Anda di halaman 1dari 10

JPPKMI 3 (1) (2022) 52-61

JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jppkmi

Analisis Pengelolaan Limbah Medis

Veronica Prila Arlinda, Rudatin Windraswara, Muhammad Azinar

Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia.

Article Info Abstract


Article History: RSUD Ungaran merupakan Rumah Sakit tipe C yang menghasilkan berbagai jenis limbah medis.
Submitted November 2021 Berbagai limbah yang dihasilkan oleh kegiatan di rumah sakit ini dapat menimbulkan dampak
Accepted April 2022 negatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengelolaan limbah medis yang dilakukan
Published June 2022
di RSUD Ungaran. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Rancangan penelitian-
nya adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitiannya adalah sumber limbah medis hampir di semua
ruangan, jenis limbah medis dibedakan menjadi tiga, jumlah limbah medis per harinya rata-rata
Keywords: sebesar 74,79 kg. Proses pengelolan limbah medis berupa pemilahan, pengangkutan, penyimpanan
Limbah Medis; Rumah dan pengolahan akhir dengan pihak ketiga. SDM belum adanya petugas khusus mengenai lim-
Sakit; Lingkungan bah medis, rumah sakit sudah membuat kebijakan namun belum diterapkan dengan baik, Sarana
prasarana disediakan dalam melakukan pengelolaan limbah medis sudah baik walaupun belum da-
DOI pat mencukupi sesuai kebutuhan dan masih kurangnya kesadaran penggunaan APD. simpulannya
https://doi.org/10.15294/jppkmi. adalah teknis pemilahan,pengangkutan, dan penyimpanan limbah medis yang memiliki persentase
v3i1.61079
sebesar 57,1%..

Abstract
RSUD Ungaran is a type C hospita that produce many kinds of medical waste. The variety of waste
generated by activities at the hospital could pose a negative impact. The purpose of this research is to
analyse the management of medical waste in RSUD Ungaran. The research method used qualitative
methods. The research planning was descriptive qualitative. The results of this research is the source of
almost all medical waste, medical waste type are distinguished into three, the amount of medical waste
per day average of 74,79 kg. Employee administration process medical waste in the form of sorting,
transporting, storing and processing of the final with a third. Yet the existence of special officer of TBS
regarding medical waste, hospital has made a policy but have not applied properly, the infrastructure
is provided in the conduct of medical waste management been good although not sufficient according
to needs and still a lack of awareness of the use of the APD. The conclusion is the technical segregation,
transportation, and storage of medical waste that has a percentage of 57.1%.

PENDAHULUAN negara berkembang menunjukkan bahwa


Rumah Sakit sebagai sarana pelayanan proporsi fasilitas pelayanan kesehatan yang
kesehatan tempat berkumpulnya orang sakit menggunakan metode pembuangan limbah
maupun orang sehat, dapat menjadi tempat yang tidak tepat berkisar dari 18% menjadi
penularan penyakit serta memungkinkan 64%. (WHO, 2006). Sedangkan penelitian yang
terjadinya pencemaran lingkungan dan dilakukan pada tahun 2014 dari 20 rumah
gangguan kesehatan (Kemenkes,2004). sakit yang diteliti hanya 1 rumah sakit yang
Setiap fasilitas pelayanan kesehatan, baik pengelolaannya baik dan memiliki insenerator,
yang dilakukan oleh perorangan maupun dari jumlah Rumah Sakit yang diteliti
perusahaan pasti menghasilkan limbah. hanya 40% yang melakukan pelatihan cara
Sampah atau limbah rumah sakit adalah semua pengelolaan limbah medis, hanya 30% petugas
sampah dan limbah yang dihasilkan oleh yang menangani pengelolaan limbah memakai
kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang APD, 55% tidak memiliki kebijakan mengenai
lainnya (Asmadi,2013). pengelolaan limbah medis, dan hanya 20% yang
Hasil dari penilaian yang dilakukan memiliki rencana pengelolaan limbah (Ahmed
oleh WHO pada tahun 2002 di 22 negara- et all., 2014).

Correspondence Address: pISSN 2746-5306
Universitas Negeri Semarang, Indonesia. eISSN 2746-5292
Email : Veronicaprila14@gmail.com
JPPKMI 3 (1) (2022) 52-61

