Anda di halaman 1dari 19

Mata Kuliah : Pengelolaan Air

Dosen : DR. H. Ronny, SKM., M.Kes.

MAKALAH PEMELIHARAAN ALAT PENJERNIH


AIR

Oleh Kelompok 2:

Filzah Dwi Anugrah Sri Hardili


Ema Anggreni Irawati Tahir
Sri Ayu Fitrah Nur Amaliah
Nurfadillah Nurul Pratiwi J.
Nur Fitriah Amelia Siti Fakhirah Khatamah
Sri Nurfadhilah Herianto Duma
FIdyah Indah Ramadhany Aswar Sartika
Ria Rappang Pin Sanda Jao
Safitri Muktia

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D-III
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kerena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan “Makalah
Pemeliharaan Alat Penjernih air” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun sebagai bentuk pertanggung jawaban kami atas tugas
yang telah kami laksanakan. Makalah ini dapat terselesaikan tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini kami menyampaikan
ucapan terima kasih kepada dosen dan teman-teman yang banyak membantu
dalam penyusunan laporan ini. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih
jauh dari pada kesempurnaan.
Untuk itu, demi perbaikan dan kesempurnaan makalah berikutnya kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat untuk diri kami sendiri, teman-teman, serta orang lain.

Makassar, 09 Mei 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang ................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...........................................................................................2

C. Tujuan .............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

A. Pemeliharaan Alat Penjernihan Air .................................................................. 3

B. Operasional Pemeliharaan .................................................................................. 6

BAB III PENUTUP ..............................................................................................15

A. Kesimpulan ................................................................................................15

B. Saran ...........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk

kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air

menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330

juta mil³) tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada

lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat

hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es.

Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu:

melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi

mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia.

Di banyak tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Air dapat berwujud

padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang

secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut

Pengelolaan sumber daya air yang kurang baik dapat menyebakan kekurangan air,

monopolisasi serta privatisasi dan bahkan menyulut konflik. Berdasarkan data dari

Dtjen P2P, Kemenkes RI dengan total kasus penyakit diare yakni 1.725 kasus di

Indonesia pada tahun 2017 yang bisa saja dapat dipengaruhi oleh kurangnya akses

air bersih di masyarakat. Sekalipun air sumur atau sumber air lainnya yang kita

miliki mulai menjadi keruh, kotor ataupun berbau, selama kuantitasnya masih

banyak kita masih dapat berupaya merubah/menjernihkan air keruh/kotor tersebut


menjadi air bersih yang layak pakai. Ada berbagai macam cara sederhana yang

dapat kita gunakan untuk mendapatkan air bersih seperti membuat alat

penyaringan pasir cepat, penyaringan pasir lambat, maupun penyaringan fisik,

kimia, biologi serta radioaktif.

Supaya alat –alat penjernihan air bisa digunakandalam waktu yang

panjang maka perlu dilakukan penataan, perawatan, dan perbaikan (reparasi) alat-

alat penjernih air. Kebersihan dan kualitas air sangat dipengaruhi oleh alat-alat

yang digunakan. Oleh karena itu makalah ini dibuat agar pembaca dapat

mengetahui tata cara dalam pemeliharaan alat-alat yang digunakan untuk

menjernihkan air.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka di kemukakan rumusan masalah:

