Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Teori


1. Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus ke dunia luar (Nurul Jannah, 2017).
Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yan terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan preentasi belakang kepala
yag berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Nurul Jannah, 2017).
Pengertin persalinan dapat diartikan menjadi tiga bagian menurut cara persalinan.
a. Persalinan normal atau disebut juga persalinan spontan. Pada peersalinan ini proses
kelahiran bayi pada letak belakang kepala dengan tenagaa ibu sendiri berlangsung
tanpa bantuan alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurng
dari 24 jam
b. Persalinan abnormal/buatan. Persalinan pervaginam dengan menggunkan bantuan
alat, seperti ekstraksi dengan forceps atau vakum atau melalui dinding perut dengan
operasi sectio caesarea atau SC.
c. Persalinan anjuran. Persallinan tersebut tidak dimulai dengan sendirinya, tetapi baru
berlangsung setelah dilakukan perangsangan, seperti dengan pemecahan ketuban dan
pemberiaan prostaglandin.
(Nurul Jannah, 2017).
Menurut usia kehamilan, persalinan dapat dibagi 4 macam.
a. Abortus (keguguran). Penghentian dan pengeluaran hasil konsepsi dan jalan lahir
sebelum mampu hidup di luar kandungan. Usia kehamilan biasanya mencapai kurang
dari 1.000 gram.
b. Partu prematurus. Pengeluaran hasil konsepsi baik secara spontaan atau buatan
sebelum usia kehamilan 28-36 minggu dengan berat janin kurang dari 2.499 gram
c. Partus maturus atau aterm ( cukup bulan ). Pengeluaran hasil konsepsi yang spontan
ataupun buatan antara usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat janin lebi dari 2500
graam
d. Parttus postmturus (serotinus). Pengeluaran hasil konsepsi yang spontan ataaupun
butan melebihi usia kehamilan 42 minggu dan tampak tanda-tanda janin postmatur.
(Nurul Jannah, 2017).
2. Etiologi
Persalinan dapat terjadi karena beberapa faktor. Penurunan fungsi plasenta ditanai dengan
penurunan kadar progesteron dan estrogen secara mendaadak sehingga nutrisi janin dari
plaasenta berkurang yang dapat menimbulkan persalinan. Selain itu, tekanan pada
ganglion servikale dari fleksus Frankesnhauser, menjadi stimulator (pacemaker) bagi
kontraksi otot polos uterus untuk terjadi persalinan. Faktor lain adalah iskemia otot-otot
polos uterus karena pengaruh hormonal dan beban uterus yang semakin merangsang
terjadinya kontraksi. Peningkatan beban atau stress padaa maternal maupun fetal dan
peningkaataan estrogen yang mengakibatkan peningkatan aktivitas kortison,
prostaglandin, oksitosin, menjadi pencetus rangsangan untuk terjadinya proses
persalinan.
(Nurul Jannah, 2017).
3. Tanda persalinan
Persalinan yaang sudah dekat ditandai dengan adanya lightening atau settling atu
dropping dan terjadi his palsu. Persalinan itu sendiri ditaandai dengan his persalinan,
yang mempunyai ciri seperti (1) pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan; (2) his
bersifat teratur, interval semakin pendek dan kekuatannya semakin besar; (3) mempunyai
pengaruh terhadap perubahan serviks; (4) semakin beraktivitas (jalan) semakin
bertambah kekuatan kekuatan kontraksinya. Selain his, persalinan ditandai juga dengan
pengeluaran lendir dari kanalis servikalis karena terjadi pembukaan dan pengeluaran
darah dikarenakan kapiler pembuluh darah pecah.
Persalinan juga dapat disebaabkan oleh pengeluaran cairan ketuban yang sebagian besar
baru pecaah menjelang pembukaan lengkap dan tanda in partu meliputi adanya his,
bloody show, penigkatan rasa sakit, pendataran serviks, pembukaan serviks (dilataasi),
pengeluaran cairan yang banyak atau selaput ketuban yang pecah dengan sendirinya.
(Nurul Jannah, 2017).
4. Tahap-Tahap Persalinan
Berlangsungnya persalinan dibagi dalam 4 kala yaitu:
a. Kala I
Disebut juga kala pembukaan dimulai dengan pembukaan serviks 0 cm sampai terjadi
pembukaan 10 cm. kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam, sedangkan
multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurva Friedman, diperhitungkan pembukaan
primigravida 1cm/jam dan pembukaaan mutigravida 2 cm / jam. Proses membukanya
serviks disebabkan oleh his pesalinan/kontraksi.
Kala I dibagi dalam 2 fase:
1) Fase laten
a) Pembukaaan serviks berlaangsung lambat
b) Pembukaan 0-3 cm
c) Berlangsung dalam 7-8 jam
(Nurul Jannah, 2017)
Prosedur dan diagnostik :
Untuk menentukan apakah persalinan sudah pada waktunya: (Sarwono
Prawirohardjo. Buku acuan nasional pelayanan maternal dan neonatal.2008)
maka:
a) Tanyakan riwayat persalinan :
Permulaan timbulnya kontraksi; pengeluaran pervaginam seperti lendir, darah,
dan atau cairan ketuban; riwayat kehamilan; riwayat medik; riwayat social;
terakhir kali makan dan minum; masalah yang pernah ada
b) Pemeriksaan Umum :
Tanda vital, BB, TB, Oedema; kondisi puting susu; kandung kemih.
c) Pemeriksaan Abdomen :
Bekas luka operasi; tinggi fundus uteri; kontraksi; penurunan kepala; letak
janin; besar janin; denyut jantung janin.
d) Pemeriksaan vagina :
Pembukaan dan penipisan serviks; selaput ketuban penurunan dan molase;
anggota tubuh janin yang sudah teraba.
e) Pemeriksaan Penunjang :
Urine: warna, kejernihan, bau, protein, BJ, dan lain-lain; darah: Hb, BT/CT,
dan lain-lain.
f) Perubahan psikososial
Perubahan prilaku; tingkat energi; kebutuhan dan dukungan.
