infeksi Mycobacterium Tuberkulosis.
c. Sesak napas dan nyeri dada
Sesak napas diakibatkan karena berkurangnya luas lapang paru
akibat terinfeksi Mycobacterium Tuberkulosis, serta akibat
terakumulasinya sekret pada saluran pernapasan.
Nyeri dada timbul akibat lesi yang diakibatkan oleh infeksi bakteri,
serta nyeri dada juga dapat mengakibatkan sesak napas.
d. Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa
kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walau tanpa kegiatan,
demam meriang lebih dari sebulan.

Merupakan gejala yang berurutan terjadi, akibat batuk yang terus


menerus mengakibatkan kelemahan, serta nafsu makan berkurang,
sehingga berat badan juga menurun, karena kelelahan serta infeksi
mengakibatkan kurang enak badan dan demam meriang, karena
metabolisme tinggi akibat pasien berusaha bernapas cepat mengakibatkan
berkeringat pada malam hari.
E. Komplikasi
1. Meningitis
2. Spondilitis
3. Pleuritis
4. Bronkopneumoni
5. Atelektasis

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap
aktif penyakit
b. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan
cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
c. Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi
10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal
antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi
tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna
pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat
diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.
d. Anemia bila penyakit berjalan menahun
e. Leukosit ringan dengan predominasi limfosit
f. LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut
kembali normal pada tahap penyembuhan.
g. GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan
paru.
h. Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya
sel raksasa menunjukkan nekrosis.
i. Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya
infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air
dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.
2. Pemeriksaan Radiologis
Foto thorak : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas,
simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan
menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.

G. Penatalaksanaan
Panduan OAT dan peruntukannya:
1. Kategori -1(2 HRZE / 4H3R3) diberikan untuk pasien baru
a. Pasien baru TB paru BTA positif
b. Pasien TB paru BTA negatif thorak positif
c. Pasien TB ekstra paru
2. Kategori – 2 (2HRZES / HRZE / 5H3R3E3) diberikan untuk pasien BTA
positif yang telah diobati sebelumnya
a. Pasien kambuh
b. Pasien gagal
c. Pasien dengan pengobatan 3 tahun terputus ( Default)
3. OAT sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti panduan paket untuk taha
kategori -1 yang diberikan selama sebulan ( 28 hari)
Jenis dan dosis obat OAT
a. Isoniasid (H)
Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolic aktif.
Dosis harian yang dianjurkan 5 mg / kg BB, sedangkan untuk
pengobatan intermiten 3 X semingggu diberikan dengan dosis 10 mg /
kg BB.
b. Rifamisin (R)
Dapat membununuh kuman semi dorman yang tidak dapat dibunuh
isoniasid. Dosis 10 mg / kg BB diberikan sama untuk pengobatan
harian maupun intermiten 3 X seminggu.
c. Pirasinamid (Z)
Dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam.
Dosis harian dianjurkan 25 mg / kg BB, sedangkan untuk pengobatan
intermiten 3 X seminggu
d. Streptomisin (S)
Dosis harian dianjurkan 15 mg / kg BB, sedeangkan untuk pengobatan
intermiten 3 X seminggu diberikan dengan dosis yang sama. Penderita
berumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75 gr/ hari. Sedangkan untuk
berumur 60 th atau lebih diberikan 0,50 gr/ hari.

H. Pencegahan
1. Menghindar dari pasien TBC dan dianjurkan menggunakan masker saat
perawatan
2. Mengetahui jika Anda berisiko
3. Memulai gaya hidup sehat
4. Dapatkan vaksinasi BCG (Bacille Calmette-Guerin)
5. Melakukan tes
6. Mengetahui gejala-gejala TBC

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


TUBERCULOSIS PARU
A. Pengkajian Keperawatan
Data dasar pengkajian pasien adalah sebagai berikut:
1. Pola aktivitas dan istirahat
Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas
pendek), demam, menggigil.
Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap,
lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam
subfebris (40 -410C) hilang timbul.
2. Pola nutrisi
Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak
subkutan.
3. Respirasi
Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum
hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah,
pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah,
kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau
fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas,
pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.),
perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi
trakeal (penyebaran bronkogenik).
4. Rasa nyaman/nyeri
Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah,
nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura
sehingga timbul pleuritis.