Bagaimanakah alat dan bahan serta prosedur yang digunakan dalam pemeliharaan

alat-alat penjernih air?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui prosedur kerja pemeliharaan alat penjernih air.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penjernihan Air
1. Tujuan Penjernihan Air
Proses Penjernihan air bertujuan untuk menghilangkan zat pengotor atau untuk
memperoleh air yang kualitasnya memenuhi standar persyaratan kualitas air seperti :
a. Menghilangkan gas-gas terlarut
b. Menghilangkan rasa yang tidak enak
c. Membasmi bakteri patogen yang sangat berbahaya
d. Mengelolah agar air dapat digunakan untuk rumah tangga dan industri
e. Memperkecil sifat air yang menyebabkan terjadinya endapan dan korosif pada
pipa atau saluran air lainnya.
2. Teknik-teknik dalam penjernihan air
Ada berbagai macam cara sederhana yang dapat kita gunakan untuk mendapatkan
air bersih, dan cara yang paling mudah adalah dengan penyaringan dan pengendapan.
a. Tekhnik Penyaringan
Berikut beberapa alternatif cara sederhana untuk mendapatkan air bersih
dengan cara penyaringan air :
1) Saringan Kain Katun.
Pembuatan saringan air dengan menggunakan kain katun merupakan
teknik penyaringan yang paling sederhana / mudah. Air keruh disaring
dengan menggunakan kain katun yang bersih. Saringan ini dapat
membersihkan air dari kotoran dan organisme kecil yang ada dalam air
keruh. Air hasil saringan tergantung pada ketebalan dan kerapatan kain yang
digunakan.
2) Saringan Kapas
Teknik saringan air ini dapat memberikan hasil yang lebih baik dari
teknik sebelumnya. Seperti halnya penyaringan dengan kain katun,
penyaringan dengan kapas juga dapat membersihkan air dari kotoran dan
organisme kecil yang ada dalam air keruh. Hasil saringan juga tergantung
pada ketebalan dan kerapatan kapas yang digunakan.
3) Aerasi

3
Aerasi merupakan proses penjernihan dengan cara mengisikan oksigen ke
dalam air. Dengan diisikannya oksigen ke dalam air maka zat-zat seperti
karbon dioksida serta hidrogen sulfida dan metana yang mempengaruhi rasa
dan bau dari air dapat dikurangi atau dihilangkan. Selain itu partikel mineral
yang terlarut dalam air seperti besi dan mangan akan teroksidasi dan secara
cepat akan membentuk lapisan endapan yang nantinya dapat dihilangkan
melalui proses sedimentasi tau filtrasi.
4) Saringan Pasir Lambat (SPL)
Saringan pasir lambat merupakan saringan air yang dibuat dengan
menggunakan lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian
bawah. Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati
lapisan pasir terlebih dahulu baru kemudian melewati lapisan kerikil.
5) Saringan Pasir Cepat (SPC)
Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir lambat, terdiri atas
lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Tetapi arah
penyaringan air terbalik bila dibandingkan dengan Saringan Pasir Lambat,
yakni dari bawah ke atas (up flow). Air bersih didapatkan dengan jalan
menyaring air baku melewati lapisan kerikil terlebih dahulu baru kemudian
melewati lapisan pasir.
6) Gravity-Fed Filtering System
Gravity-Fed Filtering System merupakan gabungan dari Saringan
Pasir Cepat(SPC) dan Saringan Pasir Lambat(SPL). Air bersih
dihasilkan melalui dua tahap. Pertama-tama air disaring menggunakan
Saringan Pasir Cepat(SPC). Air hasil penyaringan tersebut dan
kemudian hasilnya disaring kembali menggunakan Saringan Pasir
Lambat. Dengan dua kali penyaringan tersebut diharapkan kualitas air
bersih yang dihasilkan tersebut dapat lebih baik. Untuk mengantisipasi
debit air hasil penyaringan yang keluar dari Saringan Pasir Cepat, dapat
digunakan beberapa / multi Saringan Pasir Lambat.
7) Saringan arang
Saringan arang dapat dikatakan sebagai saringan pasir arang dengan
tambahan satu buah lapisan arang. Lapisan arang ini sangat efektif
dalam menghilangkan bau dan rasa yang ada pada air baku. Arang yang
digunakan dapat berupa arang kayu atau arang batok kelapa. Untuk hasil

