Anda di halaman 1dari 29

HALAMAN JUDUL

UNIVERSITAS INDONESIA
KEPEMIMPINAN STRATEGIS BERPIKIR SISTEM

Penggunaan Botol Reuseable Mengurangi


Beban Lingkungan

Kelompok 6
Ernia Haris H (1806167983)
Febri Hardiyanti (1806254056)
Netti Yaneli (1806254453)
Rizki Zahrotul Hayati (1806254674)
Tika Puspa Ryanthi (1806168891)
Zulfa Yandra (1806254970)

PROGRAM MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah proposal dengan topik
“Penggunaan Botol Reuseable Mengurangi Beban Lingkungan”. Proposal ini
merupakan salah satu syarat tugas mata kuliah Kepemimpinan Strategis dan
Berfikir Sistem. Kami sadari bahwa, dalam melakukan proses penulisan proposal
ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan masukan,
kritikan, dan saran dari semua pihak yang bersangkutan. Semoga proposal ini bisa
bermanfaat bagi kami dan pembaca, serta juga dapat digunakan sebagai bahan
bacaan atau referensi. Atas perhatiannya, kami menghaturkan ucapan terima
kasih.

Depok, 16 Desember 2018

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR DIAGRAM...........................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1


1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................3
1.3 Manfaat......................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................4


2.1 Plastik........................................................................................................4
2.2 Faktor yang mempengaruhi Pencemaran Limbah Plastik.........................6
2.3 Logo pada Botol Plastik............................................................................7

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................15


3.1 Kondisi Sampah di Universitas UI..........................................................15
3.2 Pemakaian Botol Kemasan di FKM UI...................................................16
3.3 Hasil Survey............................................................................................16
3.4 Pembahasan.............................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22

iii
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1 Jenjang Pendidikan Responden............................................................16


Diagram 2 Penggunaan Botol Plastik Kemasan....................................................17
Diagram 3 Alasan menggunakan/membeli Botol Plastik Kemasan......................17
Diagram 4 Upaya Pengurangan Penggunaan Botol Plastik Kemasan di Fakultas
Kesehatan Masyarakat UI....................................................................18

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kode Material pada Plastik.....................................................................7


Gambar 2 Botol dengan Logo PET..........................................................................8
Gambar 3 Botol dengan logo HDPE........................................................................9
Gambar 4 Botol dengan Logo V/PVC.....................................................................9
Gambar 5 Botol degan Logo LDPE.......................................................................10
Gambar 6 Botol dengan Logo PP..........................................................................11
Gambar 7 Botol dengan Logo PS..........................................................................11
Gambar 8 Botol dengan Logo Other......................................................................12

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pemakaian Botol Kemasan di FKM UI....................................................16

vi
1 BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara penyumbang sampah terbesar kedua di dunia,
dengan data sampah laut yang terbuang sebesar 187,2 juta ton setelah Cina yang
mencapai 262,9 juta ton. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan, dari jumlah 100 toko menghabiskan sebesar 10.95 juta lembar
kantong plastik setiap tahunnya. Jumlah itu ternyata setara dengan luasan 65,7
hektare kantong plastik atau sekitar 60 kali luas lapangan sepak bola.
Diperkirakan sampah Indonesia di 2019 akan mencapai 68 juta ton, dan sampah
plastik diperkirakan akan mencapai 9,52 juta ton atau 14 persen dari total sampah
yang ada. Lebih dari satu juta kantong plastik digunakan setiap menitnya, dan 50
persen dari kantong plastik tersebut dipakai hanya sekali lalu langsung dibuang
(CNN Indonesia, 2016).
Rencana Jangka Panjang Nasional untuk Kawasan Perkotaan Pemerintah
Republik Indonesia, 2015- 2045, telah menetapkan sasaran standar layanan
perkotaan dan pengelolaan sampah perkotaan menuntut kinerja sektor yang tinggi.
Pengelolaan sampah padat menjadi prioritas dalam agenda nasional, seperti yang
ditampakkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
yang menargetkan untuk menghapus seluruh kawasan kumuh dan menyediakan
akses universal ke air bersih dan sanitasi “100-0-100”, termasuk sampah padat,
pada tahun 2019. Hal ini juga mencakup penerbitan Undang-undang No. 18 tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah yang mengharuskan penutupan tempat
pembuanganakhir sampah dengan sistem pembuangan terbuka selambat-
lambatnya tahun 2013; dan mewajibkan ketiga tingkatan pemerintah (pusat,
provinsi, kota/kabupaten) untuk turut mendanai sektor tersebut. Ketentuan ini
mematok sebuah tujuan yang ambisius dalam perbaikan penyediaan layanan
publik, jika ditilik dari perkiraan saat ini yang menyatakan hanya 45-50% sampah
padat perkotaan Indonesia yang berhasil dikumpulkan, dengan kinerja masing-
masing kota yang sangat beragam.

