Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO

Kepala Puskesmas beserta seluruh staf administrasi, penanggung jawab dan


pelaksana UKM dan UKP wajib menerapkan tata nilai, serta berpartisipasi dalam
pelaksanaan manajemen risiko. Perencanaan mutu/kinerja manajemen administrasi,
UKM dan UKP disusun oleh seluruh jajaran Puskesmas dengan pendekatan
multidisiplin dan dikoordinasikan oleh penanggung jawab manajemen mutu.
Penerapan manajemen risiko dilaksanakan pada semua lini pelayanan baik
administrasi, penyelenggaraan UKM maupun pelayanan klinis (UKP). Penerapan
manajemen resiko meliputi identifikasi, analisis, dan tindak lanjutnya berupa
pencegahan terjadinya risiko.
Identifikasi dan analisa risiko dilakukan untuk mengetahui adanya risiko yang
melibatkan petugas, sasaran, pasien, atau yang menimbulkan resiko terhadap
lingkungan, peralatan kesehatan dan properti Puskesmas, sosial budaya, finansial,
atau hukum.
Tujuan dilaksanakannya penerapan manajemen risiko adalah untuk meminimalkan
risiko pelayanan, baik administrasi, penyelenggaraan UKM maupun pelayanan klinis
(UKP) agar tidak berdampak negatif. Kajian dilakukan untuk menilai sejauh mana
dampak negatif mungkin terjadi, sehingga dapat dilakukan upaya perbaikan dan
pencegahan. Manajemen risiko klinis untuk mencegah terjadinya kejadian sentinel,
kejadian tidak diharapkan, kejadian nyaris cedera, dan keadaan potensial cedera.
Penerapan manajemen risiko mengacu pada Pedoman dan SOP Manajemen Risiko
dalam pelaksanaan program dan pelayanan Puskesmas.
Dalam upaya perbaikan mutu/kinerja puskesmas dan keselamatan pasien,
Puskesmas melibatkan/memberdayakan lintas sektor, lintas program, dan
masyarakat sebagai pengguna pelayanan untuk berperan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, monitoring, evaluasi program dan tindak lanjut program kegiatan
mutu/kinerja puskesmas dan keselamatan pasien melalui pelaksanaan lokakarya
mini.
BAB I
MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN

1.1. Definisi
Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas adalah penerapan manajemen
risiko untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas atau
kegiatan di Puskesmas pada kesehatan pasien, petugas maupun pada
lingkungan.

1.2. Ruang Lingkup Penerapan Manajemen Risiko Lingkungan


Lingkup pelaksanaan manajemen risiko lingkungan di Puskesmas Tebon
meliputi :
a) Penilaian persyaratan bangunan, sarana prasarana dan kondisi
lingkungan Puskesmas
b) Identifikasi risiko kondisi lingkungan yang berdampak pada pasien,
petugas dan lingkungan sekitar Puskesmas
c) Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan
d) Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan
Penerapan manajemen risiko lingkungan di Puskesmas Tebon meliputi:
1. Sarana dan prasarana bangunan Puskesmas
2. Sarana prasarana fasilitas Puskesmas termasuk rasio jumlah karyawan
dan toilet, dsb
3. Tata ruang dan penetapan zona risiko
4. Pemantauan kualitas lingkungan termasuk suplai air bersih, keadaan
udara, penghawaan, kebisingan, pencahayaan, kelembaban
5. Pemantauan fasilitas sanitasi Puskesmas
- Toilet dan Kamar Mandi,
- Pembuangan sampah,
- Penyediaan air minum dan air bersih,
- Hygiene dan sanitasi makanan,
- Pengolahan limbah,
- Pengolahan limbah medis,
- Pengelolaan linen,
- Pengendalian serangga dan binatang pengganggu,
- Dekontaminasi dan sterilisasi,
- Promosi hygiene dan sanitasi.