4
yang lebih baik dapat digunakan arang aktif. Untuk lebih jelasnya dapat
lihat bentuk saringan arang yang direkomendasikan UNICEF pada
gambar di bawah ini.
8) Saringan air sederhana
Saringan air sederhana/tradisional merupakan modifikasi dari
saringan pasir arang dan saringan pasir lambat. Pada saringan tradisional
ini selain menggunakan pasir, kerikil, batu dan arang juga ditambah satu
buah lapisan injuk / ijuk yang berasal dari sabut kelapa. Untuk bahasan
lebih jauh dapat dilihat pada artikel saringan air sederhana.
9) Saringan Cadas / Jempeng / Lumpang Batu
Saringan cadas atau jempeng ini mirip dengan saringan keramik. Air
disaring dengan menggunakan pori-pori dari batu cadas. Saringan ini
umum digunakan oleh masyarakat desa Kerobokan, Bali. Saringan
tersebut digunakan untuk menyaring air yang berasal dari sumur gali
ataupun dari saluran irigasi sawah. Seperti halnya saringan keramik,
kecepatan air hasil saringan dari jempeng relatif rendah bila
dibandingkan dengan SPL terlebih lagi SPC.
10) Saringan Keramik
Saringan keramik dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama
sehingga dapat dipersiapkan dan digunakan untuk keadaan darurat. Air
bersih didapatkan dengan jalan penyaringan melalui elemen filter
keramik. Beberapa filter kramik menggunakan campuran perak yang
berfungsi sebagai disinfektan dan membunuh bakteri. Ketika proses
penyaringan, kotoran yang ada dalam air baku akan tertahan dan lama
kelamaan akan menumpuk dan menyumbat permukaan filter. Sehingga
untuk mencegah penyumbatan yang terlalu sering maka air baku yang
dimasukkan jangan terlalu keruh atau kotor. Untuk perawatan saringn
keramik ini dapat dilakukan dengan cara menyikat filter keramik
tersebut pada air yang mengalir.
b. Tekhnik Pengendapan
1) Biji kelor
Biji buah kelor (Moringan oleifera) mengandung zat aktif
rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan
menetralisir partikel-partikel lumpur serta logam yang terkandung dalam

5
air limbah suspensi, dengan partikel kotoran melayang di dalam air.
Penemuan yang telah dikembangkan sejak tahun 1986 di negeri Sudan
untuk menjernihkan air dari anak Sungai Nil dan tampungan air hujan ini
di masa datang dapat dikembangkan sebagai penjernih air Sungai
Mahakam dan hasilnya dapat dimanfaatkan PDAM setempat.Serbuk biji
buah kelor ternyata cukup ampuh menurunkan dan mengendapkan
kandungan unsur logam berat yang cukup tinggi dalam air, sehingga air
tersebut memenuhi standar baku air minum dan air bersih.
B. Pemeliharaan Alat
1. Penyaringan Air Secara Fisik

Prinsip Penjernihan Air Dengan Metode Fisika:

Pengolahan Fisik Prinsip pengolahan air secara fisika adalah menggunakan


proses penyaringan, sedimentasi, absorbsi, dan adsorpsi dengan cara manual atau
alat sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat fisika air. Pengolahan fisika pada
umumnya digunakan untuk menghilangkan kekeruhan yang disebabkan oleh
partikel-partikel terlarut dalam air baku.

A. Alat dan bahan:


1. Alat:
- Wadah
- Pengaduk
- Sikat
2. Bahan:
- Air

B. Teknik Perawatan dan Pemeliharaan Alat Penjernih Air Sederhana


1. Ijuk dicuci bersih kemudian dipanaskan di matahari sampai kering
2. Pasir halus dicuci dengan air bersih di dalam ember, diaduk sehingga
kotoran dapat dikeluarkan, kemudian dijemur sampai kering.
3. Batu kerikil diperoleh dari sisa ayakan pasir halus, kemudian dicuci bersih
dan dijemur sampai kering.
4. Batu yang dibersihkan sampai bersih betul dari kotoran atau tanah yang
melekat, kemudian dijemur.
5. Lakukan Perawatan BACKWASH ( Cuci Balik)
Tahap kedua lakukan proses pembersihan secara backwash
seminggu dua kali. ini bertujuan untuk mencuci media agar media dapat
digunakan lebih tahan lama. Untuk proses backwash sendiri, anda harus

6
perhatikan aliran air dalam proses backwash, yaitu masuknya air dari
bawah dan keluar Air dari Atas
3. Pemeliharaan untuk system endapan:
1) Bersihkan endapan lumpur pada bak pengendapan sesering mungkin.
2) Apabila jalan air pada drum/bak penyaringan kurang lancar, cucilah
pasir kerikil dan ijuk sampai bersih.
3) Apabila air bersih yang dihasilkan berbau kaporit sangat tajam,
gantilah arang aktif dengan yang baru.