1
2

Praktik-praktik operasional yang kini diterapkan perlu diperkuat secara


signifikan. Sektor pengelolaan sampah sangat kekurangan dana (baik dalam hal
investasi maupun biaya operasional). Alokasi dana pemerintah lokal tergolong
kecil (rata-rata 2,6% dari keseluruhan APBD10) yaitu $5-6 per kapita per tahun –
suatu tingkatan yang jauh di bawah patok duga (benchmark) internasional ($15-20
per kapita per tahun). Sistem-sistem pengelolaan sampah disubsidi secara besar-
besaran dari anggaran pemerintah lokal. Kurangnya investasi pada sektor tersebut
mengakibatkan ketidakefisienan yang cukup parah dan biaya operasional yang
membengkak. Hampir tidak ada penegakan hukum dan standar persampahan
padat (mulai dari pelanggaran pada tingkat perkotaan hingga pencemar
perorangan (World Bank Group, 2018).
Menurut Sustainable Waste Indonesia (SWI) di area Jakarta Selatan dan
Kota Ambon pada 2017 menunjukkan bahwa 1,3 juta ton per tahun plastik
kemasan tidak terkelola dan berpotensi merusak ekosistem lingkungan. Pada
penelitian lain yang dilakukan oleh Sahwan dkk pada tahun 2005, setiap
pengumpul sampah mampu menjual 2.7 kg/hari khusus untuk sampah botol
plastik. Di lingkungan kampus Universitas Indonesia saja, sampah terkumpul
2ton/hari dari total keseluruhan fakultas dengan berat sampah botol plastik sebesar
7kg/hari. Data tersebut menunjukkan besarnya jumlah penggunaan botol plastik di
kawasan kampus hijau.
Tingginya tingkat konsumsi masyarakat akan minuman kemasan menjadi
salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam pengendalian jumlah
pembuangan sampah botol plastik. Beberapa upaya sudah dilakukan salah satunya
adalah dengan menerapkan prinsip 3R yaitu Reuse, Reduce dan Recycle. Banyak
bentuk aplikasi dari prinsip 3R tersebut. Pemakalah mencoba menyoroti aplikasi
lain yang dapat diterapkan untuk mengurangi penggunaan sampah botol plastik
terutama di kawasan kampus hijau seperti UI dan dimulai dari lingkup Fakultas
Kesehatan Masyarakat sebagai Fakultas yang menempati urutan pertama dalam
UI Greenmetric tahun 2017.
Dengan demikian, untuk mempertahankan peringkat tersebut pada tahun
selanjutnya, kami akan ikut berkontribusi dengan melakukan pendekatan kepada
3