2) Fase aktif
Berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi 3 subfase:
a. Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan dari 3-4 cm
b. Periode dilatasi maksimal : fase yang ditandai dengan peningkatan cepat
dilatasi serviks, dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm selama 2 jam.
c. Fase Deselerasi
Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam,
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap. Fase-fase tersebut dijumpai pada
primigravida
Normalnya, pembukaan serviks pada fase tersebut konstan, yaitu 3 cm/jam pada
multipara dan 1-2 cm pada primipara (Yulizawati, dkk, 2019)
Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap
adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih.
Servix membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih
perjam hingga permbukaan lengkap (10 cm) dan Terjadi penurunan bagian
terendah janin (Ari Kurniarum, 2016)
Pemantauan kala 1 fase aktif persalinan :
Penggunaan Partograf
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan . Tujuan
utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
a) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui pemeriksaan dalam.
b) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan
terjadinya partus lama.
Halaman depan partograf untuk mencatat atau memantau :
a) Kesejahteraan janin
Denyut jantung janin (setiap ½ jam), warna air ketuban (setiap pemeriksaan
dalam), penyusupan sutura (setiap pemeriksaan dalam).
b) Kemajuan persalinan
Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus (setiap ½ jam), pembukaan serviks
(setiap 4 jam), penurunan kepala (setiap 4 jam)
c) Kesejahteraan ibu
Nadi (setiap ½ jam), tekanan darah dan temperatur tubuh (setiap 4 jam),
prodeksi urin , aseton dan protein ( setiap 2 sampai 4 jam), makan dan
minum.
b. Kala II (Kala Pengeluaran)
Kala II merupakan kala yang dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai
pengeluaran janin, ditandai dengan :
1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi. (doran)
2) Tekanan pada anus (teknus)
3) Perineum terlihat menonjol.(perjol)
4) Vulva-vagina dan sfingkter ani terlihat membuka. (vulka)
5) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Pada primigravida kala II berlangsung 1-2 jam dan pada multigravida kala II
berlanngsung ½ - 1 jam
(Luh Putu Widiastini, 2014)
b. Kala III (Kala uri)
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban (Nurul Jannah, 2017). Dimulai segera setelah bayi lahir
sampai dengan lahirnya placenta ( 30 menit). Setelah bayi lahir, uterus teraba keras
dan fundus uteri sepusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya. (Nuru Jannah, 2017)
Penatalaksanaan aktif pada kala III (pengeluaran aktif plasenta) membantu
menghindarkan terjadinya perdarahan pascapersalinan. Tanda-tanda pelepasan
plasenta :
1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
2) Tali pusat memanjang
3) Semburan darah tiba – tiba
Manejemen aktif kala III :
Tujuannya adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga
dapat memperpendek waktu kala III dan mengurangi kehilangan darah dibandingkan
dengan penatalaksanaan fisiologis, serta mencegah terjadinya retensio plasenta.Tiga
langkah manajemen aktif kala III :
1) Berikan oksitosin 10 unit IM dalam waktu dua menit setelah bayi lahir, dan
setelah dipastikan kehamilan tunggal.
2) Lakukan peregangan tali pusat terkendali.
3) Segera lakukan massage pada fundus uteri setelah plasenta lahir.
(JNPK-KR tahun 2016 )
c. Kala IV (2 jam post partum)
Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam setelah proses tersebut. Selama
kala IV pemantauan kala IV dilakukan pada 1 jam pertama setiap 15 menit dan
setiaap 30 menit pada 1 jam kedua. Total pemantauan dilaksanakan sebanayak 6 kali
selama 2 jam postpartum
Observasi yang harus dilakukan pada kaaa IV adalah tekanan darah, nadi,
temperatur, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan kala
IV sangat penting terutama untuk menili deteksi dini resiko atau kesiapan penolong
mengantisipasi komplikasi pendarahan pasca persalinan. (Luh Putu Widiastini,
2014)
Derajat laserasi perineum terbagi atas :
1) Derajat I Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior dan kulit perineum. Pada
derajat I ini tidak perlu dilakukan penjahitan, kecuali jika terjadi perdarahan
2) Derajat II Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum dan otot
perineum. Pada derajat II dilakukan penjahitan dengan teknik jelujur
3) Derajat III Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot
perineum dan otot spingter ani external
4) Derajat IV Derajat III ditambah dinding rectum anterior
Pada derajat III dan IV segera lakukan rujukan karena laserasi ini memerlukan teknik
dan prosedur khusus (Ari Kurniarum, 2016)
Tabel Lamanya persalinan pada primigravida dan multigravida :
Primigravida Multigravida
Kala I 12 jam 8 jam
Kala II 1-2 jam 0,5-1 jam
Kala III 30 menit 30 menit
Kala IV 2 jam 2 jam

5. Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan


a. Power : His dan tenaga mengejan.
b. Passage : Ukuran panggul dan otot-otot persalinan.
c. Passenger : Terdiri dari janin, plasenta dan air ketuban.
d. Personality (kepribadian) / psikologi : yang diperhatikan kesiapan ibu dalam
menghadapi persalinan dan sanggup berpartisipasi selama proses persalinan.