1.3. Penerapan Manajemen Risiko Lingkungan di Puskesmas


Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas Tebon di terapkan pada seluruh
kegiatan yang menimbulkan dampak risiko terhadap lingkungan yaitu:
a) Kegiatan pelayanan klinis di Puskesmas
b) Kegiatan pelayanan kesehatan di Pustu, Ponkesdes dan Posyandu
c) Kegiatan pasien/pengunjung Puskesmas
d) Kegiatan karyawan/staf Puskesmas
Kegiatan penerapan manajemen risiko lingkungan
a) Penilaian persyaratan bangunan, sarana dan prasarana Puskesmas
1. Bangunan Puskesmas terdiri dari bangunan dengan konstruksi kuat,
atap tidak bocor, lantai tidak licin, permukaan dinding kuat dan rata
serta menggunakan bahan bangunan yang tidak membahayakan
2. Lingkungan Puskesmas tidak panas, ventilasi cukup, pencahayaan
cukup, seluruh ruangan tidak lembab dan tidak berdebu.
3. Terdapat fasilitas pemadam kebakaran dan petunjuk jalur evakuasi dan
pintu darurat jika terjadi kecelakaan
4. Rasio kecukupan toilet karyawan mengikuti indeks perbandingan
jumlah karyawan dengan toilet yaitu 1:20 artinya setiap penambahan
20 karyawan harus ditambah I toilet dan 1 kamar mandi.
5. Tata ruang
a. Zona ruang dengan
- Risiko rendah meliputi: ruang administrasi TU, Ruang Kepala
Puskesmas, Ruang pertemuan, ruang penyimpanan rekam medis
bersatu dengan unit pendaftaran, ruang penyimpanan obat dan
Musholla
- Risiko sedang meliputi: unit rawat jalan
- Risiko tinggi meliputi: Laboratorium,Unit Rawat inap, UGD dan
tempat penampungan limbah/sampah medis
b. Penataan ruangan memperhatikan zona risiko penularan

b) Identifikasi risiko kondisi lingkungan


Setiap unit kerja melakukan identifikasi risiko kondisi lingkungan antara
lain:
1. Sarana
- Kerusakan bangunan atau sarana prasarana
- Fasilitas sanitasi seperti wastafel buntu, air tidak lancar, sampah medis
tidak tersedia, toilet rusak, dll
2. Kondisi pencahayaan, penghawaan, kelembaban, kebisingan
peralatan, dsb
3. Kebersihan ruangan dan fasilitas
4. Limbah, misalnya sarana pembuangan limbah yang penuh, paparan
limbah pada lingkungan dll.

c) Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan


1. Toilet dan Kamar Mandi,
- Tersedia dalam keadaan bersih
- Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
- Terpisah antara toilet laki laki dan perempuan
- Tidak terdapat perindukan nyamuk
2. Pembuangan sampah,
- Tersedia fasilitas tempat sampah medis dan non medis di setiap
ruangan
- Tempat sampah tertutup
- Sampah/limbah non medis padat ditampung dalam kantong warna
hitam. Sampah medis ditampung dalam kantong warna merah.
- Sampah setiap hari dibuang di tempat penampungan sampah
sementara
3. Penyediaan air minum dan air bersih,
- Tersedia air bersih
- Tersedia air minum untuk karyawan sesuai kebutuhan
4. Hygiene dan sanitasi makanan
- Kebersihan peralatan makan di Puskesmas
5. Pengolahan limbah
- Limbah cair ditampung dalam SPAL Puskesmas
6. Pengolahan limbah medis
- Limbah medis tajam ditampung dalam safety box
- Limbah medis padat ditampung dalam tempat sampah medis
dengan kantong warna merah
- Limbah medis padat selanjutnya ditampung pada penampungan
sementara untuk dikirim ke tepat pemusnahan
7. Pengelolaan linen
- Dilakukan pemisahan linen yang infeksius dan non infeksius
- Linen / kain yang terkontaminasi dilakukan proses desinfeksi
- Linen / kain secara berkala dikumpulkan dan dikirim ke tempat
pencucian
8. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
- Dilakukan pengamatan terhadap serangga nyamuk, kecoa dan
tikus
- Kebersihan ruangan dijaga untuk mencegah binatang pengganggu
- Dilakukan pemberantasan jika terdapat binatang pengganggu
9. Dekontaminasi dan sterilisasi
- Seluruh peralatan yang terkontaminasi dilakukan proses
dekontaminasi dan sterilisasi
- Proses dekontaminasi dilaksanakan segera setelah proses
pelayanan, sterilisasi dilakukan di masing-masing ruangan.
10. Promosi hygiene dan sanitasi
- Tersedia promosi untuk menjaga kebersihan ruangan, membuang
sampah, kebersihan kamar mandi dan cara mencuci tangan, etika
batuk.
d) Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan
Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan dilaksanakan oleh
petugas sanitasi
BAB II
MANAJEMEN RISIKO LAYANAN KLINIS

2.1 DEFINISI
Manajemen risiko merupakan proses identifikasi, evaluasi, mengendalikan
dan meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh. Manajemen
risiko layanan klinis adalah suatu pendekatan untuk mengenal keadaan yang
menempatkan pasien pada suatu risiko dan tindakan untuk mencegahterjadinya
risiko tersebut.
Manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas dilaksanakan untuk
meminimalkan risiko akibat adanya layanan klinis oleh tenaga kesehatan di
Puskesmas yang dapat berdampak pada pasien maupun petugas.
Tujuan utama penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas
adalah untuk keselamatan pasien dan petugas.Penyusunan panduan manajemen
risiko layanan klinis bertujuan untuk memberikan panduan bagi petugas kesehatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan yang paling aman untuk pelanggan
Puskesmas.

2.2. Ruang Lingkup Penerapan Manajemen Risiko Layanan Klinis


Manajemen risiko layanan klinis mencakup adanya prosedur untuk mencegah
kejadian yang membahayakan (preventing harm) dan prosedur untuk meminimalkan
risiko (patient safety).
Lingkup penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas Tebon
meliputi:
1. Risiko yang berhubungan dengan pasien/pengunjung Puskesmas
2. Risiko yang berhubungan dengan petugas kesehatan
3. Risiko yang berhubungan dengan staf Puskesmas lainnya
4. Risiko yang berhubungan dengan peralatan kesehatan dan properti
Puskesmas lainnya
Penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas Tebon
dilaksanakan di unit pelayanan yang menyelenggarakan layanan klinis yaitu:
1. Unit Pendaftaran
2. Poli Umum
3. Poli Gigi
4. Unit MTBS
5. Unit KIA/KB
6. Unit Rawat Inap
7. Unit Gawat Darurat (UGD)
8. Pojok Gizi
9. Laboratorium
10. Ruang Imunisasi
11. Ruang Promkes
12. Kamar Obat
Ruang lingkup penerapan manajemen risiko pelayanan klinis juga
dilaksanakan di jaringan pelayanan Puskesmas Tebon yang melaksanakan layanan
klinis seperti pemeriksaan, pengobatan dan tindakan termasuk imunisasi. Jaringan
pelayanan Puskesmas yang dimaksud meliputi: Puskesmas Pembantu (Pustu),
Polindes/Ponkesdes dan Posyandu.

2.3. Penerapan Manajemen Risiko Layanan Klinis


Proses penerapan manajemen risiko layanan klinis meliputi kegiatan :
a) Identifikasi risiko
Masing-masing unit pelayanan dan jaringan Puskesmas menyusun
daftar risiko yang berpotensi membahayakan pasien dan petugas yang
bisa didapatkan dari:
- Hasil temuan pada audit internal
- Keluhan pasien/pelanggan Puskesmas
- Adanya insiden atau kejadian berbahaya yang pernah terjadi di unit
pelayanan tersebut
Contoh daftar risiko pada layanan klinis di Puskesmas :
UNIT LAYANAN RISIKO
Unit Pendaftaran - Kesalahan Identifikasi Rekam
Medis
- Kesalahan Pengambilan Rekam
Medis
- Kesalahan masuk Poli/Unit
Pelayanan
- Rekam medis hilang di Poli/Unit
Poli Umum, Poli Gigi, Unit - Kesalahan Diagnosis
MTBS, Unit KIA/KB, Poned, - Kesalahan Identifikasi Pasien/Salah
dan UGD Orang
- Kesalahan Pemberian Terapi
- Kesalahan Pemberian Resep
- Kesalahan Tindakan Yang
Menimbulkan Perlukaan
- Monitoring Pengobatan Atau
Tindakan Yang Kurang Baik
- Insiden Tertusuk Jarum Bekas
Pakai
- Limbah Medis Berceceran
- Paparan Dengan Luka Terbuka
Atau Cairan Tubuh Pasien
- Tidak Menggunakan Alat Pelindung
Diri
- Menggunakan Peralatan Tidak
Steril
- Kegagalan Alat kontrasepsi
UNIT LAYANAN RISIKO
Laboratorium - Kegagalan pengambilan sampel
sehingga menimbulkan perlukaan
- Kesalahan pengambilan sampel
- Kesalahan pemberian label sampel
laboratorium
- Kesalahan pemberian label sampel
laboratorium
- Hasil pemeriksaan hilang
- Hasil pemeriksaan hilang
-
Kamar Obat - Kesalahan membaca resep
- Kesalahan pemberian obat
- Kesalahan dosis/formula obat
- Kesalahan edukasi cara
minum/pemakaian obat
- Kesalahan identifikasi pasien
- Pemberian obat kadaluwarsa
- Kesalahan penulisan label
- Pemberian obat rusak
- Kesalahan pengambilan obat
Fisioterapi - Kesalahan pemilihan modalitas
terapi yang tidak sesuai indikasi
- Kesalahan pemberian terapi infra
merah yang terlalu dekat dengan
kulit pasien tanpa memperhatikan
toleransi pasien sehingga
menimbulkan combus/ luka bakar
- Kesalahan pemberian obat yang
dimasukkan ke alat Nebulizer yang
berkaitan dengan jenis dan dosis
obat
Radiodiagnostik - Terjadi konsleting listrik
- Kebocoran radiasi di ruang
Radiologi
- Ruangan radiasi yang bocor tanpa
Plumbum (shielding)
- Limbah prosesing yang
pembuangannya tidak sesuai pada
tempatnya
Pojok Gizi - Kesalahan pengukuran
antropometri
- Kesalahan dalam penentuan
kebutuhan gizi
UNIT LAYANAN RISIKO
Unit Rawat Inap - Kesalahan dalam perawatan infuse
sehingga dapat menimbulkan
phlebitis
- Kesalahan dalam perawatan dan
pengobatan sehingga menimbulkan
infeksi nosokomial
- Kesalahan dalam perawatan pasien
sehingga pasien jatuh

Daftar risiko yang telah teridentifikasi, dicatat dalam formulir identifikasi


manajemen risiko Puskesmas dan dilaporkan kepada Tim Mutu
Puskesmas.

b) Analisis risiko (Risk Assessment)


Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh
Tim Mutu. Analisis risiko dilakukan dengan cara menilai tingkat
kegawatan dari risiko (severity assessment) dan dengan metode FMEA
(Failure Mode and Effect Analysis) seperti dalam Formulir berikut :

Formulir Analisis FMEA


Risiko Pelayanan Klinis Puskesmas Tebon
FAILUR INDIK
FREKU
E KEMUDAH ATOR
ENSI RPN
(Kegaga PENY EFE KEGAWA AN SOL UNTU
No TERJA (OCC x SV
lan/ EBAB K TAN (SV) TERDETEK USI K
DINYA x DT)
Kesalah SI (DT) VALID
(OCC)
an) ASI

Keterangan:
- Rentang nilai OCC mulai 0-10; dimana 0= tidak mungkin terjadi
dan 10 = sangat sering terjadi
- Rentang nilai SV mulai 0-10; dimana 0=tidak gawat dan 10=sangat
gawat
- Rentang nilai DT mulai 0-10; dimana 0=mudah dideteksi dan
10=sangat sulit dideteksi
c) Evaluasi risiko
Evaluasi risiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan
kegawatan risiko.Evaluasi dilakukan dengan mencari penyebab
masalah menggunakan Analisis Akar Masalah (RCA/Root Cause
Analysis) kemudian ditentukan apakah memerlukan tindakan perbaikan
(treatment) ataukah tidak.

d) Tindakan atau perbaikan


Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu merekomendasikan
rencana tindakan perbaikan dan monitoring terhadap tindakan
perbaikan.Setiap tindakan perbaikan dikonsultasikan kepada Kepala
Puskesmas dan dikomunikasikan kepada petugas Puskesmas lainnya.
BAB III
MANAJEMEN RISIKO PELAKSANAAN PROGRAM

3.1. Definisi
Manajemen risiko pada pelaksanaan program Puskesmas merupakan upaya
untuk mengidentifikasi, menganalisa dan meminimalkan dampak atau risiko
atas pelaksanaan program Puskesmas.

3.2. Ruang Lingkup Penerapan Manajemen Risiko Pelaksanan Program


Manajemen risiko pelaksanaan program Puskesmas Tebonmeliputi risiko :
- Risiko pelaksanaan program terhadap masyarakat sasaran
- Risiko pelaksanaan program terhadap lingkungan
- Risiko pelaksanaan program terhadap petugas pelaksana program
Tempat pelaksanaan program dan sasaran program termasuk pada
pelaksanaan kegiatan Posyandu balita dan Posyandu lansia

3.3. Penerapan Manajemen Risiko Pelaksanan Program


Penerapan manajemen risiko pelaksanaan program meliputi kegiatan
a. Identifikasi risiko
Risiko yang dapat timbul karena pelaksanaan program antara lain:
Program Risiko
Posyandu Balita - Kesalahan penentuan kebutuhan imunisasi
- Kesalahan cara pemberian imunisasi
- Kesalahan jenis imunisasi
- Kesalahan dosis vaksin
- Insiden kegagalan pemberian imunisasi
- Insiden efek samping imunisasi
- Ceceran limbah medis
- Insiden petugas tertusuk jarum
- Insiden balita terluka pada proses
penimbangan menggunakan dacin
- Kesalahan cara penimbangan
- Kesalahan pencatatan hasil pengukuran dan
pemeriksaan
Posyandu Lansia - Kesalahan identifikasi
- Kesalahan pemeriksaan dan diagnosis
- Insiden perlukaan karena penggunaan alat
periksa
- Kesalahan hasil pemeriksaan laboratorium
- Insiden perlukaan karena pemeriksaan
laboratorium
- Insiden tertusuk jarum
Program Risiko
- Insiden kontak dengan cairan tubuh penderita
- Tidak menggunakan APD
- Kesalahan pemberian obat
- Kesalahan dosis obat

b. Analisis risiko
Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh Tim
Mutu.

c. Evaluasi risiko
Risiko yang teridentifikasi dianalisi menggunakan formulir FMEA dan
analisis penyebab dengan menggunakan metode RCA (Root Caused
Analysis).Tingkat risiko yang memiliki nilai yang tinggi merupakan prioritas
untuk dilakukan pemecahan masalah. Identifikasi risiko dilaporkan kepada
Tim Mutu Puskesmas.

d. Tindakan perbaikan
Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu merekomendasikan
rencana tindakan perbaikan dan monitoring terhadap tindakan perbaikan.
Setiap tindakan perbaikan dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas
dan dikomunikasikan kepada petugas Puskesmas lainnya

3.4. Dokumentasi
Seluruh kegiatan manajemen risiko pelaksanaan program didokumentasikan/
dicatat di buku Laoporan Kejadian di tiap tiap unit dan direkap dalam bentuk
rekapan Laporan Kejadian KPC dan KNC untuk dibahas dalam tim mutu dan
hasilnya dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.
PANDUAN
MANAJEMEN RISIKO

PUSKESMAS TEBON
KABUPATEN MAGETAN
TAHUN 2021
PANDUAN
ASSESMEN PASIEN RISIKO JATUH

PUSKESMAS TEBON
KABUPATEN MAGETAN
TAHUN 2021

Anda mungkin juga menyukai