a. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah suatu proses yang fisiologis, dimana terjadi pengeluaran hasil konsepsi yaitu janin dan
plasenta yang dapat hidup diluar kandungan, persalinan dimulai karena adanya kontraksi uterus, penipisan
dan pembukaan serviks, bayi dan plasenta lahir melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau
dengan kekuatan ibu sendiri. (Widiastini, 2014)
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan aterm (37-40 minggu).
Lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin (Wikjnosastro, 2013 (Legawati, 2018:24-25)
Tujuan asuhan persalinan normal yaitu mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat
kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta
intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat optimal.
(Diana, dkk, 2019:6)
c. Tanda-tanda Persalinan
a) Terjadi Lightening
Menjelang usia kehamilan ke 36 minggu pada primigravida akan terjadi penurunan fundus uteri
yang disebabkan oleh kontraksi Braxton Hicks atau kontraksi palsu sehingga kepala janin masuk pintu
atas panggul, Masuknya kepala bayi kedalam pintu atas panggul menyebabkan ibu merasa ringan di
bagian atas rasa sesak berkurangdan di bagian bawah terasa sesak, menjadi kesulitan saat berjalan dan
buang air kecil.
Semakin tuanya kehamilan, pengeluaran estrogen dan progesteron semakin berkurang, sehingga
oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering, yang dikenal sebagai his palsu. Sifat- sifat his
palsu berupa ; Rasa nyeri ringan dibagian bawah, datangnya tidak teratur, tidak terjadi perubahan pada
serviks, durasinyasebentar, dan tidak bertambah bila beraktivitas.
2) Tanda persalinan
His persalinan mempunyai sifat antara lain ; pinggang terasa sakit dan menjalar ke depan.,
sifatnya teratur dengan interval makin pendek dan kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh
terhadap perubahan serviks, makin beraktivitas (berjalan), kekuatan his makin bertambah.
b) Pengeluaran lendir bercampur darah
Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan Pendataran dan
pembukaan, pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas, terjadi
pendarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
c) Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus persalinan, kulit ketuban dapat pecah yang menimbulkan pengeluaran
cairan. Sebagian besar kulit ketuban pecah menjelang pembukaan lengkap. Jika kulit ketuban sudah
pecah, diharapkan persalinan berlangsung dalam 24 jam.
d. Tahapan Persalinan
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks, hingga
mencapai pembukaan lengkap 10 cm. Persalinan kala I terbagi menjadi 2 fase yaitu fase laten dan fase
aktif:
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan servik secara
bertahap, pembukaan serviks kurang dari 4 cm, biasanya berlangsung hingga 8 jam (Kurniarum,
2016).
(1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat, kontraksi dianggap
adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40
detik atau lebih, serviks membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih
perjam hingga pembukaan lengkap (10 cm), dan terjadi penurunan bagian terendah janin
(Kurniarum, 2016 : 11).
(2) Fase ini Ada 3 tahap, pembukaan serviks dari 4-10 cm berlangsung 6 jam (Yulianti,
2019) : (a) Fase Akselerasi, berlangsung selama 2 jam pembukaan menjadi 4 dan his terjadi
minimal 2 kali dalam 10 menit dengan durasi 20-30 detik.
(b) Fase Dilatasi Maksimal, berlangsung 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9
cm dan his terjadi 2-4 kali dalam 10 menit dengan durasi 40-60 detik.
(c) Fase Deselerasi, berlangsung lambat dalam 2 jam pembukaan menjadi 10 cm atau
lengkap (Yulianti, 2019). His terjadi 3-4 kali dalam 10 menit dengan durasi 60-90 detik
(Murray, 2013).
2) Kala II
Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan berakhir dengan lahirnya bayi.
Proses ini berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. Tanda-tanda bahwa kala II persalinan sudah
dekat adalah ibu ingin meneran, perineum menonjol, vulva vagina dan sphincter anus membuka, jumlah
pengeluaran air ketuban meningkat, pada kala ini his lebih kuat dan lebih cepat, kurang lebih 2-3 menit sekali,
dan pembukaan lengkap 10 cm (Kurniarum, 2016:12).
3) Kala III
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput
ketuban, berlangsung tidak lebih dari 30 menit, disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta
(Kurniarum, 2016:19).
b) Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong keatas karena plasenta sudah terlepan dari segmen bawah rahim.
4) Kala IV
Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah itu, pemantauan dilakukan 15 menit pada
jam pertama setelah kelahiran plasenta, 30 menit pada jam kedua setelah persalinan, jika kondisi ibu tidak stabil
perlu pemantauan lebih sering. Observasi yang harus dilakukan adalah : tingkat kesadaran ibu bersalin ,
pemeriksaan tanda vital, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan, perdarahan dianggap masih normal jika
jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc (Kurniarum, 2016:20).
Menurut (Utami dan fitriahadi, 2019:52-54) Kebutuhan Ibu selama persalinan adalah sebagai berikut
Dalam inpartu akan merasa sangat panas dn berkeringat sehingga bagi ibu yang masih memungkinkan untuk
berjalan diberikan kesempatan untuk mandi. Tetapi bagi ibu yang sudah tidak memungkinkan, bidan dan
keluarga membantu ibu menyeka dengan waslap yang dibasah dengan air dingin. Demikian dengan baju yang
basah karena keringat bisa diganti dengan yang baru.
b) Posisi
Dalam kehamilan beberapa ibu hamil sudah dilatih untuk menghadapi persalinan, misalnya senam, jalan-jalan,
jongkong, dan berdiri. Sehingga saat persalinan ibu hamil memiliki keinginan untuk merubah posisi pada saat
persalinan, tidak hanya tidur telentang. Ibu berusaha untuk menggunakan posisi senyaman mungkin.
c) Kontak fisik
Selama proses persalinan ibu tidak suka dengan bercakap-cakap. Ibu merasa lebih nyaman untuk kontak fisik.
Keluarga dianjurkan untuk melakukan kontak fisik seperti berpegangan tangan, menggosok- gosok punggung,
menyeka wajah dengan air dingin, mendekap, mengelus-elus perut, atau memijat kaki. Bila memungkinkan
dapat dilakukan rangsangan pada putting susu, klitoris, untuk mendorong pelepasan oksitosin sehingga akan
merangsang kontraksi menjadi semakin kuat. Keluarga membantu merubah posisi tidur ibu.
d) Pijatan
Ibu yang mengeluh sakit pinggang atau nyeri selama persalinan membutuhkan pijatan untuk meringankan
keluhan, dapat dilakukan dengan pijatan melingkar daerah lumbusakralis, menekan daerah lutut dengan posisi
ibu duduk atau mengelus-elus perut.
Keinginan berkemih pada ibu inpartu sering terganggu dengan adanya kontraksi untuk itu perlu diperhatikan
karena dapat menghambat turun nya bagian terendah janin dan kontraksi uterus setiap 4 jam kandung kemih
harus dikontrol, dan diupayakan ibu kencing sendiri.
Ibu bersalin sering merasakan cemas memikirkan hal-hal yang terjadi seperti, perasaan sakit, takut menghadapi
persalinan, penolong sabar atau tidak, apakah anaknya cacat. Perasaan tersebut akan menambah rasa sakit oleh
karena itu ibu bersalin memerlukan pendamping selama persalinan karena dapat menimbulkan efek positif
terhadap persalinan
menguragi rasa sakit, persalinan lebih singkat dan menurunnya persalinan dengan tindakan. Sedangkan
Sumarah (2008) mengkategorikan kebutuhan ibu dalam proses persalinan meliputi (Walyani dan Purwoastuti,
2016:30)
1) Kebutuhan fisiologis
a) Oksigen.
e) Memberikan pujian pada ibu terhadap tindakan positif yang ibu lakukan.
a. Pengertian Nyeri
Nyeri atau sakit merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan,
biasanya berkaitan dengan adanya kerusakan jaringan atau yang berpotensi menimbulkan kerusakan jaringan
tubuh. Nyeri merupakan kondisi yang membuat seseorang merasa tidak nyaman bahkan bisa berlanjut
menimbulkan gangguan rasa aman. Rasa nyeri bersifat individual, banyak factor yang mempengaruhi sehingga
menimbulkan persepsi berbeda-beda antara individu satu dengan lainnya.
Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi
uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama persalinan. Respon fisiologis terhadap nyeri
meliputi peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot.
Nyeri persalinan ditandai denganadanya kontraksi rahim, kontraksi sebenarnya telah terjadi pada minggu ke-
30 kehamilan yang disebut kontraksi Braxton hicks akibat perubahan- perubahan dari hormon estrogen dan
progesteron tetapi sifatnya tidak
teratur, dan kekuatan kontraksi Braxton hicks ini akan menjadi kekuatan his dalam persalinan dan sifatnya
teratur. (Sari, dkk, 2018:1) Nyeri dalam persalinan dan kelahiran adalah bagian dari respon fisiologis yang
normal terhadap beberapa faktor. Selama Kala I persalinan, nyeri yang terjadi pada kala I terutama disebabkan
oleh dilatasi serviks dan distensi segmen uterus bawah. Pada awal kala I, fase laten kontraksi pendek dan
lemah, 5 sampai 10 menit atau lebih dan berangsung selama 20 sampai 30 detik. Wanita mungkin tidak
mengalami ketidaknyamanan yang bermakna dan mungkin dapat berjalan ke sekeliling secara nyaman diantara
waktu kontraksi. Pada awal kala I, sensasi biasanya berlokasi di punggung bawah, tetapi seiring dengan waktu
nyeri menjalar ke sekelilingnya seperti korset/ikat pinggang, sampai ke bagian anterior abdomen. Interval
kontraksi makin memendek, setiap 3 sampai 5 menit menjadi lebih kuat dan lebih lama. (Kurniarum, 2016 :36).
Pada dasarnya Rasa nyeri pada proses persalinan berbeda dengan rasa nyeri yang dialami individu pada
umumnya. Perbedaan tersebut terletak pada (Rejeki, 2018:37):
1) Proses fisiologis: Nyeri persalinan adalah proses fisiologis, dimana ini terjadi karena adanya kontraksi akibat
proses hormonal dalam persalinan seperti naiknya kadar oksitoksin, naiknya kadar prostaglandin dan turunnya
kadar progresteron
2) Perempuan dapat mengetahui bahwa ia akan mengalami nyeri saat bersalin apalagi bila seseorang telah
mengalami atau berpengalaman sebelumnya, sehingga hal tersebut dapat diantisipasi.
3) Pengetahuan yang cukup tentang proses persalinan akan membantu perempuan untuk mengatasi nyeri
persalinan yang bersifat intermiten (sementara).
4) Konsentrasi perempuan pada bayi yang akan dilahirkan akan membuat lebih toleran terhadap nyeri yang
dirasakan saat persalinan, karena ia lebih berfokus pada harapan kelahiran bayinya.
Sebagaimana proses terjadinya nyeri yaitu adanya kerudakan jaringan yang diakibatkan oleh beberapa
penyebab, maka nyeri persalinan juga terjadi diakibatkan oleh adanya (Rejeki, 2018:35-36) :
1) Penekanan pada ujung-ujung saraf antara serabut otot dari korpus fundus uterus.
2) Adanya iskemik miomerium dan serviks karena kontraksi sebagai konsekuensi dari pengeluaran darah dari
uterus atau karena adanya vasokontriksi akibat aktivitas berlebihan dari saraf simpatis
4) Kontraksi pada serviks dan segmen bawah rahim menyebabkan rasa takut yang memacu aktivitas berlebih
dari system saraf simpatis.
5) Adanya dilatasi dari serviks dan segmen bawah rahim. Banyak data yang mendukung hipotesis nyeri
persalinan kala I terutama disebabkan karena dilatasi serviks dan segmen bawah rahim oleh karena adanya
dilatasi, peregangan dan kemungkinan robekan jaringan selama kontraksi
e. Tingkat Nyeri Persalinan
Setiap proses persalinan berakibat rasa nyeri. Rasa nyeri dari seseorang dalam proses persalinan sangat
bervariasi, tergantung dari bagaimana individu dan bagaimana ia menggambarkan rasa nyeri tersebut (Rejeki,
2018 : 36-37).
1) Nyeri merupakan pengalaman subyektif, Nyeri dalam proses persalinan merupakan pengalaman subyektif
yang timbul dari akibat perubahan fungsi organ tubuh yang terlihat dalam menentukan kemajuan proses
persalinan melalui jalan lahir (Maryunani, 2010; (Rejeki, Nurullita, & Krestanti, 2013).
2) Intensitas rasa nyeri yang dipersepsikan: Tingkat nyeri persalinan digambarkan dengan intensitas nyeri yang
dipersepsikan olah ibu saat proses persalinan. Intensitas nyeri tergantung dari sensasi keparahan dari nyeri itu
sendiri (Kozier, 2011).
3) Intensitas nyeri yang diukur dengan skala nyeri yang dirasakan oleh seseorang: Intensitas rasa nyeri
persalinan dapat ditentukan dengan cara menanyakan kepada pasien tentang tingkatan intensitas atau merajuk
pada skala nyeri. Hal ini dilakukan ketika ibu tidak dapat menggambarkan rasa nyeri. Contohnya, skala 0-10
(skala numeric), skala deskriptif yang menggambarkan intensitas tidak nyeri sampai nyeri yang tidak
tertahankan, skala dengan gambar kartun profil wajah dan sebagainya.
Menurut (Rejeki, 2018:42-43) Faktor yang mempengaruhi persalinan antara lain budaya, respon psikologis
(cemas, takut), pengalaman persalinan, support system dan persiapan persalinan.
1) Budaya
Budaya dan etniksitas mempunyai pengaruh pada bagaimana seseorang berespon terhadap nyeri.
Respon psikologis seperti cemas dan takut akan meningkatkan hormon katekolamin dan adrenalin. Efeknya
aliran darah akan berkurang dan oksigenasi ke dalam otot uterus akan berkurang. Sebagai konsekwensinya
arteri akan mengecil dan menyempit sehingga dapat meningkatkan rasa nyeri.
3) Pengalaman persalinan
Individu yang mempunyai pengalaman persalinan sebelumna lebih toleran terhadap nyeri dibanding
orang yang mengalami belum pernah bersalin dan belum pernah merasakan nyeri persalinan.Seseorang yang
terbiasa merasakanan nyeri akan lebih siap dan mudah mengantisipasi nyeri daripada individu yang mempunyai
pengalaman sedikit tentang nyeri persalinan (Muttaqin, 2008).
4) Support system
Individu yang mengalami nyeri seringkali membutuhkan dukungan (Support sistem), bantuan,
perlindungan dari anggota keluarga lain dan orang terdekat. Walaupun nyeri masih dirasakan oleh klien,
kehadiran orang terdekat akan meminimalkan kesepian dan ketakutan (Muttaqin, 2008). Kehadiran seorang
pendamping persalinan selama proses persalinan akan membawa dampak yang baik, kerena dapan memberikan
rasa nyaman, aman. Semangat serta dukungan emosional yang dapat membesarkan hati, mengurangi rasa sakit
dan mempercepat proses persalinan (Nolan, 2004). Persalinan yang tidak didampingi akan menimbulkan
dampak perasaan takut yang dapat menimbulkan ketegangan sehingga menyebabkan gangguan his, dan
akhirnya persalinan berjalan tidak lancar. Pendamping memegang peranan penting dalam proses persalinan.
Dukungan yang penuh kasih mengurangi kebutuhan ibu terhadap obat pereda nyeri dan campur tangan medis
dalam persalinan (Nolan, 2004).
5) Persiapan persalinan
Persiapan persalinan yang baik akan mempengaruhi respon seseorang terhadap nyeri. Persiapan
persalinan yang baik diperlukan agar tidak terjadi permasalahan psikologis seperti cemas dan takut yang akan
meningkatkan respon nyeri.