e. Provider (penolonng) : dokter atau bidan yang merupakan tenaga terlatih dalam
bidang kesehatan (Luh Putu Widiastini, 2014)
6. Mekanisme persalinan
Mekanisme persalinan mengacu pada seraangkaian perubahan posisi dan sikap yang
diambil jnin selama perjalannnya melalui jalan lahir. Mekanisme persalinan yang
dijelaskan disini adalah untuk persentasi verteks dan paanggul ginekoid. Hubungan
kepala dan tubuh janin dengan panggul ibu berubah saat janin turun melalui panggul.
a. Pengertian
Denominator atau petunjuk adalah kedudukan dari salah satu bagian dari bagian
depan janin terhadap jalan lahir.Hipomoklion adalah titik putar atau pusat pemutaran.
b. Engagement (fiksasi) = masuk
Kepala biasanya masuk ke panggul pada posisi traansversal atau pada beberapa posisi
yang sedikit berbedaa dari posisi ini sehingga memanfaaatkan diameter terluas
panggul. Engagement dikatakan terjadi ketika bagian terluas daari bagian persentasi
janin berhasil masuk ke pintus atas panggul.
Engagement lengkap terjadi bila kepala sudah mencapai Hodge III. Bila engagement
sudah terjadi maka kepala tidak dapat berubah posisi lagi, sehingga posisinya seolah
– olah terfixer di dalam panggul, oleh karena itu engagement sering juga disebut
fiksasi. Pada kepala masuk PAP, maka kepala dalam posisi melintang dengan sutura
sagitalis melintang sesuai dengan bentuk yang bulat lonjong.
Seharusnya pada waktu kepala masuk PAP, sutura sagitalis akan tetap berada di
tengah yang disebut Synclitismus. Tetapi kenyataannya, sutura sagitalis dapat
bergeser kedepan atau kebelakang disebut Asynclitismus. Asynclitismus dibagi 2
jenis :
a) Asynclitismus anterior : naegele obliquity yaitu bila sutura sagitalis bergeser
mendekati promontorium.
b) Asynclitismus posterior : litzman obliquity yaitu bila sutura sagitalis mendekati
symphisis.
c. Descensus = penurunan
Ialah penurunan kepala lebih lanjut kedalam panggul. Faktor – faktor yng
mempengaruhi descensus : tekanan air ketuban, dorongan langsung fundus uteri
padabokong janin, kontraksi otot – otot abdomen, ekstensi badan janin.
d. Fleksi
Ketika kepala janin turun menuju rongga tengah panggul yang lebih sempit, fleksi
meningkat. Fleksi ini mungkin merupakan gerakan pasif, sebagian karena struktur di
sekitarnya, daan penting dalam meminimalkan diameter persentasi kepala janin untuk
memfasilitasi perjalanannya melalui jalan lahir. Tekanan pada aksis janin akan lebih
cepat disalurkan ke oksiput sehingga meningkatkan fleksi.
e. Putaran Paksi Dalam (internal rotation)
Ialah berputarnya oksiput ke arah depan, sehingga ubun -ubun kecil berada di bawah
symphisis (HIII). Faktor-faktor yang mempengaruhi : perubahan arah bidang PAP
dan PBP, bentuk jalan lahir yang melengkung, kepala yang bulatdan lonjong. Jika
kepala fleksi dengan baik, oksiput akan menjadi titik utama dan saat mencapai alur
yang miring pada otot levator ani, kepala akan didorong untuk berotasi secara anterior
sehingga sutura sagital kini terletak di diameter anterior posterior pintu bawah
panggul (yaitu diameter terluas titik)
f. Defleksi/ Ekstensi
Ialah mekanisme lahirnya kepala lewat perineum. Faktor yang menyebabkan
terjadinya hal ini ialah : lengkungan panggul sebelah depan lebih pendek dari pada
yang belakang. Setelah rotasi internal selesai, oksiput berada di bawah simmfisis
pubis dan bregmaa berada dekt batas bawah sakrum. Jaringan lunak perineum masih
memberikan resistensi, dan dapat mengalami trauma dalam proses ini. Pada waktu
defleksi, maka kepala akan berputar ke atas dengan suboksiput sebagai titik putar
(hypomochlion) dibawah symphisis sehingga berturut – turut lahir ubun – ubun besar,
dahi, muka dan akhirnya dagu.
g. Restitusi
Ialah lepasnya putaran kepala janin, yang terjadi akibat rotasi internal. Restitusi
adalah sedikit rotasi oksiput melalui 1/8 lingkaran. Saat kepala dilahirkan, oksiput
secara langsung berada di bagian depan. Segera setelah kepala keluar dari vulva,
kepala mensejajarkan dirinya sendiri dengaan bahu, yang memasuki panggul dengan
posisi oblig atau miring.
h. Putaran paksi luar (external rotation)
Ialah berputarnya kepala menyesuaikankembali dengan sumbu badan (arahnya sesuai
dengan punggung bayi). Agar dapat dilahirkan bahu harus berotasi ke bidang anterior
posterior, diameter terluas pada pintu bawah panggul. Saat ini terjadi, oksiput berotasi
melalui seperdelapan lingkaran lebih lanjut ke posisi transversal.
i. Expulsi : lahirnya seluruh badan bayi.
Ketika restiitusi dan rotasi eksternal terjadi, bahu akan berada dalam bidang anterior-
posterior. Bahu anterior berada dibawah simfisis pubis dan lahir pertama kali dan
bahu posterior lahir berikutnya.
