Anda di halaman 1dari 10

PEMERINTAH KOTA PALEMBANG

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS OPI
Jl. OPI Raya Perum OPI Kelurahan 15 Ulu Kecamatan Jakabaring Palembang
Telp/Fax. (0711) 5620648
E-mail: puskesmas_opi@yahoo.co.id

KEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS OPI
Nomor: 440/ /KP/PKM-OPI/2018

TENTANG

PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO DALAM PELAKSANAAN PROGRAM


MAUPUN PELAYANAN PUSKESMAS
DI PUSKESMAS OPI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA PUSKESMAS OPI,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka melindungi keselamatan dan


kesehatan serta meningkatkan produktifitas petugas,
melindungi keselamatan pasien, pengunjung, dan
masyarakat, perlu diupayakan meminimalkan risiko akibat
pelaksanaan program dan kegiatan di Puskesmas OPI;
b. bahwa dalam upaya meminimalkan risiko akibat
pelaksanaan program dan kegiatan di Puskesmas OPI,
perlu dilakukan manajemen risiko;
c. bahwa untuk melaksanakan maksud tersebut huruf a, dan b,
perlu ditetapkan Keputusan Kepala Puskesmas OPI;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun


2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara );
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
46 Tahun 2015 Tentang Akreditasi Puskesmas;
MEMUTUSKAN

Menetapkan : MANAJEMEN RISIKO DI PUSKESMAS OPI.

Kesatu : Manajemen risiko sebagaimana dimaksud diktum kesatu


meliputi kegiatan:
1. Kajian dampak dari kegiatan pelayanan;
2. Identifikasi risiko;
3. Analisis risiko;
4. Upaya pencegahan dan pengendalian;

Kedua : Kegiatan sebagaimana diktum kesatu mengacu pada pedoman


yang berlaku;

Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan;

Keempat : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam


perubahan/perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Palembang
Pada tanggal : Januari 2018
Plt. KEPALA PUSKESMAS OPI,

Muhammad Erwan Naupal


Lampiran I : Keputusan Kepala Puskesmas OPI
Nomor : 440/ / KP/PKM-OPI/2018
Tentang : Lingkup Pelaksanaan Manajemen Risiko

Lingkup pelaksanaan manajemen resiko lingkungan di Puskesmas meliputi :


1. Penilaian persyaratan bangunan, sarana dan prasarana, serta kondisi
lingkungan puskesmas
2. Identifikasi risiko kondisi lingkungan yang berdampak pada pasien, petugas,
dan lingkungan sekitar puskesmas
3. Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan
4. Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan

Penerapan manajemen risiko lingkungan di Puskesmas OPI, meliputi:


1. Sarana dan prasarana bangunan puskesmas
2. Sarana prasarana fasilitas puskesmas termasuk rasio jumlah karyawan dan toilet,
dsb
3. Tata ruang dan penetapan zona risiko
4. Pemantauan kualitas lingkungan termasuk suplai air bersih, keadaan udara,
penghawaan, kebisingan, pencahayaan, kelembaban
5. Pemantauan fasilitas sanitasi puskesmas
 Toilet dan Kamar Mandi
 Pembuangan sampah
 Penyediaan air minum dan air bersih
 Hygine dan sanitasi makanan
 Pengolahan limbah
 Pengelolaan limbah medis
 Pengelolaan linen
 Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
 Dekontaminasi dan sterilisasi
 Promosi hygine dan sanitasi
Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas OPI diterapkan pada seluruh kegiatan
yang menimbulkan dampak risiko terhadap lingkungan yaitu:
1. Kegiatan pelayanan klinis di puskesmas
2. Kegiatan pelayanan kesehatan di Pustu dan Posyandu
3. Kegiatan pasien/ pengunjung puskesmas
4. Kegiatan karyawan/ staf puskesmas
Kegiatan penerapan manajemen risiko lingkungan
A. Penilaian persyaratan bangunan, sarana, prasarana puskesmas
- bangunan puskesmas terdiri dari bangunan dengan kontruksi kuat, atap tidak
bocor, lantai tidak licin, permukaan dinding kuat dan rata serta menggunakan bahan
bangunan yang tidak membahayakan
- lingkungan tidak panas, ventilasi cukup, pencahayaan cukup, seluruh ruangan
tidak lembab, dan tidak berdebu
-terdapat fasilitas pemadam kebakaran dan pintu darurat jika terjadi kecelakaan
- rasio kecukupan toilet karyawan mengikuti indeks perbandingan jumlah karyawan
dengan toilet yaitu 1:20 artinya setiap penambahan 20 karyawan harus ditambah 1
toilet dan 1 kamar mandi
- Tata Ruang
 Zona ruang dengan
-Risiko Rendah: meliputi ruang administrasi TU, Ruang Kepala Puskesmas, Ruang
Pertemuan, ruang penyimpanan, rekam medis bersatu dengan loket (unit
pendaftaran), ruang penyimpanan obat, ruang Akreditasi dan Musholla
- Risiko Sedang: meliputi poli rawat jalan (selain Poli P2)
- Risiko Tinggi: meliputi poli P2, Laboratorium, UGD, dan tempat penampungan
limbah/sampah medis
 Penataan ruangan memperhatikan zona risiko penularan

B. Identifikasi risiko kondisi lingkungan


Setiap unit kerja melakukan identifikasi risiko kondisi lingkungan, antara lain:
1. Sarana
 Kerusakan bangunan atau sarana dan prasarana
 Fasilitas sanitasi seperti wastafel buntu, air tidak lancar, sampah medis tidak
tersedia, toilet rusak, dll
2. Kondisi pencahayaan, penghawaan, kelembaban, kebisingan perawatan, dsb
3. Kebersihan ruangan dan fasilitas
4. Limbah,misalnya sarana pembuangan limbah yang penuh, paparan limbah pada
lingkungan, dan lain lain
C. Tata laksana penerapan manajemen risiko lingkungan
1. Toilet dan Kamar Mandi
 Tersedia dalam keadaan bersih
 Lantai kedap air, dan mudah dibersihkan
 Terpisah antara toilet laki-laki dan perempuan
 Tidak terdapat perindukan nyamuk
2. Pembuangan Sampah
 Tersedia fasilitas tempat sampah organik dan non organik disetiap ruangan
 Tempat sampah tertutup
 Sampah/limbah non medis padat ditampung dalam kantong warna hitam.
 Sampah medis ditampung dalam kantong warna kuning
 Sampah setiap hari dibuang ditempat penampungan sampah sementara
3. Penyediaan air minum dan air bersih
 Tersedia air bersih
 Tersedia air minum untuk karyawan sesuai kebutuhan
4. Izin dan Sanitasi Makanan
 Kebersihan peralatan makanan di Puskesmas
5. Pengelolaan Limbah
 Limbah cair ditampung dalam SPAL Puskesmas
6. Pengolahan limbah Medis
 Limbah medis tajam ditampung dalam safety box
 Limbah medis padat ditampung dalam kotak sampah medis dengan kantong
warna kuning
 Limbah medis selanjutnya ditampung pada penampungan sementara untuk
dikirim ke pusat pemusnahan
7. Pengelolaan Linen
 Dilakukan pemisahan linen yang infeksius dan non infeksius
 Linen/kain yang terkontaminasi dilakukan proses desinfeksi
 Linen/kain secara berkala dikumpulkan dan dikirim ke tempat pencucian
8. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
 Diilakukan pengamatan terhadap serangga, nyamuk, kecoa dan tikus
 Kebersihan ruangan dijaga untuk mencegah binatang pengganggu
 Dilakukan pemberantasan jika terdapat binatang pengganggu
9. Dekontaminasi dan Sterilisasi
 Seluruh peralatan yang terkontaminasi dilakukan proses dekontaminisi dan
sterilisasi
 Proses dekontaminasi dilaksanakan segera setelah proses pelayanan,
sterilisasi dilakukan diruangan sterilisasi
10. Promosi Hygine dan Sanitasi
 Tersedia promosi untuk menjaga kebersihan ruangan, membuang sampah,
kebersihan kamar mandi dan cara mencuci tangan, etika batuk.

D. DOKUMENTASI
Seluruh kegiatan manajemen risiko lingkungan didokumentasikan dan dilaporkan
kepada Kepala Puskesmas

II.
A. RUANG LINGKUP PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO LAYANAN KLINIS
Manajemen risiko layanan klinis mencakup adanya prosedur untuk mencegah
kejadian yang membahayakan (prepenting home) dan prosedur untuk
meminimalkan risiko (pasien safety).
Lingkup penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas OPI meliputi:
1. Risiko yang berhubungan dengan pasien atau pengunjung puskesmas
2. Risiko yang berhubungan dengan petugas kesehatan
3. Risiko yang berhubungan dengan staf puskesmas lainnya
4. Risiko yang berhubungan dengan peralatan kesehatan dan properti puskesmas
lainnya

Penerapan manajemen risiko layanan klinis di puskesmas OPI dilaksanakan di unit


pelayanan yang menyelenggarakan layanan klinis yaitu:
1. Loket pendaftaran dan rekam medis
2. Poli umum
3. Poli anak
4. Poli KIA/KB
5. Poli Gigi
6. Poli Pencegahan Penyakit (P2)
7. UGD
8. Laboratorium
9. Unit Layanan Obat

Ruang lingkup penerapan manajemen risiko pelayanan klinis juga dilaksanakan


jejaringan pelayanan puskesmas OPI yang melaksanakan layanan klinis seperti
pemeriksaan, pengobatan, dan tindakan termasuk imunisasi. Jaringan pelayanan
puskesmas yang dimaksud meliputi: puskesmas pembantu (Pustu), dan Posyandu

B. Penerapan manajemen risiko layanan klinis


Proses penerapan manajemen risiko layanan klinis meliputi kegiatan identifikasi
risiko.

IDENTIFIKASI RISIKO
Masing-masing unit pelayanan dan jaringan puskesmas menyusun daftar risiko
yang berpotensi membahayakan pasien dan petugas yang bisa didapatkan dari:
 Hasil temuan pada audit internal
 Keluhan pasien/ pelanggan puskesmas
 Adanya insiden atau kejadin berbahaya yang pernah terjadi di unit pelayanan
tersebut

Contoh daftar risiko pada layanan klinis di puskesmas


Pada Unit Layanan Loket Pendaftaran dan rekam medis risikonya yaitu:
 Kesalahan pemberian identitas rekam medis
 Kesalahan pengambilan rekam medis
Poli umum, poli anak  Kesalahan diagnosa
 Kesalahan identifikasi pasien/salah orang
 Kesalahan pemberian terapi
 Kesalahan pemberian resep
 Kesalahan tindakan yang menimbulkaan
perlukaan
 Monitoring pengobatan/ tindakan yang kurang
baik
 Insiden tertusuk jarum bekas pakai
 Limbah medis berceceran
 Paparan dengan luka terbuka atau cairan
tubuh pasien
 Tidak menggunakan alat pelindung diri
 Menggunakan peralatan yang tidak steril
Laboratorium  Kegagalan pengambilan sampel sehingga
menimbulkan perlukaan
 Kesalahan pengambilan sample
 Kesalahan pemberian label sample
laboratorium
 Kesalahan penulisan hasil pemerikasaan
Laboratorium
 Hasil pemeriksaan hilang
 Sample rusak/hilang
Kamar Obat  Kesalahan membaca resep
 Kesalahan pemberian obat
 Kesalahan dosis/ formula obat
 Kesalahan edukasi cara minum/ pemakaian
obat
 Kesalahan identifikasi pasien
 Pemberia obat kadaluarsa
 Kesalahan penulisan label
 Pemberian obat rusak
 Kesalahan pengambilan obat

Daftar risiko yang telah teridentifikasi, dicatat dalam formulir identifikasi manajemen
risiko Puskesmas dan dilaporkan kepada Tim Mutu puskesmas

ANALISIS RISIKO
Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh Tim Mutu.
Analisis rsiko dilakukan dengan cara menilai tingkat kegawatan dari risiko safety
assesment dan dengan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analyis) seperti
dalam formulir berikut:
No Failure( kegagalan/ penyebab Efek Frekuensi Kegawatan Kemudahan RPN solusi Validasi
kesalahan) terjadinya (OCC) (SV) terdeteksi (OCC x solusi
SV x DT)

Keterangan:
-Rentang nilai OCC mulai 0-10; dimana 0=tidak mungkin terjadi dan 10=sangat
sering terjadi
-Rentang nilai SV mulai 0-10; dimana: 0=tidak gawat, dan 10=sangat gawat
-Rentang nilai DT mulai 0-10; dimana 0=mudah dideteksi dan 10=sangat sulit
dideteksi

EVALUASI RISIKO
Evaluasi Risiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan kegawatan risiko,
evaluasi dilakukan dengan mencari penyebab masalah menggunakan Analisa Akar
Masalah (RCA/Root Cause Analysis) kemudian ditentukan apakah memerlukan
tindakan perbaikan (treatment) ataukah tidak

TINDAKAN ATAU PERBAIKAN


Jika diperlukan tindakan perbaikan maka tim mutu merekomendasikan rencana
tindakan perbaikan. setiap tindakan perbaikan dikonsultasikan kepada kepala
puskesmas dan dikomunikasikan kepada petugas puskesmas lainnya

MANAJEMEN RISIKO PELAKSANAAN PROGRAM


Manajemen risiko pada pelaksanaan program puskesmas merupakan upaya untuk
mengidentifikasi, menganalisa dan meminimalkan dampak atau risiko atas
pelaksanaan atas pelaksanaan program puskesmas

Ruang Lingkup:
Manajemen risiko pelaksanaan program puskesmas meliputi risiko:
1. Risiko pelaksanaan program terhadap masyarakat sasaran
2. Risiko pelaksanaan program terhadap lingkungan
3. Risiko pelaksanaan program terhadap petugas pelaksana program
Tempat pelaksanaan program dan sasaran program termasuk pada pelaksanaan
kegiatan posyandu balita dan posyandu lansia

Identifikasi Risiko:
Risiko yang timbul dapat timbul karena pelaksanaan program antara lain:
Program Pelayanan Risiko
Program Posyandu Balita  Kesalahan penentuan kebutuhan imunisasi
 Kesalahan cara pemberian imunisasi
 Kesalahan jenis imunisasi
 Kesalahan dosis vaksin
 Insiden kegagalanpemberian imunisasi
 Insiden efek samping imunisasi
 Ceceran limbah medis
 Insiden petugas tertusuk jarum
 Insiden balita terluka pada proses
penimbangan menggunakan dacin
 Kesalahan cara penimbangan
 Kesalahan pencatatan hasil pengukuran dan
pemeriksaan
Posyandu lansia  Kesalahan identifikasi
 Kesalahan pemeriksaan dan diagnosis
 Insiden perlukaan karena penggunaan alat
periksa
 Kesalahan hasil pemeriksaan laboratorium
 Insiden perlukaan karena pemriksaan
laboratorium
 Insiden tertusuk jarum
 Insiden kontak dengan cairan tubuh penderita
 Tidak menggunakan APD
 Kesalahan pemberian obat
 Kesalahan dosis obat

Mengetahui,
PLT. KEPALA PUSKESMAS OPI,

Muhammad Erwan Naupal

Anda mungkin juga menyukai