TINJAUAN TEORI
2) Suhu tubuh
Suhu adalah keseimbangan antara panas yang diperoleh dengan panas yang hilang.
Perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh panas tubuh dan jumlah panas
yang hilang ke lingkungan luar. Pusat pengaturan suhu adalah hipotalamus. Bila
suhu tubuh lebih tinggi dari yang ditetapkan hipotalamus maka akan terjadi
pangeluaran panas, vasodilatasi, keringat dan hiperventilasi. Bila suhu lebih rendah
dari yang ditetapkan hipotalamus maka akan terjadi pembentukan panas,
metabolisme, dan otot kontraksi. Kelainan suhu karena penyimpangan
pembentukan panas, penyimpangan pengeluaran dan perubahan pusat pengaturan
suhu.
Tabel Batas Normal Suhu Tubuh
Batas Normal Suhu Tubuh (36 sampai 380 C)
Oral 370 C.
Rectal 37,50 C
Aksila 36,50 C
3) Denyut nadi
Nadi adalah pelebaran dan recoil arteri elastik berirama pada saat ventrikel kiri
memompakan darah kedalam sirkulasi. Nadi teraba diseluruh bagian tubuh dimana
arteri dapat dipalpasi diatas bagian yang keras, biasanya tulang. Frekuensi nadi
normal yaitu:
1) Bayi : 120 – 160 x / menit
2) Toddler : 90 – 140 x / menit
3) Pra sekolah : 80 – 110 x / menit
4) Usia sekolah : 70 – 100 x / menit
5) Remaja : 60 – 90 x / menit
6) Dewasa : 60 – 100 x / menit
Interpretasi Nadi :
1) Bradikardia adalah kecepatan denyut nadi lambat < 60x / menit.
2) Takikardia adalah kecepatan denyut nadi cepat > 100x / menit.
4) Pernapasan
Pernapasan adalah cara tubuh memperoleh O2 dan mengeluarkan CO2. Pengkajian
meliputi frekuensi, kedalaman, keteraturan, tanda – tanda yang menyertai, misal :
warna, bunyi dan napas. Mekanisme tubuh menggunakan pertukaran udara antara
atmosfer dengan darah serta darah dengan sel.
Frekuensi normal pernapasan :
a. Bayi baru lahir : 40 – 60x / menit
b. Toddler (2 tahun) : 25 – 32x / menit
c. Anak : 20 – 30x / menit
d. Dewasa : 16 – 24x / menit
(Manuaba 2012)
b. Palpasi Abdomen
1) Leopold I :
Untuk menentukan tinggi fundus uteri, menentukan usia kehamilan, menentukan
bagian janin yang ada pada fundus uteri.
a) Cara : Petugas menghadap kemuka ibu, uterus dibawa ketengah, tentukan
tinggi fundus uteri dan bagian apa yang terdapat di dalam fundus
b) Hasil : Kepala teraba benda bulat dan keras, Bokong teraba tidak bulat dan
lunak
2) Leopold II
Untuk menetukan bagian yang ada di samping uterus, menetukan letak.
a) Cara : Uterus didorong kesatu sisi sambil meraba bagian janin yang berada
disisi tersebut dengan cara yang sama pada sisi uterus yang lain.
b) Hasil : Punggung janin teraba membujur dari atas kebawah pada letak
kepala. Pada letak lintang dapat ditemukan kepala.
3) Leopold III
Untuk menentukan bagian janin yang berada di uterus bagian bawah.
a) Cara :Tangan kanan diletakan diatas simfisis dengan ibu jari disebelah
kanan ibu dengan empat jari lainnya disebelah kiri ibu sambil meraba
bagian bawah tersebut.
b) Hasil: Teraba kepala/bokong/bagian kecil janin.
4) Leopold IV
Untuk menetukan seberapa jauh bagian terendah bagian janin masuk ke dalam
panggul. Penurunan Bagian Terbawah dengan Metode Lima Jari (Perlimaan).
Metode perlimaan(APN, 2009) antara lain :
a) 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba di atas simfisis pubis
b) 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki pintu atas
panggul
c) 3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki rongga
panggul
d) 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih berada diatas
simfisi dan (3/5) bagian telah tururi melewati bidang tengah rongga
panggul (tidak dapat digerakkan)
e) 1/5 jika hanya I dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin
yang berada diatas simfisis dan 4/5 bagian telah masuk ke dalam rongga
panggul
f) 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari
pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah janin sudah masuk ke
dalam rongga panggul.