seluruh civitas akademika FKM UI berupa himbauan pengurangan penggunaan


botol plastik kemasan dan upaya mengurangi sampah plastik, karena hal yang
menjadi dasar dalam perilaku konsumtif terhadap penggunaan botol plastik adalah
kesadaran individu akan upaya mengurangi pemakaian botol plastik itu sendiri.
Upaya tersebut diharapkan mampu mengurangi jumlah sampah botol plastik yang
berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan individu.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan proposal penulisan ini adalah:
1. Untuk memberikan himbauan mengenai upaya mengurangi
pemakaian botol plastik.
2. Untuk meningkatnya kesadaran civitas akademika FKM UI pada
khususnya akan dampak negatif penggunaan botol plastik bagi
kesehatan individu dan lingkungan.
3. Untuk mengajak kontribusi nyata untuk mengurangi dampak negatif
pemakaian botol plastik terhadap kesehatan individu dan lingkungan
di kawasan FKM UI.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dari hasil program proposal ini, yaitu :
1. Diterapkannya imbauan mengenai upaya mengurangi pemakaian botol
plastik.
2. Meningkatkan kesadaran civitas akademika FKM UI pada khususnya
akan dampak negatif penggunaan botol plastik bagi kesehatan individu
dan lingkungan.
3. Adanya kontribusi nyata untuk mengurangi dampak negatf pemakaian
botol plastik terhadap kesehatan individu dan lingkungan di kawasan
FKM UI.
2 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plastik
Plastik adalah senyawa makromolekul organik yang diperoleh dengan cara
polimerisasi, polikondensasi, poliadisi, atau proses serupa lainnya dari monomer
atau oligomer atau dengan perubahan kimiawi makromolekul alami atau
fermentasi mikroba (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014). Plastik
mempunyai banyak manfaat dalam kehidupan manusia, diantaranya sebagai
kemasan makanan, mainan anak, peralatan dapur, dan lain sebagainya.
Kandungan bahan kimia berbahaya dari plastik diantaranya adalah:
1. Dioksin
a. Transformasi neoplasma
b. Sel normal akan berubah menjadi displasia, sehingga lama
kelamaan akan menjadi sel ganas
c. Penelitian invitro dan binatang coba menunjukkan pengaruh:
1. Karsigen kimia
2. Virus onkogenik
3. Radiasi
4. Agen biologi (hormon, mitotoksin, parasit)
2. Furan
a. Karsinogenesis
b. Menghambat pembentukan dan pematangan sperma
3. Bisphenol A
a. Penghambat endokrin, meniru fungsi alami tubuh
b. Pada dosis rendah akan mengakibatkan perubahan permanen
organ kemaluan, meningkatkan kadar prostat, penurunan
kandungan hormone testoteron, risiko kanker payudara, sel

4
5

prostat lebih sensitif terhadap hormon dan kanker, membuat


seseorang hiperaktif
c. Mempengaruhi perkembangan otak pada hewan
d. Menyebabkan pematangan dini seksual wanita, peningkatan
masalah neurobehavior disorder, autism, peningkatan
agresifitas, peningkatan obesitas, menurunkan produksi sperma,
mengubah fungsi kekebalan
e. Kelompok rentan: janin, bayi dan anak yang sedang mendekati
masa pubertas
4. Styren
a. Berbahyaa karena dapat menyebabkan endocrine disrupter
(EDC), penyakit akibat gangguan sistem endokrinologi dan
reproduksi manusia
b. Karsinogenik karena penambahan zat plastiker dioktiptalat
(DOP) dan butyl hidroksi tolune (BHT)
c. Pengemas makanan bersuhu tinggi akan terakumulasi dalam
tubuh, dan baru akan terasa 10-15 tahun kemudian
d. Menimbulkan gejala gangguan syaraf, kelelahan, kecemasan,
sulit tidur, dan anemia
5. Antimoni trioksida
a. Masuk ke tubuh melalui pernafasan seperti debu, asap
pembakaran plastik.
b. Kontaminasi senyawa dalam periode lama akan mengalami
iritasi kulit dan saluran pernafasan
c. Bagi wanita hamil akan menyebabkan Intrauterine Growth
Restriction (IUGR), sedangkan anaknya kemungkinan besar
akan mengalami perlambatan pertumbuhan hingga usia 12 bulan
6. Bahan pelembut seperti epoxidized soybean oil (ESBO)
a. Digunakan sebagai insektisida
b. Membunuh zooplankton karena mengakibatkan terganggunya
sumber protein, khususnya ikan, bagi manusia
6