(Debby Holmes dan Philip N. Baker, 2012)
7. Pemeriksaan fisik ibu bersalin
a. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital sebagai indikator status kesehatan (sistem sirkulasi, respirasi,
persarafan dan endokrin). Perubahan tanda vital meliputi perubahan fungsi fisiologis,
intervensi kebidanan dan intervensi medis
1) Tekanan darah
Tekanan darah (blood pressure) adalah kekuatan yang dikeluarkan oleh darah pada
dinding pembuluh darah. Tekanan darah berbeda pada tiap pembuluh darah arteri,
tertinggi pada arteri besar yang berdekatan dengan jantung dan menurun secara
bertahap pada arteri yang lebih kecil. Macam – macam istilah pada pemeriksaan
tekanan darah :
a) Tekanan sistol yaitu tekanan darah tertinggi pada arteri sebagai akibat kontraksi
ventrikel / serambi kiri jantung yang memompakan darah kedalam aorta.
Tekanan sistol normal adalah 120 mmHg .
b) Tekanan diastole yaitu tekanan darah dalam pembuluh darah arteri pada saat
jantung beristirahat dalam 2 kontraksi tekanan nadi.
Tabel Nilai Normal Tekanan Darah
Nilai normal Tekanan Darah
Klasifikasi Sistole Diastole
Normal <120 <80
Prehipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi Derajat I 140 – 159 90 – 99
Hipertensi Derajat II >160 >100

2) Suhu tubuh
Suhu adalah keseimbangan antara panas yang diperoleh dengan panas yang hilang.
Perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh panas tubuh dan jumlah panas
yang hilang ke lingkungan luar. Pusat pengaturan suhu adalah hipotalamus. Bila
suhu tubuh lebih tinggi dari yang ditetapkan hipotalamus maka akan terjadi
pangeluaran panas, vasodilatasi, keringat dan hiperventilasi. Bila suhu lebih rendah
dari yang ditetapkan hipotalamus maka akan terjadi pembentukan panas,
metabolisme, dan otot kontraksi. Kelainan suhu karena penyimpangan
pembentukan panas, penyimpangan pengeluaran dan perubahan pusat pengaturan
suhu.
Tabel Batas Normal Suhu Tubuh
Batas Normal Suhu Tubuh (36 sampai 380 C)
Oral 370 C.
Rectal 37,50 C
Aksila 36,50 C
3) Denyut nadi
Nadi adalah pelebaran dan recoil arteri elastik berirama pada saat ventrikel kiri
memompakan darah kedalam sirkulasi. Nadi teraba diseluruh bagian tubuh dimana
arteri dapat dipalpasi diatas bagian yang keras, biasanya tulang. Frekuensi nadi
normal yaitu:
1) Bayi : 120 – 160 x / menit
2) Toddler : 90 – 140 x / menit
3) Pra sekolah : 80 – 110 x / menit
4) Usia sekolah : 70 – 100 x / menit
5) Remaja : 60 – 90 x / menit
6) Dewasa : 60 – 100 x / menit
Interpretasi Nadi :
1) Bradikardia adalah kecepatan denyut nadi lambat < 60x / menit.
2) Takikardia adalah kecepatan denyut nadi cepat > 100x / menit.
4) Pernapasan
Pernapasan adalah cara tubuh memperoleh O2 dan mengeluarkan CO2. Pengkajian
meliputi frekuensi, kedalaman, keteraturan, tanda – tanda yang menyertai, misal :
warna, bunyi dan napas. Mekanisme tubuh menggunakan pertukaran udara antara
atmosfer dengan darah serta darah dengan sel.
Frekuensi normal pernapasan :
a. Bayi baru lahir : 40 – 60x / menit
b. Toddler (2 tahun) : 25 – 32x / menit
c. Anak : 20 – 30x / menit
d. Dewasa : 16 – 24x / menit
(Manuaba 2012)
b. Palpasi Abdomen
1) Leopold I :
Untuk menentukan tinggi fundus uteri, menentukan usia kehamilan, menentukan
bagian janin yang ada pada fundus uteri.
a) Cara : Petugas menghadap kemuka ibu, uterus dibawa ketengah, tentukan
tinggi fundus uteri dan bagian apa yang terdapat di dalam fundus
b) Hasil : Kepala teraba benda bulat dan keras, Bokong teraba tidak bulat dan
lunak
2) Leopold II
Untuk menetukan bagian yang ada di samping uterus, menetukan letak.
a) Cara : Uterus didorong kesatu sisi sambil meraba bagian janin yang berada
disisi tersebut dengan cara yang sama pada sisi uterus yang lain.
b) Hasil : Punggung janin teraba membujur dari atas kebawah pada letak
kepala. Pada letak lintang dapat ditemukan kepala.
3) Leopold III
Untuk menentukan bagian janin yang berada di uterus bagian bawah.
a) Cara :Tangan kanan diletakan diatas simfisis dengan ibu jari disebelah
kanan ibu dengan empat jari lainnya disebelah kiri ibu sambil meraba
bagian bawah tersebut.
b) Hasil: Teraba kepala/bokong/bagian kecil janin.
4) Leopold IV
Untuk menetukan seberapa jauh bagian terendah bagian janin masuk ke dalam
panggul. Penurunan Bagian Terbawah dengan Metode Lima Jari (Perlimaan).
Metode perlimaan(APN, 2009) antara lain :
a) 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba di atas simfisis pubis
b) 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki pintu atas
panggul
c) 3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki rongga
panggul
d) 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih berada diatas
simfisi dan (3/5) bagian telah tururi melewati bidang tengah rongga
panggul (tidak dapat digerakkan)
e) 1/5 jika hanya I dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin
yang berada diatas simfisis dan 4/5 bagian telah masuk ke dalam rongga
panggul
f) 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari
pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah janin sudah masuk ke
dalam rongga panggul.
