Anda di halaman 1dari 13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Persalinan
1. Definisi/Pengertian
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan
dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada
serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara
lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan
perubahan serviks. (JNPK-KR, 2008)

2. Tanda Dan Gejala Persalinan


Tanda-tanda persalinan :
1. Terjadinya HIS persalinan. HIS persalinan mempunyai sifat :
a. Pinggang terasa sakit
b. Sifatnya teratur
c. Interval makin pendek
d. Kekuatannya makin besar
e. Makin beraktivitas (janin) kekuatannya makin besar
2. Pengeluaran lendir dan darah. Dengan HIS persalinan terjadi perubahan
serviks yang menimbulkan
a. Pendataran dan pembukaan serviks
b. Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis
lepas
c. Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
3. Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran
cairan sehinga sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan
lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalm
24 jam. (Manuaba, 1998)

3
3. Jenis-jenis Persalinan
Jenis persalinan berdasarkan teknik :
1. Persalinan Spontan
Persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
2. Persalinan Buatan
Persalinan dibantu dengan tenaga luar misalnya ekstraksi dengan forceps
atau dilakukan operasi Sectio Caesarea.
3. Persalinan Anjuran
Persalinan tidak mulai dengan sendirinya tetapii berlangsung setelah
pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin.

Jenis persalinan berdasarkan tuanya umur kehamilan dan berat badan bayi yang
dilahirkan :
1. Abortus
Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu atau bayi
dengan berat badan kurang dari 500 gr
2. Partus Immaturus
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28 minggu atau bayi
dengan berat badan antara 500 gr dan 999 gr
3. Partus Prematurus
Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37 minggu atau bayi
dengan berat badan antara 1000 gr dan 2499 gr
4. Partus Maturus atau Aterm
Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu atau bayi
dengan berat badan 2500 gr atau lebih
5. Partus Postmaturus atau Partus Serotinus
Pengeluaran buah kehamilan setelah kehamilan 42 minggu (Obstetri
Fisiologi, 1983)

4
4. Tahap Persalinan
Mempunyai beberapa tahap antara lain :
1) Kala I
Adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0 sampai
lengkap 10 cm kala satu lamanya pada primigravida 12 jam pada
multigravida 8 jam.
a. Fase laten : pembukaan 0-3 cm lamanya 7-8 jam
b. Fase aktif :
1) Fase akselerasi : pembukaan menjadi 4 cm lamanya 2 jam
2) Fase dilatasi maksimal : pembukaan 4-9 cm lamanya 2 jam
3) Fase diselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali 9-10 cm
Fase-fase tersebut diatas berbeda antara primigravida dan multigravida
Primigravida Multigravida
- Serviks mendatar baru - Servik mendatar dan membuka
dilatasi secara bersamaan
- Berlangsung 13-14 jam - Berlangsung 6-7 jam

2) Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan lengkap 10 cm dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Kala II dikenal sebagai kala pengeluaran
d. Tanda dan gejala kala II
1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
2) Ibu merasakn makin meningkatkan tekanan pada anus dan atau
vaginanya
3) Perinium menonjol
4) Vulva vagina dan spingater ani terlihat membuka
e. Diagnosa kala II dapat ditegakkan
1) Adanya pembukaan serviks lengkap 10 cm
2) Terlihat bagian-bagian kepala bayi pada introitas vagina
f. Lamanya kala II persalinan
1) Pada primigravida : ± 1,5 jam
2) Pada multigravida : ± 30 menit

5
3) Kala III
Kala III dimulai sejak lahirnya bayi sampai lahirnya placenta yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
4) Fisiologi kala III persalinan
Pada kala III persalinan otot uterus berkontraksi dengan mengikuti
berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi,
penyusutan ukuran rongga ini menyebabkan berkurangnya tempat
implantasi placenta. Karena tempat implantasinya semakin kecil placenta
tidak berubah, maka placenta akan menekuk, menebal kemudian
dilepaskan dari dinding uterus.

5) Tanda-tanda lepasnya placenta


1) Perubahan pada fundus uteri
2) Tali pusat memanjang
3) Pengeluaran darah tiba-tiba

6) Cara-cara pelepasan plasenta


1) Cara Scultze
Pelepasan plasenta mulai dari pertenganhan sehingga plasenta lahir
diikuti oleh pengeluaran darah.
2) Cara Dunan
Pelepasan plasenta dari darah tepi sehingga terjadi perdarahan dan
diikuti oleh pelepasan plasenta
3) Bentuk kombinasi pelepasan plasenta
- Terjadinya kontraksi rahim sehingga membulat, keras dan
terdorong keatas
- Placenta di dorong segmen bawah rahim
- Tali pusat menjadi panjang
- Terjadi perdarahan mendadak