2. Penyaringan Pasir Cepat


Untuk membersihkan tidak cukup hanya dengan diambil lapisan atasnya
saja, tetapi dengan back wash. Selamanya penyaringan air turun kebawah
melalui lapisan saringan karena kombinasi dari tekanan air di atas dan
hisapan dari bawah. Filter dibersihkan dengan back wash dari bawah ke atas.
Endapan pada sedimentasi yang dihasilkan dari penyaringan ini harus
dibuang karena nantinya akan membusuk dan menimbulkan gas.

Pengoperasian filter pasir cepat adalah sebagai berikut:

a) Selama proses berlangsung, partikel yang terbawa air akan tersaring di


media filter. Sementara itu, air terus mengalir melewati media pasir dan
penyangga, masuk lubang/orifice, ke pipa lateral, terkumpul di pipa
manifold, dan akhirnya air keluar menuju bak penampung.
b) Partikel yang tersaring di media lama kelamaan akan menyumbat pori-pori
media sehingga terjadi clogging (penyumbatan). Clogging ini akan
meningkatkan headloss aliran air di media. Peningkatan headloss dapat
dilihat dari meningkatnya permukaan air di atas media atau menurunnya
debit filtrasi. Untuk menghilangkan clogiging, di lakukan pencucian
media.
Dalam pengoperasian pemeliharaan Penyaringan Pasir Cepat, maka
yang di lakukan dengan metode back wash.
 Alat : Media Filter Penyaringan Pasir Cepat
 Bahan : Air
 Cara Kerja :

7
1) Pencucian di lakukan dengan cara memberikan aliran balik pada
media (back wash) dengan tujuan untuk mengurai media dan
mengangkat kotoran yang menyumbat pori pori media filter.
2) Alirkan air dari manifold, dimana manifold yaitu pompa utama yang
mengumpulkan air dari pipa lateran dan menghubungkannyake
penampungan air.
3) Kemudian ke lateral, dimana lateral yaitu pipa cabang yang terletak
pada pipa manifold.
4) Selanjtnya keluar melalui orifice, dimana orifice yaitu lubang-
lubang sepanjang pipa lateran tempat masuknya air dari media ke
dalam pipa.
5) Kemudian air naik ke media hingga kotoran yang menyumbat media
terangkat.
6) Setelah itu air akan dibuang melewati gutter yang terletak di atas
media, Lamanya Backwash berkisar 3-15 menit.
7) Bila media filter berseih, filter dapat di operasikan kembali.
Agar lebih efisien dalam pemeliharaan media, sebaiknya di buat
sebuah kelompok sesuai yang menggunakan media filter cepat
tersebut agar media dapat di bersihkan dan dipelihara setiap saat.
Apabila ada kerusakan, dapat di perbaiki oleh kelompok pengguna
tersebut. Untuk rincian biayanya, bisa dengan mengumpulakn uang
sekali satu bulan dengan jumlah yang telah di tentukan.
3. Penyaringan Pasir Lambat
Siapkan Bahan-bahan yang digunakan media yang digunakan adalah :

 pasir (kasar dan halus)


 batu besar
 batu kerikil
 ijuk(jika tidak mendapatkan ijuk ganti dengan karung tetapi lebih efektif
menggunakan ijuk)
 Pipa

8
 kran air
 Tong air (drum)
 Arang batok kelapa (arang aktif)
 pahat/bor.
 Lem
 Parang/Pisau