Cara menghitung berat badan janin dalam kandungan
Menghitung perkiraan berat badan janin (PBBJ) menurut caraJhonson:
a) Bila bagian terendah janin masuk pintu atas panggul :
PBBJ = ( TFU –11 ) x 155
b) Bila bagian terendah janin belum masuk pintu atas panggul :
PBBJ = ( TFU – 12 ) x 155
(ViVian Nany, 2014)
c. Memantan kontraksi uterus
Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam tangan untuk memantau
lamanya kontraksi uterus. Secara hati-hati, letakkan tangan penolong di atas uterus dan
palpasi jumlah kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit. Tentukan frekuensi
dan durasi dari setiap kontraksi yang terjadi. Pada fase aktif, minimal terjadi tiga
kontraksi dalam 10 menit dan lama kontraksi adalah 40 detik atau lebih, Di antara dua
kontraksi akan terjadi relaksasi dinding uterus
d. Memantau denyut jantung janin
Gunakan fetoskop Pinnards atau Doppler untuk mendengar denyut jantung janin (DJJ)
dalam rabim ibu dan untuk menghitung jumlah denyut jantung janin per menit,
gunakan jarum detik pada jam dinding atau jam tangan. Tentukan titik tertentu pada
dinding ahdomen ibu dimana suara DJJ terdengar paling kuat. Tip: Jika DII sulit untuk
ditemukan, lakukan palpasi abdomen Ibu untuk menentukan lokasi punggung bayl.
Biasanya rambatan suara DIJ lebih mudah didengar melalui dinding abdomen pada sisi
yang sama dengan punggung bayi. Nilal DJJ selama dan segera setelah uterus
berkontraksi. Mulai penilaian sebelum atau selama puncak kontraksi. Dengarkan DJJ
selama minimal 60 detik, termasuk sampai sedikitnya 30 detik setelah kontraksi
berakhir. Lakukan penilalan DJJ tersebut pada lebih dari satu kontraksi. Gangguan
kondisi kesehatan Janin dicerminkan dari DJJ yang kurang dari 120 atau lebih dari 160
kali per menit. Kegawatan janin ditunjukkan dari DJJ yang kurang dari 100 atau lebih
dari 180 kall per menit. Bila demikian, baringkan ibu ke sisi kiri, beri oksigen 4-6
L/menit, dan anjurkan ibu untuk relaksasi. Nilai kembali DJJ setelah 5 menit dari
pemeriksaan sebelumnya, Kemudian simpulkan perubahan yang terjadi. Jika DJJ tidak
mengalami perbaikan maka siapkan ibu untuk segera dirujuk
e. Periksa Dalam
Sebelum melakukan periksa dalam, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir,
kemudian keringkan dengan handuk kering dan bersih. Minta ibu untuk berkemih dan
inencuci area genitalia gika ibu belum melakukannya) dengan sabun dan air. Jelaskan
pada ibu setiap langkah yang akan dilakukan selama pemeriksaan. Tenteramkan hati
dan anjurkan ibu untuk rileks. Pastikan privasi ibu terjaga selama pemeriksaan
dilakukan
(JNPK-KR, 2016)
8. Mencatat Temuan pada Partograf
a. Informasi Tentang Ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan
persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sehapai 'Jam atau pukul pada partograf) dan
perhatikan kemungkinan ibu datang pada fase laten. Catat waktu pecahnya selaput
ketuban.
b. Kondisi Janin
Bagian diatas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DI),
air ketuban dan penyusupan (kepala janin)
1) Denyut jantung Janin
Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada baglan Pemeriksaan
Fisik dalam bab inl, nilal dan catat denyut jantung janin (DII) setlap 30 menit
(leblh sering jika ada tanda-tanda gawat janin), Setiap kotak di bagian atas
partograf menunjukkan waktu 30 menit. Skala anyka di sebelah kolon paling kiri
menunjukkan DJJ. Catat DIJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesual
dengan anga yang menunjukkan DIJ. Kemudian hubungkan titik satu dengan titik
lainnya dengan garis tegas dan bersambung sehingga membentuk grafik DJI
(Gambar 2-6). Kisaran normal DIJ terpapar pada partograf diantara garis tebal
pada angka 180 dan 100, Sebalknya, penolong harus waspada bila DJJ mengarah
hingga dibawah 120 atau dilatas 160.
2) Warna dan adanya air ketuban
Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai warna air
ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai
di bawah lajur DIJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini: :
U : selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
J : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
D : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K : selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi
("kering") Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya
gawat janin.
Jika terdapat mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali tanda-tanda
gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut
jantung janin < 100 atau >180 kali per menit) maka ibu harus segera dirujuk.
Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan gawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir
3) Penyusupan (Molase) Tulang Kepala Janin
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar
derajat penyusupan atau tumpang-tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan
risiko disproporsi kepala-panggul (CPD).
Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan
lambang-lambang berikut ini:
0: tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
1: tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan
3: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
c. Kemajuan persalinan
Kołom dan lajur kedua pada partograf adalan untuk pencatalan kemajuan persalinan.
Angka 0- 10 yang tertera di kolom paling kiri adalah ukuran dilatasi serviks. Nilai
setiap angka sesuai dengan besarnya dilatasi serviks dalam satuan centimeter dan
menempati lajur dan kotak tersendiri. Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke
lajur lajur menunjukkan penambahan dilatasi serviks sebesar 1 cm.
Pada lajur dan kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah janin tercantum angka
1-5 yang sesuai dengan metode perlimaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
(Menentukan Penurunan Janin). Setiap kotak segi empat atau kubus menunjukkan
waktu 30 menit untuk pencatatan waktu pemeriksaan, denyut jantung Janin, kontraksi
uterus dan frekuensi nadi ibu
1) Pembukaan serviks
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam
bab ini, nilai dan catat pembukaan serviks setlap 4 Jam (lebih sering dilakukan Jika
ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada
partograf setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda 'X' harus dicantumkan di
garis waktu yang sesual dengan lajur besarnya pembukaan serviks. Perhatikan:
Pilih angka pada tepi kiri luar kalom pembukaan serviks yang sesuai dengan
besarnya pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yang diperoleh dari hasil
periksa dalam. Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan
(pembukaan serviks) dari hasil periksa dalam harus dicantumkan pada garis
waspada. PIlih angka yang sesuai dengan bukaan serviks (hasil periksa dalam) dan
cantumkan tanda 'X pada ordinat atau titik silang garis dilatasi serviks dan garis
waspada. Hubungkan tanda X' dari setiap pemerilsaan dengan garis utuh.
2) Penurunan bagian terbawah janin
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik di bab
ini. Setiap kali melakukan periksa dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering (ika
ditemukan tanda-tanda penyulit). Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala
(perlimaan) yang menunjukkan seberapa jauh bagian terbawah Janin telah
memasuki rongga panggul. Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks
selalu diikuti dengan turunnya bagian terbawah janin. Dalam kondisi tertentu,
bagian terbawah janin turun setelah pembulcaan serviks mencapai 7 cm.
3) Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik
dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi Jika laju pembukaan adalah 1 cm
per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada.
Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan
kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya
: fase aktif yang memanjang, serviks kaku, atau inersia uteri hipotonik, dll).
Pertimbangkan perlunya melakukan intervensi bermanfaat yang diperlukan,
misalnya : persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau
puskesmas) yang memiliki kemampuan untuk menatalaksana penyulit atau
gawatdarurat obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak
4 jam) garis waspada. Jika pembukaan serviks telah melampaul dan berada di
sebelah kanan garis bertindak maka hal ini menunjukkan periu dilakukan tindakan
untuk menyelesaikan persalinan. Sebaiknya, ibu harus sudah berada di tempat
rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
d. Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan "kontraksi per 10
menit" di sebelah luar kolom paling kiri. Setlap kotak menyatakan satu kontrakst.
Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi per 10 menit dan lamanya kontraksi
dalam satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit
dengan cara mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang
mencerminkan temuan dari hasil pemeriksaan kontraksi. Sebagai contoh jika ibu
mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit, maka lakukan pengisian pada
3 kotak kontraksi. Catat frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 30 menit
selama kala I fase aktif.
e. Kondisi Ibu
Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf, terdapat kotak atau
ruang untuk mencatat kondidi kesehatan dan kenyamanan ibu selama persalinan.
1) Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah
ibu. Niiai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih
sering jika diduga adanya penyulit). Beri tanda titik () pada kolom waktu yang
sesuai. Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan
(lebih sering jika diduga adanya penyulit. Beri tanda panah pada partograf pada
kolom waktu yang sesuai: 1 Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika
terjadi peningkatan mendadak atau diduga adanya Infeksi) setiap 2 jam dan catat
temperatur tubuh pada kotak yang sesuai
2) Volume urin, protein dan aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urin Ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu
berkemih). Jika memungkinkkan, setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan
aseton dan proteinuria
INGAT:
a. Fase laten persalinan didefinisikan sebagal pembukaan serviles kurang dari 4 cm.
Biasanya fase laten berlangsung tidak lebih dari 8 jam.
b. Dokumentasikan asuhan, penganatan dan pemeriksaan selama fase laten persalinan
pada catatan kemajuan persalinan yang dibuat secara terpisah atau pada kartu KMS.
c. Fase aktif persalinan didefinisikan sebagai pembukaan servils dari 4 sampai 10 cm.
Biasanya pembukaan serviks selama fase aktif sedikitnya 1 cm/jam.
d. Saat persalinan maju dari fase laten ke fase aktif, catatkan hasil periksa dalam
(pembukaan serviks) pada garis waspada di partograf.
e. Jika ibu datang pada saat fase aktif persalinan, langsung catatkan pembukaan serviks
pada garis waspada.
f. Pada persalinan tanpa penyulit, catatan pembukaan serviks umumnya tidak akan
melewati garis waspada.
(JNPK-KR, 2016)

B. Konsep Dasar Asuhan Persalinan


Tujuan Asuhan Persalinan :
Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang memadai selama persalinan
dalam upaya mencaapai pertolongan persalinaan yang bersih dan aman, dengan
meemperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi. (Nurul Jannah, 2017)
1. Kala I
a. Memberikan dorongan emosional
Anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama
proses persalinan
b. Membantu pengaturan posisi
Anjurkan suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti posisi. Ibu
boleh berdiri, berjalan-jalan, duduk, jongkok, berbaring miring, merangkak dapat
membantu turunnya kepala bayi dan sering juga mempersingkat waktu persalinan
c. Memberikan cairan / nutrisi
Makanan ringan dan cairan yang cukup selama persalinan memberikan lebih banyak
energi dan mencegah dehidrasi.Apabila dehidrasi terjadi dapat memperlambat atau
membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif.
d. Keleluasaan ke kamar mandi secara teratur
Ibu harus berkemih paling sedikit setiap 2 jam atau lebih sering jika ibu ingin
berkemih. Jika kandung kemih penuh dapat mengakibatkan:
1) Memperlambat penurunan bagian terendah janin dan mungkin menyebabkan
partus macet
2) Menyebabkan ibu merasa tidak nyaman
3) Meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh atonia
uteri
4) Mengganggu penatalaksanaan distosia bahu
5) Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca persalinan
e. Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi sangat penting dalam penurunan kesakitan dan kematian ibu
dan bayi baru lahir. Upaya dan ketrampilan menjelaskan prosedur pencegahan infeksi
yang baik melindungi penolong persalinan terhadap resiko infeksi. Pantau
kesejahteraan ibu dan janin serta kemajuan persalinan sesuai partograf.