Adapun strategi dalam pengendalian dampak kesehatan akibat plastik:


1. Penguatan regulasi
2. Pemetaan dampak plastik dan populasi berisiko
3. Peningkatan kapasitas bagi petugas kesehatan
4. Kajian dampak kesehatan terkait plastik
5. Koordinasi lintas sektor dan lintas program
6. Jejaring kemitraan
7. Monitoring dan evaluasi

2.2 Faktor yang mempengaruhi Pencemaran Limbah Plastik


Faktor yang mempengaruhi pencemaran limbah plastik di daerah perkotaan,
diantaranya adalah:
1. Kebanyakan orang perkotaan cenderung membuang botol plastik dan
kantong plastik. Hal ini secara drastis membuat tingkat pencemaran
lingkungan semakin meningkat baik itu di darat maupun di lautan,
terutama di negara-negara berkembang dan terbelakang.
2. Kantong plastik, botol plastik, komponen elektronik, mainan dan
sebagainya yang telah dibuang, dapat menyumbat sungai dan danau,
terutama di daerah perkotaan.
3. Setiap tahun, sekitar 100 juta ton plastik diproduksi di seluruh belahan
dunia. Dari jumlah tersebut, 25 juta ton plastik non-degradable
semakin bertambah.
4. Sekitar 70000 ton plastik dibuang di lautan. Jaring ikan yang dibuang
dan bahan sintesis lainnya dimakan oleh hewab air, yang mengarah
pada bio akumulasi plastik di dalam tubuh hewan laut.
5. Pencemaran limbah plastik di lautan dapat menyebabkan kematian
hewan air yang tak terhitung jumlahnya dan ini juga mempengaruhi
tanaman air.
6. Penyumbatan akibat sampah plastik dapat membuat tempat
perkembangbiakan nyamuk dan serangga berbahaya lainnya, yang
dapat menyebabkan berbagai penyakit pada manusia.
7

7. Pembakaran plastik dapat menyebabkan atmosfer terkontaminasi, ini


disebabkan adanya pelepasan bahan kimia beracun yang akhirnya
menyebabkan polusi udara.

2.3 Logo pada Botol Plastik


Tanda di bawah botol merupakan kode yang dikeluarkan The Society of
Plastik Industry pada tahun 1998 di Amerika Serikat dan diikuti oleh lembaga-
lembaga pengembangan sistem kode, seperti ISO (International Organization for
Standardization).

Gambar 1 Kode Material pada Plastik

Secara umum tanda pengenal plastik tersebut berciri-ciri yaitu berada atau
terletak di bagian bawah, berbentuk segitiga, di dalam segitiga tersebut terdapat
angka, serta nama jenis plastik di bawah segitiga.
Beberapa jenis botol plastik dan logo daur ulangnya, diantaranya:
8

1. PETE/PET

Gambar 2 Botol dengan Logo PET

Tanda ini biasanya tertera logo daur ulang dengan angka 1 di


tengahnya serta tulisan PETE atau PET (polyethylene terephthalate) di
bawah segitiga. Biasa dipakai untuk botol plastik, berwarna
jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan
hampir semua botol minuman lainnya. Botol jenis PETE/PET ini
disarankan hanya untuk sekali pakai. Bila terlalu sering dipakai, apalagi
digunakan untuk menyimpan air hangat apalagi panas, akan
mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh dan
mengeluarkan zat karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker dalam
jangka panjang. Bahan PETE ini pun berbahaya bagi pekerja yang
berhubungan dengan pengolahan maupun botol daur ulang botol PETE.
Pembuatan PETE menggunakan senyawa antimoni trioksida. Senyawa ini
dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernapasan dengan menghirup
udara yang mengandung senyawa tersebut. Seringnya menghirup senyawa
ini dapat mengakibatkan iritasi kulit dan saluran pernapasan. Bagi wanita,
senyawa ini meningkatkan masalah menstruasi dan keguguran. Bila
melahirkan pun, anak mereka kemungkinan besar akan mengalami
pertumbuhan yang lambat hingga usia 12 bulan. Mayoritas bahan PETE di
dunia digunakan untuk serat sintesis dan bahan dasar botol kemasan. Di
dalam pertekstilan, PETE biasa disebut dengan polyester.
9

2. HDPE

Gambar 3 Botol dengan logo HDPE

Pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang
dengan angka 2 di tengahnya, serta tulisan HDPE (high density
polyethylene) di bawah segitiga. Biasa dipakai untuk botol susu yang
berwarna putih susu, galon air minum, kursi lipat dan lain-lain. Botol
plastik jenis HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan
lebih tahan terhadap suhu tinggi. Merupakan salah satu bahan plastik yang
aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia
antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang
dikemasnya. Sama seperti PETE, HDPE juga disarankan hanya untuk
sekali pemakaian karena pelepasan senyawa antimoni trioksida terus
meningkat seiring waktu.
3. V/PVC

Gambar 4 Botol dengan Logo V/PVC


Tertulis (terkadang berwarna merah) dengan angka 3 di tengahnya,
serta tulisan V. V itu berarti PVC (polyvinyl chloride), yaitu jenis plastik
yang paling sulit didaur ulang. Ini bisa ditemukan pada plastik
pembungkus (cling wrap) dan botol-botol. Reaksi yang terjadi antara PVC
dengan makanan yang dikemas dengan plastik ini berpotensi berbahaya
10

untuk ginjal, hati dan berat badan. PVC mengandung DEHA


(diethylhydroxylamine) yang dapat bereaksi dengan makanan yang
dikemas dengan plastik berbahan PVC ini saat bersentuhan langsung
dengan makanan tersebut karena DEHA ini lumer pada suhu -15°C.
4. LDPE

Gambar 5 Botol degan Logo LDPE

Logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta tulisan LDPE.


LDPE (low density polyethylene), yaitu plastik tipe cokelat (thermoplastik,
dibuat dari minyak bumi), biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik
kemasan, dan botol-botol yang lembek. Sifat mekanis jenis LDPE ini
adalah kuat, tembus pandang, fleksibel dan permukaan agak berlemak,
pada suhu 60 derajat sangat resisten terhadap reaksi kimia, daya proteksi
terhadap uap air tergolong baik, dapat didaur ulang serta baik untuk
barang-barang yang memerlukan fleksibelitas tapi kuat. Barang berbahan
LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk tempat makanan
karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas
dengan bahan ini.

5. PP
11

Gambar 6 Botol dengan Logo PP

Tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya, serta tulisan PP.
Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan.
Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah,
ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan
cukup mengkilap. Jenis PP (polypropylene) ini adalah pilihan bahan
plastik terbaik, terutama untuk tempat makanan dan minuman seperti
tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum
untuk bayi. Carilah dengan kode angka 5 bila membeli barang berbahan
plastik untuk menyimpan kemasan berbagai makanan dan minuman.
6. PS

Gambar 7 Botol dengan Logo PS

Tertera logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya, serta tulisan PS.
Biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum
sekali pakai, dan lain-lain. Polystyrene merupakan polimer aromatik yang
dapat mengeluarkan bahan styrene ke dalam makanan ketika makanan
tersebut bersentuhan. Selain tempat makanan, styrene juga bisa didapatkan
dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini
harus dihindari, karena selain berbahaya untuk kesehatan otak,
12

mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah


reproduksi, dan pertumbuhan dan sistem syaraf, juga karena bahan ini sulit
didaur ulang. Bila didaur ulang, bahan ini memerlukan proses yang sangat
panjang dan lama. Bahan ini dapat dikenali dengan kode angka 6. Namun,
bila tidak tertera kode angka tersebut pada kemasan plastik, bahan ini
dapat dikenali dengan cara dibakar (cara terakhir dan sebaiknya dihindari).
Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api berwarna kuning-jingga
dan meninggalkan jelaga.
7. OTHER

