Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

PERSALINAN NORMAL
A. Definisi
1. PERSALINAN
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2002).
(asuhan kebidanan).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu bersalin, persalinan yang normal terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan/setelah usia kehamilan 37 minggu atau lebih tanpa
penyulit, pada akhir kehamilan ibu dan janin mempersiapkan diri untuk
menghadapi persalinan. janin bertumbuh dan berkembang dalam proses
persiapan menghadapiu kehidupan diluar rahim. ibu menjalani berbagai
adaptasi fisiologis selama masa hamil sebagai persiapan menghadapi
proses persalinan dan untuk berperan sebagai ibu. persalinan dan kelahiran
adalah akhir kehamilan dan titik dimulainya kehidupan di luar rahim bagi
bayi baru lahir.
Persalinan dimulai/inpartu sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks yang membuka dan menipis dan berkahir dengan
lahirnya bayi beserta plasenta secara lengkap.(siti fauziah).
2. jenis persalinan
jenis kelahiran (kurniarum, 2016)
1. persalinan spontan
Yaitu tenaga kerja yang terjadi dengan kekuatan ibu sendiri,
melalui kelahiran ibu.
2. Persalinan bantuan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi
forceps, atau dilakukan operasi Sectio Caesaria
3. Persalinan anjuran

1
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru
berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau
prostaglandin
3. Etiologi persalinan normal
Sebab-sebab mulainya persalinan (Mika oktarina, 2016)
1. Penurunan kadar progesteron
Pada saat 1-2 minggu sebelum persalinan di mulai terjadi
penurunan kadar hormone estrogen dan progesteron. Progesteron
bekerja sebagai penenang otot-otot polos Rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila
kadar progesteron menurun
2. Teori oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxcytocin bertambah, oleh karena itu,
timbul kontraksi otat-otot Rahim.
3. Keregangan otot-otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila
dindingnya teregang karena isinya bertambah maka timbul
kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan
Rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot
Rahim makin rentang

4. Pengaruh janin
Kelenjar hipofisis dan suprarenalis janin rupanya juga memainkan
peran karena ada kehamilan anencepalus sering lebih lama dari
biasanya.

2
5. Teori prostaglandin
Prostagandlin yang dihasilkan desidua, disangka menjadi salah satu
sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukan
bahwa prostagandlin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena,
intra dan extreminal menimbulkan kontraksi myometrium pada
setiap umur kehamilan. Hal ini juga di sokong dengan adanya
kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun
darah perifer ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama
persalinan.

Tanda-tanda persalinan itu terdiri dari tanda persalinan sudah dekat


(adanya
lightening dan terjadinya his permulaan/his palsu) dan tanda-tanda
persalinan (penipisan dan pembukaan serviks (effacement dan dilatasi
serviks), kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit), serta keluarnya lendir
bercampur darah (show) melalui vagina.

4. Tahapan kerja
1. Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan servix hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Persalinan kala I berlangsung 18 – 24 jam dan terbagi menjadi dua
fase yaitu fase laten dan fase aktif.
A. Fase laten tenaga persalinan
 Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan servix secara bertahap
 Pembukaan servix kurang dari 4 cm
 Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam
B. Fase aktif persalinan
Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi
maximal, dan deselerasi

3
1. Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya
meningkat (kontraksi dianggap
adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam
waktu 10 menit dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih.
2. Servix membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan
kecepatan 1 cm atau lebih
perjam hingga permbukaan lengkap (10 cm).
3. Terjadi penurunan bagian terendah janin

2. Kala II persalinan
Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks
dan berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam
pada primi dan 1 jam pada multi.

A. Tanda dan gejala kala II


Tanda-tanda bahwa kala II persalinan sudah dekat adalah:
1. Ibu ingin meneran
2. Perineum menonjol
3. Vulva vagina dan sphincter anus membuka
4. Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
5. His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali
6. Pembukaan penuh (10 cm)
7. Dalam Primigravida berlangsung rata-rata 1,5 jam dan rata-rata
multipara 0,5 jam
8. Pemantauan:
1. Tenaga atau usaha mengedan dan kontraksi uterus
2. Janin yaitu penurunan presentasi janin dan kembali
normalnya detak
jantung bayi setelah kontraksi
3. Kondisi ibu adalah sebagai berikut:

4
kemajuan tenaga kerja kondisi kondisi janin
power Pasien Penumpang
Usaha mengedan meraba memeriksa denyut nadi dan memeriksa denyut jantung
kontraksi rahim (kontrol tekanan darah selama 30 janin setiap 15 menit atau
setiap 10 menit) menit. respon keseluruhan lebih sering dilakukan
 Frekuensi pada tahap dua: dengan pendekatan
 Waktu  keadaan dehidrasi kelahiran.

