Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KUNJUNGAN

IPAL RS. BETHESDA YOGYAKARTA


Dosen Pengampu : Suparmin, SST., M.Kes

Disusun oleh:
Ikhsan Irkhamudin (P1337433118073)
Kurnia Hana Tiarasari (P1337433118074)
Shafly Wafiqi (P1337433118075)
Annisa Putri Irananda (P1337433118076)
Nadya Arinda Seviana (P1337433118077)

PRODI DIPLOMA III KESEHATAN LINGKUNGAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan
rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Purwokerto, 1 November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………
A. LATAR BELAKANG……………………………………..
B. TUJUAN…………………………………………………..
C. MANFAAT………………………………………………..
D. METODE………………………………………………….

BAB II HASIL KUNJUNGAN LAPANGAN………………………


A. SEJARAH RS. BETHESDA………………………………
B. LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT…………………………
C. SUMBER LIMBAH CAI RUMAH SAKIT……………….
D. CARA PENANGANAN LIMBAH CAIR DI BETHESDA.
E. BAHAN YANG DIGUNAKAN DALAM PROSES PENGOLAHAN
LIMBAH CAIR…………………………………………..
F. PEMANFAATAN AIR LIMBAH YANG TELAH DI PROSES

BAB III
A. PEMBAHASAN SUMBER LIMBAH CAIR RS BETHESDA
B. PEMBAHASAN CARA PENANGGULANGAN LIMBAH CAIR RS
BETHESDA
C. PEMBAHASAN BAHAN YANG DIGUNAKAN DALAM PROSES
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN………………………………………….
B. SARAN………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………..
LAMPIRAN………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, sebagai penunjang kesejahteraan
masyarakat banyak, rumah sakit menjadi salah satu tempat dalam mendukung
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Rumah sakit merupakan salah satu upaya
peningkatan kesehatan yang terdiri dari balai pengobatan dan tempat praktik dokter
yang juga ditunjang oleh unit-unit lainnya, seperti ruang operasi, laboratorium,
farmasi, administrasi, dapur, laundry, pengolahan sampah dan limbah, serta
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Selain membawa dampak positif bagi
masyarakat, yaitu sebagai tempat menyembuhkan orang sakit, rumah sakit juga
memiliki kemungkinan membawa dampak negatif. Dampak negatifnya dapat berupa
pencemaran dari suatu proses kegiatan, yaitu bila limbah yang dihasilkan tidak
dikelola dengan baik.
Dalam pengolahan limbah Rumah sakit tidak hanya menghasilkan limbah
organik dan anorganik, tetapi juga limbah infeksius yang mengandung bahan beracun
berbahaya (B3).Dari keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar 10 sampai 15 persen di
antaranya merupakan limbah infeksius yang mengandung logam berat, antara lain
mercuri (Hg).Sekitar 40 % lainnya adalah limbah organik yang berasal dari sisa
makan, baik dari pasien dan keluarga pasien maupun dapur gizi.Sisanya merupakan
limbah anorganik dalam bentuk botol bekas infus dan plastik.
Air limbah yang berasal dari rumah sakit merupakan salah satu sumber
pencemaran air yang sangat potensial.Hal ini disebabkan karena air limbah rumah
sakit mengandung senyawa organik yang cukup tinggi, mengandung senyawa-
senyawa kimia yang berbahaya serta mengandung mikroorganisme pathogen yang
dapat menyebabkan penyakit (Said, 2003).Pengelolaan limbah RS yang tidak baik
akan memicu resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari pasien ke
pekerja, dari pasien ke pasien, dari pekerja ke pasien, maupun dari dan kepada
masyarakat pengunjung RS. Tentu saja RS sebagai institusi yang sosioekonomis
karena tugasnya memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, tidak terlepas
dari tanggung jawab pengelolaan limbah yang dihasilkan. Untuk menjamin
keselamatan dan kesehatan awak RS maupun orang lain yang berada di lingkungan RS
dan sekitarnya, Pemerintah (Depkes) telah menyiapkan perangkat lunak berupa
peraturan, pedoman dan kebijakan yang mengatur pengelolaan dan peningkatan
kesehatan di lingkungan RS, termasuk pengelolaan limbah RS.
Pada tahun 1999, WHO melaporkan di Perancis pernah terjadi 8 kasus pekerja
kesehatan terinfeksi HIV, 2 di antaranya menimpa petugas yang menangani limbah
medis1.Hal ini menunjukkan bahwa perlunya pengelolaan limbah yang baik tidak
hanya pada limbah medis tajam tetapi meliputi limbah rumah sakit secara keseluruhan.
Namun, berdasarkan hasil Rapid Assessment tahun 2002 yang dilakukan oleh Ditjen
P2MPL Direktorat Penyediaan Air dan Sanitasi yang melibatkan Dinas Kesehatan
Kabupaten dan Kota, menyebutkan bahwa sebanyak 648 rumah sakit dari 1.476 rumah
sakit yang ada, yang memiliki insinerator baru 49% dan yang memiliki Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebanyak 36%. Dari jumlah tersebut kualitas limbah
cair yang telah melalui proses pengolahan yang memenuhi syarat baru mencapai 52% .
Hasil dari kualitas pengolahan limbah cair tidak terlepas dari dukungan
pengelolaan limbah cairnya. Suatu pengelolaan limbah cair yang baik sangat
dibutuhkan dalam mendukung hasil kualitas effluent sehingga tidak melebihi syarat
baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah dan tidak menimbulkan pencemaran pada
lingkungan sekitar. Oleh karena pentingnya pengelolaan limbah cair rumah sakit maka
disusun makalah ini yang akan membahas mengenai pengolahan limbah Rumah Sakit,
meliputi antara lain klasifikasi limbah rumah sakit, sumber-sumbernya, serta metode-
metode pengolahan limbah tersebut.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan kunjungan lapangan ini adalah, antara lain:
1. Mengetahui pengertian limbah cair rumah sakit.
2. Mengetahui sumber sumber limbah cair rumah sakit.
3. Mengetahui cara penanganan limbah cair rumah sakit.
4. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari limbah cair rumah sakit.

