Anda di halaman 1dari 22

Mata Kuliah : PTPS-A

Dosen : Rafidah, SST., M.Kes

Laporan Praktikum Pengelolaan Limbah di RS


Grestelina

Kelompok 5
1. Ikbal PO.714221171055
2. Diah Ayu Lestari PO.714221171051
3. Rasmah PO.714221171078
4. Mar’atus Shalihah PO.714221171060
5. Nurhakiki Aristha Ali PO.714221171070

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI D-IV
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, Pencipta dan Pengatur Tunggal
Alam Semesta, dan hanya kepada-Nya kami memohon perlindungan
terhadap semua urusan. Di abad modern ini telah banyak para ilmuan
meneliti tertang berbagai ilmu yang ada di alam semesta ini, salah satu ilmu
mengenai bahaya akibat limbah baik medis maupun non medis yang
dirangkum dalam mata kuliah PTPS-A, berbagai penyakit yang di timbulkan
dan lain-lainnya. Oleh karena itu dengan kesempatan yang telah diberikan
kepada kami ini, kami mempersembahkan makalah yang berjudul
“Pengelolaan Limbah Medis di RS Grestelina Makassar”.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah (karya


tulis) ini. Oleh karena itu segala kritikan dan saran yang membangun akan
kami terima dengan lapang dada sebagai wujud koreksi atas diri kami yang
masih belajar. Akhir kata, semoga makalah (karya tulis) ini bermanfaat bagi
kita semua.

Makassar, 03 November 2018

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........………………………………………………………….i

DAFTAR ISI......................………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Dasar Teori......…………………………………………………......…....1

B. Tujuan........…………………………........………………………………2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Limbah.………………………………………………………3

B. Jenis Limbah RS…………………………………………………………4

C. Sumber-sumber Limbah RS……………………………………………5

D. Sistem Pengelolaan Limbah RS…………………………………….....6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................…………………..14

B. Saran.................………………………………………………………..14

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. DASAR TEORI

Dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, sebagai penunjang


kesejahteraan masyarakat banyak, rumah sakit menjadi salah satu tempat
dalam mendukung kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Rumah sakit
merupakan salah satu upaya peningkatan kesehatan yang terdiri dari balai
pengobatan dan tempat praktik dokter yang juga ditunjang oleh unit-unit
lainnya, seperti ruang operasi, laboratorium, farmasi, administrasi,
dapur, laundry, pengolahan sampah dan limbah, serta penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan. Selain membawa dampak positif bagi masyarakat,
yaitu sebagai tempat menyembuhkan orang sakit, rumah sakit juga memiliki
kemungkinan membawa dampak negatif. Dampak negatifnya dapat berupa
pencemaran dari suatu proses kegiatan, yaitu bila limbah yang dihasilkan
tidak dikelola dengan baik.

Dalam pengolahan limbah Rumah sakit tidak hanya menghasilkan


limbah organik dan anorganik, tetapi juga limbah infeksius yang mengandung
bahan beracun berbahaya (B3).Dari keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar
10 sampai 15 persen di antaranya merupakan limbah infeksius yang
mengandung logam berat, antara lain mercuri (Hg).Sekitar 40 % lainnya
adalah limbah organik yang berasal dari sisa makan, baik dari pasien dan
keluarga pasien maupun dapur gizi.Sisanya merupakan limbah anorganik
dalam bentuk botol bekas infus dan plastik.

Air limbah yang berasal dari rumah sakit merupakan salah satu
sumber pencemaran air yang sangat potensial.Hal ini disebabkan karena air
limbah rumah sakit mengandung senyawa organik yang cukup tinggi,
mengandung senyawa-senyawa kimia yang berbahaya serta mengandung
mikroorganisme pathogen yang dapat menyebabkan penyakit (Said,
2003).Pengelolaan limbah RS yang tidak baik akan memicu resiko terjadinya
kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari pasien ke pekerja, dari pasien
ke pasien, dari pekerja ke pasien, maupun dari dan kepada masyarakat
pengunjung RS. Tentu saja RS sebagai institusi yang sosioekonomis karena
tugasnya memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, tidak
terlepas dari tanggung jawab pengelolaan limbah yang dihasilkan. Untuk
menjamin keselamatan dan kesehatan awak RS maupun orang lain yang
berada di lingkungan RS dan sekitarnya, Pemerintah (Depkes) telah
menyiapkan perangkat lunak berupa peraturan, pedoman dan kebijakan yang
mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan di lingkungan RS,
termasuk pengelolaan limbah RS.

Pada tahun 1999, WHO melaporkan di Perancis pernah terjadi 8 kasus


pekerja kesehatan terinfeksi HIV, 2 di antaranya menimpa petugas yang
menangani limbah medis1.Hal ini menunjukkan bahwa perlunya pengelolaan
limbah yang baik tidak hanya pada limbah medis tajam tetapi meliputi limbah
rumah sakit secara keseluruhan. Namun, berdasarkan hasil Rapid
Assessment tahun 2002 yang dilakukan oleh Ditjen P2MPL Direktorat
Penyediaan Air dan Sanitasi yang melibatkan Dinas Kesehatan Kabupaten
dan Kota, menyebutkan bahwa sebanyak 648 rumah sakit dari 1.476 rumah
sakit yang ada, yang memiliki insinerator baru 49% dan yang memiliki
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebanyak 36%. Dari jumlah tersebut
kualitas limbah cair yang telah melalui proses pengolahan yang memenuhi
syarat baru mencapai 52% 1.

Hasil dari kualitas pengolahan limbah cair tidak terlepas dari dukungan
pengelolaan limbah cairnya. Suatu pengelolaan limbah cair yang baik sangat
dibutuhkan dalam mendukung hasil kualitas effluent sehingga tidak melebihi
syarat baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah dan tidak menimbulkan
pencemaran pada lingkungan sekitar. Oleh karena pentingnya pengelolaan
limbah cair rumah sakit maka disusun makalah ini yang akan membahas
mengenai pengolahan limbah Rumah Sakit, meliputi antara lain klasifikasi
limbah rumah sakit, sumber-sumbernya, serta metode-metode pengolahan
limbah tersebut.

B. TUJUAN

1. Untuk mengetahui bagaimana penanganan limbah di RS Grestelina

2. Untuk mengetahui sumber-sumber limbah di RS Grestelina

3. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari limbah rumah sakit


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Limbah Rumah Sakit

Limbah adalah bagian dari hasil produksi yang pada umumnya dapat
menimbulkan dampak terhadap lingkungan yang kurang baik, namun jika
limbah tersebut dapat dimanfaatkan atau didaur ulang kembali menjadi
produk yang sejenis atau jenis produk lainnya maka akan mempunyai nilai
tambah (added value) yang sangat menguntungkan. Dari semua kegiatan-
kegiatanrumah sakit, menghasilkan berbagai macam limbah berupa benda
cair, padat dan gas.Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari
kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk
melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber
dari limbah rumah sakit.

Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang


berupa benda cair, padat dan gas.Pengelolaan limbah rumah sakit adalah
bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan
untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang
bersumber dari limbah rumah sakit. Unsur-unsur yang terkait dengan
penyelenggaraan kegiatan pelayanan rumah sakit (termasuk pengelolaan
limbahnya), yaitu (Giyatmi. 2003) :

 Pemrakarsa atau penanggung jawab rumah sakit.


 Pengguna jasa pelayanan rumah sakit.
 Para ahli, pakar dan lembaga yang dapat memberikan saran-saran.
 Para pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan sarana dan fasilitas
yang diperlukan.

Upaya pengelolaan limbah rumah sakit telah dilaksanakan dengan


menyiapkan perangkat lunaknya yang berupa peraturan-peraturan,
pedoman-pedoman dan kebijakan-kebijakan yang mengatur pengelolaan dan
peningkatan kesehatan di lingkungan rumah sakit.Di samping itu secara
bertahap dan berkesinambungan Departemen Kesehatan mengupayakan
instalasi pengelolaan limbah rumah sakit.Sehingga sampai saat ini sebagian
rumah sakit pemerintah telah dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan limbah,
meskipun perlu untuk disempurnakan.Namunharus disadari bahwa
pengelolaan limbah rumah sakit masih perlu ditingkatkan lagi (Barlin, 1995).
3

B. Jenis Limbah di RS Grestelina Makassar

Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan sebagai upaya


untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat tersebut. Rumah
sakit sebagai salah satu upaya peningkatan kesehatan tidak hanya terdiri dari
balai pengobatan dan tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh
unit-unit lainnya, seperti ruang operasi, laboratorium, farmasi, administrasi,
dapur, laundry, pengolahan sampah dan limbah, serta penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan.

Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal
dari hasil proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi : limbah
domestik cair yakni buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian
pakaian, limbah cair klinis yakni air limbah yang berasal dari kegiatan klinis
rumah sakit misalnya air bekas cucian luka, cucian darah. dan lainnya, air
limbah laboratorium, dan lain-lain (Said, 2003).

Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah
yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang
lainnya.Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua
kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat
maupun cair. Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan
potensi yang terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi,
ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti
jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas,
pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat
menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan.Benda-benda tajam
yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan
mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.

Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut: Limbah


yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular
(perawatan intensif). Limbah laboratorium yang berkaitan dengan
pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit
menular.Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan
cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau
tindakan terapi sitotoksik.Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat
kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi
spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat- obat yang dibuang oleh
pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan
oleh institusi bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat-
obatan. Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan
kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan
riset. Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radioisotop
yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida.

Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga


menghasilkan sampah non klinis atau dapat disebut juga sampah non
medis.Sampah non medis ini bisa berasal dari kantor/administrasi kertas, unit
pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa
makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan
makanan, sayur dan lain-lain).Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit
mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi.Limbah rumah
sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme, tergantung pada
jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang dan
jenis sarana yang ada (laboratorium, klinik dll).Tentu saja dari jenis-jenis
mikroorganisme tersebut ada yang bersifat patogen. Limbah rumah sakit
seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan organik dan
anorganik, yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor
pada umumnya seperti BOD, COD, TTS, pH, mikrobiologik, dan lain-lain.

C. Sumber- sumber Limbah di RS Grestelina Makassar

 Limbah Infeksius: Ekskreta, spesimen lab., bekas balutan, jaringan busuk


 Limbah tajam: jarum bekas alat suntik, pecahan peralatan gelas
 Limbah plastik
 Limbah jaringan tubuh
Jenis-jenis limbah rumah sakit yaitu sebagai berikut.

 Limbah sitotoksik: teratogenik, mutagenik


 Limbah kimia dari Lab. farmasi
 Limbah radioaktif
 Limbah domestik
 Limbah laundry

Pembuangan limbah yang berjumlah cukup besar ini paling baik jika
dilakukan dengan memilah-milah limbah ke dalam pelbagai kategori.
Untuk masing-masing jenis kategori diterapkan cara pembuangan limbah
yang berbeda. Prinsip umum pembuangan limbah rumah sakit adalah sejauh
mungkin menghindari resiko kontaminsai dan trauma (injury).jenis-jenis
limbah rumah sakit meliputi bagian berikut ini (Shahib dan Djustiana, 1998) :

Limbah Klinik
Limbah dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin, pembedahan dan
di unit-unit resiko tinggi.Limbah ini mungkin berbahaya dan mengakibatkan
resiko tinggi infeksi kuman dan populasi umum dan staff rumah sakit. Oleh
karena itu perlu diberi label yang jelas sebagai resiko tinggi. contoh limbah
jenis tersebut ialah perban atau pembungkus yang kotor, cairan badan,
anggota badan yang diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas, kantung
urin dan produk darah.