Pengelolaan yang tepat dalam tahapan penyimpanan limbah medis yang terletak
pengumpulan, pemisahan, penyimpanan, dibelakang Rumah Sakit tersebut dengan
pengangkutan dan pengolahan limbah harus kondisi jalan untuk melakukan pengangkutan
dilakukan secara tepat dan aman untuk tidak dapat dilalui oleh kendaraan pihak ke
mencegah infeksi nosokomial rumah sakit. tiga yang akan mengambil Limbah medis.
Penyakit seperti hepatitis B, hepatitis C dan Dalam peraturan permenLH dan Kehutanan
AIDS juga patut menjadi perhatian mengenai No. 56 Tahun 2015 pada persyaratan fasilitas
pengelolaan limbah rumah sakit yang tepat. penyimpanan mudah dilalui oleh kendaraan
Orang-orang yang berhubungan dalam yang akan mengumpulkan atau mengangkut
pengelolaan limbah medis ini beresiko, saat limbah medis. Maka dari itu, penyimpanan
melakukan jenis pelayanan rumah sakit. Hal ini limbah medis di Rumah Sakit Ungaran dapat
dapat dicegah dengan kesadaran masyarakat menyebabkan masalah pada pengangkutan
tentang bahaya limbah rumah sakit (Pandey Limbah medis ke dalam kendaraan pengangkut
and Anil, 2016). limbah medis akibatnya limbah medis yang
Pengelolaan limbah medis pelayanan dibawa dapat terpapar oleh udara sehingga
kesehatan memiliki permasalahan yang dapat menyebabkan pencemaran udara dan
kompleks. Limbah ini perlu dikelola sesuai dapat tercecer. Apalagi penyimpanan limbah
dengan aturan yang ada sehingga pengelolaan medis tersebut dekat dengan tempat pencucian,
lingkungan harus dilakukan secara sistematis hal ini juga menyebabkan pencemaran pada
dan berkelanjutan. Perencanaan, pelaksanaan, kain-kain yang akan dicuci.
perbaikan secara berkelanjutan atas Kondisi dari tempat penyimpanan
pengelolaan puskesmas haruslah dilaksanakan limbah medis, saat melakukan survei pintu
secara konsisten. Selain itu, sumber daya tempat penyimpanan limbah medis dalam
manusia yang memahami permasalahan keadaan terbuka dan terdapat beberapa limbah
dan pengelolaan lingkungan menjadi sangat medis dengan kantong plastik bewarna kuning
penting untuk mencapai kinerja lingkungan yang diletakkan di luar tempat penyimpanan
yang baik (Wiku Adisasmito, 2008). limbah medis. Hal ini berpotensi menyebabkan
Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran beberapa masalah penyakit. Keadaan pintu
merupakan Rumah Sakit tipe C dengan sarana penyimpanan limbah medis yang terbuka, dapat
dan prasarana pelayanan kesehatan masyarakat membantu vektor seperti tikus, kecoa, dan
milik pemerintah daerah yang berada di vektor lainnya masuk ke dalam penyimpanan
wilayah Kabupaten Semarang. Rumah Sakit limbah medis tersebut dan dapat menyebarkan
Umum Daerah Ungaran merupakan salah penyakit yang dibawa oleh vektor tersebut.
satu Rumah Sakit rujukan di Kabupaten Penyimpanan limbah medis dalam peraturan
Semarang. Jenis limbah yang dihasilkan oleh harus terlindung dari sinar matahari, hujan,
RSUD Ungaran meliputi limbah medis, limbah angin kencang, banjir; dan tidak dapat diakses
non medis, dan limbah benda tajam. Berbagai oleh hewan, serangga atau burung. Tempat
limbah yang dihasilkan oleh kegiatan di rumah penyimpanan limbah medis saat melakukan
sakit ini dapat menimbulkan dampak negatif survei ke dalam tempat penyimpanan tersebut,
misalnya limbah benda tajam memiliki potensi terdapat sampah non medis seperti bekas
bahaya dan dapat menyebabkan cidera melalui kardus dan bekas botol minuman di dalamnya
sobekan atau tusukan serta dapat menularkan dengan kantong plastik berwarna kuning.
penyakit infeksi. Selain itu limbah kimia yang Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran belum
dihasilkan dari penggunaan bahan kimia mempunyai ijin penyimpanan Limbah medis
dalam tindakan medis dan laboratorium dapat yang resmi oleh Dinas Lingkungan Hidup
menimbulkan korosi pada saluran air atau Kabupaten Semarang.
ledakan dan juga dampak buruk bagi kesehatan Berdasarkan Keputusan Menteri
juga lingkungan (A.Pruss dkk, 2005). RSUD Kesehatan Republik Indonesia No. 1204 tahun
Ungaran untuk pengolahan limbah medis 2004, rumah sakit didefinisikan sebagai sarana
melakukan kerjasama dengan pihak ketiga. pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya
Namun, saat melakukan survei pada tempat orang sakit maupun orang sehat, atau dapat

53
Veronica Prila Arlinda, dkk / Analisis Pengelolaan Limbah Medis

menjadi tempat penularan penyakit serta asas subyek yang menguasai permasalahan
memungkinkan terjadinya pencemaran dan bersedia memberikan informasi lengkap
lingkungan dan gangguan kesehatan. dan akurat. Informan dalam penelitian ini
Sampah dan limbah rumah sakit adalah ditentukan dengan teknik purposive sampling,
semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh yakni teknik pengambilan sampel untuk
kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang sumber data dengan pertimbangan tertentu.
lainnya. Apabila dibanding dengan kegiatan Informan utama yang bertindak sebagai sumber
instansi lainnya, maka dapat dikatakan bahwa data dan informasi harus memenuhi syarat,
jenis sampah dan limbah rumah sakit dapat dalam penelitian ini adalah orang yang secara
dikategorikan kompleks. Limbah ini tergolong langsung menangani pengelolaan limbah medis
dalam kategori limbah berbahaya dan beracun yaitu petugas sanitasi. Jumlah petugas sanitasi
(B3) sehingga berpotensi membahayakan yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah
komunitas rumah sakit. (Asmadi, 2013). 6 orang. Adapun informan triangulasi pada
Penelitian ini bertujuan untuk penelitian ini yaitu Kepala Bagian Sarana dan
menganalisis manajemen pengelolaan limbah Sanitasi RSUD Ungaran, Cleaning Service
medis Studi Kasus Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Ungaran berjumlah 4 orang, Perawat
Ungaran Kabupaten Semarang. RSUD Ungaran berjumlah 4 orang, Staff Bagian
Laboratorium RSUD Ungaran, Staff Bidang IBS
METODE RSUD Ungaran, Staff Bidang Farmasi RSUD
Metode yang digunakan dalam penelitian Ungaran, Staff Bidang IGD RSUD Ungaran.
ini yaitu penelitian kualitatif dengan rancangan Data sekunder diperoleh dengan
penelitian deskriptif kualitatif. Fokus penelitian menelaah dokumen-dokumen yang ada di
ini tentang manajemen sistem pengelolaan Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran, serta
limbah Medis di Rumah Sakit Umum Daerah data pendukung lain pada sumber-sumber
(RSUD) Ungaran Kabupaten Semarang. lainnya.
Sistem manajemen dengan sistem input, Instrumen atau alat penelitian dalam
proses dan output. Input berupa Karakteristik penelitian kualitaif adalah peneliti itu sendiri.
Limbah Medis, proses yang berupa pengelolaan Teknik pengambilan data dalam penelitian
limbah Medis yang dapat dipengaruhi dengan ini adalah dengan wawancara mendalam
SDM, Kebijakan Rumah Sakit, Sarana Prasarana menggunakan pedoman wawancara, observasi
sedangkan outputnya merupakan hasil analisis partisipatif, observasi langsung menggunakan
dan evaluasi dari pengelolaan limbah Medis. checklist, studi dokumentasi dan studi pustaka.
Penelitian ini mengacu pada Peraturan Prosedur penelitian dalam penelitian
PermenLH dan Kehutanan No. 56 Tahun 2015 ini terbagi menjadi tiga yaitu pra penelitian
tentang pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dimana peneliti mempersiapkan hal-hal
dan Beracun pada fasilitas pelayanan kesehatan yang akan digunakan pada saat penelitian,
dan Keputusan Menteri Nomor 1204 Tahun tahap penelitian, dan tahap paska penelitian.
2004 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Pemeriksaan keabsahan data dengan
Sakit. triangulasi. Triangulasi yang digunakan
Data primer yang di diperoleh dalam merupakan triangulasi sumber.
penelitian ini bersumber dari hasil observasi Analisis data yang digunakan adalah
(pengamatan), dokumentasi dan wawancara dengan menelaah seluruh data yang tersedia
yang dilakukan terhadap informan baik dari hasil wawancara dengan melakukan
informan utama/kunci maupun informan pengumpulan data, menelaah data, reduksi
pendukung, mengenai pengelolaan limbah data memilih hal-hal yang pokok yang sesuai
medis di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran. dengan fokus penelitian, penyajian data dalam
Wawancara dilakukan pada petugas sanitasi bentuk narasi, dan pengambilan keputusan
dan instalansi kesehatan yang berkaitan dengan untuk dapat menarik kesimpulan.
pengelolaan limbah medis.
Pemilihan informan sebagai sumber data HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam penelitian ini adalah berdasarkan pada Penelitian ini memiliki narasumber