5. Integritas ego
Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak
berdaya/tak ada harapan.
Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah
tersinggung.
6. Keamanan
Subjektif : Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker.
Objektif : Demam rendah atau sakit panas akut.
7. Interaksi Sosial
Subjektif : Perasaan isolasi/ penolakan karena penyakit menular,
perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan
kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau
sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan
permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret
yang kental, edema bronchial.
c. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan:
Kelelahan, Batuk yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea,
Anoreksia, Penurunan kemampuan finansial.
d. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi aktif.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
f. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan
berhubungan dengan: Tidak ada yang menerangkan, Interpretasi yang
salah, Informasi yang didapat tidak lengkap/tidak akurat, Terbatasnya
pengetahuan/kognitif
C. Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Bersihan Jalan Nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1) Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.
berhubungan dengan: keperawatan selama …………..pasien 2) Berikan O2 ……l/mnt, metode………
- Infeksi, disfungsi neuromuskular, menunjukkan keefektifan jalan nafas 3) Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas
hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan dibuktikan dengan kriteria hasil : dalam
nafas, asma, trauma a. Mendemonstrasikan batuk efektif 4) Posisikan pasien untuk memaksimalkan
- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, dan suara nafas yang bersih, tidak ventilasi
sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya ada sianosis dan dyspneu (mampu 5) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya mengeluarkan sputum, bernafas 6) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
eksudat di alveolus, adanya benda asing di dengan mudah, tidak ada pursed 7) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
jalan nafas. lips) tambahan
DS: b. Menunjukkan jalan nafas yang 8) Berikan bronkodilator
- Dispneu paten (klien tidak merasa tercekik, 9) Monitor status hemodinamik
DO: irama nafas, frekuensi pernafasan 10) Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
- Penurunan suara nafas dalam rentang normal, tidak ada Lembab
- Orthopneu suara nafas abnormal) 11) Berikan antibiotik
- Cyanosis c. Mampu mengidentifikasikan dan 12) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
- Kelainan suara nafas (rales, wheezing) mencegah faktor yang penyebab. keseimbangan.
- Kesulitan berbicara d. Saturasi O2 dalam batas normal 13) Monitor respirasi dan status O2
- Batuk, tidak efekotif atau tidak ada e. Foto thorak dalam batas normal 14) Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk
- Produksi sputum mengencerkan sekret
- Gelisah 15) Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang
- Perubahan frekuensi dan irama nafas penggunaan peralatan : O2, Suction, Inhalasi.
Gangguan Pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan
Berhubungan dengan : keperawatan selama …. Gangguan 1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan
 ketidakseimbangan perfusi ventilasi pertukaran pasien teratasi dengan ventilasi
 perubahan membran kapiler-alveolar kriteria hasi: 2) Pasang mayo bila perlu
DS: a. Mendemonstrasikan peningkatan 3) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 sakit kepala ketika bangun ventilasi dan oksigenasi yang 4) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
 Dyspnoe adekuat 5) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
 Gangguan penglihatan b. Memelihara kebersihan paru paru tambahan
dan bebas dari tanda tanda distress 6) Berikan bronkodilator ;
DO: pernafasan 7) -………………….
 Penurunan CO2 c. Mendemonstrasikan batuk efektif 8) Berikan pelembab udara
 Takikardi dan suara nafas yang bersih, tidak 9) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
 Hiperkapnia ada sianosis dan dyspneu (mampu keseimbangan.
 Keletihan mengeluarkan sputum, mampu 10) Monitor respirasi dan status O2
 Iritabilitas bernafas dengan mudah, tidak ada 11) Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
 Hypoxia pursed lips) penggunaan otot tambahan, retraksi otot
 kebingungan d. Tanda tanda vital dalam rentang supraclavicular dan intercostal
 sianosis normal 12) Monitor suara nafas, seperti dengkur
 warna kulit abnormal (pucat, kehitaman) e. AGD dalam batas normal 13) Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
 Hipoksemia f. Status neurologis dalam batas kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
 hiperkarbia normal 14) Auskultasi suara nafas, catat area penurunan /
 AGD abnormal tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
 pH arteri abnormal 15) Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus
frekuensi dan kedalaman nafas abnormal mental
16) Observasi sianosis khususnya membran
mukosa
17) Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang
persiapan tindakan dan tujuan penggunaan alat
tambahan (O2, Suction, Inhalasi)
18) Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan
denyut jantung
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh keperawatan selama….nutrisi kurang 2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
Berhubungan dengan : teratasi dengan indikator: jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
Ketidakmampuan untuk memasukkan atau a. Albumin serum pasien
mencerna nutrisi oleh karena faktor biologis, b. Pre albumin serum 3) Yakinkan diet yang dimakan mengandung
psikologis atau ekonomi. c. Hematokrit tinggi serat untuk mencegah konstipasi
DS: d. Hemoglobin 4) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
- Nyeri abdomen e. Total iron binding capacity makanan harian.
- Muntah f. Jumlah limfosit 5) Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
- Kejang perut 6) Monitor lingkungan selama makan