Gambar 8 Botol dengan Logo Other

Tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan


OTHER. Untuk jenis plastik 7 Other ini ada 4 macam, yaitu:
1. SAN – styrene acrylonitrile
2. ABS – acrylonitrile butadiene styrene
3. PC – polycarbonate
4. Nylon
Dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol
minum olahraga, suku cadang mobil, alat rumah tangga, komputer, alat
elektronik dan plastik kemasan. SAN dan ABS memiliki resistensi yang
tinggi terhadap reaksi kimia dann suhu, kekuatan, kekakuan dan tingkat
kekerasan yg telah ditingkatkan. Biasanya SAN terdapat pada mangkuk
mixer, pembungkus termos, piring, alat makan, penyaring kopi dan sikat
gigi. Sedangkan ABS biasanya digunakan sebagai bahan mainan lego dan
pipa. Bahan-bahan ini merupakan salah satu bahan plastik yang sangat
13

baik untuk digunakan dalam kemasan makanan ataupun minuman. PC


(polycarbonate) dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak batita
(sippy cup), botol minum polikarbonat dan kaleng kemasan makanan serta
minuman, termasuk kaleng susu formula. Bahan ini dapat mengeluarkan
bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang
berpotensi merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium, penurunan
produksi sperma, dan mengubah fungsi imunitas. Pemakaian dianjurkan
tidak digunakan untuk tempat makanan ataupun minuman. Ironisnya botol
susu sangat mungkin mengalami proses pemanasan. Entah itu untuk tujuan
sterilisasi dengan cara merebus, dipanaskan dengan microwave atau
dituangi air panas.

Kesimpulan yang didapat dari tanda klasifikasi plastik tersebut :


1. Hati-hati dalam menggunakan plastik, khususnya kode 1, 3, 6 dan 7
(PC), seluruhnya memiliki bahaya secara kimiawi. Gunakan hanya
sekali pakai!
2. Cukup aman bila menggunakan plastik dengan kode 2, 4, 5 dan 7
(SAN atau ABS). Bagi orang tua yang masih memerlukan botol susu
untuk putra atau putrinya:
1. Pilih dan gunakan botol susu bayi berbahan kaca,
atau plastik jenis 4 atau 5.
2. Gunakanlah cangkir bayi berbahan stainless steel,
atau plastik jenis 4 atau 5.
3. Untuk dot, gunakanlah yang berbahan silikon,
karena tidak akan mengeluarkan zat karsinogenik
sebagaimana pada dot berbahan latex.
3. Cegah penggunaan botol susu bayi dan cangkir bayi (dengan lubang
penghisapnya) berbahan jenis 7 PC (polycarbonate).
4. Jika penggunaan plastik berbahan polycarbonate tidak dapat
dicegah, janganlah menyimpan air minum ataupun makanan dalam
keadaan panas.
14

5. Hindari penggunaan botol plastik untuk menyimpan air minum.


Biasanya digunakan untuk tempat air putih di dalam kulkas. Jika
penggunaan botol plastik berbahan PET (kode 1) dan HDPE (kode 2)
tidak dapat dicegah, gunakan hanya sekali pakai dan segera
dihabiskan. Gantilah dengan botol stainless steel atau gelas/kaca.
15
3 BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kondisi Sampah di Universitas UI