C. Manfaat
Berdasarkan latar belakang dan tujuan diatas, manfaat dari pembuatan makalah
laporan kunjungan lapangan ini yaitu menambah pengetahuan tentang instalasi
pengolahan air limbah, dapat mengetahui tentang bagaimana penanganan limbah di
rumah sakit, mengetahui sumber sumber limbah rumah sakit, serta mengetahui
dampak yang ditimbulkan dari limbah rumah sakit.
D. Metode
Data yang diperoleh dikumpulkan dengan metode :
1. Metode interview/ wawancara
2. Metode observasi
3. Metode dokumentasi/documenter

BAB II
HASIL KUNJUNGAN LAPANGAN

A. Sejarah RS Bethesda Yogyakarta


Rumah sakit Bethesda didirikan oleh Dr.J.G Scheurer, seorang dokter yang
diutus oleh Nederlandse Zendingsvereniging. Rumah sakit Bethesda pada awalnya di
beri nama Zendingsziekenhuis “Petronella”. Nama Petronella ini diambil dari nama
istri seorang pensiunan pendeta bernama Coeverden Andriani yang memberikan
bantuan uang untuk membangun rumah sakit.
Dalam perjalannanya sejak didirikan rumah sakit Petronella mengalami pasang
surut sesuai dengan dinamika yang terjadi di Indonesia maupun dunia. Pada masa
pendudukan Jepang rumah sakit Petronella diambil alih oleh Jepang dan diganti
namanya menjadi “Jogjakarta Tjuo Bjoin” pengambil alihan ini mengakhiri nama dan
asas rumah sakit Petronella sebagai rumah sakit Kristen. Setelah berakhirnya
pendudukan Jepang rumah sakit ini berhasil dikembalikan ke asasnya yang semula
sebagai rumah sakit Kristen tetapi diganti namanya menjadi “Roemah Sakit Poesat”.
Agar masyarakat umum mengetahui bahwa rumah sakit pusat ini merupakan salah
satu rumah sakit pelayanan kasih, maka pada tanggal 28 Juni 1950 Rumah Sakit Pusat
diumumkan sebagai Rumah Sakit Kristen dan namany diganti menjadi “Rumah Sakit
Bethesda”.
B. Limbah Cair Rumah Sakit
Limbah cair (air limbah) merupakan limbah buangan hasil kegiatan manusia
sehari-hari yang berupa cairan dengan segala bentuk polutan di dalamnya, termasuk
padatan, bahan kimia, maupun mikroorganisme pathogen.Salah satu hal penting yang
harus diperhatikan adalah pada pengelolaan limbah cair yang dihasilkan dari
pengoperasian rumah sakit tersebut, karena apabila tidak dikelola dengan prosedur
yang benar dikhawatirkan akan menjadi rantai penyebaran penyakit infeksi di
lingkungan masyarakat rumah sakit maupun masyarakat di luar rumah sakit.
C. Sumber Sumber Limbah Cair RS Bethesda
Sumber limbah cair di Rumah Sakit Bethesda bersumber dari :
1. Limbah dapur
2. Limbah laundry, dan
3. Limbah umum
D. Cara Penanganan Limbah Cair Di RS Bethesda

