Anda di halaman 1dari 21

PEDOMAN

MANAJEMEN RESIKO

TAHUN 2023

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN


DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN
PUSKESMAS MANTUP
BAB I

MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN

A. DEFINISI
Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas adalah penerapan manajemen risiko untuk
meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas atau kegiatan di Puskesmas pada
kesehatan pasien, petugas maupun pada lingkungan.

B. RUANG LINGKUP PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN


Lingkup pelaksanaan manajemen risiko lingkungan di Puskesmas meliputi :
- Penilaian persyaratan bangunan, sarana prasarana dan kondisi lingkungan Puskesmas
- Identifikasi risiko kondisi lingkungan yang berdampak pada pasien, petugas dan
lingkungan sekitar Puskesmas
- Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan
- Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan
Penerapan manajemen risiko lingkungan di Puskesmas Mantup meliputi:
- Sarana dan prasarana bangunan Puskesmas
- Sarana prasarana fasilitas Puskesmas termasuk rasio jumlah karyawan dan toilet, dsb
- Tata ruang dan penetapan zona risiko
- Pemantauan kualitas lingkungan termasuk suplai air bersih, keadaan udara,
penghawaan, kebisingan, pencahayaan, kelembaban
- Pemantauan fasilitas sanitasi Puskesmas
1) Toilet dan Kamar Mandi,
2) Pembuangan sampah,
3) Penyediaan air minum dan air bersih,
4) Hygiene dan sanitasi makanan
5) Pengolahan limbah,
6) Pengolahan limbah medis
7) Pengelolaan linen
8) Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
9) Dekontaminasi dan sterilisasi
10) Promosi hygiene dan sanitasi

C. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN DI PUSKESMAS


Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas Mantup diterapkan pada seluruh kegiatan
yang menimbulkan dampak risiko terhadap lingkungan yaitu:
1. Kegiatan administrasi

1
2. Kegiatan pelayanan klinis di Puskesmas
3. Kegiatan pelayanan kesehatan di Pustu, Ponkesdes dan Posyandu
4. Kegiatan pasien/pengunjung Puskesmas
5. Kegiatan karyawan/ staf Puskesmas

Kegiatan penerapan manajemen risiko lingkungan


a. Penilaian persyaratan bangunan, sarana dan prasarana Puskesmas
- Bangunan Puskesmas terdiri dari bangunan dengan konstruksi kuat, atap tidak bocor,
lantai tidak licin, permukaan dinding kuat dan rata serta menggunakan bahan
bangunan yang tidak membahayakan
- Lingkungan Puskesmas tidak panas, ventilasi cukup, pencahayaan cukup, seluruh
ruangan tidak lembab dan tidak berdebu.
- Terdapat fasilitas pemadam kebakaran dan petunjuk jalur evakuasi dan pintu darurat
jika terjadi kecelakaan
- Rasio kecukupan toilet karyawan mengikuti indeks perbandingan jumlah karyawan
dengan toilet yaitu 1:20 artinya setiap penambahan 20 karyawan harus ditambah I
toilet dan 1 kamar mandi.
- Tata ruang
o Zona ruang dengan
▪ Risiko rendah : meliputi ruang administrasi TU, Ruang Kepala
Puskesmas, Ruang pertemuan, ruang penyimpanan rekam medis
bersatu dengan loket (unit pendaftaran), ruang penyimpanan obat,
ruang Akreditasi dan Musholla
▪ Risiko sedang: meliputi poli rawat jalan (selain poli P2)
▪ Risiko tinggi: meliputi Poli P2, Laboratorium, UGD dan tempat
penampungan limbah/sampah medis
o Penataan ruangan memperhatikan zona risiko penularan
b. Identifikasi risiko kondisi lingkungan
Setiap unit kerja melakukan identifikasi risiko kondisi lingkungan antara lain:
1. Sarana
o Kerusakan bangunan atau sarana prasarana
o Fasilitas sanitasi seperti wastafel buntu, air tidak lancar, sampah medis tidak
tersedia, toilet rusak, dll
2. Kondisi pencahayaan, penghawaan, kelembaban, kebisingan peralatan, dsb
3. Kebersihan ruangan dan fasilitas
4. Limbah, misalnya sarana pembuangan limbah yang penuh, paparan limbah pada
lingkungan dll.