- Rasa penuh tiba-tiba setelah makan 7) Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
DO: selama jam makan
- Diare 8) Monitor turgor kulit
- Rontok rambut yang berlebih 9) Monitor kekeringan, rambut kusam, total
- Kurang nafsu makan protein, Hb dan kadar Ht
- Bising usus berlebih 10) Monitor mual dan muntah
- Konjungtiva pucat 11) Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
- Denyut nadi lemah jaringan konjungtiva
12) Monitor intake nuntrisi
13) Informasikan pada klien dan keluarga tentang
manfaat nutrisi
14) Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan
suplemen makanan seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan yang adekuat dapat
dipertahankan.
15) Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi
selama makan
16) Anjurkan banyak minum
17) Pertahankan terapi IV line
18) Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oval
Hipertermi berhubungan dengan proses Setelah dilakukan tindakan 1) Observasi suhu tubuh pasien
inflamasi aktif keperawatan selama …. Suhu tubuh 2) Beri kompres air hangat
pasien turun dengan kriteria hasil : 3) Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum
Suhu tubuh dalam batas normal (36,5 – 1500-2000 cc/hari (sesuai toleransi)
37 oc) 4) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian
yang tipis dan mudah menyerap keringat
5) Observasi intake dan output, tanda vital (suhu,
nadi, tekanan darah) tiap 3 jam sekali atau
sesuai indikasi
6) Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan
pemberian obat sesuai program.
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1) Observasi adanya pembatasan klien dalam
Berhubungan dengan : keperawatan selama …. Pasien melakukan aktivitas
● Tirah Baring atau imobilisasi bertoleransi terhadap aktivitas dengan 2) Kaji adanya faktor yang menyebabkan
● Kelemahan menyeluruh Kriteria Hasil : kelelahan
● Ketidakseimbangan antara suplei oksigen a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik 3) Monitor nutrisi dan sumber energi yang
dengan kebutuhan tanpa disertai peningkatan tekanan adekuat
Gaya hidup yang dipertahankan. darah, nadi dan RR 4) Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik
DS: b. Mampu melakukan aktivitas sehari dan emosi secara berlebihan
● Melaporkan secara verbal adanya hari (ADLs) secara mandiri 5) Monitor respon kardivaskuler terhadap
kelelahan atau kelemahan. c. Keseimbangan aktivitas dan aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas,
● Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan istirahat diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
saat beraktivitas. 6) Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat
DO : pasien
7) Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi
● Respon abnormal dari tekanan darah atau Medik dalam merencanakan progran terapi
nadi terhadap aktifitas yang tepat.
● Perubahan ECG : aritmia, iskemia 8) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
9) Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang
sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
sosial
10) Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
11) Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
12) Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
13) Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang
14) Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
15) Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
16) Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
17) Monitor respon fisik, emosi, sosial dan
spiritual
Kurang Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
Berhubungan dengan : keterbatasan kognitif, keperawatan selama …. pasien 2) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
interpretasi terhadap informasi yang salah, menunjukkan pengetahuan tentang bagaimana hal ini berhubungan dengan
kurangnya keinginan untuk mencari proses penyakit dengan kriteria hasil: anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
informasi, tidak mengetahui sumber-sumber a. Pasien dan keluarga menyatakan 3) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
informasi. pemahaman tentang penyakit, muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
kondisi, prognosis dan program 4) Gambarkan proses penyakit, dengan cara
pengobatan yang tepat
DS: Menyatakan secara verbal adanya b. Pasien dan keluarga mampu 5) Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan
masalah melaksanakan prosedur yang cara yang tepat
DO: ketidakakuratan mengikuti instruksi, dijelaskan secara benar 6) Sediakan informasi pada pasien tentang
perilaku tidak sesuai c. Pasien dan keluarga mampu kondisi, dengan cara yang tepat
menjelaskan kembali apa yang 7) Sediakan bagi keluarga informasi tentang
dijelaskan perawat/tim kesehatan kemajuan pasien dengan cara yang tepat
lainnya 8) Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
9) Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara
yang tepat atau diindikasikan
10) Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Gilang, W. (2019). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Tuberkulosis Paru Di


Wilayah Kerja Puskesmas Sempaja Samarinda. 1–9.
Amin dan Hardi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis Dan NANDA NIC NOC. Media Action : Jogjakarta
Brunner & Suddarth, 2010, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 1&2.
Jakarta: Penerbit buku kedokteran : EGC
Crofton, John. 2012. Pedoman penanggulangan TB, Widya Medika: Jakarta
Departemen Kesehatan. Republik Indonesia. 2002. Pedoman Nasional
Penanggulangan TB. Jakarta
Judith M. Wilkinson & Nancy R. Ahern (2011). Buku Saku Diagnosis
Keperawatan NANDA Edisi 9. EGC. Jakarta
Junaidi I, (2010).Penyakit Paru danSaluran Napas. Jakarta.Buana Ilmu Populer
Lestari, D. A. (2019). Asuhan Keperawatan Keluarga Tb Paru Dengan Masalah
Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Di Wilayah Kerja Puskesmas
Rogotrunan Lumajang. Journal Of Chemical Information And Modeling, 53(9),
1689–1699.
Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid 1. Jakarta:
FKUI

Anda mungkin juga menyukai