5
Limbah Patologi
Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya diotoklaf sebelum
keluar dari unit patologi. Limbah tersebut harus diberi label biohazard.

Limbah Bukan Klinik


Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang
tidak berkontak dengan cairan badan.Meskipun tidak menimbulkan resiko
sakit, limbah tersebut cukup merepotkan karena memerlukan tempat yang
besar untuk mengangkut dan mambuangnya.

Limbah Dapur
Limbah ini mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor.Berbagai serangga
seperti kecoa, kutu dan hewan mengerat seperti tikus merupakan gangguan
bagi staff maupun pasien di rumah sakit.

Limbah Radioaktif
Walaupun limbah ini tidak menimbulkan persoalan pengendalian infeksi di
rumah sakit, pembuangannya secara aman perlu diatur dengan baik.

D. Sistem Pengelolaan Limbah di RS Grestelina


Sarana pengolahan/pembuangan limbah cair rumah sakit pada
dasarnya berfungsi menerima limbah cair yang berasal dari berbagai alat
sanitair, menyalurkan melalui instalasi saluran pembuangan dalam gedung
selanjutnya melalui instalasi saluran pembuangan di luar gedung menuju
instalasi pengolahan buangan cair. Dari instalasi limbah, cairan yang sudah
diolah mengalir saluran pembuangan ke perembesan tanah atau ke saluran
pembuangan kota (Sabayang dkk, 1996). Limbah padat yang berasal dari
bangsal-bangsal, dapur, kamar operasi dan lain sebagainya baik yang medis
maupun non medis perlu dikelola sebaik-baiknya sehingga kesehatan
petugas, penderita dan masyarakat di sekitar rumah sakit dapat terhindar dari
kemungkinan-kemungkinan dampak pencemaran limbah rumah sakit
tersebut (Sabayang dkk, 1996).

Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi


volume, konsentrasi atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau
kegiatan, melalui proses fisika, kimia atau hayati. Dalam pelaksanaan
pengelolaan limbah, upaya pertama yang harus dilakukan adalah upaya
preventif yaitu mengurangi volume bahaya limbah yang dikeluarkan ke
lingkungan yang meliputi upaya mengunangi limbah pada sumbernya, serta
upaya pemanfaatan limbah (Shahib, 1999).Program minimisasi limbah di
Indonesia baru mulai digalakkan, bagi rumah sakit masih merupakan hal
baru, yang tujuannya untuk mengurangi jumlah limbah dan pengolahan
limbah yang masih mempunyainilai ekonomi (Shahib, 1999).

Berbagai upaya telah dipergunakan untuk mengungkapkan pilihan


teknologi mana yang terbaik untuk pengolahan limbah, khususnya limbah
berbahaya antara lain reduksi limbah (waste reduction), minimisasi limbah
(waste minimization), pemberantasan limbah (waste abatement), pencegahan
pencemaran (waste prevention) dan reduksi pada sumbemya (source
reduction) (Hananto, 1999).
Reduksi limbah pada sumbernya merupakan upaya yang harus
dilaksanakan pertama kali karena upaya ini bersifat preventif yaitu mencegah
atau mengurangi terjadinya limbah yang keluar dan proses produksi. Reduksi
limbah pada sumbernya adalah upaya mengurangi volume, konsentrasi,
toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang akan keluar ke lingkungan secara
preventif langsung pada sumber pencemar, hal ini banyak memberikan
keuntungan yakni meningkatkan efisiensi kegiatan serta mengurangi biaya
pengolahan limbah dan pelaksanaannya relatif murah (Hananto, 1999).
Berbagai cara yang digunakan untuk reduksi limbah pada sumbernya adalah
(Arthono, 2000) :