Prosedur kerja

1. Campur antara pasir halus dan pasir kasar kemudian cuci hingga bersih. Di
air yang mengalir agar lebih bersih dengan tujuan agar matrial pasir tidak
bercampur dengan tanah.
2. Buatlah lubang pada bagian pantat bawah drum sebesar diameter pipa 3/4.
Dengan model bondar. Jika telah jadi masukan potongan pipa 3/4 kira-kira
sepanjang 20 cm. Pada lubang tersebut. Dan gunakan lem untuk
mengelemnya agar rapat. Atau juga anda bisa menggunakan watermur
sambungan pipa agar lebih baik dan rapat.
3. Jika telah jadi angkat tong tersebut ditempat ketinggian sekitar 50 cm dari
permukaan tanah agar bertujuan menggantung dari atas tanah agar
memudahkan air untuk mengalir.
4. Masukan batu besar yang telah dicuci tadi. Setinggi 15 cm pada bagian
bawah tong
5. Kemudian alas dengan dengan ijuk setinggi 5-8 cm
6. Kemudian masukan matrial batu kerikil setebal 10 cm dan alas dengan ijuk
lagi setebal 5 cm
7. Masukkan matrial pasir yang telah di campur dan dicuci tadi setebal 20
cm.
8. Masukan alas dengan ijuk lagi setebal 5 cm.
9. Masukan arang aktif (arang batok) kedalam drum setebal 15-20 cm dan
alas dengan ijuk lagi setebal 5 cm
10. Masukan matrial pasir lagi dengan ketebalan 20-30 cm dan alas lagi
dengan ijuk, dan masukan kerikil setebal 10 cm.

9
11. Lalu coba isikan air keruh dan lihat hasilnya, jika anda mencuci bahan
material yang digunakan tadi kurang bersih maka pada penyaringan
pertama kali air yang keluar akan sedikit kotor dan keruh untuk itu sangat
dibutuhkan dalam pencucian bahan material yang benar-benar bersih.
12. Jika langkah ini sudah diaplikasikan dan belum mendapatkan air jernih
dan bersih dikarenakan air yang dirumah anda sangat super kotor maka
anda perlu menambahkan material pasir lebih banyak lagi karena fungsi
dari pada material pasir itu sendiri adalah untuk menyaring partikel -
partikel dalam air, jadi air kuning,hitam,hijau,keruh,kotor dengan metode
saringan sederhana ini akan menjadi air jernih dan bersih.

4. Penyaringan Air Secara Kimia


Penjernihan air ini memakai teknologi penjernihan dengan cara kimia dan
proses penyaringan. Bahan mimia yang digunakan adalah kaporit, bubuk
kapur dan tawas. Bahan-bahan ini mudah didapat di daerah pedesaan atau
kota-kota kecil di seluruh Indonesia. Bahan penyaring yang dibutuhkan
adalah kerikil, pasir, ijuk dan arang aktif.
1) Alat dan Bahan:

1. 2 (dua) kg arang aktif

2. 3 (tiga) kg ijuk

3. Pasir halus

4. Batu kerikil

5. Bubuk kapur 10 gram

6. Tawas 10 gram

7. Kaporit 2,5 gram

8. 2 (dua) buah drum

9. bekas

10
10. 2 (dua) buah kran ukuran 1/2 cm

2) Cara Kerja

1. Lubangi kedua drum 5 cm dari bagian bawah, dan diberi kran. Drum I
untuk bak pengendapan, drum II untuk bak penyaring.

2. Letakkan drum I lebih tinggi dari drum II hubungkan kedua drum tersebut,
lihat gambar.

3. Isilah drum II (bak penyaringan) berturut-turut dengan batu kerikil setebal


5 cm; arang setebal 5 cm; ijuk setebal 5 cm dan pasir halus setebal 15 cm
(lihat Gambar 1 dibawah)

4. Isilah drum I (bak pengendapan) dengan air yang akan dijernihkan. Bubuhi
dengan 10 gram tawas (untuk 100 liter air) kemudian aduk selama 5 menit.
Tambahkan bubuk kapur sebanyak 10 gram dan kaporit 2,5 gram,
kemudian aduk perlahan-lahan selama 2-3 menit. Tujuan mengaduk, agar
butir-butir lumpur menjadi besar dan mengendap.