Tim penulis mengunjungi Tempat Pembuangan Sampah (TPS) akhir di
kawasan UI. Penulis menemui Bapak Mahfud selaku narasumber yang
bertanggung jawab untuk pengelolaan sampah di kawasan UI. Dari hasil
wawancara dan observasi didapatkan, rata-rata setiap hari ada 2 ton sampah di
lingkungan UI yang telah melalui proses pemilahan di tingkat fakultas UI.
Sedangkan, di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), rata-rata setiap hari
terkumpul 20 karung sampah, 7 karung diantaranya (berkisar 1 kg) adalah sampah
plastik. Sampah botol plastik dikumpulkan oleh tim pengolah sampah UI untuk
dijual.
Sampah dari fakultas sudah dipilah antara sampah plastik yang masih
bernilai harga jual dengan yang tidak bernilai jual. Namun di TPS tetap dilakukan
pemilahan sampah ulang.
Pemilahan di TPS akhir, dipisahkan berdasarkan kategori sampah plastik,
sampah daun dan sampah organik. Rata-rata jumlah sampah plastik perhari di
kawasan UI adalah 7 kg/hari. Fakultas teknik menyumbang sampah terbesar di
kawasan UI.
Jadwal pengambilan sampah di lingkungan UI dilakukan 2 kali yaitu pukul
06.00-11.00 dan pukul 13.00-15.00, dengan menggunakan mobil sampah bak
terbuka.
Universitas Indonesia juga bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Depok
untuk melakukan pengolahan sampah organik yang akan menghasilkan pupuk
kompos. Hasil pupuk digunakan untuk lahan hijau UI.

16
17

3.2 Pemakaian Botol Kemasan di FKM UI


Tim penulis juga mengunjungi kantin-kantin dan mesin penjual minuman di
lingkungan FKM yang menjual air mineral untuk mengetahui jumlah peredaran
air mineral botol dalam sehari. Lokasi yang diknjungi adalah kantin Matoa, kantin
FKM UI, kantin di bawah mushola dan mesin penjual minuman yang berada di
gedung A dan gedung G. Rincian penjualan air mineral botol dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 1 Pemakaian Botol Kemasan di FKM UI

No Tempat Penjualan Jumlah Penjualan Per Hari


(Botol)
1 Kantin Matoa 72
2 Kantin FKM 240
3 Mesin Minuman Gedung A dan G 20
4 Kantin Di Bawah Mushola 120
Jumlah 452

3.3 Hasil Survey


Kami melakukan survei singkat untuk mahasiswa FKM UI tentang
penggunaan botol plastik di area kampus Universitas Indonesia. Survei dilakukan
dengan menyebarkan kuesioner terbuka melalui tautan yang terintegrasi dan data
direkap secara daring.
a. Jenjang Pendidikan Responden

Diagram 1 Jenjang Pendidikan Responden


18

Berdasarkan grafik diatas, pendidikan responden sebesar 53%


adalah strata 1, dan 47% berjenjang pendidikan pascasarjana (strata 2
dan strata 3).

b. Penggunaan Botol Plastik Kemasan

Diagram 2 Penggunaan Botol Plastik Kemasan

Berdasarkan diagram diatas, penggunaan botol pastik kemasan


terbanyak adalah kadang-kadang (1 botol per hari) (85%).

c. Alasan menggunakan/membeli botol plastik kemasan

Diagram 3 Alasan menggunakan/membeli Botol Plastik Kemasan

Berdasarkan grafik diatas, alasan menggunakan/membeli botol


plastik kemasan yang tertinggi adalah lupa membawa botol minum
(60%).
19

d. Saran dari beberapa Mahasiswa terkait Pengurangan Penggunaan


Botol Plastik Kemasan
Berikut ini hasil survei kepada beberapa mahasiswa terkait upaya apa yang
akan dilakukan untuk mengurangi penggunaan botol plastik kemasan dan
meningkatkan motivasi untuk membawa botol minum sendiri.

Diagram 4 Upaya Pengurangan Penggunaan Botol Plastik Kemasan


di Fakultas Kesehatan Masyarakat UI

Dari diagram diatas, beberapa upaya yang disarankan oleh mahasiswa


FKM UI, dengan persentase terbesar yaitu sebesar 33% mahasiswa menyarankan
untuk melakukan penambahan titik arsinum, 31% mahasiswa menyarankan untuk
memberikan botol minum/tumbler kepada mahasiswa baru saat proses pengenalan
akademik mahasiswa, dan 15% mahasiswa menyarankan untuk membuat suatu
himbauan membawa botol minum/tumbler sendiri.