54
JPPKMI 3 (1) (2022) 52-61

berjumlah 21 orang yang terdiri dari 6 informan penimbangan ketika dilakukan pengangkutan
utama dan 15 informan triangulasi. Informan limbah medis ke pihak ke-3. Penelitian yang
utama dalam penelitian ini merupakan kepala dilakukan Tabashi dan Govindan, jenis layanan
bagian hygiene dan sanitasi, staff hygiene dan kesehatan berpengaruh 65% terhadap jumlah
sanitasi, dan pengelola sanitasi. Informan limbah klinis. Tidak hanya itu, pengaruh dari
triangulasi yang berjumlah 15 orang terdiri jumlah pasien sebesar 50%, jumlah tempat tidur
dari kepala bagian sarana dan sanitasi 1 orang, sebesar 40% dan persentase hunian tempat
kepala bagian Instalasi Bedah Sentral 1 orang, tidur 35%. Selain itu, 30% berpendapat bahwa
staff bagian Farmasi 1 orang, staff bagian jumlah produksi limbah medis tergantung pada
Laboratorium 1 orang, staff bagian Instalasi lokasi fasilitas kesehatan, metode pengelolaan
Gawat Darurat 1 orang, Kepala bangsal dahlia limbah yang ada dan jenis kegiatan di berbagai
1 orang, perawat bangsal dahlia 2 orang, kepala bagian (Tabashi & Govindan, 2013). Jumlah
bangsal flamboyan 1 orang, bidan bangsal limbah medis yang dihasilkan per harinya di
flamboyan 1 orang, perawat bangsal cempaka 1 RSUD Ungaran dengan rata-rata sebesar 74,79
orang, petugas kebersihan bagian IGD 2 orang, kg. Namun tidak diketahui jumlah limbah
petugas kebersihan bangsal dahlia 1 orang, dan medis pada masing-masing ruangan, sehingga
petugas kebersihan bangsal flamboyan 1 orang. tidak dapat dilakukan upaya minimisasi limbah
Berdasarkan hasil penelitian, sumber medis mulai dari ruangan penghasil limbah.
limbah medis di RSUD Ungaran berasal dari Menurut Kepmenkes RI No. 1204 Tahun
hampir semua ruangan. Ruangan-ruangan 2004 disebutkan bahwa minimisasi limbah
yang menghasilkan limbah medis berasal dari merupakan salah satu upaya untuk mengurangi
ruang IGD, bangsal-bangsal, ICU, poliklinik, jumlah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan
laboratorium, farmasi, radiologi dan hampir pelayanan kesehatan.
semua ruangan penunjang pelayanan kesehatan. Belum adanya petugas khusus dalam
Menurut Depkes (2006) limbah medis berasal proses pengelolaan limbah medis di RSUD
dari: Rawat jalan/ Poliklinik, Rawat Inap, ICU, Ungaran akan tetapi Sumber Daya Manusia
Ruang Bersalin (VK), Ruang Instalasi Bedah yang selama ini melakukan pengelolaan
Sentral (IBS) dan UGD. Unit penunjang medis limbah medis, dilakukan oleh 3 orang tenaga
meliputi: Laboratorium, Rehabilitasi Medik, pengelola sanitasi dan bagian pertamanan dan
Farmasi, Hemodialisa, dan Radiologi. Jenis 1 orang tenaga pengelola bagian IPAL (Instalasi
limbah medis yang dihasilkan oleh RSUD Pemeliharaan Air Limbah) dengan latar
Ungaran diklasifikasikan berdasarkan limbah belakang pendidikan minimal SMA (Sekolah
non infeksius dan infeksius. Limbah medis Menengah Atas). Tenaga pengelola sanitasi
yang dihasilkan di masing-masing ruangan dan bagian pertamanan melakukan tugas
berbeda tergantung pada jenis pelayanan. Jenis- merangkap dalam pencatatan pengangkutan
jenis limbah medis lain yang dihasilkan berupa limbah medis kepada pihak ketiga. Sedangkan
bekas infus, bekas suntik, bekas perban, bekas yang melakukan pengangkutan limbah medis
bungkus obat, darah, sisa jaringan operasi, dari masing-masing ruangan adalah petugas
alkohol, handscoen, bekas masker, underpack kebersihan. Jumlah tenaga kebersihan di
dan spet. Limbah medis yang beracun seperti RSUD Ungaran ada 20 orang dengan latar
cairan aki bekas dan bekas botol desinfektan. belakang pendidikan minimal SMP. Belum
Limbah medis berpotensi lebih besar semua tenaga pengelola limbah medis tersebut
dalam menimbulkan risiko terjadinya sudah mendapatkan pelatihan, namun
kecelakaan kerja dan penularan penyakit baik dari pihak rumah sakit sudah mengadakan
bagi para dokter, perawat, dan semua yang dua kali pertemuan seminar bagi seluruh
berkaitan dengan pengelolaan rumah sakit petugas yang salah satu materinya membahas
maupun perawatan pasien dan pengunjung mengenai limbah medis. Hasil penelitian
rumah sakit (Massrouje, 2013). Penimbangan Rahno limbah medis padat di Puskesmas
jumlah limbah medis di RSUD Ungaran tidak Borong Kabupaten Manggarai Timur belum
dilakukan per hari dan berdasarkan unit dilakukan pengelolaan secara baik dan benar
penghasil limbah, namun hanya dilakukan sesuai ketentuan. Hal ini disebabkan karena