1. House Keeping yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam
menjaga kebersihan lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran,
tumpahan atau kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi
dengan sebaik mungkin.
2. Segregasi aliran limbah, yakni memisahkan berbagai jenis aliran limbah
menurut jenis komponen, konsentrasi atau keadaanya, sehingga dapat
mempermudah, mengurangi volume, atau mengurangi biaya pengolahan
limbah.
3. Pelaksanaan preventive maintenance, yakni pemeliharaan/penggantian
alat atau bagian alat menurut waktu yang telah dijadwalkan.
4. Pengelolaan bahan (material inventory), adalah suatu upaya agar
persediaan bahan selalu cukup untuk menjamin kelancaran proses
kegiatan, tetapi tidak berlebihan sehiugga tidak menimbulkan gangguan
lingkungan, sedangkan penyimpanan agar tetap rapi dan terkontrol.
5. Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik: sesuai dengan petunjuk
pengoperasian/penggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi.

6. Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses kegiatan


yang kurang potensi untuk mengeluarkan limbah B3 dengan efisiensi yang
cukup tinggi, sebaiknya dilakukan pada saat pengembangan rumah sakit
baru atau penggantian sebagian unitnya.
Kebijakan kodifikasi penggunaan warna untuk memilah-milah limbah di
seluruh rumah sakit harus memiliki warna yang sesuai, sehingga limbah
dapat dipisah-pisahkan di tempat sumbernya, perlu memperhatikan hal-hal
berikut (Haryanto, 2001) :
1. Bangsal harus memiliki dua macam tempat limbah dengan dua warna,
satu untuk limbah klinik dan yang lain untuk bukan klinik.
2. Semua limbah dari kamar operasi dianggap sebagai limbah klinik.
3. Limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis, dianggap sebagai
limbah klinik.
4. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai
limbah klinik dan perlu dinyatakan aman sebelum dibuang.

1. Pemisahan Limbah

 Limbah harus dipisahkan dari sumbernya


 Semua limbahberesiko tinggi hendaknya diberi label jelas
 Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda, yang
menunjukkan ke mana plastik harus diangkut untuk insinerasi atau
dibuang. Di beberapa negara, kantung plastik cukup mahal sehingga
sebagai ganti dapat digunakan kantung kertas yang tahan bocor (dibuat
secara lokal sehingga dapat diperoleh dengan mudah). Kantung kertas ini
dapat ditempeli dengan strip berwarna, kemudian ditempatkan di tong
dengan kode warna dibangsal dan unit-unit lain.

2. Penyimpanan limbah

1. Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah berisi 2/3 bagian.
Kemudian diikat bagian atasnya dan diberi label yang jelas

2. Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga kalau


dibawa mengayun menjauhi badan, dan diletakkan di tempat-tempat tertentu
untuk dikumpulkan

3. Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan


warna yang samatelah dijadikan satu dan dikirim ke tempat yang sesuai

4. Kantung harus disimpan di kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan


hewan perusak sebelum diangkut ke tempat pembuangannya

3. Penanganan limbah
a. Kantung-kantung dengan kode warna hanya boleh diangkut bila telah
ditutup

b. Kantung dipegang pada lehernya

c. Petugas harus mengenakan pakaian pelindung, misalnya dengan memakai


sarung tangan yang kuat dan pakaian terusan (overal), pada waktu
mengangkut kantong tersebut

d. Jika terjadi kontaminasi diluar kantung diperlukan kantung baru yang


bersih untuk membungkus kantung baru yang kotor tersebut seisinya (double
bagging)

e. Petugas diharuskan melapor jika menemukan benda-benda tajam yang


dapat mencederainya di dalma kantung yang salah

f. Tidak ada seorang pun yang boleh memasukkan tangannya kedalam


kantung limbah

4. Pengangkutan limbah

Kantung limbah dikumpulkan dan seklaigus dipisahkan menurut kode


warnanya.Limbah bagian bukan klinik misalnya dibawa ke kompaktor, limbah
bagian klinik dibawa ke insinerator.Pengankutan dengan kendaran khusus
(mungkin ada kerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum) kendaraan yang
digunakan untuk mengankut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan
dibersihkan tiap hari, kalau perlu (misalnya bila ada kebocoran kantung
limbah) dibersihkan dengan menggunakan larutan klorin.