 Kekuatan  perubahan penurunan presentasi


sikap/perilaku dan perubahan posisi.
 tingkat energi warna cair tertentu

3. kala III persalinan


Kala III atau uri adalah periode persalinan dari lahirnya bayi
sampai lahirnya plasenta. Berlangsung tidak lebih dari 30 menit
(yanti, 2010). Setelah bayi lahir uterus teraba keras dan fundus
uteri agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus
berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya
(prawirohardjo, 2008).
4. Kala IV persalinan
Kala empat merupakan masa 1-2 jam setelah plasenta lahir.
Dalam klinik, atas pertimbangan-pertimbangan praktis masih
diakui adanya kala IV persalinan meskipun masa setelah plasenta
lahir adalah masa dimulainya masa nifas (peurpurium), mengingat
pada masa ini sering timbul perdarahan (yanti, 2010).
Setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari
dibawah pusat. Otot-otot uterus berkontraksi, pembuluh darah
yang ada diantara anyaman-anyaman otot uterus akan terjepit.
Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta
dilahirkan (asuhan kebidanan).
 Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam
setelah itu
 Paling kritis karena proses perdarahan yang berlangsung

5
 Masa 1 jam setelah plasenta lahir
 Pemantauan 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran
plasenta, 30 menit pada jam kedua setelah persalinan, jika
kondisi ibu tidak stabil, perlu dipantau lebih sering
 Observasi intensif karena perdarahan yang terjadi pada masa
ini
 Observasi yang dilakukan :
1. Tingkat kesadaran penderita.
2. Pemeriksaan tanda vital.
3. Kontraksi uterus.
4. Perdarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya tidak
melebihi 400-500cc.

5. Mekanisme persalinan normal


1. Masuknya kepala janin di PAP
2. Teruskan kepala janin
3. Fleksibilitas
4. Putaran rotasi dalam
5. Ekstensi
6. Expulsi
7. rotasi sumbu luar
6. penatalaksanaan persalinan normal sesuai APN (60 langkah)
Ada 60 langkah asuhan persalinan normal (Saifuddin. 2010).
1. Melihat tanda dan gejala persalinàn kala dua
 Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
 Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan
vagina
 Perineum menonjol
 Vulva vagina dan sfingter ani membuka
2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap
digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan
tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

6
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan
mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang
bersih.
5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.
6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan
meletakkan kembali di partus set/wadah desinfeksi tingkat tinggi
atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik).
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang
sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina,
perieneum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan
ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam
wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi
(meletakkan kedua sarung tangsn tersebut dengan benar di dalam
larutan terkontaminasi).
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila
selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap,
lakukan amniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan yang kotor ke dalam larutan
klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik
serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Mencuci kedua tangan.
10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) Setelah kontraksi berakhir
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 - 160
×/menit).

7
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai
dengan keinginannya.
 Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta
janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan
dekontaminasikan temuan-temuan.
 Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai
meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran.
 Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan
untuk meneran.
 Mendukung dan memberi semangan atas usaha ibu untuk
meneran.
 Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan
pilihannya.
 Manganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
 Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat
pada ibu.
 Menilai DJJ setiap lima menit
 Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu
primipara atau 60 menit (1 jam ) untuk ibu multipara, merujuk
segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.
 Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil
posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit,
anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-
kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.

8
 Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 -6 cm,
letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi
15. Meletakkan kain yang bersih yang dilipat 1/3 bagian, di bawah
bokong ibu
16. Membuka partus set.
17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan
yang lain di kepala bayi dan lakukan tekana yang lembut dan tidak
menghambat pada kepala bayi, mwmbiarkan kepala keluar perlahan-
lahan. Menganjurkan ibu unutk meneran perlahan-lahan atau
bernapas cepat saat kepala lahir.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain
atau kasa yang bersih.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, kemuadian meneruskan segera proses kelahiran
bayi.
 Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
 Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua
tempat dan memotongnya.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan outaran paksi luar secara
spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua
tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke
arah bawah dan ke arah luar hungga bahu anterior muncul di bawah
arcus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan
ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

9
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala
bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan
bahu dan lengan posterior lahir ke tangam tersebut. Mengendalikan
kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan
lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
Menggunakan tangan anterior untuk mengendalikan siku dan tangan
anterior bayi saat keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangannyang ada di
atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi dengan hati-hati
membantu kelahiran kaki.
25. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan
bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah
dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di
tempat yang memungkinkan) Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan
resusitasi
26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan
biarkan kontak kulit ibu -bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin /i.m
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu
dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut
29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti
bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi
bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami
kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkna ibu untuk
memeluk bayinya dengan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya.
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntuk

10
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntukan
oksitosin 10 unit i.m di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian
luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
34. Memindahkan klem pada tali pusat.
35. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di
atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan
palpasi kontraksi dan menstabilakn uterus. Memegang tali pusat dan
klem dengan tangan yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan
penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan
tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan
cara menekan uterus ke atas dan belakang (dorsokranial) dengan
hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 -40 detik, hentikan penegangan tali
pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.
 Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seotang anggota
keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk menetan sambil
menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,
mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan
arah pada uterus.
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5 -10 c, dari vulva.
 Jika plasetanya tidak lepas setelah melakukan penegangan tali
pusat selama 15 menit :
 Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit i.m
 Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kanding
kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu
 Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
 Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya

11
 Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam wakti 30 menit
sejak kelahiran bayi.
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plaenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta
dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahah melahirkan selaput
ketuban tersebut.
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, melakukan telapak tangan di fundus dan melakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi.
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun
janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam
kantung plastik atau tempat khusus.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan sgera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik
43. Mencelupkan kedua tangannyang memakai sarung tangan ke larutan
klorin 0,5% membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan
tersebut dengan air desinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkan
dengan kain yang bersih dan kering.
44. Menempatkannklem tali pusat desinfeksi tingkat tinggi atau steril
atau mengikatkan tali desinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati
sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45. Mengikatkan satu lagi simpul mati di bagian pusat yang
berseberangan dengan simpul mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin
0,5%.
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanha.
Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kerinh.
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

12
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam.
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan
perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri
 Jika ditemukannlaserasi yang memerlukan penjahitan,
lakukan penjahitan dengan anastesi lokal dan menggunakan
teknik yang sesuai.
50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase
uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
51. Mengevaluasi kehilangan darah
52. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap
15 menit selamam satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30
menit selama jam kedua pascapersalinan
53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi selama 10 menit. Mencuci dan membilas peralatan
setelah dekontaminasi.
54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat
sampah yang sesuai
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tingkat
tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir,ndan darah. Membantu
ibu memakai pakaian yang bersih dan kering
56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan
makanan yang diinginkan.
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan
larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58. Mencelupkan sarung tanganbkotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit

13
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
60. Melengkapi partograph

7. Tujuan asuhan persalinan


Tujuan asuhan keperawatan persalinan adalah memberikan asuhan
yang memadai selama persalinan, dalam upaya mencapai pertolongan
persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek saying
ibu dan sayang bayi
Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan
hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan
bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan
intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal
Setiap intervensi yang akan di aplikasikan dalam asuhan persalinan
normal harus mempumyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang
manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses
persalinan (Darmayanti, Ika Putri, 2014)
Adapun tujuan perawatan persalinan adalah sebagai berikut:
1. Melindungi keselamatan ibu dan bayi baru lahir.
2. Memberikan dukungan pada persalinan normal, mendeteksi, dan
menatalaksanakan komplikasi tepat waktu
3. Memberi dukungan serta cepat bereaksi terhadap kebutuhan ibu,
pasangan, dan keluarganya selama persalinan dan kelahiran bayi

14
B. pathway
Kehamilan aterm (37-42mgg)

penurunan hormone estrogen dan progesterone


penuaan plasenta
distesi peregangan serviks
HIS

Kekuata Passanger Passage jalan lahir

-HIS (kontraksi otot Janin dan plasenta


rahim)
- Kontraksi otot dinding
perut Penekanan kandung
- Kontraksi diafragma Penurunan kepala
pintu masuk Pap kemih oleh kepala
panggul atau kekuatan janin
tegang

Penurunan TFU, pelunakan serviks, dilatasi pembukaan serviks


Perubahan eliminasi urin

Proses kelahiran spontan

Pembukaan lengkap Pengeluaran plasenta

pengeluaran janin Penurunan hormon estrogen


dan progesteron

Trauma kelahiran
kanal Oksitosin

Luka Kontraksi rahim

Lemah
Kuat
Nyeri akut Risiko infeksi

Involusi uteri Risiko


perdarahan

risiko defisien volume cairan

15
C. Diagnosis

1. Nyeri akut (00132)(kamitsuru, 2018)


Diagnosis NOC NIC
Definisi pengalaman Setelah dilakukan Pain management
sensorik dan tindakan keperawatan 1. Lakukan
emosional yang klien mampu pengkajian nyeri
bervariasi dari beradaptasi dengan secara
menyenangkan baik Dengan kriteria: komprehensif
sampai tidak  Pain level
menyenangkan, yang  Pain control 2. Ajarkan tekhnik
dikaitkan dengan  Comfort level pernafasan
kerusakan jaringan Ditandai dengan :
actual atau potensial.  Mampu 3. Motivasi klien
Nyeri akut b/d agens mengontrol nyeri untuk memilih
cedera fisik ( tahu penyebab tehnik

nyeri, mampu pengalihan yang

menggunakan diinginkan

teknik (music, terlibat

nonfarmokologi percakapan atau

untuk latihan

mengurangi pernapasan

nyeri) dalam)

