A. DEFINISI
Manajemen risiko lingkungan di puskesmas adalah penerapan manajemen
risiko untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas atau kegiatan di
puskesmas pada kesehatan pasien, petugas maupun pada lingkungan.
1
3. Kegiatan pasien/ pengunjung
4. Kegiatan staf Puskesmas
Bangunan
Bangunan Puskesmas terdiri dari bangunan dengan konstruksi kuat.
Atap
Atap Puskesmas tidak bocor, tahan lama, tidak menjadi tempat perindukan
vektor, material atap tidak korosif, tidak mudah terbakar.
Langit-Langit
Langit-langit kuat, berwarna terang, mudah dibersihkan, dan tanpa profil.
Dinding
Material dinding keras, rata, tidak berpori, tidak menyebabkan silau, kedap air, mudah
dibersihkan. Dinding KM/ WC kedap air, dilapisi keramik. Dinding laboratorium
tahan bahan kimia, mudah dibersihkan, dan tidak berpori
Lantai
Material lantai kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna terang, dan mudah
dibersihkan.
Lingkungan Puskesmas tidak panas, ventilasi cukup, pencahayaan cukup,
seluruh ruangan lembab, tidak berbau, dan tidak berdebu.
Tata ruang
Zona ruang
- Risiko rendah: meliputi ruang TU, ruang kepala Puskesmas, ruang
pertemuan, ruang registrasi (penyimpanan rekam medis), dan ruang obat
- Risiko sedang: poli rawat jalan
- Risiko tinggi: laboratorium, UGD, dan tempat penampungan limbah atau
sampah infeksius.
Penataan ruangan memperhatikan zona risiko penularan
2
b. Identifikasi risiko kondisi lingkungan
Setiap unit kerja melakukan identifikasi risiko lingkungan antara lain:
1) Persyaratan bangunan Puskesmas
- Kondisi bangunan Puskesmas, dilengkapi pagar, papan nama,
- Kondisi pintu, jendela, dan atap Puskesmas
2) Kondisi pencahayaan, penghawaan, kelembaban, kebisisngan peralatan, dsb.
3) Kebersihan tiap ruangan
4) Keadaan sanitasi, misalnya sarana pembuangan limbah yang penuh, air bersih tidak
lancar, tempat sampah medis tidak tersedia,wastafel buntu.
3
- Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
- Tidak terdapat perindukan nyamuk
6) Promosi hygiene dan sanitasi
- Tersedia promosi untuk menjaga kebersihan ruangan, membuang sampah, cara
mencuci tangan, dan etika batuk
d. Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan
Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan dilaksanakan oleh petugas
sanitasi
D. Dokumentasi
Seluruh kegiatan manajemen risiko lingkungan didokumentasikan dan dilaporkan
kepada kepala Puskesmas.
4
BAB II
MANAJEMEN RISIKO LAYANAN KLINIS
A. Definisi
Manajemen risiko merupakan proses identifikasi, evaluasi, mengendalikan dan
meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh. Manajemen risiko
nmlayanan klinis adalah suatu pendekatan untuk mengenal keadaan yang
menempatkan pasien pada suatu risiko dan tindakan untuk mencegah terjadinya risiko
tersebut.
Manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas dilaksanakan untuk
meminimalkan risiko akibat adanya layanan klinis oleh tenaga kesehatan di Puskesmas
yang dapat berdampak pada pasien maupun petugas.
Tujuan utama penerapan manajemen risiko layanan klinis Puskesmas adalah
untuk keselamatan pasien dan petugas. Penyusunan panduan manajemen risiko layanan
klinis bertujuan untuk memberikan panduan bagi petugas kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang paling aman untuk pelanggan puskesmas.
5
Ruang lingkup penerapan manajemen risiko pelayanan klinis juga
dilaksanakan di jaringan Puskesmas Dampang yang melaksanakan layanan klinis
seperti pemeriksaan, pengobatan, dan tindakan, meliputi: Pustu, Poskesdes, Posyandu
termasuk imunisasi.
6
- Kesalahan pemberian label sampel laboratorium
- Sampel rusak atau hilang
- Reagen yang kadaluarsa
d. Ruang obat
- Kesalahan membaca resep
- Kesalahan pemberian obat
- Kesalahan dosis atau pemberian obat
- Kesalahan edukasi pemakaian obat
- Pemberian obat kadaluarsa atau rusak
- Kesalahan penulisan label
- Kesalahan pengambilan obat
Daftar risiko yang telah teridentifikasi, dicatat dalam formulir identifikasi
manajemen risiko Puskesmas dan dilakukan oleh tim mutu Puskesmas.
No. Failure Penyebab Efek Frekuensi Kegawata Kenudahan Rpn solusi Validasi
(kegagalan terjadinya n (sv) terdeteksi (occx solusi
atau (occ) (dt) sv x
kesalahan) dt)
7
Keterangan:
- Rentang nilai occ mulai 0-10; dimana 0 = tidak mungkin terjadi dan 10 =
sangat sering terjadi
- Rentang nilai sv mulai 0-10; dimana 0 = tidak gawat dan 10 = sangat gawat
- Rentang nilai dt mulai 0-10; dimana 0 = mudah dideteksi dan 10 = sangat
sulit dideteksi
3. Evaluasi risiko
Evaluasi risiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan kegawatan
risiko. Evaluasi dilakukan dengan mencari penyebab masalah menggunakan
analisis akar masalah (RCA/ Rool cause analysis)kemudian ditentukan apakah
memerlukan tindakan perbaikan (treatment) ataukah tidak.
4. Tindakan atau perbaikan
Jika diperlukan tindakan maka tim mutu merekomendasikan rencana tindakan
perbaikan dan monitoring terhadap tindakan perbaikan. Setiap tindakan perbaikan
dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas dan dikomunikasikan kepada petugas
Puskesmas lainnya.
D. Dokumentasi
Seluruh kegiatan manajemen risiko layanan klinis didokumentasikan dan
dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.