Cara menghitung berat badan janin dalam kandungan
Menghitung perkiraan berat badan janin (PBBJ) menurut caraJhonson:
a) Bila bagian terendah janin masuk pintu atas panggul :
PBBJ = ( TFU –11 ) x 155
b) Bila bagian terendah janin belum masuk pintu atas panggul :
PBBJ = ( TFU – 12 ) x 155
(ViVian Nany, 2014)
c. Memantan kontraksi uterus
Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam tangan untuk memantau
lamanya kontraksi uterus. Secara hati-hati, letakkan tangan penolong di atas uterus dan
palpasi jumlah kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit. Tentukan frekuensi
dan durasi dari setiap kontraksi yang terjadi. Pada fase aktif, minimal terjadi tiga
kontraksi dalam 10 menit dan lama kontraksi adalah 40 detik atau lebih, Di antara dua
kontraksi akan terjadi relaksasi dinding uterus
d. Memantau denyut jantung janin
Gunakan fetoskop Pinnards atau Doppler untuk mendengar denyut jantung janin (DJJ)
dalam rabim ibu dan untuk menghitung jumlah denyut jantung janin per menit,
gunakan jarum detik pada jam dinding atau jam tangan. Tentukan titik tertentu pada
dinding ahdomen ibu dimana suara DJJ terdengar paling kuat. Tip: Jika DII sulit untuk
ditemukan, lakukan palpasi abdomen Ibu untuk menentukan lokasi punggung bayl.
Biasanya rambatan suara DIJ lebih mudah didengar melalui dinding abdomen pada sisi
yang sama dengan punggung bayi. Nilal DJJ selama dan segera setelah uterus
berkontraksi. Mulai penilaian sebelum atau selama puncak kontraksi. Dengarkan DJJ
selama minimal 60 detik, termasuk sampai sedikitnya 30 detik setelah kontraksi
berakhir. Lakukan penilalan DJJ tersebut pada lebih dari satu kontraksi. Gangguan
kondisi kesehatan Janin dicerminkan dari DJJ yang kurang dari 120 atau lebih dari 160
kali per menit. Kegawatan janin ditunjukkan dari DJJ yang kurang dari 100 atau lebih
dari 180 kall per menit. Bila demikian, baringkan ibu ke sisi kiri, beri oksigen 4-6
L/menit, dan anjurkan ibu untuk relaksasi. Nilai kembali DJJ setelah 5 menit dari
pemeriksaan sebelumnya, Kemudian simpulkan perubahan yang terjadi. Jika DJJ tidak
mengalami perbaikan maka siapkan ibu untuk segera dirujuk
e. Periksa Dalam
Sebelum melakukan periksa dalam, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir,
kemudian keringkan dengan handuk kering dan bersih. Minta ibu untuk berkemih dan
inencuci area genitalia gika ibu belum melakukannya) dengan sabun dan air. Jelaskan
pada ibu setiap langkah yang akan dilakukan selama pemeriksaan. Tenteramkan hati
dan anjurkan ibu untuk rileks. Pastikan privasi ibu terjaga selama pemeriksaan
dilakukan
(JNPK-KR, 2016)
8. Mencatat Temuan pada Partograf
a. Informasi Tentang Ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan
persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sehapai 'Jam atau pukul pada partograf) dan
perhatikan kemungkinan ibu datang pada fase laten. Catat waktu pecahnya selaput
ketuban.
b. Kondisi Janin
Bagian diatas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DI),
air ketuban dan penyusupan (kepala janin)
1) Denyut jantung Janin
Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada baglan Pemeriksaan
Fisik dalam bab inl, nilal dan catat denyut jantung janin (DII) setlap 30 menit
(leblh sering jika ada tanda-tanda gawat janin), Setiap kotak di bagian atas
partograf menunjukkan waktu 30 menit. Skala anyka di sebelah kolon paling kiri
menunjukkan DJJ. Catat DIJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesual
dengan anga yang menunjukkan DIJ. Kemudian hubungkan titik satu dengan titik
lainnya dengan garis tegas dan bersambung sehingga membentuk grafik DJI
(Gambar 2-6). Kisaran normal DIJ terpapar pada partograf diantara garis tebal
pada angka 180 dan 100, Sebalknya, penolong harus waspada bila DJJ mengarah
hingga dibawah 120 atau dilatas 160.
2) Warna dan adanya air ketuban
Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai warna air
ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai
di bawah lajur DIJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini: :
U : selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
J : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
D : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K : selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi
("kering") Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya
gawat janin.
Jika terdapat mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali tanda-tanda
gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut
jantung janin < 100 atau >180 kali per menit) maka ibu harus segera dirujuk.
Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan gawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir
3) Penyusupan (Molase) Tulang Kepala Janin
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar
derajat penyusupan atau tumpang-tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan
risiko disproporsi kepala-panggul (CPD).
Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan
lambang-lambang berikut ini:
0: tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
1: tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan
3: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
c. Kemajuan persalinan
Kołom dan lajur kedua pada partograf adalan untuk pencatalan kemajuan persalinan.
Angka 0- 10 yang tertera di kolom paling kiri adalah ukuran dilatasi serviks. Nilai
setiap angka sesuai dengan besarnya dilatasi serviks dalam satuan centimeter dan
menempati lajur dan kotak tersendiri. Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke
lajur lajur menunjukkan penambahan dilatasi serviks sebesar 1 cm.
Pada lajur dan kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah janin tercantum angka
1-5 yang sesuai dengan metode perlimaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
(Menentukan Penurunan Janin). Setiap kotak segi empat atau kubus menunjukkan
waktu 30 menit untuk pencatatan waktu pemeriksaan, denyut jantung Janin, kontraksi
uterus dan frekuensi nadi ibu
1) Pembukaan serviks
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam
bab ini, nilai dan catat pembukaan serviks setlap 4 Jam (lebih sering dilakukan Jika
ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada
partograf setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda 'X' harus dicantumkan di
garis waktu yang sesual dengan lajur besarnya pembukaan serviks. Perhatikan:
Pilih angka pada tepi kiri luar kalom pembukaan serviks yang sesuai dengan
besarnya pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yang diperoleh dari hasil
periksa dalam. Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan
(pembukaan serviks) dari hasil periksa dalam harus dicantumkan pada garis
waspada. PIlih angka yang sesuai dengan bukaan serviks (hasil periksa dalam) dan
cantumkan tanda 'X pada ordinat atau titik silang garis dilatasi serviks dan garis
waspada. Hubungkan tanda X' dari setiap pemerilsaan dengan garis utuh.
2) Penurunan bagian terbawah janin
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik di bab
ini. Setiap kali melakukan periksa dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering (ika
ditemukan tanda-tanda penyulit). Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala
(perlimaan) yang menunjukkan seberapa jauh bagian terbawah Janin telah
memasuki rongga panggul. Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks
selalu diikuti dengan turunnya bagian terbawah janin. Dalam kondisi tertentu,
bagian terbawah janin turun setelah pembulcaan serviks mencapai 7 cm.
3) Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik
dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi Jika laju pembukaan adalah 1 cm
per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada.
Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan
kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya
: fase aktif yang memanjang, serviks kaku, atau inersia uteri hipotonik, dll).
Pertimbangkan perlunya melakukan intervensi bermanfaat yang diperlukan,
misalnya : persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau
puskesmas) yang memiliki kemampuan untuk menatalaksana penyulit atau
gawatdarurat obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak
4 jam) garis waspada. Jika pembukaan serviks telah melampaul dan berada di
sebelah kanan garis bertindak maka hal ini menunjukkan periu dilakukan tindakan
untuk menyelesaikan persalinan. Sebaiknya, ibu harus sudah berada di tempat
rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
d. Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan "kontraksi per 10
menit" di sebelah luar kolom paling kiri. Setlap kotak menyatakan satu kontrakst.
Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi per 10 menit dan lamanya kontraksi
dalam satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit
dengan cara mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang
mencerminkan temuan dari hasil pemeriksaan kontraksi. Sebagai contoh jika ibu
mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit, maka lakukan pengisian pada
3 kotak kontraksi. Catat frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 30 menit
selama kala I fase aktif.
e. Kondisi Ibu
Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf, terdapat kotak atau
ruang untuk mencatat kondidi kesehatan dan kenyamanan ibu selama persalinan.
1) Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah
ibu. Niiai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih
sering jika diduga adanya penyulit). Beri tanda titik () pada kolom waktu yang
sesuai. Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan
(lebih sering jika diduga adanya penyulit. Beri tanda panah pada partograf pada
kolom waktu yang sesuai: 1 Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika
terjadi peningkatan mendadak atau diduga adanya Infeksi) setiap 2 jam dan catat
temperatur tubuh pada kotak yang sesuai
2) Volume urin, protein dan aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urin Ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu
berkemih). Jika memungkinkkan, setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan
aseton dan proteinuria
INGAT:
a. Fase laten persalinan didefinisikan sebagal pembukaan serviles kurang dari 4 cm.
Biasanya fase laten berlangsung tidak lebih dari 8 jam.
b. Dokumentasikan asuhan, penganatan dan pemeriksaan selama fase laten persalinan
pada catatan kemajuan persalinan yang dibuat secara terpisah atau pada kartu KMS.
c. Fase aktif persalinan didefinisikan sebagai pembukaan servils dari 4 sampai 10 cm.
Biasanya pembukaan serviks selama fase aktif sedikitnya 1 cm/jam.
d. Saat persalinan maju dari fase laten ke fase aktif, catatkan hasil periksa dalam
(pembukaan serviks) pada garis waspada di partograf.
e. Jika ibu datang pada saat fase aktif persalinan, langsung catatkan pembukaan serviks
pada garis waspada.
f. Pada persalinan tanpa penyulit, catatan pembukaan serviks umumnya tidak akan
melewati garis waspada.
(JNPK-KR, 2016)