MANAJEMEN RESIKO
TAHUN 2023
A. DEFINISI
Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas adalah penerapan manajemen risiko untuk
meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas atau kegiatan di Puskesmas pada
kesehatan pasien, petugas maupun pada lingkungan.
1
2. Kegiatan pelayanan klinis di Puskesmas
3. Kegiatan pelayanan kesehatan di Pustu, Ponkesdes dan Posyandu
4. Kegiatan pasien/pengunjung Puskesmas
5. Kegiatan karyawan/ staf Puskesmas
2
c. Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan
1. Toilet dan Kamar Mandi,
o Tersedia dalam keadaan bersih
o Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
o Terpisah antara toilet laki laki dan perempuan
o Tidak terdapat perindukan nyamuk
2. Pembuangan sampah,
o Tersedia fasilitas tempat sampah organik dan non organik di setiap ruangan
o Tempat sampah tertutup
o Sampah/ limbah non medis padat ditampung dalam kantong warna hitam.
Sampah medis ditampung dalam kantong warna kuning.
o Sampah setiap hari dibuang di tempat penampungan sampah sementara
3. Penyediaan air minum dan air bersih,
o Tersedia air bersih
o Tersedia air minum untuk karyawan sesuai kebutuhan
4. Hygiene dan sanitasi makanan
o Kebersihan peralatan makan di Puskesmas
5. Pengolahan limbah
o Limbah cair ditampung dalam SPAL Puskesmas
6. Pengolahan limbah medis
o Limbah medis tajam ditampung dalam safety box
o Limbah medis padat ditampung dalam tempat sampah medis dengan kantong
warna kuning
o Limbah medis padat selanjutnya ditampung pada penampungan sementara
untuk dikirim ke tepat pemusnahan
7. Pengelolaan linen
o Dilakukan pemisahan linen yang infeksius dan non infeksius
o Linen / kain yang terkontaminasi dilakukan proses desinfeksi
o Linen / kain secara berkala dikumpulkan dan dikirim ke tempat pencucian
8. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
o Dilakukan pengamatan terhadap serangga nyamuk, kecoa dan tikus
o Kebersihan ruangan dijaga untuk mencegah binatang pengganggu
o Dilakukan pemberantasan jika terdapat binatang pengganggu
9. Dekontaminasi dan sterilisasi
o Seluruh peralatan yang terkontaminasi dilakukan proses dekontaminasi dan
sterilisasi
o Proses dekontaminasi dilaksanakan segera setelah proses pelayanan, sterilisasi
dilakukan di ruang sterilisasi
3
10. Promosi hygiene dan sanitasi
o Tersedia promosi untuk menjaga kebersihan ruangan, membuang sampah,
kebersihan kamar mandi dan cara mencuci tangan, etika batuk.
d. Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan
Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan dilaksanakan oleh petugas sanitasi
4
MANAGEMEN RESIKO KEGIATAN ADMINISTRASI
D. DOKUMENTASI
Seluruh kegiatan manajemen risiko lingkungan didokumentasikan dan dilaporkan kepada
Kepala Puskesmas.
5
BAB II
MANAJEMEN RISIKO LAYANAN KLINIS
A. DEFINISI
Manajemen risiko merupakan proses identifikasi, evaluasi, mengendalikan dan
meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh. Manajemen risiko layanan
klinis adalah suatu pendekatan untuk mengenal keadaan yang menempatkan pasien pada
suatu risiko dan tindakan untuk mencegahterjadinya risiko tersebut.
Manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas dilaksanakan untuk meminimalkan risiko
akibat adanya layanan klinis oleh tenaga kesehatan di Puskesmas yang dapat berdampak pada
pasien maupun petugas.
Tujuan utama penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas adalah untuk
keselamatan pasien dan petugas.Penyusunan panduan manajemen risiko layanan klinis
bertujuan untuk memberikan panduan bagi petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang paling aman untuk pelanggan Puskesmas.
6
11. Unit Sterilisasi
12. Gudang obat
13. Unit Pelayanan Obat
14. UGD
15. PONED
16. Rawat inap
17. Laboratorium
18. Poli HIV/ARV
7
Kesalahan pemanggilan nomor urut pendaftaran
Resiko penarikan biaya pendaftaran tidak sesuai
PERBUP
8
6 Unit Pelayanan Obat Kesalahan penulisan etiket obat
Kesalahan pengambilan obat
Kesalahan kelengkapan penulisan resep
Kesalahan pemberian edukasi dan informasi obat
Kesalahan penyerahan obat
Kesalahan prosedur penyimpanan obat
Kesalahan penghitungan dosis obat racikan
Kesalahan identifikasi obat kadaluarsa
Kesalahan pemberian obat kadaluarsa
Resiko efek samping obat-obat high alert
Resiko penarikan biaya tindakan tidak sesuai
PERBUP
7 Laboratorium Kesalahan pembacaan hasil laboratorium
Kesalahan penulisan hasil laboratorium
Kesalahan identifikasi pasien
Kesalahan pelabelan sample
Kegagalan pengambilan sampling
Kesalahan pengerjaan sample
Resiko terpapar infeksi
Ketidakpatuhan pemakaian APD
Hasil pemeriksaan hilang
Sampel rusak atau hilang
Resiko penarikan biaya tindakan tidak sesuai
PERBUP
8 Unit Rawat Inap Kesalahan identifikasi pasien
Kesalahan pemberian obat
Kesalahan diagnose
Resiko jatuh
Kesalahan terapi
Kesalahan pemberian tindakan
Kesalahan pemberian injeksi IV
Resiko terpapar infeksi
Resiko alergi obat
Limbah medis berceceran
Ketidakpatuhan pemakaian Alat Pelindung Diri
Penggunakan peralatan tidak steril
Monitor dan follow up tidak adekuat
Kegagalan alat atau sistem lain
9
Kegagalan komunikasi antara petugas dan
pasien/keluarga
Terjadinya infeksi nosokomial
Resiko penarikan biaya tindakan tidak sesuai
PERBUP
9 Poli Gawat Darurat Kesalahan identifikasi pasien
Kesalahan pemberian obat
Kesalahan diagnose
Resiko jatuh
Kesalahan terapi
Kesalahan pemberian tindakan
Kesalahan pemberian injeksi IV
Kesalahan penatalaksanaan triase
Resiko alergi obat
Resiko tertusuk jarum bekas pakai
Limbah medis berceceran
Ketidakpatuhan penggunakan Alat Pelindung Diri
Penggunakan peralatan tidak steril
Kegagalan alat
Resiko penarikan biaya tindakan tidak sesuai
PERBUP
10 Poli Anak Imunisasi Kesalahan identifikasi pasien
Kesalahan pemberian resep
Kesalahan diagnose
Resiko jatuh
Kesalahan pemberian vaksin
Infeksi pasca pemberian imunisasi (KIPI)
Resiko alergi obat
Resiko penarikan biaya tindakan tidak sesuai
PERBUP
11 Poli Gigi Kesalahan identifikasi pasien
Kesalahan pemberian resep
Kesalahan pemberian terapi
Kesalahan diagnose
Resiko jatuh
Kesalahan prosedur tindakan
Terjadi infeksi pasca tindakan
Ketidak patuhan pemakaian APD
10
Resiko alergi obat
Penggunaan alat yang tidak steril
Limbah medis berceceran
Resiko penarikan biaya tindakan tidak sesuai
PERBUP
12 Poli PDP Kesalahan identifikasi pasien
Kesalahan pemberian resep
Kesalahan diagnose
Resiko jatuh
Kesalahan terapi
Resiko alergi obat
Resiko penolakan pasien akan konseling petugas
Resiko terpapar infeksi
Efek samping obat
Resiko penarikan biaya tindakan tidak sesuai
PERBUP
13 Pojok Gizi Kesalahan jadwal distribusi makanan pasien rawat
inap
Resiko alergi makanan tertentu
Resiko kerusakan bahan makanan
Kesalahan pengolahan diit pasien rawat inap
Kesalahan identifikasi pasien
Resiko penarikan biaya tindakan tidak sesuai
PERBUP
Ketidakpatuhan pasien terhadap konseling asuhan
gizi
14 Poli Jiwa Kesalahan identifikasi pasien
Kesalahan pemberian resep
Kesalahan diagnose
Resiko jatuh
Kesalahan terapi
Resiko alergi obat
Resiko mendapat perilaku kekerasan
Efek samping obat psikotropika
11
Resiko jatuh
Kesalahan terapi
Resiko alergi obat
Resiko terpapar droplet infeksi
Efek samping obat
Resiko penarikan biaya tindakan tidak sesuai
PERBUP
16 Klinik Sanitasi Kesalahan identifikasi pasien
Resiko Penolakan pasien saat dikunjungi rumahnya
Ketidakpatuhan klien terhadap anjuran petugas
kesling
Resiko penarikan biaya tindakan tidak sesuai
PERBUP
17 Sterilisasi
Kesalahan prosedur sterilisasi alat
Kesalahan timing sterilisasi
Kesalahan pelabelan alat yang sudah di sterilisasi
12
2. Analisis risiko (Risk Assessment)
Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh Tim Mutu.
Analisis risiko dilakukan dengan cara menilai tingkat kegawatan dari risiko (severity
assessment) dan dengan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) seperti dalam
Formulir berikut:
13
Formulir Analisis FMEA
Risiko Pelayanan Klinis Puskesmas Mantup
Keterangan:
- Rentang nilai OCC mulai 0-10; dimana 0= tidak mungkin terjadi dan 10 = sangat sering terjadi
- Rentang nilai SV mulai 0-10; dimana 0=tidak gawat dan 10=sangat gawat
- Rentang nilai DT mulai 0-10; dimana 0=mudah dideteksi dan 10=sangat sulit dideteksi
14
3. Evaluasi risiko
Evaluasi risiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan kegawatan risiko.Evaluasi
dilakukan dengan mencari penyebab masalah menggunakan Analisis Akar Masalah
(RCA/Root Cause Analysis) kemudian ditentukan apakah memerlukan tindakan perbaikan
(treatment) ataukah tidak.
D. DOKUMENTASI
Seluruh kegiatan manajemen risiko layanan klinis didokumentasikan dan dilaporkan
kepada Kepala Puskesmas.
15
BAB III
MANAJEMEN RISIKO PELAKSANAAN PROGRAM
A. DEFINISI
Manajemen risiko pada pelaksanaan program Puskesmas merupakan upaya untuk
mengidentifikasi, menganalisa dan meminimalkan dampak atau risiko atas pelaksanaan
program Puskesmas.
B. RUANG LINGKUP
Manajemen risiko pelaksanaan program Puskesmas meliputi risiko :
- Risiko pelaksanaan program terhadap masyarakat sasaran
- Risiko pelaksanaan program terhadap lingkungan
- Risiko pelaksanaan program terhadap petugas pelaksana program
Tempat pelaksanaan program dan sasaran program termasuk pada pelaksanaan
kegiatan Posyandu balita dan Posyandu lansia
C. PENERAPAN
Penerapan manajemen risiko pelaksanaan program meliputi kegiatan
1. Identifikasi risiko
Risiko yang dapat timbul karena pelaksanaan program antara lain:
16
3 GIZI Kesalahan petugas dalam memberikan dosis vit A
Penolakan Pemberian ASI Esklusif
Keluarga Balita Gizi Buruk menolak untuk didatangi petugas
Masyarakat kurang memahami pola makan ISI PIRINGKU
Resiko penarikan tambahan biaya di luar PERBUP
4 KESLING Penolakan pemilik DEPO/TPM pada saat inspeksi
Masyarakat kurang memahami program kesehatan lingkungan
Adanya kesalahan masyarakat dalam penggunaan dana program
pemerintah
Resiko pungutan liar biaya di luar PERBUP
Petugas kesling kurang bersosialisasi ke masyarakat
6 P2 TB Resiko terjadinya penularan pada keluarga dan lingkungan
Ditolak dalam kegiatan kunjungan Rumah
Masyarakat menolak pengobatan TB
Kurang kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit TB
Membuang dahak secara sembarangan
Pasien TB tidak mau memakai masker
Penderita tidak kontrol secara rutin
Penderita tidak obat OAT dengan teratur
Petugas tidak patuh dalam pemakaian masker N95
Resiko penarikan tambahan biaya di luar PERBUP
7 P2 Imunisasi Orang tua menolak bayi & balita untuk di imunisasi
Salah jadwal imunisasi
Salah pemberian vaksin
Salah prosedur penyuntikan imunisasi
Resiko KIPI
Resiko penarikan tambahan biaya di luar PERBUP
8 P2 Diare Sasaran tersinggung karena dikatakan kebersihannya kurang
Pasien tidak patuh dalam terapi diare
Pasien tidak mau mencuci tangan
Resiko penarikan tambahan biaya di luar PERBUP
Masyarakat tidak paham tentang materi penyuluhan
9 P2 ISPA Keluarga tersinggung saat dianjurkan supaya tidak merokok
dalam rumah
Masyarakat tidak mau memakai masker saat terkena ISPA
Masyarakat tidak paham tentang materi penyuluhan
17
Membuang dahak secara sembarangan
Pasien tidak mau mencuci tangan
Resiko penarikan tambahan biaya di luar PERBUP
10 P2 Kusta Resiko penularan pada keluarga
Pasien menolak dikatakan penderita kusta
Kecemasan masyarakat berada di lingkungan penderita
Penderita kusta tidak menjaga kebersihan diri
Ketidak patuhan minum obat teratur
Penderita tidak kontrol secara rutin
Resiko penarikan tambahan biaya di luar PERBUP
11 P2 DBD Kesalahan dalam prosedur pencampuran obat Foging
Masyarakat tidak menjalankan program PSN 3 M plus
Masyarakat menolak dilakukan fogging
Resiko penarikan tambahan biaya di luar PERBUP
Masyarakat kurang paham tentang gejala dan bahaya DBD
Masyarakat tidak mau memeriksakan ke pelayanan kesehatan
Petugas kurang rutin memberikan penyuluhan DBD
12 P2 Surveilance Penolakan keluarga penderita saat petugas melakukan pelacakan
kunjungan rumah
Petugas kurang tanggap saat ada kejadian KLB
Petugas kurang cepat dalam pelaporan
Kurang koordinasi dengan lintas sektor
Resiko penarikan tambahan biaya di luar PERBUP
13 USILA Lansia jenuh menunggu lama antrian layanan di posyandu
Metode penyuluhan tidak di pahami oleh lansia
Lansia tidak paham jadwal pemberian obat
Resiko penarikan tambahan biaya di luar PERBUP
18
Pasien jiwa rentan di lakukan pasung
Resiko penarikan tambahan biaya di luar PERBUP
2. Analisis risiko
Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh Tim
Mutu. Analisis risiko dilakukan dengan cara menilai tingkat kegawatan dari risiko
19
(severity assessment) dan dengan metode FMEA (Failure Mode and Effect
Analysis)
3. Evaluasi risiko
Risiko yang teridentifikasi dianalisi menggunakan formulir FMEA dan analisis
penyebab dengan menggunakan metode RCA (Root Caused Analysis).Tingkat
risiko yang memiliki nilai yang tinggi merupakan prioritas untuk dilakukan
pemecahan masalah. Identifikasi risiko dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas
4. Tindakan perbaikan
Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu merekomendasikan rencana
tindakan perbaikan dan monitoring terhadap tindakan perbaikan. Setiap tindakan
perbaikan dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas dan dikomunikasikan
kepada petugas Puskesmas lainnya
D. DOKUMENTASI
Seluruh kegiatan manajemen risiko layanan program didokumentasikan dan
dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.
REFERENSI
20