Adapun proses penjernihan air secara kimia untuk jumlah kecil atau
skala rumah tangga ,yaitu:

1. Sedimentasi

Penjernihan air secara kimia untuk skala besar menempatkan


sedimentasi dalam proses pertama. Air yang ada ditampung dalam bak
besar dengan ukuran 2 kali debit air. Di sini kotoran atau zat padat
yang dibawa air tertarik oleh gaya gravitasi dan mengendap

2. Pencampuran dengan Tawas

Setelah mengalami sedimentasi, tawas yang mempunyai rumus


kimia Al2(SO4)3.18H2O dicampurkan dalam bak. Sebelumnya tes
dilarutkan terlebih dahulu ditempat terpisah dengan air sekitar 5 liter.
Pencampuran dengan tawas berfungsi.menguraikan logam berat yang
ada dalam air.

3. Penambahan Gas Klorin

11
Gas klorin disemprotkan atau dimasukkan dalam bak
penampungan. Proses ini.menghilangkan semua kuman atau hama
dalam air jamur, bakteri, dan virus.

4. Penambahan Karbon Aktif

Selain penambahan gas klorin, air juga ditambahkan karbon aktif


seperti arang dari batok kelapa agar lebih jernih.

5. Penyaringan Radioaktif
Limbah dari fasilitas radioisotop dan laboratorium mempunyai aktivitas
jenis radionuklida yang bervariasi.
Pengelolaan dan pemisahan berbagai jenis radionuklida yang terkandung
dalam limbah tergantung dari bentuk limbah. Berdasarkan umur paro,
radionuklida pemancar beta dan gamma mempunyai umur paro pendek dan
aktivitas rendah. Penyimpanan tanah dangkal merupakan cara yang
sederhana untuk menunggu berkurangnya tingkat radioaktivitas limbah
radioaktif. Limbah radioaktif berumur paro pendek disimpan pada sistem
penyimpanan tanah dangkal. Sedangkan penyimpanan limbah radioaktif
aktivitas tinggi perlu mempertimbangkan situasi dan kondisi penelitian dan
pengembangan yang dilakukan di masing-masing negara. Penyimpanan
limbah nuklida pemancar alfa yang berumur paro panjang mengacu pada
limbah uranium serta limbah yang mengandung TRU.
1. Pengiriman limbah
Pada fasilitas olah-ulang, jadwal pengiriman limbah aktivitas rendah dan
aktivitas tinggi dilakukan sesuai perjanjian antara penghasil dan pengolah
limbah. Limbah kemudian disimpan pada lokasi yang sesuai dalam jangka
waktu tertentu di fasilitas penyimpanan sementara.
2. Pengelolaan limbah hasil dismantling
Limbah radioaktif yang berasal dari pembongkaran (dismantling) fasilitas
nuklir merupakan hal yang penting bagi pengelola fasilitas nuklir.
Pengelolaan yang sesuai dan aman merupakan tanggung jawab langsung
penghasil limbah. Limbah dismantling dapat berasal dari PLTN, fasilitas

12
daur bahan bakar, fasilitas radioisotop dan laboratorium, serta
penyimpanannya disesuaikan dengan strategi pengelolaan.
Pembuangan Limbah Radioaktif
Strategi pembuangan limbah radioaktif umumnya dibagi kedalam 2
konsep pendekatan, yaitu konsep "Encerkan dan Sebarkan" (EDS) atau
"Pekatkan dan Tahan" (PDT). Kedua strategi ini umumnya diterapkan
dalam pemanfaatan iptek nuklir di negara industri nuklir, sehingga tidak
dapat dihindarkan menggugurkan strategi zero release [15].
1. Pembuangan efluen
Dalam pengoperasian instalasi nuklir tidak dapat dihindarkan terjadinya
pembuangan efluen ke atmosfer dan ke badan-air. Efluen gas/partikulat
yang dibuang langsung ke atmosfer berasal dari sistem ventilasi. Udara
sistem ventilasi di tiap instalasi nuklir sebelum dibuang ke atmosfer
melalui cerobong, dibersihkan kandungan gas/ partikulat radioaktif yang
terkandung di dalamnya dengan sistem pembersih udara yang mempunyai
efisiensi 99,9 %. Efluen cair yang dapat dibuang langsung ke badan-air
hanya berasal sistem ventilasi dan dari unit pengolahan limbah cair
radioaktif. Tiap jenis radionuklida yang terdapat dalam efluen yang di
buang ke lingkungan harus mempunyai konsentrasi di bawah BME.
Pembuangan efluen radioaktif secara langsung, setelah proses
pengolahan/dibersihkan dan setelah peluruhan ke lingkungan merupakan
penerapan strategi EDS. Dalam pembuangan secara langsung, setelah
dibersihkan dan setelah peluruhan aktivitas/konsentrasi radionuklida yang
terdapat dalam efluen harus berada di bawah BME.
Radionuklida yang terdapat dalam efluen akan terdispersi dan selanjutnya
melaui berbagai jalur perantara (pathway) yang terdapat di lingkungan
akan sampai pada manusia sehingga mempunyai potensi meningkatkan
penerimaan dosis terhadap anggota masyarakat. Penerimaan dosis
terhadap anggota masyarakat ini harus dibatasi serendah-rendahnya
(penerapan azas optimasi). Dosis maksimal yang diperkenankan dapat
diterima anggota masyarakat dari pembuangan efluen ke lingkungan dari

13
seluruh jalur perantara yang mungkin adalah 0,3 mSv per tahun [16].
Dosis pembatas (dose constrain) sebesar 0,3 mSv memberikan
kemungkinan terjadinya efek somatik hanya sebesar 3,3x10-6.
Berdasarkan dosis pembatas ini BME tiap jenis radionuklida yang
diizinkan terdapat dalam efluen dapat dihitung dengan teknik menghitung
balik pada metode prakiraan dosis. BME tiap jenis radioaktif ini harus
mendapat izin dan tiap jenis radionuklida yang terlepaskan ke lingkungan
harus dimonitor secara berkala dan dilaporkan ke Badan Pengawas.
BME tiap jenis radioanuklida yang diperkenankan terdapat dalam efluen
radioaktif yang dibuang ke lingkungan untuk tiap instalasi nuklir di PPTN
Serpong telah dihitung dengan metode faktor konsentrasi (concentration
factor method) dan telah diterapkan semenjak reaktor G.A. Siwabessy
dioperasikan pada bulan Agusutus 1987 [17].
2. Disposal limbah
Penyimpanan lestari/disposal limbah radioaktif hasil-olahan merupakan
penerapan strategi PDT. Strategi ini mempunyai potensi meningkatkan
peneriman dosis terhadap anggota masyarakat, dosis maksimal yang
diakibatkannya tidak boleh melebihi dosis pembatas yang diperkenankan.
Pengoperasian fasilitas disposal ini harus mendapat izin lokasi, konstruksi
dan operasi dari Badan Pengawas.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Metode penyaringan air menggunakan alat-alat penyaringan dengan metode

saringan pasir cepat, pasir lambat, kimia,fisik,biologi dan radioaktif yang mana

pada proses pengoperasiannya perlu diperhatikan pemeliharaannya dapat

dengan menggunakan metode backwash dan membersihkan media-media yang

digunakan pada alat penjernih air.

B. Saran

1. Ada baiknya setiap alat dan bahan penjernihan air dibersihkan dan dirawat

agar lama pemakaian dapat lebih lama lagi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan RI. 2017. “HEALTH STATISTICS”. (Offline). “Jakarta :


Kementerian Kesehatan RI. 2018”.

Kumalasari, Fetty.dkk. 2007. Teknik Praktis Mengolah Air Kotor Menjadi Air
Bersih Hingga Layak Diminum. Laskar Aksara: Jawa Barat.

Muntu, Ronny. 2015. Penyehatan Air. Politeknik Kesehatan Jurusan Kesehatan


Lingkungan Makassar.

Muntu, Ronny. 2003. Dasar-Dasar Kesehatan Lingkungan. Politeknik Kesehatan


Jurusan Kesehatan Lingkungan Makassar.

Anda mungkin juga menyukai