3.4 Pembahasan
Dari hasil survei responden tentang pemakaian botol plastik didapatkan,
sebanyak 85% responden setidaknya satu kali sehari membeli minuman kemasan
dalam botol plastik. Alasan yang lebih dominan adalah 60% responden lupa
membawa botol minuman milik pribadi.
20

Jumlah sampah plastik di kawasan UI sendiri 7 kg/hari. Jika dijumlahkan


dalam hitungan bulan 210 kg sampah plastik bulan. Itu hanya dari satu
universitas, dikalikan dengan banyaknya universitas di Indonesia. Belum
dijumlahkan dengan sampah rumah tangga dan sampah industri. Sampah plastik
menjadi masalah klasik yang sudah sering menjadi bahan kajian namun belum
dapat dipecahkan masalahnya.
Permasalahan sampah plastik menjadi tanggung jawab semua individu.
Tanpa kesadaran dari tiap individu maka masalah ini akan terus mengancam
biodiversitas dan pada akhirnya berdampak pada kesejahteraan manusia.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh masing-masing individu
misalnya pada tatanan sekolah/universitas, yaitu dengan membawa botol
reuseable yang dapat digunakan berkali-kali untuk mengurangi sampah plastik di
lingkungan universitas. Perlu adanya dukungan dari berbagai pihak untuk
melaksanakan program lingkungan akademik bebas sampah plastik.
Rekomendasi program menurut kelompok kami adalah dengan
memperbanyak informasi mengenai darurat sampah plastik di Indonesia secara
umum dan di UI khususnya dan himbauan untuk membawa botol minum sendiri.
Cara memberi informasi yang cukup mudah dan efektif adalah dengan
menempelkan stiker informasi tersebut di lokasi-lokasi yang mudah dilihat dan
tepat sasaran (di tempat pembuangan sampah botol dan di titik Arsinum). Adapun
desain yang kami rekomendasikan adalah sebagai berikut:
21
22

Selain itu, agar himbauan dapat tersebar luas dan bermanfaat, kami
menggunakan media promosi lain berupa video musik “Yuk Bawa Botol Tumbler
mu!”. Sasaran yang kami tuju adalah masyarakat luas, tidak hanya untuk civitas
akademika Universitas Indonesia, namun bisa dijadikan video edukasi dan
promosi kesehatan untuk masyarakat luas.
Adapun rekomendasi program menurut hasil survey adalah dengan
menambah pemasangan air siap minum di beberapa spot lain, dan mengadvokasi
ketua HMP agar tumbler berlogo UI masuk dalam souvenir yang diberikan
kepada mahasiswa baru. Sehingga nantinya, setiap mahasiswa baru menjadi lebih
peduli dan sadar untuk menggunakan tumbler atau botol minum guna mengurangi
sampah plastik.
Apabila setiap individu sadar untuk mengurangi sampah plastik, bukan hal
yang mustahil bahwasanya Indonesia tidak lagi darurat sampah plastik.
Kalau bukan kita, siapa lagi?
4 DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2014). Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 tentang Pengawasan Kemasan
Pangan

CNN Indonesia. (2016). Indonesia Penyumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua


Dunia. diakses dari https://www.cnnindonesia.com/gaya-
hidup/20160222182308-277-112685/indonesia-penyumbang-sampah-
plastik-terbesar-ke-dua-dunia pada 28 November 2018

http://www.fkm.ui.ac.id/fkm-ui-raih-peringkat-1-ui-greenmetric-faculty-ranking-
universitas-indonesia-tahun-2017/. Artikel tentang FKM UI Raih
Peringkat 1 UI Greenmetric Faculty Ranking Universitas Indonesia Tahun
2017 diakses tanggal 18 Desember 2018

Sahwan, dkk. (2005). Sistem Pengelolaan Limbah Plastik di Indonesia. Banten:


Jurnal Teknik Lingkungan P3PL BPPT.6.(1).311-318

World Bank Group. (2018). Laporan Sintesis: Hotspot Sampah Laut Indonesia.
Jakarta: Kementerian Bidang Koordinator Bidang Kemaritiman

23

Anda mungkin juga menyukai