6
7) Tanda-tanda placenta telah lepas
1) Prasat krustner
- Tali pusat dikencangkan
- Tangan ditekan diatas symphisis, bila tali pusat masuk kembali
berarti placenta belum lepas
2) Prasat klien
- Ibu dusuruh mengejan sehingga tali pusat ikut turun/memanjang
bila mengejan dihentikan dapat terjadi
1. Tali pusat tertarik kembali berarti placenta belum lepas
2. Tali psuat tetap di tempat berarti plasenta sudah lepas
3) Prasat stessman
Tali pusat dikencangkan dan rahim diketok-ketok, bila getarannya
sampai pada tali pusat berarti placenta belum lepas
4) Prasat manuaba
Tangan kiri memegang uterus pada segmen bawah rahim sedangkan
tangan kanan memegang dan mengencangkan tali pusat, kedua tangan
ditarik berlawanan dapat terjadi :
- Tarikan tersa berat dan tali pusat tidak memanjang, berarti plasenta
belum lepas
- Tarikan terasa ringan (mudah) dan tali psuat memanjang, berarti
placent sudah lepas.
4) Kala IV
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam
setelahnya. Dalam kala IV klien masih membutuhkan pengawasan yang
intensif karena perdarahan yang disebabkan atonia uteri masih mengancam
maka dalam kala IV klien belum boleh dipindahkan ke kamar dan tidak
boleh ditinggalkan oleh bidan. Hal-hal yang harus ditinggalkan oleh bidan
dalam kala IV :
a. Pengawasan perdarahan post partum
b. Menjahit robekan perenium
c. Memeriksa bayi (Manuaba, 1998)

7
5. Asuhan Persalinan Normal
1. Mengamati tanda dan gejala kala II (Doran,teknus,perjol,vulka)
2. Memastikan perlengkapan, bahan dan oba-obatan esensial siap
digunakan, mematahkan eksitosin 10 U dan menempatkan tabung
suntik steril sekali pakai didalam partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah saku, mencuci ke
dua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan
mengeringkan tangan dengan handk satu kali pakai.
5. Memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi untuk semua
pemeriksaan dalam
6. Menghisap oksitosin 10 U ke dalam tabung suntik (dengan memakai
sarung tangan steril) dan meletakkkan kembali di partus set.
7. Memberikan vulva dan perinium, menyekanya dengan hati-hati dari
depat kebelakang dengan kapas/kasa yang dibasahi air desinfeksi
tingkat tinggi.
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan bahwa pembukaan servik sudah lengkap, bila
ketuban belum pecah sedangkan pembukaan sudah lengkap lakukan
amniotomi.
9. Mendekontaminasikan sarung tangan dengan mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% dan
melepas dalam keadaan terbalik serta merendam dalam larutan klorin
0,5% selama 10 mnt, mencuci ke dua tangan.
10. Memeriksa DJJ setelah kontraksi uterus berakhir untuk memastikan
bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 x/mnt).
11. Memberitahukan ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik dan membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai
keinginannya.
- Menunggu Ibu hingga punya keinginan meneran
- Menjelaskan kepada keluarga bagaimana mereka dapat mendukung
dan memberikan semangat kepada Ibu saat mulai meneran.

8
12. Meminta bantuan keluarga menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (pada
saat his, bantu Ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa
nyaman)
13. Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan kuat
untuk meneran.
- Bimbing Ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
- Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai
- Bantu Ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
- Anjurkan Ibu beristirahat diantara kontraksi
- Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat pada Ibu
- Berikan cukup asupan cairan peroral
- Menilai DJJ setiap kontaksi uterus selesai
- Segera rujuk jika bayi belum/tidak segera lahir setelah 120 mnt (2
jam) meneran (primigravida)/ 60 mnt (1 jam) meneran (multigravida)
14. Anjurkan Ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika Ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
15. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di berut Ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong.
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan
alat dan bahan.
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
maka lindungi perinium dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Menganjurkan
Ibu meneran perlahan/bernafas dangkap dan cepat.
20. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan mengambil
tindakan yang sesuai jika itu terjadi, dan segera melanjutkan proses
kelahiran bayi.

9
- Jika tali pusat meliliti leher secara longgar, lepaskan lewat bagian
atas kepala bayi
- Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat didua tempat
dan potong diantara dua klem tersebut
21. Tunggu kepala bayi melakukan putar paksi luar secara spontan
22. Setelah kepala mengalami putar paksi luar, pegang secara biparetal.
Anjurkan Ibu untuk meneran saat kontraksi. Denga lembut gerakan
kepala kearah bawah dan distal hingga bahu dengan muncul dibawah
arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perinium Ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah, menggunakan
tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah
atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki
dengan Ibu jari dan jari-jari lainnya)
25. Melakukan penelitian (selintas)
- Apakah bayi menangis kuat dan bernafas tanpa kesulitan ?
- Apakah bayi bergerak dengan aktif.
- Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap,
melakukan langkah resusitasi.
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks, ganti
handuk basah dengan handuk/kain kering, membuarkan bayi diatas
perut Ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus
28. Memberitahu Ibu bahwa akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik.

10
29. Dalam waktu 1 mnt setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 U Im di
1/3 paha atas distal lateral (melakukan aspirasi sebelum menyuntikkan
oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira
3 cm dari pusat bayi, mendorong isi tali pusat kearah distal (Ibu) dan
jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Memotong dan mengikat tali pusat
- Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang lebih dijepit (dilindungi
perut bayi) dan melakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem
tersebut. Mengikat tali pusat dengan benang DTT pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya
dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
- Melepaskan klem dan memasukkan dalam wadah yang telah
disediakan.
32. Meletakkan bayi agar ada kontak kulit Ibu ke kulit bayi. Meletakkan
bayi tengkurap didada Ibu. Luruskan bahu bayi sehingga menempel di
dada / perut Ibu, mengusahakan bayi berada diantara payudara Ibu
dengan posisi lebih rendah dari puting Ibu.
33. Menyelimuti Ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di
kepala bayi.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
35. Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut Ibu, ditepi atas simpisis,
untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus kebelang-atas (darso-kranial) secara
hati-hati (untuk mencegah inversio uteri) jika plasenca tidak lahir
setelah 30-40 dtk hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga
timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas. Jika uterus tidak
segera berkontraksi, minta Ibu, suami / keluarga melakukan stimulasi
puting susu.
37. Melakukan penegangan dan dorongan darso-kranial hingga plasenta
lepas, meminta Ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan

11
arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan
lahir (tetap melakukan tekanan darso-kranial). Jika tali pusat bertambah
panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva
dan lahirkan plasenta, Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit
menegangkan tali pusat.
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan plaseta pada wadah yang telah
disediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung DTT untuk
melakukan eksporasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan
atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang
tertinggal.
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase
uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkonrtaksi.
Melakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi
setelah 15 dtk masase.
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke Ibu maupun
janin dan memastikan selaput ketuban, lengkap dan utuh, masukkan
plasenta kedalam kantong plastik/tempat khusus.
41. Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perinium.
Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di ada paling
sedikit 1 jam. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi dini
dalam waktu 30-60 mnt menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar
10-15 mnt. Bayi cukup menyusu dari satu payudara. Biarkan bayi
berada di dada selama 1 jam walaupun bayi berhasil menyusu kalau
belum menyusu tunggu sampai 2 jam.

12
44. Setelah 1 jam melakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes
mata antibiotika profilaksis, dan vit K1 1 mg Im di paha kiri
anterolateral.
45. Setelah 1 jam pemberian vit K1 berikan suntikan imunisasi hepatitis B
di paha kanan anterolateral, meletakkan bayi didalam jangkauan Ibu
agar sewaktu-waktu bisa disusukan. Meletakkan kembali bayi pada Ibu
bila bayi belum berhasil menyusu didalam satu jam pertama dan
biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
46. Memantau kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
- 2-3 kali dalam 15 menit pertama PP
- Setiap 15 mnt pada 1 jam pertama PP
- Setiap 20-30 mnt pada jam kedua PP
- Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang
sesuai untuk aoniouteri.
47. Mengajarkan Ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah perdarahan
49. Memeriksa nadi Ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 mnt selama
1 jam pertama PP dan setiap 30 mnt selama jam kedua PP.
- Memeriksa temperatur tubuh Ibu sekali setiap jam selama 2 jam
pertama PP
- Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik (40-60 x/mnt) serta suhu tubuh normal (365 0C-375 0C).
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 mnt), mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi.
52. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang
sesuai.
53. Membersihkan Ibu dengan air DTT, membersihkan sisa cairan ketuban,
lendir, dan darah, membantu Ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.

13
54. Memastikan Ibu merasa nyaman, membantu Ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberi Ibu minuman dan makanan
yang diinginkan.
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
56. Mencelupkan sarung tangan kotor dalam larutan klorin 0,5% membalik
bagian dalam keluar dan merendam selama 10 mnt.
57. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Melengkapi patograf, memeriksa TTV dan asuhan kala IV

6. Asuhan Sayang Ibu


Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang
ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses
persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil penilitian menunjukkan bahwa jika
ibu diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi
serta mengetahui dengan baik mengenai proses persalinan dan asuhan yang
akan mereka terima, mereka akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang
baik. Antara lain, juga disebutkan bahwa asuhan tersebut dapat mengurangi
jumlah persalinan dengan tindakan, seperti ekstraksi vakum, forseps dan seksio
sesarea. Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan :
1. Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai martabatnya
2. Jelaskan asuhan dan perawatan yang akan dberikan pada ibu sebelum
memulai asuhan tersebut
3. Jelaskan proses persalinan pada ibu dan keluarganya
4. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir
5. Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu
6. Berikan dukungan, besarkan hatinya dan tentramkan perasaan ibu beserta
anggota keluarga
7. Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan anggota keluarga yang lain
8. Ajarkan kepada suami dan anggota keluarga mengenai cara-cara
begaimana memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan
kelahiran bayinya

14
9. Lakukan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik dan konsisten
10. Hargai privasi ibu
11. Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan
kelahiran bayi
12. Anjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia
menginginkannya
13. Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak memberi
pengaruh merugikan
14. Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan seperti
episiotomi, pencukuran dan klisma
15. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir
16. Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah
kelahiran bayi
17. Siapkan rencana rujukan
18. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik serta bahan-
bahan, perlengkapan dan obat-obatan yang di perlukan. Siap untuk
melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi (Sarwono
Prawirohardjo, 2010)

15

Anda mungkin juga menyukai