55
Veronica Prila Arlinda, dkk / Analisis Pengelolaan Limbah Medis

belum adanya dukungan manajemen berupa oleh Bidang K3 Rumah Sakit sebagai acuan dalam
penyiapan peraturan atau kebijakan, standard pelaksanaan pengelolaan limbah hasil kegiatan
operating procedure, anggaran, fasilitas atau pelayanna di rumah sakit. SPO pengelolaan
peralatan yang memadai. Ketersediaan tenaga limbah meliputi Panduan Pengelolaan Bahan
sanitarian secara kuantitatif mencukupi. Berbahaya dan Beracun (B3) RSUD Ungaran,
Namun belum ada koordinasi yang jelas untuk Program Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
kegiatan pengelolaan limbah, dan rendahnya Beracun (B3), SPO Limbah, SPO Tumpahan
kesadaran para petugas puskesmas dalam Penanggulangan B3. SPO limbah, RSUD
upaya sanitasi khususnya penanganan limbah Ungaran mengatur mengenai penanganan
medis (Rahno dkk, 2015). Kinerja petugas juga khusus bahan infeksius, pembuangan
mempengaruhi dalam pelaksanaan pengelolaan limbah cair laboratorium, penanganan
limbah, kinerja petugas pelayanan rawat jalan limbah padat infeksius dan non infeksius,
Puskesmas Ngesrep belum terlaksana dengan pengangkutan limbah medis (infeksius),
maksimal. Hal ini tercermin dari empat 4 penanganan khusus bagi bahan infeksius
indikator kinerja 3 diantaranya belum berjalan darah, dan penanganan dan pengolahan
secara maksimal sehingga berpengaruh limbah khusus cair laboratorium. Selain itu
terhadap kinerja petugas rawat jalan (Tryanto, dalam SPO Tumpahan dan Penanggulangan
2017). B3 RSUD Ungaran juga mengatur mengenai
RSUD Ungaran menyediakan troli penanganan tumpahan bahan berbahaya dan
untuk mengangkut limbah. Petugas yang beracun, penanggulangan kontaminasi bahan
melakukan pengangkutan limbah medis di berbahaya, pengelolaan reagensia dan bahan
RSUD Ungaran menggunakan alat pelindung radiologi, penyimpanan isopropil alcohol,
diri (APD) berupa masker dan sarung tangan. penyimpanan klorin, penyimpanan hydrogen
APD yang digunakan oleh petugas masih belum peroksida, penyimpanan gliserine atau gliserol
sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. dan penyimpanan formalin.
Berdasarkan KepMenKes RI Nomor 1204/ Proses pengelolaan limbah medis
Menkes/SK/X/2004 bahwa petugas yang di RSUD Ungaran yaitu proses pemilahan,
menangani limbah harus menggunakan alat proses pengangkutan, proses penyimpanan
pelindung diri berupa topi atau helm, masker, dan proses pengolahan akhir. Pemilahan
pelindung mata, pakaian panjang (coverall), sudah dilakukan dari sumber penghasil limbah
apron industri atau celemek plastik, sepatu medis. Pemilahan yang dilakukan adalah
boots atau pelindung kaki dan sarung tangan membedakan jenis limbah antara limbah
khusus. Sarung tangan khusus yang dimaksud non medis, limbah medis non benda tajam
harus disediakan dengan berbagai ukuran dan dan limbah medis benda tajam. Hal ini serupa
juga berbagai jenis, misalnya sarung tangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Puri
steril dan non steril, termasuk lateks berat, Wulandari tahun 2011 yang menyatakan bahwa
vinil, kulit kedap air dan bahan tahan tusukan di RS Haji Jakarta pemilahan limbah pada saat
lainnya. Menurut penelitian yang dilakukan pembuangan di tempat limbah dibedakan
oleh Sumisih pada tahun 2010 menyebutkan limbah medis non benda tajam, limbah non
bahwa dalam peroses pengangkutan terdapat medis dan limbah medis benda tajam dengan
risiko penularan penyakit yang dapat terjadi menyediakan tiga wadah yang berbeda dengan
melalui 4 jalur yaitu lewat kulit, selaput lender, menggunakan plastik kuning untuk limbah
saluran pernafasan, dan melalui saluran medis non benda tajam dan plastik hitam untuk
pencernaan (Sumisih, 2010). Oleh sebab itu limbah non medis (Wulandari, 2011). Namun,
penting bagi petugas untuk menggunakan pemilahan yang dilakukan belum sesui dengan
APD yang sesuai. peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
RSUD Ungaran dalam pengelolaan Kehutanan tahun 2015 pemilahan yang benar
limbah memiliki prosedur sendiri dalam seharusnya berdasarkan berbagai kelompok
pelaksanaannya. Kebijakan tersebut berupa limbah medis yang meliputi limbah infeksius,
Standar Prosedur Operasional (SPO) yang limbah patologis, limbah benda tajam, limbah
dibuat oleh Bidang Sarana dan Sanitasi dibantu bahan kimia kadaluwarsa, tumpahan, atau sisa

