Anda di halaman 1dari 19

A.

Latar Belakang
Rumah sakit (RS) adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan,
tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi
tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran
lingkungan dan gangguan kesehatan (Depkes RI, 2004).
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang di
dalamnya terdapat bangunan, peralatan, manusia (petugas, pasien dan
pengunjung) dan kegiatan pelayanan kesehatan, selain dapat menghasilkan
dampak positif berupa produk pelayanan kesehatan yang baik terhadap
pasien dan memberikan keuntungan retribusi bagi pemerintah dan lembaga
pelayanan itu sendiri, rumah sakit juga dapat menimbulkan dampak
negatif berupa pengaruh buruk kepada manusia, seperti sampah dan
limbah rumah sakit yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan,
sumber penularan penyakit dan menghambat proses penyembuhan serta
pemulihan penderita.
Rumah Sakit merupakan tempat umum yang mempunyai bagian-
bagian yang dapat menjadi tempat berkembang biaknya vektor. Mengingat
rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan dan merupakan
tempat berkumpulnya orang- orang sakit dan orang-orang sehat maka
lingkungan rumah sakit harus bebas vektor agar tidak terjadi kontak antara
manusia dengan vektor atau makanan dengan vektor supaya penyakit
infeksi Nosokomial yang ditularkan melalui vektor dapat ditekan serendah
mungkin dan tidak terjangkit penyakit lain yang disebarkan oleh vektor.
Untuk menghindari kontak antara manusia /pasien di rumah sakit dengan
vektor dan mencegah timbulnya penyebaran penyakit, sangat diperlukan
pengendalian vektor di rumah sakit. Agar kegiatan tersebut dapat
dilaksanakan maka diperlukan pedoman pengendalian vektor di Rumah
Sakit.
Ditinjau dari nilai estetika, keberadaan vektor akan
menggambarkan lingkungan yang tidak terawat, kotor, kumuh, lembab,
kurang pencahayaan serta adanya indikasi penatalaksanaan /manajemen
kebersihan lingkungan Rumah sakit yang kurang baik. Mengingat
besarnya dampak negatif akibat keberadaan vektor di Rumah Sakit, maka
Rumah Sakit harus terbatas dari hewan ini.
Sebagai langkah dalam upaya mencegah kemungkinan timbulnya
penyebaran penyakit serta untuk mencegah timbulnya kerugian sosial dan
ekonomi yang tidak diharapkan, maka perlu disusun pedoman teknis
pengendalian vektor di Rumah Sakit.
Dalam pelaksanaannya sanitasi RS seringkali ditafsirkan secara
sempit, yakni hanya aspek kerumahtanggaan (housekeeping) seperti
kebersihan gedung, kamar mandi dan WC, pelayanan makanan minuman.
Ada juga kalangan yang menganggap bahwa sanitasi RS hanyalah
merupakan upaya pemborosan dan tidak berkaitan langsung dengan
pelayanan kesehatan di RS. Sehingga seringkali dengan dalih kurangnya
dana pembangunan dan pemeliharaan, ada RS yang tidak memiliki sarana
pemeliharaan sanitasi, bahkan cenderung mengabaikan masalah sanitasi.
Mereka lebih mengutamakan kelengkapan alat-alat kedokteran dan
ketenagaan yang spesialistik. Di lain pihak dengan masuknya modal asing
dan swasta dalam bidang perumahsakitan kini banyak RS berlomba-lomba
untuk menampilkan citranya melalui kementerengan gedung, kecanggihan
peralatan kedokteran serta tenaga dokter spesialis yang qualified, tetapi
kurang memperhatikan aspek sanitasi. Sebagai contoh, banyak RS besar
yang tidak memiliki fasilitas pengolahan air limbah dan sarana pembakar
sampah (incinerator) serta fasilitas cuci tangannya tidak memadai atau
sistem pembuangan sampahnya tidak saniter. Apabila hal ini dibiarkan
berlarut-larut akan dapat membahayakan masyarakat, baik berupa
terjadinya infeksi silang di RS maupun pengaruh buruk terhadap
lingkungan dan masyarakat luas. Dari berbagai penelitian diketahui bahwa
kejadian infeksi di RS ada hubungannya dengan kondisi RS yang tidak
saniter. Untuk itu apabila RS akan menjadi lembaga swadana, aspek
sanitasi perlu diperhatikan. Karena di samping dapat mencegah terjadinya
pengaruh buruk terhadap lingkungan, juga secara ekonomis dapat
menguntungkan. Sungguh ironis bila RS sebagai tempat penyembuhan,
justru menjadi sumber penularan penyakit dan pencemar lingkungan.
Oleh sebab itu, dalam makalah ini kami akan membahas mengenai
pentingnya Sanitasi Rumah Sakit, yang akan menjadi landasan dalam
penyelenggaraan Sanitasi di Rumah Sakit, baik dalam hukum maupun
kebijaksanaan nya yang menjadi tujuan dan kebijaksanaan peranan sanitasi
Rumah Sakit.

B. Pengertian Sanitasi Rumah Sakit


Menurut perumusan WHO yang dikutip Harafiah dan Amir (1999),
Pengertian Rumah Sakit adalah suatu keadaan usaha yang menyediakan
pemondokan yang memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek dan
jangka panjang yang terdiri atas tindakan observasi, diagnostik,
therapeutik, dan rehabilitasi untuk orang-orang yang menderita sakit,
terluka dan untuk mereka yang mau melahirkan
Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu
penyakit menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber.
Sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan
pada penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi
derajat kesehatan (Arifin, 2009). Kesehatan lingkungan adalah: upaya
perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan
menuju keseimbangan ekologi pada tingkat kesejahteraan manusia yang
semakin meningkat (Arifin, 2009).
Kesehatan lingkungan rumah sakit diartikan sebagai upaya
penyehatan dan pengawasan lingkungan rumah sakit yang mungkin
berisiko menimbulkan penyakit dan atau gangguan kesehatan bagi
masyarakat sehingga terciptanya derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya (Depkes RI, 2009). Upaya kesehatan lingkungan rumah
sakit meliputi kegiatan-kegiatan yang kompleks sehingga memerlukan
penanganan secara lintas program dan lintas sektor serta berdimensi multi
disiplin, untuk itu diperlukan tenaga dan prasarana yang
memadai dalam pengawasan kesehatan lingkungan rumah sakit (Depkes
RI, 2004).

C. Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman Rumah Sakit


Kegiatan Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman merupakan kegiatan
perencanaan, pengawasan dan pemantauan suatu keadaan atau kondisi
ruang bangunan dan halaman yang bebas dari bahaya atau risiko minimal
untuk terjadinya infeksi nosokomial dan masalah kesehatan keselamatan
kerja. kegiatan Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman tersebut, antara
lain:

1. Inspeksi fisik ruang, bangunan dan halaman, meliputi:


o Kebersihan ruang, bangunan dan halaman
o Konstruksi ruang, bangunan dan halaman
o Penataan ruangan
o Kualitas udara ruangan
o Pencahayaan,
o Penghawaan (suhu, kelembaban, tekanan udara)
o Kebisingan
o Fasilitas sanitasi rumah sakit
2. Membuat SPO pengambilan sampel kimia-gas udara
3. Membuat SPO pengambilan sampel mikrobiologi (swab) ruangan
4. Review prosedur yang terkait dengan penyehatan ruang bangunan dan
halaman
5. Evaluasi pelaksanaan penyehatan ruang bangunan

Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan Rumah sakit

Adapun persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit berdasarkan


Permenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004 adalah meliputi : sanitasi
pengendalian berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi, biologi, dan sosial
psikologi di rumah sakit. Program sanitasi di rumah sakit terdiri dari
penyehatan bangunan dan ruangan, penyehatan makanan dan minuman,
penyehatan air, penyehatan tempat pencucian umum termasuk tempat
pencucian linen, pengendalian serangga dan tikus, sterilisasi/desinfeksi,
perlindungan radiasi, penyuluhan kesehatan lingkungan, pengendalian
infeksi nosokomial, dan pengelolaan sampah/limbah (Depkes RI, 2004).

A. Pengertian
1. Ruang bangunan dan halaman rumah sakit adalah semua ruang/unit dan
halaman yang ada di dalam batas pagar rumah sakit (bangunan fisik dan
kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan
kegiatan rumah sakit.
2. Pencahayaan di dalam ruang bangunan rumah sakit adalah intensitas
penyinaran pada suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang bangunan
rumah sakit yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif
3. Pengawasan ruang bangunan adalah aliran udara di dalam ruang bangunan
yang memadai untuk menjamin kesehatan penghuni ruangan.
4. Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga
mengganggu dan/atau membahayakan kesehatan.
5. Kebersihan ruang bangunan dan halaman adalah suatu keadaan atau
kondisi ruang bangunan dan halaman bebas dari bahaya dan risiko
minimal untuk terjadinya infeksi silang, dan masalah kesehatan dan
keselamatan kerja.

A. Persyaratan
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh instalasi penyehatan bangunan,
ruangan, dan halaman, antara lain:
a. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit
1. Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang jelas,
dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau
binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas.
2. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan
keseluruhan, sehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan
dilengkapi dengan rambu parkir.
3. Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir. Jika
berlokasi di daerah banjir harus menyediakan fasilitas/teknologi untuk
mengatasinya.
4. Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok.
5. Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan
intensitas cahaya yang cukup.
6. Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek atau tidak
terdapat genangan air dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau
tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan dengan
luas halaman.
7. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan
terpisah, masing-masing dihubungkan langsung dengan instalasi
pengolahan air limbah.
8. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu dan tempat-tempat tertentu
yang menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah.
9. Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam
keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan
kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak
memungkinkan sebagai tempat bersarang dan berkembangbiaknya
serangga, binatang pengerat, dan binatang pengganggu lainnya.

b. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit


1. Lantai
 Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata,
tidak licin, warna terang, dan mudah dibersihkan.
 Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan
yang cukup ke arah saluran pembuangan air limbah.
 Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung agar
mudah dibersihkan.

2. Dinding
Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan
menggunakan cat yang tidak luntur serta tidak menggunakan cat yang
mengandung logam berat.

3. Ventilasi
 Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam
kamar/ruang dengan baik.
 Luas ventilasi alamiah minimum 15% dari luas lantai.
 Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara
dengan baik, kamar atau ruang harus dilengkapi dengan penghawaan
buatan/mekanis.
 Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus disesuaikan dengan
peruntukan ruangan.

4. Atap
 Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan
serangga, tikus, dan binatang penganggu lainnya.
 Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi penangkal petir.

5. Langit-langit
 Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan.
 Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai.
 Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti
rayap.

6. Konstruksi
Balkon, beranda dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi
genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes.

7. Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah
masuknya serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.

8. Jaringan Instalasi
 Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas,
listrik, sistem penghawaan, sarana komunikasi dan lain-lain harus
memenuhi persyaratan teknis kesehatan agar aman digunakan untuk
tujuan pelayanan kesehatan.
 Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan pipa air
limbah dan tidak boleh bertekanan negatif untuk menghindari
pencemaran air minum.

9. Lalu Lintas Antar Ruangan


 Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didisain
sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan,
sehingga memudahkan hubungan dan komunikasi antar ruangan serta
menghindari risiko terjadinya kecelakaan dan kontaminasi.
 Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi dengan
sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk
penggunaan yang mudah dipahami oleh pemakainya, atau untuk lift 4
(empat) lantai harus dilengkapi ARD (Automatic Reserve
Divided) yaitu alat yang dapat mencari lantai terdekat bila listrik mati.
 Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah
bila terjadi kebakaran atau kejadian darurat lainnya dan dilengkapi ram
untuk brankar

10. Fasilitas Pemadam Kebakaran


Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Ruang bangunan
Penyehatan ruang bangunan dan halaman dimaksudkan untuk menciptakan
suatu kondisi yang nyaman, bersih, dan sehat di lingkungan rumah sakit
agar tidak menimbulkan dampak negatif yang berupa terjadinya infeksi
nosokomial baik terhadap pasien, pengunjung, dan juga karyawan rumah
sakit. Kondisi ruang bangunan ini, sangat dipengaruhi oleh kualitas udara,
keadaan bangunan dan pengaturan pengisian atau penggunaan ruang itu
sendiri. Ruang bangunan dan halaman rumah sakit adalah semua
ruang/unit dan halaman yang ada di dalam batas pagar rumah sakit
(bangunan fisik dan kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai
keperluan dan kegiatan rumah sakit, yang dikelompokkan berdasarkan
tingkat resiko terjadinya penularan penyakit, yaitu :
1. Zona dengan resiko rendah
Zona risiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang komputer,
ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang
pendidikan/pelatihan.
a) Permukaan dinding harus rata dan berwarna terang.
b) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan,
kedap air, berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan
dinding harus berbentuk konus.
c) Langit-langit harus terbuat dari bahan multipleks atau bahan
yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus
kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.
d) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter,
dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.
e) Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam
kamar/ruang dengan baik, bila ventilasi alamiah tidak
menjamin adanya pergantian udara dengan baik, harus
dilengkapi dengan penghawaan mekanis (exhauster).
f) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian
minimal 1,40 meter dari lantai.

2. Zona dengan resiko sedang


Zona risiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit
menular, rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien.
Persyaratan bangunan pada zona dengan risiko sedang sama dengan
persyaratan pada zona risiko rendah.

3. Zona dengan resiko tinggi


Zona risiko tinggi meliputi : ruang isolasi, ruang perawatan intensif,
laboratorium, ruang penginderaan medis (medical imaging), ruang
bedah mayat (autopsy), dan ruang jenazah. Dengan ketentuan sebagai
berikut :
a) Dinding permukaan harus rata dan berwarna terang.
b) Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik
setinggi 1,50 meter dari lantai dan sisanya dicat warna terang.
c) Dinding ruang penginderaan medis harus berwarna gelap,
dengan ketentuan dinding disesuaikan dengan pancaran sinar
yang dihasilkan dari peralatan yang dipasang di ruangan
tersebut, tembok pembatas antara ruang Sinar X dengan kamar
gelap dilengkapi dengan transfer cassette.
d) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap
air, berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan
dinding harus berbentuk konus.
e) Langit-langit terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang
kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat,
dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.
f) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter,
dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.
g) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian
minimal 1,40 meter dari lantai.

4. Zona dengan resiko sangat tinggi


Zona risiko tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang
perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin, dan ruang
patologi, dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Dinding terbuat dari bahan porselin atau vinyl setinggi langit-
langit atau dicat dengan cat tembok yang tidak luntur dan
aman, berwarna terang.
b) Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan tinggi
minimal 2,70 meter dari lantai.
c) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter,
dan semua pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup.
d) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah
dibersihkan dan berwarna terang.
e) Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan)
lampu bedah dengan profil baja double INP 20 yang dipasang
sebelum pemasangan langit-langit.
f) Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai.
g) Ventilasi atau penghawaan sebaiknya digunakan AC tersendiri
yang dilengkapi filter bakteri, untuk setiap ruang operasi yang
terpisah dengan ruang lainnya. Pemasangan AC minimal 2
meter dari lantai dan aliran udara bersih yang masuk ke dalam
kamar operasi berasal dari atas ke bawah. Khusus untuk ruang
bedah ortopedi atau transplantasi organ harus menggunakan
pengaturan udara UCA (Ultra Clean Air) System.
h) Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara
luar, untuk itu harus dibuat ruang antara.
i) Hubungan dengan ruang scrub-up untuk melihat ke dalam
ruang operasi perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke
ruang steril dari bagian cleaning cukup dengan sebuah loket
yang dapat dibuka dan ditutup.
j) Pemasangan gas medis secara sentral diusahakan melalui
bawah lantai atau di atas langit-langit.
k) Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis.

d. Kualitas udara ruang


1. Tidak berbau (terutana bebas dari H2S dan Amoniak
2. Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron dengan
rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150 μg/m3, dan
tidak mengandung debu asbes.

Tabel 1.1
Indeks angka kuman untuk setiap ruang/unit seperti tabel berikut
Konsentrasi Maksimum
No. Ruang atau Unit Mikro-organisme per m3Udara
(CFU/m3)
1 Operasi 10
2 Bersalin 200
3 Pemulihan/perawatan 200-500
4 Observasi bayi 200
5 Perawatan bayi 200
6 Perawatan premature 200
7 ICU 200
8 Jenazah/Autopsi 200-500
9 Penginderaan medis 200
10 Laboratorium 200-500
11 Radiologi 200-500
12 Sterilisasi 200
13 Dapur 200-500
14 Gawat darurat 200
15 Administrasi, pertemuan 200-500
16 Ruang luka bakar 200
Konsentrasi gas dalam udara tidak melebihi konsentrasi maksimum seperti dalam
tabel berikut.

Tabel 1.2
Indeks Kadar Gas dan Bahan Berbahaya dalam Udara Ruang Rumah Sakit
No. Parameter Kimiawi Rata-rata Waktu Konsentrasi Maksimal
Pengukuran sebagai Standar
1 Karbon monoksida (CO) 8 jam 10.000mg/ m3
2 Karbon dioksida (CO2) 8 jam 1 ppm
3 Timbal (Pb) 1 tahun 0,5mg/ m3
4 Nitrogen Dioksida (NO2) 1 jam 200mg/ m3
5 Radon (Rn) – 4 pCi/liter
6 Sulfur Dioksida (SO2) 24 jam 125mg/ m3
7 Formaldehida (HCHO) 30 menit 100 g/m3
8 Total senyawa organik yang – 1 ppm
mudah menguap (T.VOC)

e. Pencahayaan
Pencahayaan, penerangan, dan intensitasnya di ruang umum dan khusus
harus sesuai dengan peruntukkannya seperti dalam tabel berikut:

Tabel I.3
Indeks Pencahayaan Menurut Jenis Ruangan atau Unit

No. Ruangan atau Unit Intensitas Cahaya Keterangan


(lux)
1 Ruang pasien
– saat tidak tidur 100 – 200 Warna cahaya sedang

– saat tidur maksimal 50

2 R. operasi umum 300 – 500

3 Meja operasi 10.000 – 20.000 Warna cahaya sejuk atau


Sedang tanpa bayangan

4 Anestesi, pemulihan 300 – 500

5 Endoscopy, lab 75 – 100

6 Sinar X minimal 60

7 Koridor minimal 100

8 Tangga minimal 100 malam hari

9 Administrasi/Kantor minimal 100

10 Ruang alat/gudang minimal 200

11 Farmasi minimal 200

12 Dapur minimal 200

13 Ruang cuci minimal 100

14 Toilet minimal 100

15 Ruang isolasi khusus 0,1 – 0,5 Warna cahaya biru


Penyakit tetanus

16 Ruang luka bakar 100 – 200

f. Penghawaan
Persyaratan penghawaan untuk masing-masing ruang atau unit seperti
berikut :
1. Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi,
laboratorium, perlu mendapat perhatian yang khusus karena sifat
pekerjaan yang terjadi di ruang-ruang tersebut.
2. Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih positif sedikit
(minimum 0,10 mbar) dibandingkan ruang-ruang lain di rumah sakit.
3. Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian rupa
sehingga dapat menyediakan suhu dan kelembaban (sesuai tabel 1.4)
4. Ruangan yang tidak menggunakan AC, sistem sirkulasi udara segar
dalam ruangan harus cukup (mengikuti pedoman teknis yang berlaku).

Tabel I.4
Standar Suhu, Kelembaban, dan Tekanan Udara Menurut Fungsi Ruang
atau Unit
No. Ruang atau Unit Suhu Kelembaban Tekanan
(oC) (%)
1 Operasi 19 – 24 45 – 60 positif
2 Bersalin 24 – 26 45 – 60 positif
3 Pemulihan/perawatan 22-24 45 – 60 seimbang
4 Observasi bayi 21 – 24 45 –60 seimbang
5 Perawatan bayi 22 – 26 35 – 60 seimbang
6 Perawatan prematur 24 – 26 35 – 60 positif
7 ICU 22 – 23 35 – 60 positif
8 Jenazah/Autopsi 21- 24 – negatif
9 Penginderaan medis 19 – 24 45 – 60 seimbang
10 Laboratorium 22 – 26 35 – 60 negatif
11 Radiologi 22 – 26 45 – 60 seimbang
12 Sterilisasi 22 – 30 35 – 60 negatif
13 Dapur 22 – 30 35 – 60 seimbang
14 Gawat darurat 19 – 24 45 – 60 positif
15 Administrasi, pertemuan 21 – 24 – seimbang
16 Ruang luka bakar 24 – 26 35 – 60 positif

g. Kebisingan
Persyaratan kebisingan untuk masing-masing ruangan atau unit seperti
tabel 1.5

Tabel I.5
Indeks Kebisingan Menurut Ruangan atau Unit

No. Ruangan atau Unit Maksimum Kebisingan


(waktu pemaparan 8 jam dan
satuan dBA)
1 Ruang pasien
– saat tidak tidur 45

– saat tidur 40

2 Ruang Operasi, umum 45

3 Anestesi, pemulihan 45

4 Endoskopi, laboratorium 65
5 Sinar X 40

6 Koridor 40

7 Tangga 45

8 Kantor/loby 45

9 Ruang alat/gudang 45

10 Farmasi 45

11 Dapur 78

12 Ruang cuci 78

13 Ruang isolasi 40

14 Ruang Poli gigi 80

h. Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit

Perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan jumlah kamar
mandi seperti pada tabel berikut :

Tabel I.6
Indeks Perbandingan Jumlah Tempat Tidur, Toilet, dan Jumlah Kamar
Mandi
No. Jumlah Tempat Tidur Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi

1 s/d 10 1 1
2 s/d 20 2 2
3 s/d 30 3 3
4 s/d 40 4 4
Setiap penambahan 10 T.T harus ditambah 1 toilet & 1 kamar mandi

Tabel I.7
Indeks Perbandingan Jumlah Karyawan Dengan Jumlah Toilet dan Jumlah
Kamar Mandi
No. Jumlah Karyawan Jumlah toilet Jumlah kamar mandi

1 s/d 20 1 1
2 s/d 40 2 2
3 s/d 60 3 3
4 s/d 80 4 4
5 s/d 100 5 5
Setiap penambahan 20 karyawan harus di tambah 1 toilet dan 1 kamar mandi

i. Jumlah Tempat Tidur


Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk kamar
perawatan dan kamar isolasi sebagai berikut:
1. Ruang bayi:
a) Ruang perawatan minimal 2 m2/tempat tidur.
b) Ruang isolasi minimal 3,5 m2/tempat tidur.
2. Ruang dewasa:
a) Ruang perawatan minimal 4,5 m2/tempat tidur.
b) Ruang isolasi minimal 6 m2/tempat tidur.

j. Lantai dan dan Dinding


Lantai dan dinding harus bersih, dengan tingkat kebersihan sebagai
berikut:
1. Ruang operasi : 0 – 5 CFU/cm2 dan bebas patogen dan gas
gangren
2. Ruang perawatan : 5 – 10 CFU/cm2
3. Ruang isolasi : 0 – 5 CFU/cm2
4. Ruang UGD : 5 – 10 CFU/cm2

B. Tata Laksana Penyehatan Ruang Bangunan Dan Halaman


1. Pemeliharaan kebersihan ruang bangunan dan halaman ini, dilakukan oleh
pihak ke tiga/outshorsing setiap hari.
2. Pemantauan dan pengawasan harian dilakukan oleh HouseKeeping.
3. Pelaksanaan Inspeksi Sanitasi Ruangan berdasarkan zona resiko dilakukan
setiap bulan oleh petugas sanitasi.

Sumber:
 http://nurjanahmatkul.blogspot.co.id/2013/12/sanitasi-rs.html
 https://galihendradita.wordpress.com/2017/04/10/penyehatan-ruang-
bangunan-dan-halaman-rumah-sakit/
 https://environmentalsanitation.wordpress.com/2012/12/17/sanitasi-
rumah-sakit/
 http://panduindonesia.co.id/2017/04/10/penyehatan-lingkungan-rumah-
sakit-di-indonesia-2/
 https://www.scribd.com/document/354830396/Pedoman-Pelayanan-
Kesehatan-Lingkungan-Rumah-Sakit
 http://anasgrets.blogspot.co.id/2012/10/makalah-sanitasi-rumah-sakit.html

Anda mungkin juga menyukai