2. Kala II
a. Berikan terus dukungan pada ibu
b. Menjaga kebersihan ibu
c. Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu
d. Mengatur posisi ibu
e. Menjaga kandung kemih tetap kosong, anjurkan ibu untuk berkemih
f. Berikan cukup minum terutama minuman yang manis
g. Ibu dibimbing mengedan selama his dan anjurkan ibu untuk mengambil nafas
diantara kontraksi
h. Perikda DJJ setiap selesai kontraksi
i. Minta ibu mengedan saat kepala bayi nampak 5-6 cm di introitus vagina
j. Letakkan satu tangan dikepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat
k. Tahan perineum dengan satu tangan yang lain
l. Lahirkan kepala
m. Periksa adanya lilitan tali pusat
n. Biarkan kepala bayi mengadakan putaran paksi luar dengan sendirinya
o. Tempatkan kedua tangan pada posisi biperietal bayi
p. Lakukan tarikan lembut kepala bayi kebawah untuk melahirkan bahu anterior lalu
keatas untuk melahirkan bahu posterior.
q. Sangga kepala dan leher bayi dengan satu tangan kemudian dengan tangan yang lain
menyusuri badan bayi sampai seluruhnya lahir.
r. Letakkan bayi diatas perut ibu, keringkan sambil nilai pernafasannya (Score APGAR)
dalam menit pertama
s. Lakukan pemotongan tali pusat
t. Pastikan bayi tetap hangat
3. Kala III
a. Pastikan tidak ada bayi yang kedua
b. Berikan oksitosin 10 IU dalam 2 menit pertama segera setelah bayi lahir.
c. Pastikan bayi tetap hangat, kemudian lakukan IMD
d. Lalukan penegangan tali pusat terkendali, tangan kanan menegangkan tali pusat
sementara tangan kiri dengan arah dorsokranial mencengkram uterus.
e. Jika plasenta telah lepas dari insersinya, tangan kanan menarik tali pusat kebawah
lalu keatas sesuai dengan kurve jalan lahir sampai plasenta nampak divulva lalu
tangan kanan menerima plasenta kemudian memutar kesatu arah dengan hati-hati
sehingga tidak ada selaput plasenta yang tertinggal dalam jalan lahir.
f. Segera setelah plasenta lahir tangan kiri melakukan massase fundus uteri untuk
menimbulkan kontraksi
g. Lakukan pemeriksaan plasenta, pastikan kelengkapannya
h. Periksa jalan lahir dengan seksama, mulai dari servik, vagina hingga perineum.
Lakukan perbaikan/penjahitan jika diperlukan
4. Kala IV
a. Bersihkan ibu sampai ibu merasa nyaman
b. Anjurkan ibu untuk makan dan minum untuk mencegah dehidrasi
c. Berikan bayinya pada ibu untuk disusui
d. Periksa kontraksi uterus dan tanda vital ibu setiap 15 menit pada jam pertama dan
setiap 30 menit pada jam kedua.
e. Ajarkan ibu dan keluarganya tentang :
1) Bagaimana memeriksa fundus uteri dan menimbulkan kontraksi
2) Tanda bahaya bagi ibu dan bayi.
f. Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 6 jam pertama

C. 60 langkah Asuhan Persalinan


1. Mendengar dan melihat tanda dan gejala kala II :
a. Ibu merasa ada dorongan untuk meneran
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
c. Perineum tampak menonjol
d. Vulva dan sfingter ani membuka
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan, obat-obatan essensial untuk menolong persalinan
dan penatalaksanaan komplikasi segera pada ibu dan bayi baru lahir.
Untuk asuhan bayi baru lahir tau restitusi:
a. Tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat
b. 3 handuk/kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu bayi)
c. Alat penghisap lendir
d. Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
Untuk bayi :
a. Menggelar kain diatas perut ibu
b. Menyiapakan oksitosin 10 IU
c. Alat suntik steril sekali pakai di ddalam partus set
3. Memakai celemek
4. Mencuci tangan
5. Pakai sarung tangan DTT
6. Memasukkan oksitosin kedalam spuit
7. Membersihkan vulva dan perineum (vulva Higiene)
8. Memastikan pembukaan lengkap: pemmeriksaan dalam
a. Periksa : perdarahan, cairan amnion, mekonium, lender, perlukaan
b. Keadaaan vulva vagina
c. Keadaan porsio
d. Pembukaan serviks
e. Keadaan ketuban
f. Presentase
g. Penurunan bagian terbawah janin
h. Penumbungan tali pusat
i. Kesan panggul
9. Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih mengggunakan handscoon
kedalam larutan klorin, lepaskan dengan keadaan terbalik) cuci ke dua tangan setelah
handscoon terlepas
10. Periksa denyut jantung janin selama 1 menit penuh
11. Memberitahu pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap, keadaan janin baik, bantu ibu
untuk memilih posisi yang nyaman.
12. Menjelaskan pada anggota keluarga tentang peran saat pertolongan persalinan.
13. a. Bimbing ibu untuk meneran jika ada His
b. Anjurkan ibu istirahat diantara kontraksi
c. Anjurkan keluarga memberi dukungan dan asupan cairan peroral
d. Periksa DJJ setelah kontraksi berakhir
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu
belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam selang waktu 60 menit.
Kepala bayi membuka vulva 5-6 cm (crowning)
15. Memasang handuk diatas perut ibu untuk mengerinngkan bayi
16. Letakkan kain steril yang dilipat 1/3 di bawah bokong ibu
17. Membuka partus set, dan memastikan lagi kelengkapan alat
18. Menggunakan sarung tangan
19. Melahirkan kepala
a. Setelah tampak kepala bayi membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu
tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering, tangan yang lain menahan kepala
bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.
b. Anjurkan ibu untuk meneran secara perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
20. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan talli pusat.
21. Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, memegang biparietal ddan menganjurkan
ibu untuk meneran saat kontraksi.
a. Melahirkan bahu depan
Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul
di bawah arkus pubis
b. Melahirkan bahu belakang
Menggerakkan kearah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23. Sangga
Memindahkan tangan kanan untuk menyangga kepala, leher, dan bahu belakang.
24. Susur
a. Memindahkan tangan kiri untuk menyusur pada lengan bayi, dada dan punggung
serta bokong sampai kedua kaki
b. Memegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing
masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya.)
25. Memposisikan bayi untuk menilai bayi
Memposisikan kepala bayi 15° untuk menilai bayi (apakah bayi menangis, bayi bergerak
aktif, warna kulit), dengan cara memegang bayi, tangan kiri diantara kedua kaki bayi dan
tangan kanan memegang kepala bayi.
26. Mengeringkan bayi
Meletakkan bayi diatas perut ibu, mengeringkan mulai muka, kepala, dan bagian tubuh
lainnya keuali tangan tanpa membersihkan verniks.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan kehamilan tunggal
28. Beritahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi dengan baik
29. Segera setelah bayi lahir, menyuntikkan oksitosin 10 IU, IM, 1/3 distal lateral paha
(aspirasi terlebih dahulu)
30. Setelah 2 menit setelah bayi lahir, jepiit tali pusat antara bayi dan ibu (5 cm dari bayi, 3
cm dari klem pertama)
31. Potong tali pusat dan ikat tali pusat bayi dengan klem umbilikal
32. Mengganti handuk
Menggganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering, memasangkan topi
33. IMD (Insiasi Menyusu Dini)
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk melakukan kontak kulit bayi dengan ibu,
dengan kepala bayi berada diantara payudara ibu. Biarkan bayi dalam posisi ini selama 1
jam.
34. Pindahkan klem tali pusat hinggga berjarak 5-10 cm di depan vulva
35. Letakkan tangan kiri diatas kain yang menutupi simfisis ibu untuk mendeteksi adanya
kontraksi, tangan kanan menegangkan tali pusat.
36. PTT (Penegangan Tali pusat Terkendali), jika plasenta terlepas dari uterus, tangan kanan
menegangkan tali pusat.
37. Saat plasenta muncul diintroitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang
dan putar searah jarum jam. Lakukan eksplorasi menggunakan kassa steril untuk
mengekuarkan selaput yang tertinggal.
38. Melakukan masase uterus dengan cara tangan kanan di fundus dan lakukan gerakan
melingkar dengan lembut sampai uterus berkontraksi (keras)
39. Periksa kelengkapan plasenta (bagian maternal dan fetal) dan tempatkan plasenta pada
tempat yang telah disediakan.
40. Evaluasi kemungkinan terjadi lserasi pada perineum dan vagina, jika ada laserasi lakukan
hecting
41. Pastikaan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi pendarahan
42. Pastikan kandung kemih kosong
43. Ajarkan ibu dan keluarga untuk melakukan massase uterus dan menilai kontraksi
44. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
45. Memastikan keadaan umum ibu, TD, Nadi, Suhu, Respirasi
46. Memastikan keadaan bayi
47. Membereskan alat-alat dan memasukkan dalam larutan klorin 0,5%
48. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
49. Membersihkan dan memposisikan ibu dengan meluruskan kaki, menutupmbagian genital
dengan kain bersih dan kering, serta bersihkan tempat tidur ibu
50. Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin
51. Membersihkan celemek dengan menyemprotkan larutan klorin dan mengelap dengan
waslap
52. Mencelupkan tangan bersarung tangaan dalam klorin 0,5 % dan lepas handscoon dalam
keadaan terbalik.
53. Mencuci tangan dibawah air mengalir dan melepas celemek.
54. Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu untuk memberikan ASI, anjurkan keluarga untuk
memberikan minum dan makan kepada ibu
55. Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik pada bayi
56. Dalam 1 jm pertama, beri salep mata/tetes mata profilaksis infeksi, Vit K 1 mg IM di
paha kiri lateral, pemeriksaan fisik bayi, nafas, suhu
57. Setelah 1 jam pemberian Vit K berikan suntikan Hepatitis B IM dipaha kanan lateral
58. Lepaskan sarung tangan dengan keadaan terbalik kedalam larutan klorin
59. Cuci tangan
60. Dokumentasi (lengkapi partograf) dengan tetap melakukan pemantauan kala IV
(Luh Putu Widiastini, 2014)

Anda mungkin juga menyukai