56
JPPKMI 3 (1) (2022) 52-61

kemasan, limbah dengan kandungan logam dengan mengangkat langsung plastik tempat
berat yang tinggi, limbah radioaktif, limbah limbah medis atau menggunakan troli. Masih
tabung gas (kontainer bertekanan), limbah terdapat beberapa petugas yang melakukan
farmasi dan limbah sitotoksik (PermenLHK, pengangkutan limbah medis dengan cara
2015). dijinjing. Proses pengangkutan apabila tidak
Pada setiap penghasil limbah medis menggunakan kantong plastik sebagai tempat
disediakan tiga jenis wadah secara terpisah pembuangan akan memungkinkan terjadinya
yaitu dua tempat sampah dan satu satefy box. ceceran limbah saat pengangkutan dan akan
Kontruksi tempat sampah yang disediakan menyebabkan tempat limbah menjadi cepat
RSUD Ungaran sudah sesuai dengan kotor sehingga mengundang vektor penyakit
persyaratan Kepmenkes No.1204 Tahun 2004 yang dapat berkembang biak di dalam tempat
yaitu tempat sampah untuk menampung limbah (Depkes RI, 2002). Pengangkutan
limbah medis mudah untuk dibersihkan, limbah medis ke TPS limbah medis disediakan
tertutup rapat, tahan benda tajam, kedap air alat yaitu troli. Kekurangannya saat melakukan
untuk menampung limbah medis yang basah, pengangkutan limbah medis secara bersamaan
tidak mudah berkarat, dan anti bocor. Safety melakukan pengangkutan limbah non
box yang digunakan untuk tempa benda tajam medis. Hal ini serupa dengan penelitian
sudah layak untuk menampung limbah benda Nadia di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat
tajam sesuai dengan kriteria yang ditetapkan Gatot Soebroto, bahwa Alat pengangkutan
oleh WHO Tahun 2005 bahwa pengumpulan sampah medis seperti halnya sampah medis,
jarum suntik harus dalam wadah anti tusuk yaitu dengan troli, kereta, maupun manual.
dan anti bocor. Penggunaan kantong plastik Kekurangan dalam pengangkutan medis ini
sangat disarankan untuk memudahkan dalam adalah digunakannya secara bersamaan alat
pengangkutan limbah medis ke TPS limbah pengangkut bersamaan dengan sampah non
medis. Jika tempat sampah tidak dilapisi kantong medis dalam kantong hitam sehingga sering
plastik akan memungkinan terjadinya ceceran terjadi pencampuran sampah dan adanya
limbah saat melakukan pemindahan dari tumpahan cairan pada dasar bak pengangkut
tempah sampah ke dusbin di TPS limbah medis (Paramita, 2007).
dan menyebabkan tempat sampah menjadi Pada ruangan rawat inap yang terletak
kotor yang dapat mengundang vektor penyakit di lantai atas, dalam pengangkutan limbah medis
tinggal dan berkembangbiak (Depkes, 2002). menggunakan lift yang juga digunakan untuk
Berbagai kegiatan rumah sakit menghasilkan aktifitas petugas kesehatan serta pasien. Oleh
limbah baik limbah padat, cair, dan gas yang karena itu, pengangkutan limbah medis diatur
mengandung kuman patogen, zat-zat kimia sedemikian rupa jadwalnya untuk diangkut ke
serta alat-alat kesehatan yang pada umumnya TPS medis, sehingga tidak bersamaan dengan
bersifat berbahaya dan beracun (Paramita, pengiriman makanan dan linen bersih di
2007). RSUD Ungaran, dalam pelaksanaannya jalur yang sama. Menurut WHO (2005), jika
sudah melapisi tempat sampah dengan kantong pengangkutan menggunakan lift, disarankan
plastik. Kantong plasik yang digunakan jangan menggunakan lift yang sama untuk lift
terdapat dua, untuk limbah medis kantong pasien atau pengunjung atau makanan dalam
plastik bewarna kuning dan untuk limbah non pengangkutan limbah medis. Penggunaan
medis bewarna hitam. Namun, untuk limbah lift oleh petugas pengangkut memungkinkan
kimia dan farmasi dilapisi menjadi satu dengan terjadinya kontaminasi silang. Misalnya tangan
kantong plastik bewarna kuning. Hal ini belum petugas tersebut memencet tombol lift baik itu
sesuai dengan Kepmenkes 1204 Tahun 2004, pada saat akan masuk lift ataupun di dalam
seharusnya untuk limbah kimia dan farmasi lift untuk menentukan lantai berapa yang
menggunakan kantong plastik bewarna cokelat. dituju. Dari sarung tangan yang digunakan
Proses pengangkutan limbah medis petugas itu maka kuman akan menempel di
ke TPS dilakukan lebih dari 2 (dua) kali tombol lift dan pada saat pengguna lift yang
dalam sehari. Pengangkutan biasa dilakukan lain menempelkan tangannya pada tombol lift
secara langsung oleh petugas kebersihan kuman akan berpindah ke tangan pengguna lift