2
c. Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan
1. Toilet dan Kamar Mandi,
o Tersedia dalam keadaan bersih
o Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
o Terpisah antara toilet laki laki dan perempuan
o Tidak terdapat perindukan nyamuk
2. Pembuangan sampah,
o Tersedia fasilitas tempat sampah organik dan non organik di setiap ruangan
o Tempat sampah tertutup
o Sampah/ limbah non medis padat ditampung dalam kantong warna hitam.
Sampah medis ditampung dalam kantong warna kuning.
o Sampah setiap hari dibuang di tempat penampungan sampah sementara
3. Penyediaan air minum dan air bersih,
o Tersedia air bersih
o Tersedia air minum untuk karyawan sesuai kebutuhan
4. Hygiene dan sanitasi makanan
o Kebersihan peralatan makan di Puskesmas
5. Pengolahan limbah
o Limbah cair ditampung dalam SPAL Puskesmas
6. Pengolahan limbah medis
o Limbah medis tajam ditampung dalam safety box
o Limbah medis padat ditampung dalam tempat sampah medis dengan kantong
warna kuning
o Limbah medis padat selanjutnya ditampung pada penampungan sementara
untuk dikirim ke tepat pemusnahan
7. Pengelolaan linen
o Dilakukan pemisahan linen yang infeksius dan non infeksius
o Linen / kain yang terkontaminasi dilakukan proses desinfeksi
o Linen / kain secara berkala dikumpulkan dan dikirim ke tempat pencucian
8. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
o Dilakukan pengamatan terhadap serangga nyamuk, kecoa dan tikus
o Kebersihan ruangan dijaga untuk mencegah binatang pengganggu
o Dilakukan pemberantasan jika terdapat binatang pengganggu
9. Dekontaminasi dan sterilisasi
o Seluruh peralatan yang terkontaminasi dilakukan proses dekontaminasi dan
sterilisasi
o Proses dekontaminasi dilaksanakan segera setelah proses pelayanan, sterilisasi
dilakukan di ruang sterilisasi

3
10. Promosi hygiene dan sanitasi
o Tersedia promosi untuk menjaga kebersihan ruangan, membuang sampah,
kebersihan kamar mandi dan cara mencuci tangan, etika batuk.
d. Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan
Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan dilaksanakan oleh petugas sanitasi

4
MANAGEMEN RESIKO KEGIATAN ADMINISTRASI

NO PELAYANAN IDENTIFIKASI RESIKO

1 Tata Usaha/ Dokumen TU tidak diberi identitas judul


Administrasi Salah penempatan dokumen
Dokumen tidak ditempatkan pada lemari tertutup
Salah penomeran dan urutan surat menyurat (surat
masuk-surat keluar)
Kesalahan pembukuan dana
Kesalahan dalam penulisan SPJ
Kesalahan penandatanganan dokumen.
Resiko tersengat listrik
Resiko korsleting listrik
Resiko jatuh
Resiko menerima gratifikasi dari pihak ketiga/pihak
luar

D. DOKUMENTASI
Seluruh kegiatan manajemen risiko lingkungan didokumentasikan dan dilaporkan kepada
Kepala Puskesmas.

5
BAB II
MANAJEMEN RISIKO LAYANAN KLINIS

A. DEFINISI
Manajemen risiko merupakan proses identifikasi, evaluasi, mengendalikan dan
meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh. Manajemen risiko layanan
klinis adalah suatu pendekatan untuk mengenal keadaan yang menempatkan pasien pada
suatu risiko dan tindakan untuk mencegahterjadinya risiko tersebut.
Manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas dilaksanakan untuk meminimalkan risiko
akibat adanya layanan klinis oleh tenaga kesehatan di Puskesmas yang dapat berdampak pada
pasien maupun petugas.
Tujuan utama penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas adalah untuk
keselamatan pasien dan petugas.Penyusunan panduan manajemen risiko layanan klinis
bertujuan untuk memberikan panduan bagi petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang paling aman untuk pelanggan Puskesmas.

B. RUANG LINGKUP PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO LAYANAN KLINIS


Manajemen risiko layanan klinis mencakup adanya prosedur untuk mencegah kejadian
yang membahayakan (preventing harm) dan prosedur untuk meminimalkan risiko (patient
safety).
Lingkup penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas Mantup meliputi:
1. Risiko yang berhubungan dengan pasien/pengunjung Puskesmas
2. Risiko yang berhubungan dengan petugas kesehatan
3. Risiko yang berhubungan dengan staf Puskesmas lainnya
4. Risiko yang berhubungan dengan peralatan kesehatan dan properti Puskesmas lainnya

Penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas Mantup dilaksanakan di unit


pelayanan yang menyelenggarakan layanan klinis yaitu:
1. Loket Pendaftaran dan Rekam Medis
2. Poli Umum
3. Poli KIA/KB
4. Poli Gigi
5. Poli Lansia
6. Poli Anak Imunisasi
7. Poli Paru
8. Poli Jiwa
9. Pojok Gizi
10. Klinik Sanitasi

6
11. Unit Sterilisasi
12. Gudang obat
13. Unit Pelayanan Obat
14. UGD
15. PONED
16. Rawat inap
17. Laboratorium
18. Poli HIV/ARV

Ruang lingkup penerapan manajemen risiko pelayanan klinis juga dilaksanakan di


jaringan pelayanan Puskesmas Mantup yang melaksanakan layanan klinis. Jaringan
pelayanan Puskesmas yang dimaksud meliputi: Puskesmas Pembantu (Pustu),
Polindes/Ponkesdes dan Posyandu.
.
C. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO LAYANAN KLINIS

Proses penerapan manajemen risiko layanan klinis meliputi kegiatan:


1. Identifikasi risiko
Masing-masing unit pelayanan dan jaringan Puskesmas menyusun daftar risiko yang
berpotensi membahayakan pasien dan petugas yang bisa didapatkan dari:
- Hasil temuan pada audit internal
- Keluhan pasien/pelanggan Puskesmas
- Adanya insiden atau kejadian berbahaya yang pernah terjadi di unit pelayanan tersebu
Daftar risiko pada layanan klinis di Puskesmas:

NO UNIT PELAYANAN IDENTIFIKASI RESIKO

1 Parkir Kehilangan sepeda dan helm


Pengaturan parkir kurang baik
Petugas parkir tidak siaga terhadap mobilisasi
kendaraan
2 Pendaftaran Kesalahan identitas pasien saat pendaftaran
Kesalahan penulisan identitas di E SIKLA
Pasien pingsan/jatuh saat antrian berjubel
Kesalahan pengentrian tujuan poli
Waktu antrian lama
Resiko tersengat listrik
Resiko korsleting listrik

7
Kesalahan pemanggilan nomor urut pendaftaran
Resiko penarikan biaya pendaftaran tidak sesuai
PERBUP

3 Poli Umum Kesalahan identifikasi pasien


Kesalahan pemberian resep
Kesalahan diagnose
Resiko jatuh
Kesalahan terapi
Resiko alergi obat
Resiko tertusuk jarum
Limbah medis berceceran
Ketidakpatuhan pemakaian Alat Pelindung Diri
Resiko penarikan biaya tindakan tidak sesuai
PERBUP
4 Poli Lansia Kesalahan identifikasi pasien
Kesalahan pemberian resep
Kesalahan pemberian terapi
Kesalahan diagnose
Resiko jatuh
Resiko alergi obat
Ketidakpatuhan pemakaian Alat Pelindung Diri
Resiko penarikan biaya tindakan tidak sesuai
PERBUP
5 Poli KIA KB Kesalahan identifikasi pasien
Kesalahan pemberian resep
Kesalahan diagnose
Resiko jatuh
Kesalahan menghitung taksiran persalinan
Kesalahan penentuan jadwal kunjungan KB ulang
Kesalahan prosedur pemasangan implant
Kesalahan pembacaan hasil papsmear dan IVA
Resiko alergi obat
Ketidakpatuhan pemakaian Alat Pelindung Diri
Penggunakan peralatan tidak steril
Resiko penarikan biaya tindakan tidak sesuai
PERBUP

8
6 Unit Pelayanan Obat Kesalahan penulisan etiket obat
Kesalahan pengambilan obat
Kesalahan kelengkapan penulisan resep
Kesalahan pemberian edukasi dan informasi obat
Kesalahan penyerahan obat
Kesalahan prosedur penyimpanan obat
Kesalahan penghitungan dosis obat racikan
Kesalahan identifikasi obat kadaluarsa
Kesalahan pemberian obat kadaluarsa
Resiko efek samping obat-obat high alert
Resiko penarikan biaya tindakan tidak sesuai
PERBUP
7 Laboratorium Kesalahan pembacaan hasil laboratorium
Kesalahan penulisan hasil laboratorium
Kesalahan identifikasi pasien
Kesalahan pelabelan sample
Kegagalan pengambilan sampling
Kesalahan pengerjaan sample
Resiko terpapar infeksi
Ketidakpatuhan pemakaian APD
Hasil pemeriksaan hilang
Sampel rusak atau hilang
Resiko penarikan biaya tindakan tidak sesuai
PERBUP
8 Unit Rawat Inap Kesalahan identifikasi pasien
Kesalahan pemberian obat
Kesalahan diagnose
Resiko jatuh
Kesalahan terapi
Kesalahan pemberian tindakan
Kesalahan pemberian injeksi IV
Resiko terpapar infeksi
Resiko alergi obat
Limbah medis berceceran
Ketidakpatuhan pemakaian Alat Pelindung Diri
Penggunakan peralatan tidak steril
Monitor dan follow up tidak adekuat
Kegagalan alat atau sistem lain

9
Kegagalan komunikasi antara petugas dan
pasien/keluarga
Terjadinya infeksi nosokomial
Resiko penarikan biaya tindakan tidak sesuai
PERBUP
9 Poli Gawat Darurat Kesalahan identifikasi pasien
Kesalahan pemberian obat
Kesalahan diagnose
Resiko jatuh
Kesalahan terapi
Kesalahan pemberian tindakan
Kesalahan pemberian injeksi IV
Kesalahan penatalaksanaan triase
Resiko alergi obat
Resiko tertusuk jarum bekas pakai
Limbah medis berceceran
Ketidakpatuhan penggunakan Alat Pelindung Diri
Penggunakan peralatan tidak steril
Kegagalan alat
Resiko penarikan biaya tindakan tidak sesuai
PERBUP
10 Poli Anak Imunisasi Kesalahan identifikasi pasien
Kesalahan pemberian resep
Kesalahan diagnose
Resiko jatuh
Kesalahan pemberian vaksin
Infeksi pasca pemberian imunisasi (KIPI)
Resiko alergi obat
Resiko penarikan biaya tindakan tidak sesuai
PERBUP
11 Poli Gigi Kesalahan identifikasi pasien
Kesalahan pemberian resep
Kesalahan pemberian terapi
Kesalahan diagnose
Resiko jatuh
Kesalahan prosedur tindakan
Terjadi infeksi pasca tindakan
Ketidak patuhan pemakaian APD

10
Resiko alergi obat
Penggunaan alat yang tidak steril
Limbah medis berceceran
Resiko penarikan biaya tindakan tidak sesuai
PERBUP
12 Poli PDP Kesalahan identifikasi pasien
Kesalahan pemberian resep
Kesalahan diagnose
Resiko jatuh
Kesalahan terapi
Resiko alergi obat
Resiko penolakan pasien akan konseling petugas
Resiko terpapar infeksi
Efek samping obat
Resiko penarikan biaya tindakan tidak sesuai
PERBUP
13 Pojok Gizi Kesalahan jadwal distribusi makanan pasien rawat
inap
Resiko alergi makanan tertentu
Resiko kerusakan bahan makanan
Kesalahan pengolahan diit pasien rawat inap
Kesalahan identifikasi pasien
Resiko penarikan biaya tindakan tidak sesuai
PERBUP
Ketidakpatuhan pasien terhadap konseling asuhan
gizi
14 Poli Jiwa Kesalahan identifikasi pasien
Kesalahan pemberian resep
Kesalahan diagnose
Resiko jatuh
Kesalahan terapi
Resiko alergi obat
Resiko mendapat perilaku kekerasan
Efek samping obat psikotropika

15 Poli Paru Kesalahan identifikasi pasien


Kesalahan pemberian resep
Kesalahan diagnose

11
Resiko jatuh
Kesalahan terapi
Resiko alergi obat
Resiko terpapar droplet infeksi
Efek samping obat
Resiko penarikan biaya tindakan tidak sesuai
PERBUP
16 Klinik Sanitasi Kesalahan identifikasi pasien
Resiko Penolakan pasien saat dikunjungi rumahnya
Ketidakpatuhan klien terhadap anjuran petugas
kesling
Resiko penarikan biaya tindakan tidak sesuai
PERBUP

17 Sterilisasi
Kesalahan prosedur sterilisasi alat
Kesalahan timing sterilisasi
Kesalahan pelabelan alat yang sudah di sterilisasi

18 Kebersihan Kesalahan pemisahan linen infeksius dan non


infeksius
Kesalahan prosedur pembuangan sampah medis dan
non medis
Terpapar infeksi
Ketidakpatuhan pemakaian APD
19 Gudang obat Kesalahan menghitung stok obat
Resiko kesalahan pemeriksaan tanggal kadaluarsa
tiap obat
Resiko kesalahan penerimaan jenis obat
Penataan obat tidak sesuai abjad
Penempatan obat yang tidak tepat
Suhu ruangan yang tidak sesuai
20 PONED Infeksi pasca persalinan
Penularan Penyakit
Pengisian RM tidak lengkap
Ketidakpatuhan pemakaian APD
Resiko penarikan biaya tindakan tidak sesuai
PERBUP

12
2. Analisis risiko (Risk Assessment)

Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh Tim Mutu.
Analisis risiko dilakukan dengan cara menilai tingkat kegawatan dari risiko (severity
assessment) dan dengan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) seperti dalam
Formulir berikut:

13
Formulir Analisis FMEA
Risiko Pelayanan Klinis Puskesmas Mantup

FAILURE FREKUENSI KEMUDAHAN RPN


KEGAWATAN VALIDASI
No (Kegagalan/ PENYEBAB EFEK TERJADINYA TERDETEKSI (OCC x SOLUSI
(SV) SOLUSI
Kesalahan) (OCC) (DT) SV x DT)

Keterangan:
- Rentang nilai OCC mulai 0-10; dimana 0= tidak mungkin terjadi dan 10 = sangat sering terjadi
- Rentang nilai SV mulai 0-10; dimana 0=tidak gawat dan 10=sangat gawat
- Rentang nilai DT mulai 0-10; dimana 0=mudah dideteksi dan 10=sangat sulit dideteksi

14
3. Evaluasi risiko
Evaluasi risiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan kegawatan risiko.Evaluasi
dilakukan dengan mencari penyebab masalah menggunakan Analisis Akar Masalah
(RCA/Root Cause Analysis) kemudian ditentukan apakah memerlukan tindakan perbaikan
(treatment) ataukah tidak.

4. Tindakan atau perbaikan


Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu merekomendasikan rencana tindakan
perbaikan dan monitoring terhadap tindakan perbaikan.Setiap tindakan perbaikan
dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas dan dikomunikasikan kepada petugas Puskesmas
lainnya.

D. DOKUMENTASI
Seluruh kegiatan manajemen risiko layanan klinis didokumentasikan dan dilaporkan
kepada Kepala Puskesmas.

15
BAB III
MANAJEMEN RISIKO PELAKSANAAN PROGRAM

A. DEFINISI
Manajemen risiko pada pelaksanaan program Puskesmas merupakan upaya untuk
mengidentifikasi, menganalisa dan meminimalkan dampak atau risiko atas pelaksanaan
program Puskesmas.

B. RUANG LINGKUP
Manajemen risiko pelaksanaan program Puskesmas meliputi risiko :
- Risiko pelaksanaan program terhadap masyarakat sasaran
- Risiko pelaksanaan program terhadap lingkungan
- Risiko pelaksanaan program terhadap petugas pelaksana program
Tempat pelaksanaan program dan sasaran program termasuk pada pelaksanaan
kegiatan Posyandu balita dan Posyandu lansia

C. PENERAPAN
Penerapan manajemen risiko pelaksanaan program meliputi kegiatan
1. Identifikasi risiko
Risiko yang dapat timbul karena pelaksanaan program antara lain:

No Nama Program Jenis Resiko


1 PROMKES Bayi balita jatuh dari timbangan
Masyarakat tidak mengerti materi penyuluhan yang diberikan
Sasaran Menolak dilakukan Survey
Resiko penarikan tambahan biaya di luar PERBUP
2 KIA KB Bumil kurang memahami penjelasan petugas kesehatan
Tidak adanya tempat khusus untuk klasmil & waktunya molor
Keluarga & anggota menolak dan tidak ada dirumah sewaktu
kegiatan pelacakan kematian
Transportasi /biaya sulit ketika ada kegiatan ANC terpadu
Belum maksimalnya mobil sehat pada kegiatan ANC terpadu
Menolak ikut berKB takut efek samping
Resiko penarikan tambahan biaya di luar PERBUP

16
3 GIZI Kesalahan petugas dalam memberikan dosis vit A
Penolakan Pemberian ASI Esklusif
Keluarga Balita Gizi Buruk menolak untuk didatangi petugas
Masyarakat kurang memahami pola makan ISI PIRINGKU
Resiko penarikan tambahan biaya di luar PERBUP
4 KESLING Penolakan pemilik DEPO/TPM pada saat inspeksi
Masyarakat kurang memahami program kesehatan lingkungan
Adanya kesalahan masyarakat dalam penggunaan dana program
pemerintah
Resiko pungutan liar biaya di luar PERBUP
Petugas kesling kurang bersosialisasi ke masyarakat
6 P2 TB Resiko terjadinya penularan pada keluarga dan lingkungan
Ditolak dalam kegiatan kunjungan Rumah
Masyarakat menolak pengobatan TB
Kurang kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit TB
Membuang dahak secara sembarangan
Pasien TB tidak mau memakai masker
Penderita tidak kontrol secara rutin
Penderita tidak obat OAT dengan teratur
Petugas tidak patuh dalam pemakaian masker N95
Resiko penarikan tambahan biaya di luar PERBUP
7 P2 Imunisasi Orang tua menolak bayi & balita untuk di imunisasi
Salah jadwal imunisasi
Salah pemberian vaksin
Salah prosedur penyuntikan imunisasi
Resiko KIPI
Resiko penarikan tambahan biaya di luar PERBUP
8 P2 Diare Sasaran tersinggung karena dikatakan kebersihannya kurang
Pasien tidak patuh dalam terapi diare
Pasien tidak mau mencuci tangan
Resiko penarikan tambahan biaya di luar PERBUP
Masyarakat tidak paham tentang materi penyuluhan
9 P2 ISPA Keluarga tersinggung saat dianjurkan supaya tidak merokok
dalam rumah
Masyarakat tidak mau memakai masker saat terkena ISPA
Masyarakat tidak paham tentang materi penyuluhan

17
Membuang dahak secara sembarangan
Pasien tidak mau mencuci tangan
Resiko penarikan tambahan biaya di luar PERBUP
10 P2 Kusta Resiko penularan pada keluarga
Pasien menolak dikatakan penderita kusta
Kecemasan masyarakat berada di lingkungan penderita
Penderita kusta tidak menjaga kebersihan diri
Ketidak patuhan minum obat teratur
Penderita tidak kontrol secara rutin
Resiko penarikan tambahan biaya di luar PERBUP
11 P2 DBD Kesalahan dalam prosedur pencampuran obat Foging
Masyarakat tidak menjalankan program PSN 3 M plus
Masyarakat menolak dilakukan fogging
Resiko penarikan tambahan biaya di luar PERBUP
Masyarakat kurang paham tentang gejala dan bahaya DBD
Masyarakat tidak mau memeriksakan ke pelayanan kesehatan
Petugas kurang rutin memberikan penyuluhan DBD
12 P2 Surveilance Penolakan keluarga penderita saat petugas melakukan pelacakan
kunjungan rumah
Petugas kurang tanggap saat ada kejadian KLB
Petugas kurang cepat dalam pelaporan
Kurang koordinasi dengan lintas sektor
Resiko penarikan tambahan biaya di luar PERBUP
13 USILA Lansia jenuh menunggu lama antrian layanan di posyandu
Metode penyuluhan tidak di pahami oleh lansia
Lansia tidak paham jadwal pemberian obat
Resiko penarikan tambahan biaya di luar PERBUP

14 UKS Ketidakfahaman materi yang disampaikan pada saat penyuluhan


Penolakan pemberian Imunisasi DT/TT pada anak sekolah
Kurang kerjasama antara programmer dan pihak sekolah
Resiko penarikan tambahan biaya di luar PERBUP
Tidak tertib saat dilakukan pemeriksaan sehingga beresiko jatuh

15 JIWA Ancaman kekerasan pasien terhadap petugas saat Kunjungan


Rumah
Ketidakpatuhan pasien dalam minum obat
Keluarga kurang mendukung pengobatan pasien jiwa

18
Pasien jiwa rentan di lakukan pasung
Resiko penarikan tambahan biaya di luar PERBUP

16 PERKESMAS Penolakan petugas saat Kunjungan Rumah


Hilangnya dokumen pendataan kunjungan rumah
Kurangnya koordinasi lintas sector
Kurang kerjasama antar sesame petugas medis
Resiko penarikan tambahan biaya di luar PERBUP
17 UKK Resiko ditolak pada kegiatan pendataan karena belum ada
kerjasama lintas sector
Resiko ketidakfahaman materi pada kegiatan penyuluhan karena
minimnya sarana prasarana
Pekerja menolak dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh petugas
Petugas kurang paham tentang mekanisme program UKK
Resiko penarikan tambahan biaya di luar PERBUP
18 GILUT Sasaran/anak sekolah merasa bosan pada saat penyuluhan
Lingkungan kotor/tercemar oleh limbah pembuangan kumur
Resiko terpapar infeksi
Petugas tidak menggunakan APD
Resiko penarikan tambahan biaya di luar PERBUP
19 KESORGA Sasaran tertabrak saat melakukan test kebugaran rockspot di jalan
raya
Resiko jatuh saat melakukan tes kebugaran
Masyarakat tidak mau diajak berolahraga
Resiko penarikan tambahan biaya di luar PERBUP
20 INDRA Sasaran menolak diperiksa/ diberi penyuluhan
Resiko penarikan tambahan biaya di luar PERBUP
21 BATRA Sasaran menolak untuk dibina
Masyarakat kurang memahami program Batra
Kurang koordinasi lintas sektor
Petugas kurang memberikan penyuluhan
Kurangnya minat masyarakat untuk mempraktekkan ilmu batra
Resiko penarikan tambahan biaya di luar PERBUP

2. Analisis risiko
Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh Tim
Mutu. Analisis risiko dilakukan dengan cara menilai tingkat kegawatan dari risiko

19
(severity assessment) dan dengan metode FMEA (Failure Mode and Effect
Analysis)

3. Evaluasi risiko
Risiko yang teridentifikasi dianalisi menggunakan formulir FMEA dan analisis
penyebab dengan menggunakan metode RCA (Root Caused Analysis).Tingkat
risiko yang memiliki nilai yang tinggi merupakan prioritas untuk dilakukan
pemecahan masalah. Identifikasi risiko dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas

4. Tindakan perbaikan
Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu merekomendasikan rencana
tindakan perbaikan dan monitoring terhadap tindakan perbaikan. Setiap tindakan
perbaikan dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas dan dikomunikasikan
kepada petugas Puskesmas lainnya

D. DOKUMENTASI
Seluruh kegiatan manajemen risiko layanan program didokumentasikan dan
dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.

REFERENSI

1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2004, Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia No. 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2019 Tentang
Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi Di Lingkungan Kementerian Kesehatan

20

Anda mungkin juga menyukai