 Melaporkan
nyeri berkurang
dengan 4. Tujukkan dan

menggunakan praktikan tehnik

manajemen nyeri relaksasi pada

Melaporkan rasa klien

nyaman setelah nyeri


berkurang 5. Menjurkan klien
banyak berdoa

16
dan mengajarkan
doa melahirkan

Anjurkan klien posisi


miring kiri
2. Risiko infeksi (00004)
Diagnosis NOC NIC
Definisi: rentan Setelah melakukan Control infeksi
terhadap invasi dan perawatan diharapkan 1. bersihkan
perkalian organisme bahwa infeksi ibu lingkungan dan ganti
patogen yang dapat dapat dikontrol peralatan perawatan
mengganggu dengan kriteria setelah digunakan
kesehatan. sebagai berikut: setiap pasien
Risiko infeksi untuk a. TTV 2. bersihkan area
ibu b/d pecah ketuban b. frekuensi kontraksi perineum secara
dini uterus teratur
c, perkembangan 3. memberikan
dilatasi serviks pembalut yang sesuai
d. perdarahan di untuk menyerap
vagina cairan
e. tidak ada tanda 4. monitor
infeksi. karakteristrik luka,
termasuk drainase,
warna, ukuran, dan
bau

3. risiko defisien volume cairan (00028)


Diagnosis NOC NIC
Definisi: rentan Setelah perawatan, a. monitor input dan
terhadap penurunan cairan diharapkan output.
volume cairan seimbang dengan b. menilai mukus dan
intravaskular, hasil sebagai kulit produksi turgor.

17
Interstitial dan/atau berikut: c. monitor TTV ibu,
intraseluler, yang a. TTV sesuai dengan
dapat merugikan b. input dan output kebutuhan,
kesehatan. cairan dalam 24 jam berdasarkanjumlah
c. turgor kulit yang kehilangan darah
risiko defisien baik. d. periksa perineum
volume cairan b/d untuk mengetahui
kehilangan cairan jumlah dan
melalui rute abnormal karakteristik
perdarahan
e. ajarkan pasien untuk
membedakan antara
perdarahan tua dan
segar

D. Pemeriksaan penunjang
NO Jenis inspeksi Nilai normal Manfaat
1 DJJ 120-160x/menit mendeteksi jika
ada kemungkinan
bahwa deviasi atau
frekuensi kurang
dari 110, dan lebih
besar dari 160
2 USG Mengetahui lokasi
plasenta normal
sangat
mempengaruhi
pilihan dalam
persalinan

18
E. Manajemen
Menurut Wiknjosastro (2005), manajemen yang disediakan untuk
pengelolaan plasenta previa tergantung pada jenis plasenta previose,
yaitu:
1. Menilai kondisi fisik klien
2. Mendorong klien untuk tidak coitus
3. Dorong klien untuk beristirahat
4. Amati pendarahan
5. Periksa tanda vital
6. Periksa tingkat HB
7. Berikan cairan pengganti intravena RL
Persiapan persalinan
1. Ibu
1. Gurita, 3 buah
2. Baju tidur, 3 buah
3. Underware secukupnya
4. Handuk, sabun, sampo, sikat gigi, dan pasta gigi
5. Perban khusus, 1 bungkus
6. Di bawah pad (dapat dibeli di apotek), 3 lembar
2. Bayi
1). popok bayi dan gurita, 1-2 keping.
2). pakaian bayi, 1-2 potong
3). popok (popok sekali pakai) khusus bayi baru lahir, 1-2 potong.
4). selimut, topi dan kaus kaki untuk bayi
5). peralatan resusitasi yang baru lahir
3. Penolong
1. Memakai APD, terdiri dari: sarung tangan steril, masker, alas kaki,
celemek.
2. Siapkan tempat pengiriman, peralatan dan bahan
3. Siapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi.
4. Alat
5. Obat

19
DAFTAR PUSTAKA

Darmayanti, ika putri, dkk (2014) Buku Ajar_ Asuhan Kebidanan Komprehensif
Pada Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir_oleh Ika Putri damayanti.pdf.
sleman: deepublish.
Fauziah, S. (2015) ‘Keperawatan Maternitas Vol.2.pdf’. jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP.
kamitsuru, Shigemi (Ed.) (2018) NANDA 2018-2020, (NOC nic). 11th edn.
penerbit buku kedokteran EGC.
Kurniarum, ari (2016) asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir. Edited
by A. Suryana. jakarta selatan: kementrian kesehatan republik indonesia.
Mika Oktarina (2016) ‘Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir’. surakarta: cv oase group.
Saifuddin (2010). ILMU KEBIDANAN. Jakarta : PT BINA PUSTAKA
SARWONO PRAWIROHARDJO

20

Anda mungkin juga menyukai