57
Veronica Prila Arlinda, dkk / Analisis Pengelolaan Limbah Medis

yang lain tersebut dan rantai perpindahan dapat yang dilakukan untuk limbah medis Hal ini
terjadi. Jika kuman itu patogen maka dapat dilihat berdasarkan Permen LHK No 56 Tahun
menyebabkan infeksi terhadap orang yang 2015 bahwa 365 hari sejak limbah B3 dihasilkan,
disebut sebagai infeksi nosokomial (Hapsari, untuk limbah B3 yang dihasilkan kurang dari
2010). 50 kg (lima puluh kilogram) per hari sejak
Penyimpanan limbah medis dan limbah B3 kategori 2 (dua) dari sumber tidak
limbah non medis dibedakan tempatnya spesifik dan dari sumber spesifik umum.
namun sama-sama terletak di belakang Dalam proses penyimpanan limbah,
RSUD Ungaran. Semua limbah medis yang RSUD Ungaran menyimpan limbah medis
dihasilkan RSUD Ungaran disimpan pada selama 2 (dua) sampai dengan 3 (tiga) hari.
satu tempat penyimpanan limbah medis. Hal ini berpotensi menyebabkan penularan
Tempat penyimpanan limbah medis di RSUD penyakit. Melihat TPS dapat dijangkau
Ungaran berupa bangunan TPS limbah medis oleh serangga dikhawatirkan akan terjadi
yang dulunya adalah bekas tempat insenerator. penularan penyakit oleh vector berupa
Berdasarkan hasil observasi, TPS limbah medis serangga akibat penumpukkan limbah medis
RSUD Ungaran masih belum memenuhi yang bersifat infeksius yang bisa menjadi
syarat. TPS limbah medis di RSUD Ungaran sumber kontaminasi. TPS RSUD Ungaran
belum memiliki drainase yang baik. Selain menampung jadi satu limbah medis dengan
itu juga tempatnya masih sulit diakses oleh beberapa karakteristik yang berbeda tanpa
kendaraan untuk mengangkut limbah medis sekat. Berdasarkan Keputusan Kepala Bapedal
oleh pihak ke-3. Meskipun lantainya kedap air No. 1 Tahun 1995, ruang penyimpanan yang
dan tersedia kran air serta dapat dikunci tetapi menyimpan limbah medis yang memiliki
masih banyak kekurangan dari TPS tersebut. karakteristik yang berbeda seharusnya
Pencahayaan yang masih kurang memadahi dan terdiri dari beberapa bagian penyimpanan
ventilasi yang berbentuk segitiga yang terletak dengan ketentuan setiap penyimpanan hanya
di belakang dan di tengah sampai lubangnya diperuntukan menyimpan satu karakteristik
berada di bawah sehingga memungkinkan limbah medis, atau limbah-limbah medis yang
vektor seperti kecoa dan tikus dapat masuk saling cocok.
melalui lubang tersebut. Kemudian peralatan Pengolahan akhir limbah medis di
pembersih dan pakaian pelindung tidak RSUD Ungaran bekerjasama dengan pihak
terletak dekat dengan TPS. Keadaan di dalam ke-3. Sejak tahun 2015, RSUD Ungaran
TPS masih berantakan dan tidak dalam memutuskan menggunakan pihak ke-3.
keadaan bersih. Masih terdapat beberapa Sebelum bekerjasama dengan pihak ke-3,
persyaratan yang belum terpenuhi menurut RSUD Ungaran melakukan pengolaan limbah
Peraturan Pemerintah Lingkungn Hidup medis dengan cara pembakaran menggunakan
dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor insenerator. Hal tersebut dikarenakan tidak
P.56/Menlhk-Setjen/2015 Tentang Tata Cara mendapatkan izin menggunakan insenerator
dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH), karena
Bahan Berbahaya dan Beracun Dari Fasilitas jarak insenerator dengan bangunan di sekitar
Pelayanan Kesehatan. Limbah medis yang rumah sakit kurang dari 50 m. Menurut
disimpan di dalam TPS ditumpuk begitu saja Permen LHK No.56 Tahun 2015 penggunaan
di lantai. TPS khusus limbah medis sebaiknya insenerator harus memenuhi ketentuan
memiliki sistem blok/sel yang masing-masing ketinggian cerobong 1,5 kali bangunan
dipisahkan gang/tanggul dengan tumpukan tertinggi, jika terdapat bangunan yang memiliki
maksimal 3 (tiga) lapis untuk menghindari ketinggian lebih dari 14 m dalam radius 50 m
penumpukan berlebihan, mengurangi ceceran dari insenerator. Maka dari itu, RSUD Ungaran
limbah medis dan memudahkan ketika bekerjasama dengan PT.ARAH Enviromental
pengangkutan. Selain limbah medis, terdapat Indonesia yang mempunyai cabang di Kota
pula lampu neon bekas, oli bekas, baterai bekas, Semarang. Hal tersebut juga serupa dengan
accu bekas yang disimpan di gudang dan tidak penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit
dilakukan pengangkutan. Waktu penyimpanan Swasta di Jogja bahwa pengolahan limbah bahan

58
JPPKMI 3 (1) (2022) 52-61

berbahaya dan beracun di Rumah Sakit Swasta pengelolaan limbah medis di RSUD Ungaran
Kota Jogja harus diperbaiki dikarenakan Proses melalui tahapan berupa proses pemilahan,
pembakaran limbah Infeksius dilakukan oleh pengangkutan, penyimpanan dan proses
pihak ke-tiga yaitu PT Jasa medivest sedangkan pengelolaan akhir. Pengelolaan limbah medis
limbah B3 dilakukan oleh pihak ke-tiga yaitu RSUD Ungaran masih belum memenuhi
PT Arah. Hal ini dikarenakan posisi di Rumah persyaratan berdasarkan Peraturan Menteri
Sakit Swasta Kota Jogja yang berada di Kota Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
dan berhimpitan dengan perumahan warga Indonesia Nomor P.56/Menlhk-Detjen/2015
dan perkatora sehingga sangat menggangu serta Keputusan Menteri Kesehatan Republik
jika proses pembakaran limbah dilakukan Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004
(Maulana dkk., 2017). Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit terkait teknis pemilahan,
SIMPULAN penyimpanan, dan pengangkutan limbah
Berdasarkan hasil penelitian yang medis yang memiliki persentase sebesar 57,1%
dilakukan oleh peneliti mengenai analisis yang berarti masih kurang dari 100%.
sistem manajemen rumah sakit dalam aspek
pengelolaan limbah medis (Studi kasus Rumah DAFTAR PUSTAKA
Sakit Umum Daerah Ungaran Kabupaten Abor, P. A. & Bouwer, A. (2007). Medical Waste
Semarang), maka dapat diperoleh simpulan Management Practices In A Southern
sebagai berikut: Karakteristik Limbah Medis African Hospital, International Journal of
meliputi sumber limbah medis berasal dari Health Care Quality Assurance, 21(4).
Adisasmito. Wiku. (2008).Audit Lingkungan Rumah
14 unit terdiri dari apotek, bangsal, IBS,
Sakit.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
laboratorium, radiologi, IGD, HD, ICU, Adisasmito. Wiku. (2014).Sistem Kesehatan. Jakarta:
poliklinik, gudang obat, laundry, VK, gizi PT Raja Grafindo Persada.
dan sanitasi. Jenis limbah hanya dibedakan Afifudin. H. dan Beni Ahmad Saebani. (2009).
menjadi dua yaitu limbah non infeksius dan Metodelogi Penelitian Kualitatif. Pustaka
limbah infeksius. Penggolongan limbah medis Setia Bandung.
padat hanya dibedakan pada limbah benda Agustina Astuti. S.G. Purnama. (2014).Community
tajam sedangkan unuk limbah medis lainnya Health : Kajian Pengelolaan Limbah Rumah
masih belum dibedakan. Jumlah limbah medis Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat
yang dihasilkan merupakan jumlah limbah (NTB).Jurnal Community Health. Volume 1
: 12-13.
medis secara keseluruhan karena belum ada
Ahmed. Gasmelseed. and Musa. (2014).Assessment
penimbangan pada masing-masing ruangan of Medical Solid Waste Management in
penghasil limbah medis di RSUD Ungaran. Khartoum State Hospitals.Journal of Applied
Rata-rata jumlah limbah medis yang dihasilkan and Industrial Sciences. Volume 2:4.
yaitu 74,79 per hari per bulan tahun 2017. Alhumoud, J. M., & Alhumoud, H. M. (2007). An
Sumber daya pengelolaan limbah medis, analysis of trends Relatedto Hospital Solid
belum adanya petugas khusus untuk mengatur Wastes Management in Kuwait Management
pengelolaan limbah medis, sedangkan petugas ofEnvironmental Quality An International
yang melakukan pengangkutan dari ruangan Journal, Vol. 18 No. 5.
menuju ke TPS limbah medis adalah petugas Ardhani. Rosihan. (2016).Mengelola Rumah
Sakit. Banjarmasin: Lambung Mangkurat
kebersihan yang berjumlah 20 orang. Sarana
University Press.
prasarana yang diberikan dalam melakukan Arikunto. S. (2010).Prosedur Penelitian: Suatu
pengelolaan limbah medis sudah baik Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi). Jakarta :
walaupun belum dapat mencukupi sesuai Rineka Cipta.
dengan kebutuhan dan masih kurangnya Asante OB. Yanful E. dan Yaokumah EB. (2014).
kesadaran petugas untuk menggunakan APD. Health Waste Management; Its Impact : A
RSUD Ungaran sudah membuat kebijakan Case Study Of The Greater Accra Region.
untuk membantu proses pengelolaan limbah Ghana. Jurnal Scientific and Technology
medis namun masih banyak petugas yang Research. Volume 3.
belum memahami kebijakan tersebut. Proses Asmadi. (2013).Pengelolaan Limbah Medis Rumah

59
Veronica Prila Arlinda, dkk / Analisis Pengelolaan Limbah Medis

Sakit. Yogyakarta: Gosyen Publishing. RI.


Asmarhany. Chandra Dewi. (2014).Pengelolaan Itah. Israr. (2016).Bahas Uang Kompensasi; Plt
Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Umum Gubernur DKI Sambangi TPST Bantargebang.
Daerah Kelet Kabupaten Jepara. Skripsi. Selasa 08 November 2016. diakses tanggal
Universitas Negeri Semarang. 30 Desember 2016. (http://www.republika.
Bockore. C.. Y. Beeharry. T. Makoondlall-Chandee. c o. i d / b e r i t a / n a s i o n a l / j a b o d e t a b e k -
T. Doobah dan N. Soomary. (2014). nasional/16/12/23/oim6b7335-dinkes-
Assessment of Enviromental and Health Risks telusuri-obat-bekas-di-bantargebang)
Associated with Management of Medical Kementerian Lingkungan Hidup. (2014).Pedoman
Waste in Mauritius. Jurnal APCBEE Procedia. Kriteria Teknologi Pengelolaan Limbah Medis
Volume 9. Ramah Lingkungan. Jakarta: Kementerian
Chen. Yang. Liyuan Liu. Qinzhong Feng dan Lingkungan Hidup.
Gang Chen. (2012). Key issues study on Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
the operation manegemnt of medical waste Lingkungan. Nomor 1 Tahun 1995
incineration disposal facilities. Jurnal Prodia Tentang Tata Cara Dan Persyaratan Teknis
Enviromental Sciences. Volume 16. Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah
Dhani, Muhammad, Yulinah Trihadiningrum. Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta:
(2012). Kajian Pengelolaan Limbah Padat Kepala Bapedal.
Jenis B3 di Rumah Sakit Bhayangkara Massrouje, H.T.N. (2001). Medical Waste and Health
Surabaya. Institut Teknologi Surabaya. Workers in Gaza Govermorates Eastern
Depkes RI. (2002).Pedoman Sanitasi Rumah Sakit Mediterranean Health Journal, 7(6):1017-
di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan 1024.
RI. Maulana Muchsin, Hari Kusnanto dan Agus
Depkes RI. 2004.Keputusan Menteri Kesehatan Suwarni. (2017). Pengolahan Limbah Padat
Indonesia Nomor1204/MENKES/SK/X/2004 Medis Dan Pengolahan Limbah Bahan
Tentang Persayaratan Lingkungan Rumah Berbahaya Dan Beracun Di Rs Swasta Kota
Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Jogja. UAD Yogyakarta.
Depkes RI. (2006). Pedoman Teknis Sarana dan Moleong. Lexy J. (2011).Metodologi Penelitian
Prasarana Rumah Sakit Kelas C. Jakarta: Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Departemen Kesehatan RI. Muluken. Azage. Gebrehiwot dan Molla Mesafint.
DepkesRI. (2009b). Undang-Undang Republik (2013).Healthcare waste management
Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang practices among healthcare workes in
Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan healthcare facilities of Gondar town. Northwest
RI. Ethiopia. Jurnal Health Science. Volume 7.
Depkes. (2010).Keputusan Menteri Kesehatan Ndidi N, Ochekpe N, Odumosu P, John SA
Nomor: 340/Menkes/PER/III/2010 tentang (2009). Waste management in healthcare
Klasifikasi Rumah Sakit. Jakarta: Departemen establishments within Jos Metropolis, Nigeria.
Kesehatan RI. Afri. J. Environ. Science Technology.
Ditjen PP&PL dan WHO. (2006). Pedoman Volume3(12): 459-465
Pengelolaan Limbah Medis Tajam di Pusat Notoadmojo. Soekidjo. (2010).Metedologi Penelitian
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Departemen Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Kesehatan Republik Indonesia. Oktavianty. Helda Puspita. (2016).Analisis Sistem
Ditjen PP&PL. (2011). Kebijakan Kesehatan Manajemen Lingkungan Rumah Sakit dalam
Lingkungan Dalam Pengelolaan Limbah Aspek Pengelolaan Limbah Medis Padat
Medis di Fasyankes. Jakarta: Departemen (Studi Kasus RSUD Kardinah Tegal). Skripsi.
Kesehatan Republik Indonesia. Universitas Negeri Semarang.
Hapsari. Riza. (2010).Analisis Pengelolaan Sampah Paramita, Nadia. (2007). Evaluasi Pengelolaan
denganPendekatan Sistem di RSUD dr Sampah Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat
Moewardi Surakarta. Tesis. Universitas Gatot Soebroto. Jurnal PRESIPITASI, 2(1):
Diponegoro Semarang. 51-55.
ILO dan WHO. (2005). Pedoman Bersama ILO/ Pandey, Sweta and Anil K Dwivedi. (2016).
WHO tentang Pelayanan Kesehatandan Nosocomial Infections through Hospital Waste.
HIV/AIDS. Jakarta: Direktorat Pengawasan International Journal of Waste Resources,
Kesehatan Kerja Direktorat Jenderal 6(1).
Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kehutanan Republik Indonesia Nomor

60
JPPKMI 3 (1) (2022) 52-61

5 Tahun 2015 tentang Tata Cara dan RSUD Ungaran. (2016). Laporan Kegiatan Pelayanan
Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah RSUD Ungaran Tahun 2016. Kabupaten
Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Semarang: RSUD Ungaran.
Pelayanan Kesehatan. Sugiyono. (2016).Metode Penelitian Pendidikan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Pendekatan Kuantitatif. Kualitatif dan
Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/ R&D). Bandung : Alfabeta.
VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri. Sumisih. (2010). Studi Tentang Pengelolaan Limbah
Jakarta, 2010. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Di
Pemenkes RI No. 472/Menkes/PER/V/1996 Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
tertanggal 9 Mei 1996 tentang Pengamanan Skripsi. Semarang: Universitas Negeri
Bahan Berbahaya bagi Kesehatan. Semarang.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Tabasi Rahele and Govindan Marthandan (2013).
74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Limbah Clinical Waste Management: A Review
Bahan Berbahaya dan Beracun. on Important Factors in Clinical Waste
Prüss, A., Giroult, E., & Rushbrook, P. (2005). Generation Rate. International Journal of
Pengelolaan Aman Limbah Layanan Science and Technology, 3(3): 194-200
Kesehatan (Penerjemah: Munaya Fauziah, Tryanto, Donna Ayuk dan Fitri Indrawati (2017).
Mulia Sugiarti, & Ela Laelasari) . Jakarta. Analisis Kinerja Petugas Pelayanan Rawat
EGC. Jalan Puskesmas Ngesrep dengan Metode
Puspaningrum. Aprilia Dwi. (2015).Faktor-faktor Balanced Scorecard. Higeia Journal Of Public
yang Berhubungan dengan Tindakan Perawat Health Reseach and Development, 1(2):1-10.
dalam Membuang Sampah Medis Benda Undang-undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang
Tajam di RSUD Ungaran. Skripsi. Universitas Rumah Sakit. diakses 20 Februari. (www.
Negeri Semarang. depkes.go.id)
Rahno, Dionisius,Jack Roebijoso & Amin Setyo WHO. (2015).Management of Solid Health-Care
Leksono. (2015). Pengelolaan Limbah Medis Waste at Primary Health-Care A Decision-
Padat Di Puskesmas Borong Kabupaten Making Guide. Geneva.
Manggarai Timur Propinsi Nusa Tenggara WHO. (2006).World Helath Organization. 2004.
Timur. J-PAL, Universitas Brawijiaya, 6(1): Policy Paper: Safe Health Care Waste
22-32. Manajement. (http://www.who.int/
Ratu, W., K, Johannes., P, dan Achmad., Z. (2014). water_sanitation_health/medicalwaste/en/
Studi Pengelolaan Sampah Rumah Sakit hewmpolicye). di akses tanggal 30 Desember
Dan Prospek Pengembangannya Di Kota 2016 .
Makassar. Skripsi. Makassar: Universitas WHO. (2007, November). Wastes From Health-Care
Hasanuddin. Activities. Retrieved Februari 20, 2017, from
RSUD Ungaran. (2016). Program Pengelolaan Web Site: http://www.who.int/mediacentre/
Bahan Beracun Berbahaya (B3). Kabupaten factsheets/fs253/en/
Semarang: RSUD Ungaran. Wulandari, Puri. (2012). Upaya Minimisasi Dan
RSUD Ungaran. (2016). Standar Prosedur Pengelolaan Limbah Medis Di Rumah Sakit
Operasional Limbah. Kabupaten Semarang: Haji Jakarta. Skripsi. Jakarta: Universitas
RSUD Ungaran. Indonesia.

61

Anda mungkin juga menyukai