Limbah dari RS
Penyaringan bak penampung 1 bak penampung 2 bak ekualisasi

Pengendap 2 Pengendapan 1 Bak Aerasi Kolam Anaerobik Kolam aerobik

Lumpur dikembalikan
untuk kerja lagi

Desinfeksi Penampung Hasil Sandfilter& carbon filter Fish Pond Outlet

E. Bahan Yang Digunakan Dalam Proses Pengolahan Limbah Cair


1. Super Flokulan
2. Kaporit
3. Digliser Greastrap
F. Pemanfaatan Air Limbah yang telah Diproses
1. Untuk Menyiram tanaman
2. Untuk mencuci motor dan mobil
3. Untuk kebutuhan hydram atau air pemadam api
4. Flashing

BAB III
PEMBAHASAN HASIL KUNJUNGAN LAPANGAN

A. Pembahasan Sumber Limbah Cair RS Bethesda


1. Limbah Dapur
Limbah ini mencakup sisa sisa makanan dan air kotor.Berbagai serangga
seperti kecoa, kutu dan hewan pengerat seperti tikus merupakan gangguan bagi
staff maupun pasien di Rumah Sakit.Limbah dari dapur kebanyakan
berkarakteristik berlemak dan bau.
2. Limbah laundry
Limbah laundry terbagi menjadi dua yaitu limbah infeksius dan limbah non
infeksius.Limbah infeksius merupakan limbah kain yang terkena atau tercampur
bahan yang bersifat infeksius dan berbahaya bagi orang yang melakukan kontak
dengan kain tersebut seperti noda darah, dan limbah non infeksius yaitu limbah
tidak terkena bahan yang bersifat infeksius.
Limbah infeksius biasanya di masukan kedalam kantong yang berwarna
kuning yang menandakan bahwa dikantong tersebut terdapat limbah yang bersifat
infeksius, dan untuk limbah yang non infeksius dimasukan kedalam kantong yang
berwarna hitam/biru.Kedua limbah tersebut dibawa ke tempat laundry linen
menggunakan troli yang tertutup rapat.
Untuk proses selanjutnya linen dipisah berdasarkan jenis linennya, yang
infeksius terpisah dengan yang non infeksius. Pemisahan jenis linen bertujuan
untuk meminimalisir terjadinya pelapukan secara cepat terhadap linen.Sehingga
umur linen dapat bertahan lebih lama.Perbedaan perlakuan limbah infeksius dan
non infeksius yaitu takaran detergen dalam proses pencucian, takaran untuk limbah
infeksius yaitu lebih banyak. Dan perbedaan dalam perlakuan suhu, untuk suhu
limbah infeksius yaitu 90˚Cdan suhu untuk limbah non infekius dibawah 90˚C.
Suhu yang tinggi berguna untuk mematikan bakteri bakteri yang berada atau
menempel di linen.
3. Limbah Umum
Limbah umum sumbernya berasal dari kamar mandi, serta semua buangan air
limbah yang ada di rumah sakit kecuali limbah dapur dan limbah laundry.Limbah
dari umum biasanya mengandung banyak phospat dan ammonia dari air urine.
B. Pembahasan Cara Penanganan Limbah Cair Di RS Bethesda
Limbah cair (air limbah) merupakan limbah buangan hasil kegiatan manusia
sehari-hari yang berupa cairan dengan segala bentuk polutan di dalamnya, termasuk
padatan, bahan kimia, maupun mikroorganisme pathogen.Salah satu hal penting yang
harus diperhatikan adalah pada pengelolaan limbah cair yang dihasilkan dari
pengoperasian rumah sakit tersebut, karena apabila tidak dikelola dengan prosedur
yang benar dikhawatirkan akan menjadi rantai penyebaran penyakit infeksi di
lingkungan masyarakat rumah sakit maupun masyarakat di luar rumah sakit. Oleh
karena itu perlu dilakukannya pemgolahan air limbah rumah sakit.
Di rumah sakit Bethesda Yogyakarta proses pengolahan limbah cairnya adalah
menggunakan system extended aeration.Sistem extended aeration termasuk dalam
proses pertumbuhan biomassa tersuspensi. Pada proses pertumbuhan biomassa
tersuspensi, mikroorganisme bertanggung jawab atas kelangsungan jalannya proses
dalam kondisi suspensi liquid dengan metode pengadukan atau pencampuran yang
tepat.Biomassa yang ada dinamakan dengan lumpur aktif, karena adanya
mikroorganisme aktif yang dikembalikan ke bak atau unit aerasi untuk melanjutkan
biodegradasi zat organik yang masuk sebagai influen.
Pada awalnya air limbah dialirkan ke dalam influent chamber. Dalam proses
penyaluran ke influent chamber ini bahan padat dapat masuk ke sistem penyaluran.
Jika bahan padat masuk ke sistem penyaluran dan mencapai unit pengolahan maka
proses pengolahan limbah cair dapat terganggu. Oleh karena itu, pada influent
chamber dilakukan pengolahan pendahuluan yaitu melalui proses penyaringan dengan
bar screen. Air limbah dialirkan melalui saringan besi untuk menyaring sampah yang
berukuran besar.Sampah yang tertahan oleh saringan besi secara rutin diangkut untuk
menghindari terjadinya penyumbatan.Lalu air limbah masuk kedalam bak
penampung. Bak penampung di bagi menjadi dua yaitu bak penampung 1 dan bak
penampung 2.
Selanjutnya air limbah diolah dalam equalizing tank.Di dalam equalizing tank,
air limbah dibuat menjadi homogen dan alirannya diatur dengan flow regulator.Flow
regulator yang terdapat pada bak ekualisasi ini dan dapat mengendalikan fluktuasi
jumlah air limbah yang tidak merata, yaitu selama jam kerja air diperlukan dalam
jumlah banyak, dan sedikit sekali pada malam hari. Flow regulator juga dapat
mengendalikan fluktuasi kualitas air limbah yang tidak sama selama 24 jam dengan
menggunakan teknik mencampur dan mengencerkan. Dengan dibantu oleh diffuser,
air limbah dari berbagai sumber teraduk dan bercampur menjadi homogen dan siap
diolah.Selain itu, diffuser juga dapat menghilangkan bau busuk pada air limbah.
Setelah itu, proses pengolahan secara biologis terjadi di dalam aeration tank
dengan bahan-bahan organik yang terdapat dalam air limbah didekomposisikan oleh
microorganisme menjadi produk yang lebih sederhana sehingga menyebabkan bahan
organik semakin lama semakin berkurang. Dalam hal ini bahan buangan organik
diubah dan digunakan untuk perkembangan sel baru (protoplasma) serta diubah dalam
bentuk bahanbahan lainnya seperti karbondioksida, air, dan ammonia. Massa dari
protoplasma dan bahan organik baru yang dihasilkan, mengendap bersama-sama
dengan endapan dalam activated sludge.
Kemudian air limbah beserta lumpur hasil proses biologis tadi dialirkan
kedalam clarifier tank agar dapat mengendap. Lumpur yang sudah mengendap di
bagian paling bawah dipompakan kembali ke bak aerasi dan lumpur pada air limbah
yang baru datang dibiarkan turun mengendap ke bawah sehingga terjadi pergantian.
Lumpur yang telah mengendap pada dasar bak clarifier dikembalikan ke bak
aerasi tanpa ada yang diambil keluar atau dilakukan pengolahan lumpur lebih lanjut.
Air limbah dari bak clarifier yang sudah lebih jernih dialirkan ke bak
effluent.Sebelum masuk ke effluent tank, air limbah diberikan khlorin untuk
mengendalikan jumlah populasi bakteri pada ambang yang tidak membahayakan.
Air limbah masuk ke sandfilter dan carbon filter untuk mengurangi baud an
kekeruhan. Lalu masuk kedalam fishpond yang bak indikator yang diisi menggunakan
ikan untuk indikator bahwa air limbah tersebuk sudah baik kualitasnya, ikan yang baik
untuk indikator air limbah yaitu ikan mask arena ikan tersebut sangat sensitif. Setelah
masuk bak fishpond baru bisa digunakan untuk hal yang lainnya, bisa langsung
dibuang keparit dan bisa juga untuk proses flashing atau proses pengglontoran kloset.

C. Pembahasan Bahan yang digunakan dalam Proses Pengolahan Limbah Cair


1. Super Flokulan
Super flokulan dalam proses pengolahan limbah cair berguna untuk
mengurangi kadar phospat yang kebanyakan bersumber dari limbah infeksius.
Flokulan adalah bahan yang mempunyai kampuan untuk mengikat partikel koloid
sehingga flok yang terjadi menjadi lebih berat dan menjadi lebig cepat
mengendap.Penambahan flokulan dianjurkan apabila koagulan sulit mengikat
partikel yang ada di dalam air atau koloid yang terjadi lambat
mengendap.Beberapa macam flokulan yaitu silica aktip, natrium alginate dan poli-
elektrolit.
2. Digliser greastrap
Digliser grestrap dalam proses pengolahan air limbah berguna untuk mengikat
lemak sehingga lemak yang tercampur dalam air dalam diikat dan mengumpul
menjadi satu dan dilakukan proses selanjutnya. Limbah yang banyak mengandung
lemak biasanya berasal dari limbah dapur.
3. Kaporit
Dalam proses pengolahan air limbah kaporit digunakan dalam proses
desinfeksi sebelum air siap dibuang ke parit atau digunakan untuk hal yang
lainnya.
Pemberian dosis kaporit tidak boleh sembarangan. Dalam proses desinfeksi
menggunakan kaporit di RS Bethesda dosisnysa yaitu 1kg kaporit untuk dilarutkan
dalam 160 liter air. Untuk pemberian kaporit digunakan alat dosing pump yaitu
untuk memberikan dosis kaporit dalam takaran dan waktu yang sama atau
konsisten tidak berubah ubah.

D. Pembahasan Pemanfaat Air Limbah yang Telah Diproses


Air limbah yang telah diolah dapat digunakan untuk kebutuhan yang lainnya,
namun tidak untuk diminum. Air limbah yang dapat digunakan kembali yaitu air
limbah yang pada effluentnya telah memenuhi baku mutu yang telah di tetapkan. Di
RS Bethesda setiap hari air keluarannya atu effluent di periksa kadar
BOD, COD, TSS dan lainnya pada waktu pagi hari.
Air limbah yang telah diolah di RS Bethesda kebanyakan digunakan kembali
untuk proses flashing atau proses penggelontoran kloset.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan kunjungan makalah ini adalah :
1. Sumber limbah cair di RS Bethesda bersumber dari limbah dapur, limbah,
laundry dan limbah umum.
2. Proses pengolahan limbah cair di RS Bethesda menggunakan metode lumpur
aktif atau exctended aeration.
3. Pengolahan air limbah dengan proses lumpur aktif merupakan salah satu
metode yang bagus untuk pengolahan air limbah di rumah sakit.
4. Bahan yang digunakan dalam proses pengolahan air limbah yaitu
menggunakan bahan yang ramah lingkungan dan dengan dosis yang tepat,
yaitu super flokulan, digliser greastrap dan kaporit.
5. Air limbah yang telah diproses tidak hanya dengan cuma-Cuma dibuang ke
parit atau sungai, namun bisa juga digunakan untuk hal yang bermanfaat
lainnya seperti untuk proses flashing atau pengglontor closet.

B. Saran
1. Sebaiknya instalasi pengolahan air limbahnya dibuat tertutup supaya baunya
tidak menyebar kemana mana.
2. Setiap rumah sakit seharusnya memiliki IPAL yang memadai mengelola air
limbah.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/34594015/Makalah_IPAL_Instalasi_Pengolahan_Air_Limba
h_
http://mfebrianadhip.blogspot.com/2015/11/pengolahan-limbah-cair-rumah-sakit.html
LAMPIRAN FOTO KUNJUNGAN LAPANGAN

Anda mungkin juga menyukai