5. Pembuangan limbah

Setelah dimanfaatkan dengan kompaktor, limbah bukan klinik dapat


dibuang ditempat penimbunan sampah (land-fill site), limbah klinik harus
dibakar (insinerasi), jika tidak mungkin harus ditimbun dengan kapur dan
ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama sehingga
tidak sampai membusuk.

Kemudian mengenai limbah gas, upaya pengelolaannya lebih


sederhana dibanding dengan limbah cair, pengelolaan limbah gas tidak dapat
terlepas dari upaya penyehatan ruangan dan bangunan khususnya dalam
memelihara kualitas udara ruangan (indoor) yang antara lain disyaratkan
agar (Agustiani dkk, 2000) :

 Tidak berbau (terutania oleh gas H2S dan Anioniak);


 ·Kadar debu tidak melampaui 150 Ug/m3 dalam pengukuran rata-rata
selama 24 jam.
 Angka kuman. Ruang operasi : kurang dan 350 kalori/m3 udara dan bebas
kuman padao gen (khususnya alpha streptococus haemoliticus) dan spora
gas gangrer. Ruang perawatan dan isolasi : kurang dan 700 kalorilm3
udara dan bebas kuman patogen. Kadar gas dan bahan berbahaya dalam
udara tidak melebihi konsentrasi maksimum yang telah ditentukan.

Rumah sakit yang besar mungkin mampu membeli insinerator sendiri.


Insinerator berukuran kecil atau menengah dapat membakar pada suhu 1300
– 1500o C atau lebih tinggi dan mungkin dapat mendaur ulang sampai 60%
panas yang dihasilkan untuk kebutuhan energi rumah sakit. Suatu rumah
sakit dapat pula memperoleh penghasilan tambahan dengan melayani
insinerasi limbah rumah sakityang berasal dari rumah sakitlain. Insinerator
modern yang baik tentu saja memiliki beberapa keuntungan antara lain
kemampuannya menampung limbah klinik maupun bukan klinik, termasuk
benda tajam dan produk farmasi yang tidak terpakai (Rostiyanti dan
Sulaiman, 2001).

Limbah Cair
Limbah cair (air limbah) merupakan limbah buangan hasil kegiatan
manusia sehari-hari yang berupa cairan dengan segala bentuk polutan di
dalamnya, termasuk padatan, bahan kimia, maupun
mikroorganisme pathogen.Salah satu hal penting yang harus diperhatikan
adalah pada pengelolaan limbah cair yang dihasilkan dari pengoperasian
rumah sakit tersebut, karena apabila tidak dikelola dengan prosedur yang
benar dikhawatirkan akan menjadi rantai penyebaran penyakit infeksi di
lingkungan masyarakat rumah sakit maupun masyarakat di luar rumah sakit.

Limbah cair rumah sakit berpotensi menurunkan kualitas lingkungan


hidup, dan merupakan sumber utama penyebab gangguan
kesehatan.Mengingat pentingnya limbah cair terutama dalam penyebab
gangguan kesehatan maka limbah cair tersebut perlu mendapatkan perhatian
yang lebih didalam pengelolaannya. Limbah cair rumah sakit dihasilkan dari
kegiatan-kegiatan pemeriksaan, perawatan, bedah, laboratorium, radiologi,
poliklinik, gawat darurat dan farmasi, limbah cair yang dihasilkan tersebut
sifatnya variatif dan umumnya bersifat infeksius, seperti limbah yang berasal
dari penderita rawat inap antara lain salmonella, staphilococcus,
streptococcus, virus hepatitis. Sifat lain dari limbah cair rumah sakit yaitu
toksik, iritatif, korosif kumulatif dan karsinogenik, temperatur tinggi, berbau,
berwarna, dan organis. Selain itu limbah cair rumah sakit juga dihasilkan dari
aktifitas pasien, tenaga kesehatan, maupun kegiatan belajar siswa yang
sedang praktek. Rumah sakit merupakan penghasil limbah cair terbesar
dibandingkan dengan sarana kesehatan yang lain seperti Puskesmas,
Poliklinik, Laboratorium dan Balai Pengobatan.

10

Sistem extended aeration termasuk dalam proses pertumbuhan


biomassa tersuspensi. Pada proses pertumbuhan biomassa tersuspensi,
mikroorganisme bertanggung jawab atas kelangsungan jalannya proses
dalam kondisi suspensi liquid dengan metode pengadukan/pencampuran
yang tepat.Biomassa yang ada dinamakan dengan lumpur aktif, karena
adanya mikroorganisme aktif yang dikembalikan ke bak/unit aerasi untuk
melanjutkan biodegradasi zat organik yang masuk sebagai influen
(Tchobanoglous, 2003).

Proses extended aeration mirip dengan proses konvensional plug-


flow, hanya saja extended aeration beroperasi dalam fase respirasi
endogenous pada kurva pertumbuhan, yang membutuhkan beban organik
(organic loading) yang rendah dengan waktu aerasi yang lebih lama
(Reynolds, 1982). Diagram Extended Aeration disajikan pada Gambar
berikut.

Pengolahan limbah cair di Rumah Sakit menggunakan


sistem extended aeration. Pada awalnya air limbah dialirkan ke
dalam influent chamber. Dalam proses penyaluran ke influent chamber ini
bahan padat dapat masuk ke sistem penyaluran. Jika bahan padat masuk ke
sistem penyaluran dan mencapai unit pengolahan maka proses pengolahan
limbah cair dapat terganggu. Oleh karena itu, pada influent
chamber dilakukan pengolahan pendahuluan yaitu melalui proses
penyaringan dengan bar screen. Air limbah dialirkan melalui saringan besi
untuk menyaring sampah yang berukuran besar.Sampah yang tertahan oleh
saringan besi secara rutin diangkut untuk menghindari terjadinya
penyumbatan.

Selanjutnya air limbah diolah dalam equalizing tank.Di


dalam equalizing tank, air limbah dibuat menjadi homogen dan alirannya
diatur dengan flow regulator.Flow regulator yang terdapat pada bak
ekualisasi ini dan dapat mengendalikan fluktuasi jumlah air limbah yang tidak
merata, yaitu selama jam kerja air diperlukan dalam jumlah banyak, dan
sedikit sekali pada malam hari. Flow regulator juga dapat mengendalikan
fluktuasi kualitas air limbah yang tidak sama selama 24 jam dengan
menggunakan teknik mencampur dan mengencerkan. Dengan dibantu
oleh diffuser, air limbah dari berbagai sumber teraduk dan bercampur
menjadi homogen dan siap diolah.Selain itu, diffuser juga dapat
menghilangkan bau busuk pada air limbah.

Setelah itu, proses pengolahan secara biologis terjadi di


dalam aeration tank dengan bahan-bahan organik yang terdapat dalam air
limbah didekomposisikan oleh microorganisme menjadi produk yang lebih
sederhana sehingga menyebabkan bahan organik semakin lama semakin
berkurang. Dalam hal ini bahan buangan organik diubah dan digunakan
untuk perkembangan sel baru (protoplasma) serta diubah dalam bentuk
bahanbahan lainnya seperti karbondioksida, air, dan ammonia. Massa dari
protoplasma dan bahan organik baru yang dihasilkan, mengendap bersama-
sama dengan endapan dalam activated sludge.

11

Kemudian air limbah beserta lumpur hasil proses biologis tadi dialirkan
kedalam clarifier tank agar dapat mengendap. Lumpur yang sudah
mengendap di bagian paling bawah dipompakan kembali ke bak aerasi dan
lumpur pada air limbah yang baru datang dibiarkan turun mengendap ke
bawah sehingga terjadi pergantian.

Lumpur yang telah mengendap pada dasar bak clarifier dikembalikan


ke bak aerasi tanpa ada yang diambil keluar atau dilakukan pengolahan
lumpur lebih lanjut.

Air limbah dari bak clarifier yang sudah lebih jernih dialirkan ke
bak effluent.Sebelum masuk ke effluent tank, air limbah diberikan khlorin
untuk mengendalikan jumlah populasi bakteri pada ambang yang tidak
membahayakan. Sebagai mata rantai terakhir, air limbah ditampung di
dalam effluent tank yang pada akhirnya akan dibuang ke parit dan bermuara
ke sungai.

Pemeliharaan IPAL di Rumah Sakit pada prinsipnya relatif mudah


dilakukan. Yang terpenting adalah menjaga agar limbah padat tidak masuk
ke dalam system dan mencegah penyumbatan-
penyumbatan.Untuk mencegah limbah padat masuk dan mencegah
terjadinya penyumbatan-penyumbatan, maka perlu selalu dilakukan
pembersihan pada bar screen dari sampah padat secara rutin.

Peralatan yang digunakan adalah serok, garu, bak sampah, dan


senter.Sedangkan material yang digunakan adalah kaporit berupa khlorin
sebagai disinfektan.Pengawasan dilakukan pada kualitas serta alat-alat dan
mesin. Pengawasan kualitas air limbah terolah dilakukan tiap 3 bulan sekali.
Sedangkan pengawasan terhadap alat-alat dan mesin dilakukan secara rutin
6 kali dalam sebulan.

Saluran air limbah di Rumah sakit harus sesuai dengan ketentuan


Kepmenkes No.1204/Menkes/SK/X/ 2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit, yaitu bersifat tertutup dan berhubungan langsung
dengan instalasi pengolahan air limbah yaitu air limbah wc atau kamar mandi
langsung disalurkan melalui pipa ke influent chamber. Selain itu salurannya
juga kedap air dan limbah mengalir dengan lancar serta terpisah dengan
saluran air hujan.

12

Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 58 tahun


1995 tanggal 21 Desember 1995 mengenai baku mutu limbah cair bagi
kegiatan rumah sakit, adalah sebagai berikut.

Kadar maksimum
Parameter
(mg/L)
BOD 75
COD 100
TSS 100
pH 6,0 – 9,0

13

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan
oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum
sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu
sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.
2. Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang
terkandung di dalamnya diantaranya limbah benda tajam, limbah infeksius
tubuh, limbah sitotoksik, limbah kimia, limbah radioaktif , limbah plastik.
3. Pengolahan Limbah Rumah Sakit tergantung dari jenis Limbahnya
a. Limbah Padat : Pemisahan, penampungan, dan pengangkutan
b. Limbah Cair : Kolam Stabilisasi Air Limbah, Kolam oksidasi air
limbah, Anaerobic Filter Treatment System, Pengolahan dan
Pembuangan, Incinerator.

B. Saran
Adanya toksikologi limbah rumah sakit, disarankan agar petugas rumah
sakit dalam mengolah limbah agar lebih memperhatikan cara atau teknik-
teknik dalam mengolah jenis limbah yang ada di ruah sakit
14

DAFTAR PUSTAKA
Oktavia, Dwi. 2011

https://dwioktavia.wordpress.com/2011/04/14/pengolahan-limbah-rumah-
sakit/

diakses pada tanggal 2 November 2018

https://www.Blogatwordpress.com// diakses pada tanggal 1 November 2018

https://www.wikipedia.org.// diakses pada tanggal 2 November 2018


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai