Anda di halaman 1dari 16

PANDUAN MANAJEMEN RISIKO

UOBF PUSKESMAS SENORI


TAHUN 2022

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN

DINAS KESEHATAN PENGENDALIAN PENDUDUK

DAN KELUARGA BERENCANA

UOBF PUSKESMAS SENORI


Jalan Kyai Djonet Nomor 61 Telepon 081231441702

E-mail: pkm.senori@gmail.com

TUBAN 62365
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................... i
BAB I DEFINISI ......................................................................................................... 1
BAB II RUANG LINGKUP ......................................................................................... 2
BAB III TATA LAKSANA .......................................................................................... 10
BAB IV DOKUMENTASI ........................................................................................... 12
BAB I

DEFINISI

A. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN


Manajemen risiko di Puskesmas adalah penerapan manajemen risiko
untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan olek aktifitas atau kegiatan di
Puskesmas pada kesehatan pasien, petugas maupun pada lingkungan.
B. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO LAYANAN KLINIS
Manajemen risiko di Puskesmas adalah penerapan manajemen risiko
untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan olek aktifitas atau kegiatan di
Puskesmas pada kesehatan pasien, petugas maupun pada lingkungan.
Manajemen risiko merupakan proses identifikasi, evaluasi, mengendalikan
dan meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh.
Manajemen risiko layanan klinis adalah suatu pendekatan untuk mengenal
keadaan yang menempatkan pasien pasa suatu risiko dan tindakan untuk
mencegah terjadinya risiko tersebut.
Manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas dilaksanakan untuk
meminimalkan risiko akibat adanya layanan klinis oleh tenaga kesehatan di
Puskesmas yang dapat berdampak pada pasien maupun petugas.
Tujuan utama penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas
adalah untuk keselamatan pasien dan petugas. Penyusunan panduan
manajemen risiko layanan klinis bertujuan untuk memberikan panduan bagi
petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang paling aman
untuk pelanggan Puskesmas.
C. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PELAKSANAAN PROGRAM
Manajemen risiko pada pelaksanaan program Puskesmas merupakan upaya
untuk mengidentifikasi, menganalisa dan meminimalkan dampak atau risiko atas
pelaksanaan program Puskesmas.
BAB II

RUANG LINGKUP

A. RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN


Lingkup pelaksanaan manajemen risiko lingkungan di Puskesmas meliputi :
- Penilaian persyaratan bangunan, sarana prasarana dan kondisi lingkungan
puskesmas
- Identifikasi risiko kondisi lingkungan yang berdampak pada pasien, petugas dan
lingkungan sekitar Puskesmas
- Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan
- Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan

Penerapan manajemen risiko di Puskesmas Senori meliputi :


- Sarana dan prasarana bangunan Puskesmas
- Sarana prasarana fasilitas puskesmas termasuk rasio jumlah karyawan dan
toilet, dsb
- Tata ruang dan penetapan zona risiko
- Pemantauan kualitas lingkungan termasuk suplai air bersih, keadaan udara,
penghawaan, kebisingan, pencahayaan, kelembaban
- Pemantauan fasilitas sanitasi Puskesmas
1) Toilet dan Kamar Mandi,
2) Pembuangan sampah,
3) Penyediaan air minum dan air bersih,
4) Hygiene dan sanitasi makanan,
5) Pengolahan limbah,
6) Pengolahan limbah medis,
7) Pengolahan linen,
8) Pengendalian serangga dan binatang penggangu,
9) Dekontaminasi dan sterilisasi,
10)Promosi hygiene dan sanitasi.

B. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN DI PUSKESMAS

Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas Senori diterapkan pada seluruh


kegiatan yang menimbulkan dampak risiko terhadap lingkungan yaitu :
1. Kegiatan pelayanan klinis di Puskesmas
2. Kegiatan pelayanan kesehatan di Pustu, Ponkesdes dan Posyandu
3. Kegiatan pasien/pengunjung Puskesmas
Kegiatan penerapan manajemen risiko lingkungan
a. Penilaian persyaratan bangunan, sarana dan prasarana Puskesmas
- Bangunan Puskesmas terdiri bangunan dengan konstruksi kuat, atap tidak
bocor, lantai tidak licin, permukaan dinding kuat dan rata serta menggunakan
bahan bangunan yang tidak membahayakan
- Lingkungan Puskesmas tidak panas, ventilasi cukup, pencahayaan cukup,
seluruh ruangan tidak lembab dan tidak berdebu.
- Terdapat fasilitas pemadam kebakaran dan petunjuk jalur evakuasi dan pintu
darurat jika terjadi kecelakaan
- Rasio kecukupan toilet karyawan mengikuti indeks pembandingan jumlah
karyawan dengan toilet yaitu 1:20 artinya setiap penambahan 20 karyawan
harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar mandi.
- Tata ruang
o Zona ruang dengan
 Risiko rendah : meliputi ruang administrasi TU, Ruang Kepala
Puskesmas, Ruang pertemuan, ruang
penyimpanan rekam medis bersatu dengan loket
(unit pendaftaran), ruang penyimpanan obat,
ruang akreditasi dan musholla
 Risiko sedang : meliputi poli rawat jalan (selain poli P2)
 Risiko tinggi : meliputi poli P2, Laboratorium, UGD dan tempat
penampungan limbah sampah medis
o Penataan ruangan memperhatikan zona risiko penularan

b. Identifikasi risiko kondisi lingkungan


Setiap unit kerja melakukan identifikasi risiko kondisi lingkungan antara lain:
1. Sarana
o Kerusakan bangunan dan sarana prasarana
o Fasilitas sanitasi seperti wastafel buntu, air tidak lancar, sampah medis
tidak tersedia, toilet rusak, dll
2. Kondisi pencahayaan, penghawaan, kelembaban, kebisingan peralatan, dsb
3. Kebersihan ruangan dan fasilitas
4. Limbah, misalnya sarana pembangunan limbah yang penuh, paparan limbah
pada lingkungan, dll.

o Tersedia promosi untuk menjaga kebersihan ruangan, membuang


sampah, kebersihan kamar mandi dan cara mencuci tangan, etika batuk
C. RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO LAYANAN KLINIS
Manajemen risiko layanan klinis mencakup adanya prosedur untuk mencegah
kejadian yang membahayakan (preventing harm) dan prosedur untuk meminimalkan
risiko (patient safety).
Lingkup penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas Senori meliputi :
1. Risiko yang berhubungan dengan pasien / pengunjung Puskesmas
2. Risiko yang berhubungan dengan petugas kesehatan
3. Risiko yang berhubungan dengan staf Puskesmas lainya
4. Risiko yang berhubungan dengan peralatan kesehatan dan property Puskesmas
lainya
Penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas Senori
dilaksanakan di unit pelayanan yang menyelenggarakan layanan klinis yaitu :
1. Ruang Pendaftaran dan Rekam Medis
2. Ruang Umum
3. Ruang P2P dan Lansia
4. Ruang Kesehatan Anak dan Imunisasi
5. Ruang Kesehatan Ibu dan KB
6. Ruang Pemeriksaan gigi dan Mulut
7. UGD
8. Laboratorium
9. Ruang farmasi
10. Ruang Persalinan
11. Ruang pasca Persalinan
12. Ruang rawat Inap

Ruang lingkup penerapan manajemen risiko pelayanan klinis juga


dilaksanakan dijaringan pelayanan Puskesmas Senori yang melaksanakan layanan
klinis seperti pemeriksaan, pengobatan dan tindakan termasik imunisasi. Jaringan
pelayanan Puskesmas yang dimaksud meliputi : Puskesmas Pembantu (Pustu),
Polindes/Ponkesdes dan Posyandu.

D. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO LAYANAN KLINIS


Proses penerapan manajemen risiko layanan klinis meliputi kegiatan:
1. Identifikasi risiko
Masing masing unit pelayanan dan jaringan Puskesmas menyusun daftar risiko
yang berpotensi membahayakan pasien dan petugas yang bias dipadatkan dari:
- Hasil temuan pada audit internal
- Keluhan pasien/pelanggan Puskesmas
- Adanya insiden atau kejadian berbahaya yang pernah terjadi di unit
pelayanan tersebut

Contoh daftar risiko pada layanan klinis Puskesmas:


Unit Layanan Risiko
Ruang - kesalahan pemberian identitas rekam medis
Pendaftaran dan - kesalahan pengambilan rekam medis
Rekam Medis

- Ruang - kesalahan diagnosis


Pemeriksa - kesalahan identifikasi pasien/salah orang
an Umum - kesalahan pemberian terapi
- Ruang - kesalahan pemberian resep
P2P dan - kesalahan tindakan yang menimbulkan perlukaan
Lansia - monitoring pengobatan atau tindakan yang kurang baik
- Ruang - insiden tertusuk jarum bekas pakai
Kesehatan - limbah medis berceceran
Anak dan - paparan dengan luka terbuka atau cairan tubuh pasien
Imunisasi - tidak menggunakan alat pelindung diri
- Ruang - menggunakan peralatan yang tidak steril
Kesehatan - resiko pasien jatuh dari bad
Ibu dan KB
- Ruang
Pemeriksa
an gigi dan
Mulut
- UGD
- Ruang
rawat inap

Laboratorium - kegagalan pengambilan sampel sehingga menimbulkan


perlukaan
- kesalahan pengambilan sampel
- kesalahan pemberian label sampel laboratorium
- kesalahan penulisan hasil pemeriksaan laboratorium
- hasil pemeriksaan hialang
- sampel rusak atau hilang
Ruang farmasi - kesalahan membaca resep
- kesalahan pemberian obat
- kesalahan dosis/formula obat
- kesalahan edukasi cara minum/pemakaian obat
- kesalahan identifikasi pasien
- pemberian obat kadaluwarsa
- kesalahan penulisan label
- pemberian obat rusak
- kesalahan pengembalian obat

Daftar risiko yang telah teridentifikasi, dicatat dalam formulir identifikasi


manajemen risiko Puskesmas dan dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas.

2. Analisis risiko (Risk Assessment)


Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh Tim
Mutu. Analisis risiko dilakukan dengan cara menilai tingkat kegawatan dari risiko
(severity assessment) dan dengan metode FMEA (Failure Mode and Effect
Analysis) seperti dalam formulir berikut:

Formulir Analisis FMEA Risiko Pelayanan klinis Puskesmas Senori


No FAILURE PENYE EFEK FREKUEN KEGA KEMUDAH RPN (OCC SOLUSI VALIDASI
(Kegagalan BAB SI WATAN AN X SV X DT) SOLUSI
/kesalahan) TERJADIN (OCC) TERDETEK
YA (OCC) SI (DT)

Keterangan:
- Rentang nilai OCC mulai 0-10; dimana 0= tidak mungin terjadi dan 10=
sangat sering terjadi
- Rentang nilai SV milai 0-10; dimana 0= tidak gawat dan 10= sangat gawat
- Rentang nilai DT mulai 0-10; dimana 0= mudah di deteksi dan 10= sangat
sulit dideteksi

3. Evaluasi risiko
Evaluasi risiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan kegawatan
risiko. Evaluasi dilakukan dengan mencari penyebab masalah menggunakan
Analisis Akar Masalah (RCA/Root Cause Analysis) Kemudian ditentukan apakah
memerlukan tindakan perbaikan (treatment) ataukah tidak.

E. RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO PROGRAM


Manajemen risiko pelaksanaan program Puskesmas meliputi risiko:
- Risiko pelaksanaan program terhadap masyarakat sasaran
- Risiko pelaksanaan program terhadap lingkungan
- Risiko pelaksanaan program dan sasaran program termasuk pada pelaksanaan
kegiatan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)

F. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PROGRAM


Penerapan manajemen risiko pelaksanaan program meliputi kegiatan:
1. Identifikasi risiko
Upaya Kesehatan Masyarakat sesuai dengan Peraturan Menteri
kesehatan No 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas meliputi Upaya Kesehatan
Esensial dan Upaya Kesehatan Pengembangan. Dalam pelaksanaan Upaya
Kesehatan Masyarakat ada kegiatan-kegiatan yang terkait langsung dengan
kesehatan perseorangan dan kegiatan-kegiatan yang dapat berdampak risiko
pada masyarakat secara lebih luas maupun lingkungan.

Risiko yang dapat timbul karena pelaksanaan program antara lain :


a. Salah satu kegiatan dalam upaya penanggulangan demam berdarah,
misalnya dilakukannya fogging, atau dalam upaya penanggulangan malaria,
dilakukan penyemprotan insektisida. Dalam kegiatan tersebut digunakan
bahan berbahaya dan beracun yang harus diantisipasi risiko terhadap
masyarakat dan lingkungan.
b. Contoh yang lain, misalnya cakupan imunisasi yang tidak sesuai dengan
target, atau vaksin yang digunakan tidak memenuhi kaidah rantai dingin, akan
berdampak masyarakat tidak terlindungi terhadap kejadian penyakit menular,
hal ini dapat berdampak pada kesehatan masyarakat.
c. Dalam kegiatan penimbangan balita, jika tidak dilakukan dengan hati-hati dan
memperhatikan kaidah-kaidah keselamatan dan manajemen risiko dapat
terjadi kejadian tidak diinginkan, misalnya balita terjatuh ketika ditimbang
yang berakibat cedera, pemberian makanan tambahan yang tidak higienis
dapat berakibat timbulnya diare pada balita yang mengkonsumsi makanan
tambahan tersebut.
2. Analisis risiko
Analisis risiko memerlukan pemahaman yang mendalam dari para eksekutif
layanan kesehatan terhadap komponen-komponen berikut:

1. Sumber risiko atau bahaya yang berpotensi menimbulkan kerugian


2. Insiden yang terjadi dan dampaknya pada Puskesmas atau stakeholder
internal / eksternal
3. Identifikasi konsekuensi, hasil dan dampak klinis risiko atau insiden di
Puskesmas atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan pelayanan
Puskesmas .
4. Faktor kontributor (apa dan mengapa) terhadap terjadinya risiko klinis atau
bahaya daninsiden yang terjadi
5. Kapan dan di mana risiko klinis atau bahaya dapat terjadi.
6. RCA (Root Cause Analysis)
7.

Langkah-langkah untuk melakukan analisis akar masalah (RCA):


1. Identifikasi Insiden: Root cause analysis digunakan untuk menganalisa dan
mengevaluasi IKP pada derajat Ungu dan merah.
2. Tentukan tim investigator yang mewakili berbagai komponen:
1) Subkomite keselamatan pasien
2) Subkomite mutu dan manajemen risiko
3) Bidang keperawatan dan perwakilan kepala ruang
4) Perwakilan kepala instalasi / bagian
5) Perwakilan klinisi
6) Personil lain yang dinilai perlu (misal dari komponen K3, PPI, administrasi
keuangan, kepegawaian, farmasi, logistik dll sesuai IKP yang terjadi)

3. Pengumpulan data dan informasi dilakukan di lapangan dengan berbagai cara:


a. Observasi
Observasi langsung kepada praktek di lapangan dan tempat kejadian
b. Telaah Dokumentasi
Meliputi penelusuran kepada rekam medik pasien dan seluruh pedoman /
panduan / SPO terkait dengan insiden untuk korelasi keduanya
c. Wawancara
Dilakukan dalam sesi tertutup kepada setiap personil terkait secara terpisah
termasuk kepada pihak yang dirugikan / pasien dalam insiden tersebut.

Tujuan pengumpulan informasi pada tahap ini:


1. Mengamankan informasi untuk memastikan dapat digunakan selama
investigasi dan jika kasus disidangkan ke pengadilan
2. Identifikasi kebijakan dan prosedur yang relevan
3. Menggambarkan insiden secara akurat
4. Mengorganisasi informasi
5. Memberikan petunjuk kepada tim investigasi
BAB III
TATA LAKSANA

A. Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan


1. Toilet dan Kamar Mandi,
o Tersedia dalam keadaan bersih
o Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
o Terpisah antara toilet laki laki dan perempuan
o Tidak terdapat perindukan nyamuk
2. Pembuangan sampah,
o Tersedia fasilitas tempat sampah organik dan non organik di setiap
ruangan
o Tempat sampah tertutup
o Sampah/ limbah non medis padat ditampung dalam kantong warna hitam.
Sampah medis ditampung dalam kantong warna kuning.
o Sampah setiap hari dibuang di tempat penampungan sampah sementara
3. Penyediaan air minum dan air bersih
o Tersedia air bersih
o Tersedia air minum untuk karyawan sesuai kebutuhan
4. Hygiene dan sanitasi makanan
o Kebersihan peralatan makan di Puskesmas
5. Pengolahan limbah
o Limbah cair ditampung dalam SPAL Puskesmas
6. Pengolahan limbah medis
o Limbah medis tajam ditampung dalam safety box
o Limbah medis padat ditampung dalam tempat sampah medis dengan
kantong warna kuning
o Limbah medis padat selanjutnya ditampung pada penampungan
sementara untuk dikirim ke tempat pemusnahan
7. Pengelolaan linen
o Dilakukan pemisahan linen yang infeksius dan non infeksius
o Linen/ kain yang terkontaminasi dilakukan proses desinfeksi
o Linen/ kain secara berkala dikumpulkan dan dikirim ke tempat pencucian
8. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
o Dilakukan pengamatan terhadap serangga nyamuk, kecoa dan tikus
o Kebersihan ruangan dijaga untuk mencegah binatang pengganggu
o Dilakukan pemberantasan jika terdapat binatang pengganggu

9. Dekontaminasi dan sterilisasi


o Seluruh peralatan yang terkontaminasi dilakukan proses dekontaminasi
dan sterilisasi
o Proses dekontaminasi dilaksanakan segera setelah proses pelayanan,
sterilisasi dilakukan di ruang sterilisasi
10. Promosi hygiene dan sanitasi
o Tersedia promosi untuk menjaga kebersihan ruangan, membuang
sampah, kebersihan kamar mandi dan cara mencuci tangan, etika batuk

B. Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan


Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan dilaksanakan oleh
petugas sanitasi
C. Tata laksana pemantauan penerapan manajemen risiko layanan klinis
Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu merekomendasikan
rencana tindakan perbaikan dan monitoring terhadap tindakan perbaikan. Setiap
tindakan perbaikan dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas dan di
komunikasikan kepada petugas Puskesmas lainnya.
BAB IV
DOKUMENTASI

A. Dokumentasi semua bukti yang berkaitan dengan insiden harus dikumpulkan


sesegera mungkin melalui:
1. Semua catatan medis dan catatan keperawatan
2. Semua hasil pemeriksaan yang berhubungan dan penunjang diagnostik
3. Incident report (laporan keselamatan pasien)
4. Kebijakan dan prosedur
5. Integrated care pathway yang berhubungan
6. Pernyataan-pernyataan dan hasil observasi
7. Bukti fisik
8. Daftar staf yang terlibat
9. Lakukan interview dengan semua orang yang terlibat
10. Informasi mengenai kondisi yang dapat mempengaruhi terjadinya insiden
(misal pergantian jaga, ketersediaan petugas terlatih, kecukupan tenaga, dll)

B. Pemetaan kronologi kejadian dilakukan dengan cara:


1. Kronologi naratif : berguna pada laporan akhir insiden
2. Timeline: menelusuri rantai insiden secara kronologis dan berguna untuk
menemukan bagian dalan proses dimana insiden terjadi
3. Tubular Timeline: seperti timeline tapi lebih detail terutama dalam hal good
practice & CMP (care management problem), berguna untuk kejadian yang
berlangsung lama
4. Time-Person Grid: untuk mengetahui pergerakan dan keberadaan seseorang
sebelum, selama, dan sesudah kejadian. Berguna pada kejadian yang
melibatkan banyak orang namun dalam periode waktu pendek.
C. Analisa Informasi
1. Tehnik 5 Whys (atau tehnik why – why)
Bertanya secara berlapis dengan tujuan menemukan akar penyebab
masalah, dengan mengidentifikasi gejala, penyebab langsung, faktor
kontributor, dan akhirnya akar masalah.
Dengan tehnik ini, investigator tidak boleh berhenti bertanya walaupun sudah
menemukan penyebab langsung sebelum menemukan akar penyebab
masalah.

2. Analisis perubahan
Digunakan bila dicurigai adanya perubahan praktek daripada prosedur yang
seharusnya
3. Analisis Barrier
Tujuan dari Barrier Analysis adalah :
Untuk mengidentifikasi jalur yang tidak terproteksi, atau Barrier dan
pengendalian yang ada namun tidak efektif. Kesuksesan dari Barrier analysis
tergantung pada kelengkapan dan ketelitian identifikasi dari seluruh jalur
(pathways).
4. Analisis Fish Bone
Metode sederhana yang dapat dipergunakan untuk menelusuri penyebab
suatu permasalahan terjadi melibatkan partisipasi semua orang dasarnya
adalah prinsip bahwa pemikiran yang bersumber dari orang bayak lebih baik
dari satu orang.
5. Evaluasi risiko
Risiko yang teridentifikasi dianalisi mengunakan formulir FMEA dan analisis
penyebab dengan menggunakan metode RCA (Root Caused Analisis). Tingkat
risiko yang memiliki nilai yang tinggi merupakan prioritas untuk dilakukan
pemecahan masalah. Identifikasi risiko dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas.
6. Tindakan perbaikan
Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu merekomendasikan rencana
tindakan pernaikan dan monitoring terhadap tindakan perbaikan. Setiap tindakan
perbaikan dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas dan dikomunikasikan
kepada petugas Puskesmas lainya.

Seluruh kegiatan manajemen risiko lingungan, layanan klinis dan


pelaksanaan program didokumentasikan dan dilaporkan kepada Kepala
Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai