Anda di halaman 1dari 14

PANDUAN

MANAJEMEN RESIKO KLINIS


PUSKESMAS MATUR

DINAS KESEHATAN KABUPATEN AGAM


BAB I

PENDAHULUAN

A.latar Belakang

Sarana pelayanan kesehatan merupakan tempat yang dikategorikan tidak


aman dan berisiko terjadinyakejadian tidak diharapkan, baik dari ruang
lingkup yang paling kecil bahkan sampai dengan rumah sakilt sekalipun.

Resiko mungkin saja dialami oleh setiap orang yang berada dalam sarana
pelayanan kesehatan mulai dari pengunjung sarana kesehatan atau pasien
maupun petugas kesehatna yang memberikan pelayanan kesehatan. Resiko
atau kejadian yang tidak diharapkan terjadi bukan karena ada unsur
kesengajaan, tetapi karena rumitnya pelayanan kesehatan. Banyak faktor
yang berpengaruh terhadap terjadinya resiko atau kejadian yang tidak
diharapkan, sebagai contoh tidak tersedianya sumber daya manusia yang
kompeten, kondisi fasilitas, maupun ketersediaan obat dan peralatan
kesehatan yang tidak memenuhi standar.

Tidak hanya pelayan klinis saja yang berisiko terhadap pasien, pengunjung,
lingkungan, tetapi kegiatan-kegiatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
masyarakat juga berisiko terhadap keselamatan sasaran kegiatan, masyarakat
maupun lingkungan.

Pasien, pengunjung, masyarakat maupun staf Puskesmas sendiri dapat


mengalami kejadian tidak diharapkan terkait dengan infeksi, kesalahatan
pemberian obat, fasilitas pelayanan yang tidak aman, maupun akibat
penyelenggaraan kegiatan pada upaya kesehatan masyarakat yang tidak
memperhatikan aspek keselamatan.

B. Tujuan

1. Memberikan panduan sistem manajemen resiko yang berlaku di


Puskesmas Matur.
2. Memastikan sistem manajemen resiko berjalan dengan baik agar proses
identifikasi, analisa dan pengelolaan risiko dapat memberi manfaat bagi
peningkatan mutu dan keselamatan pasien di Puskesmas Matur.
3. Membangun sistem monitoring dan komunikasi yang efektif diantara
petugas sehingga pencapaian tujuan dan penerapannya berjalan
berkesinambungan.

C. Batasan Operasional

1. Resiko : peluang/probabilitas timbulnya suatu insiden (menurut WHO),


yang akan berdampak merugikan bagi pencapaian sasaran-sasaran
keselamatan pasien dan menurunkan mutu pelayanan.
2. Manajemen resiko Puskesmas adalah upaya mengidentifikasi dan
mengelompokkan resiko (grading) dan mengendalikan / mengelola resiko
tersebut baik secara proaktif resiko yang mungkin terjadi maupun
reaktif terhadap insiden yang sudah terjadi agar memberikan dampak
negatif seminimal mungkin bagi keselamatan pasien dan mutu di
Puskesmas.
3. Insiden Keselamatan Pasien (IKP) setiap kejadian yang tidak disengaja
dan kondisi yang mengakibatkan cidera pada pasien. IKP terdiri dari
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC),
Kejadian Tidak Cedera (KTC), dan Kejadian Potensi Cedera (KPC).
4. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah insiden yang mengakibatkan
cidera pada pasien.
5. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah insiden yang berpotensi
menimbulkan cidera pada pasien tapi yang belum sampai terpapar ke
pasien sehingga tidak ada cidera pada pasien.
6. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien dan sudah terpapar ke pasien tetapi
tidak menimbulkan cedera kepada pasien.
7. Kejadian Potensi Cedera (KPC) adalah kondisi yang berpotensi untuk
menimbulkan cedera tetapi belum terjadi.
8. Kejadian sentinel adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan dan
telah mengakibatkan kematian/ cedera fisik / psikologis serius atau
kecacatan pada pasien. Termasuk di dalam kejadian sentinel antara
lain: kematian yang tidak dapat diantisipasi dan tidak berhubungan
dengan penyebab alami dari penyakit pasien atau kondisi medis dasar
pasien; bunuh diri, kehilangan permanen dari sebagian besar fungsi
tubuh yang tidak berhubungan dengan penyakit dasar pasien;
pembedahan yang salah lokasi / salah prosedur / salah pasien;
penculikan bayi atau bayi yang dibawa pulang oleh orantua yang salah.
9. Pelaporan insiden keselamatan pasien adalah suatu sistem untuk
mendokumentasikan laporan insiden keselamtan pasien, menganalisa
dan mengantisipasi / mengelola / mengendalikan insiden secara
berkesinambungan.
BAB II
RUANG LINGKUP

A.RUANG LINGKUP MANAJEMEN RESIKO

Panduan ini mencakup seluruh manajemen resiko yang ada di Puskesmas


Matur yang meliputi :

1. Manajemen resiko lingkungan:


 Keamanan lingkungan fisik (bangunan):
- Pemantauan keamanan aliran air
- Pemantauan keamanan aliran listrik
- Pemantauan keamanan oksigen dan elpiji
- Pemantauan keamanan atap gedung
- Pemantauan keamanan jendela dan pintu
- Pemantauan keamanan lantai gedung
 Identifikasi resiko lingkungan yang berdampak pada pasien,
petugas, dan lingkungan sekitar Puskesmas:
- Pemantauan keamanan pembuangan limbah
2. Manajemen resiko layanan klinis :
 Resiko yang berhubungan dengan pasien / pengunjung
Puskesmas
 Resiko yang berhubungan dengan petugas kesehatan
 Resiko yang berhubungan dengan petugas kesehatan
 Resiko yang berhubungan dengan staf Puskesmas lainnya
 Resiko yang berhubungan dengan peralatan atau metode yang
digunakan dalam memberikan pelayanan klinis
3. Manajemen resiko program kesehatan masyarakat:
 Resiko pelaksanaan program terhadap masyarakat sasaran
 Resiko pelaksanaan program terhadap lingkungan
 Resiko pelaksanaan program terhadap petugas pelaksana
program

B. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RESIKO

Dalam rangka mencapai tujuan untuk mengidentifiasi dan mengendalikan


resiko, Puskesmas Matur mengatur kewenangan dan tanggungjawab
manajemen Puskesmas:

1. Tingkat Puskesmas oleh Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien


di Puskesmas
2. Tingkat unit / poli oleh penanggungjawab unit/poli/program masing-
masing.

Uraian tanggung jawab manajemen resiko:

a. Tanggung jawab Kepala Puskesmas:


 Menetapkan kebijakan mengenai manajemen resiko di Puskesmas
 Menetapkan dan membentuk Tim PMKP
 Mengawasi dan memastikan sistem manajemen resiko berjalan
dengan baik dan berkembang
 Menerima laporan dan merekomendasikan pengelolaan
pengendalian resiko serta menindaklanjuti sesuai arahan dan
kebijakan Puskesmas termasuk pendanaan
 Mengambil alih tanggung jawab pengelolaan insiden keselamatan
pasien sesuai tingkat resiko.
b. Tanggung jawab manajemen resiko (TIM PMKP)
 Membuat rencana kerja manajemen resiko di Puskesmas
 Wewenang
Memiliki wewenang untuk menjaga peningkatan mutu klinis dan
keselamatan pasien yang mendapat pelayanan kesehatan di
Puskesmas.
 Tanggung jawab
Bertanggungjawab penuh kepada Kepala Puskesmas atas
peningkatan mutu klinis dan keselamatan pasien dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan yang dilakukan di
Puskesmas.
 Tugas
1. Mensosialisasikan indikator mutu pelayanan klinis dan
sasaran keselamatan pasien kepada seluruh tenaga klinis di
Puskemas Matur.
2. Mengumpulkan data hasil pengukuran indikator mutu
pelayanan klinis dan sasaran keselamatan pasien sesuai
periode waktu yang telah ditentukan dan dilaksanakan oleh
Penanggung jawab unit pelayanan dan Tim Survey.
3. Mendokumentasikan hasil pengukuran, melakukan
pencatatan dan pelaporan terkait dengan KTD, KNC, dan
KPC.
4. Melakukan analisis terhadap hasil pengukuran.
5. Menyusun rencana tindak lanjut dan perbaikan hasil analisis
pengukuran.
6. Melaporkan hasil analisis dan rencana tindak lanjut dan
perbaikan kepada Kepala Puskesmas.
 Tugas Tambahan
Melaksanakan perintah lain yang diberikan oleh
KepalaPuskesmas.
BAB III
TATALAKSANA

A. TATALAKSANA MANAJEMEN RESIKO LINGKUNGAN

Manajemen resiko lingkungan di Puskesmas Matur diterapkan pada seluruh


kegiatan yang menimbulkan dampak resiko terhadap lingkungan yaitu :

1. Kegiatan pelayanan klinis di Puskesmas


2. Kegiatan pelayanan kesehatan di pustu, poskesri, polindes, posyandu
3. Kegiatan pasien / pengunjung Puskesmas
4. Kegiatan karyawan / staf Puskesmas

Kegiatan penerapan manajemen resiko lingkungan

a. Penilaian persyaratan bangunan, saran dan prasarana Puskesmas


- Bangunan Puskesmas terdiri dari bangunan dengan konstruksi
kuat, atap tidak bocor, lantai tidak licin, permukaan dinding kuat
dan rata serta menggunakan bahan bangunan yang tidak
membahayakan.
- Lingkungan Puskesmas tidak panas, ventilasi cukup, pencahayaan
cukup, seluruh ruangan tidak lembab dan tidak berdebu
- Terdapat fasilitas pemadam kebakaran dan petunjuk jalur evakuasi
dan pintu darurat jika terjadi kecelakaan
- Tata ruang
 Zona ruang dengan
 Resiko rendah : meliputi ruang administrasi TU, ruang
Kepala Puskesmas, ruang pertemuan, ruang
penyimpanan rekam medis bersatu dengan loket (unit
pendaftaran), ruang penyimpanan obat, mushola
 Resiko sedang : meliputi poli rawat jalan 9selain poli
P2)
 Resiko tinggi : meliputi Poli P2, laboratorium, UGD dan
tempat penampungan limbah / sampah medis
 Penataan ruangan memperhatikan zona resiko penularan
b. Identifikasi resiko kondisi lingkungan
Setiap unit kerja melakukan identifikasi resiko kondisi lingkungan
antara lain:
1. Sarana
 Kerusakan bangunan atau sarana prasarana
 Fasilitas sanitasi seperti wastafel buntu, air tidak lancar,
tempat sampah medis tidak tersedia, toilet rusak, dll
2. Kondisi pencahayaan, penghawaan, kelembaban, kebisingan
peralatan, dsb
3. Kebersihan ruangan dan fasilitas
4. Limbah, misalnya sarana pembuangan limbah yang penuh,
paparan limbah lingkungan, dll
c. Tatalaksana penerapan manajemen resiko lingkungan
1. Toilet dan kamar mandi
- Tersedia dalam keadaan bersih
- Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
- Terpisah antara toilet laki-laki dan perempuan
- Tidak terdapat perindukan nyamuk
2. Pembuangan sampah
- Tersedia fasilitas tempat sampah medis dan non medis di
masing-masing ruangan
- Tersedia tempat sampah tertutup
- Sampah/limbah non medis padat ditampung dalam kantong
warna hitam, sampah medis ditampung dalm kantong
warna kuning
- Sampah setiap hari dibuang di tempat penampungan
sampah sementara
3. Penyediaan air minum dan air bersih
- Tersedia air bersih
- Tersedia air minum untuk karyawan sesuai kebutuhan
4. Hygiene dan sanitasi makanan
- Kebersihan peralatan makan di puskesmas
5. Pengelolaan limbah
- Limbah cair ditampung dalam SPAL Puskesmas
6. Pengelolaan limbah medis
- Limbah medis tajam ditampung dalam safety box
- Limbah medis padat ditampung dalam tempat medis dengan
kantong warna kuning
- Limbah medis padat selanjutnya ditampung pada
penampungan sementara untuk dikirim ketempat
pemusnahan
7. Pengelolaan linen
- Dilakukan pemisahan linen yang infeksius dan non
infeksius
- Linen / kain yang terkontaminasi dilakukan proses
desinfeksi
- Linen / kain secara berkala dikumpulkan dan dikirim ke
tempat pencucian
8. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
- Dilakukan pengamatan terhadap serangga, nyamuk, kecoa,
tikus
- Kebersihan ruangan dijaga untuk mencegah binatang
pengganggu
- Dilakukan pemberantasan jika terdapat binatang
pengganggu
9. Dekontaminasi dan sterilisasi
- Seluruh peralatan yang terkontaminasi dilakukan proses
dekontaminasi dan sterilisasi
- Proses dekontaminasi dilaksanakan segera setelah proses
pelayanan,dan disterilkan di ruang steril
10. Proses hygiene dan sanitasi
- Tersedia promosi untuk menjaga kebersihan ruangan,
membuang sampah, kebersihan kamar mandi, cara mencuci
tangan dan etika batuk
B. TATALAKSANA MANAJEMEN RESIKO PELAYANAN KLINIS
Proses penerapan manajemen resiko layanan klinis meliputi kegiatan:
1. Identifikasi resiko
Masing-masing unit pelayanan dan jaringan Puskesmas menyusun
daftar resiko yang berpotensi membahayakan pasien dan petugas
yang bisa didapatkan dari:
- Hasil temuan pada audit internal
- Keluhan pasien/pelanggan Puskesmas
- Adanya insiden atau kejadian berbahaya yang pernah terjadi
di unit pelayanan tersebut.Contoh daftar resiko berdasarkan
ruang lingkupnya:

Area layanan klinis

Unit layanan Resiko

Loket pendaftaran dan - Kesalahan pemberian identitas rekam medis


rekam medis - kesalahan pemberian rekam medis
- Pasien menunggu lama
- ketidaklengkapan catatan dalam rekam medis
- kehilangan/kesalahan penyimpanan rekam medis
- kebocoran informasi rekam medis
UGD - kesalahan dalam mengidentifikasi pasien
- kesalahan tindakan yang menimbulkan
perlukaan
- menggunakan alat yang tidak steril
- tidak menggunakan APD
- insiden tertusuk jarum
- limbah medis berceceran
- kesalahan pemberian obat/injeksi
-paparan dengan luka terbuka atau cairan tubuh
pasien
- monitoring tindakan yang kurang baik
Poli umum - kesalahan mengidentifikasi pasien
- kesalahan diagnosis
- kesalahan dalam pemberian pemberian resep
- kesalahan dalam terapi
- kesalahan dalam edukasi
-tidak menggunakan APD
Poli gigi - kesalahan tindakan yang menimbulkan perlukaan
- menggunakan alat yang tidak steril
- tidak menggunakan APD
- insiden tertusuk jarum
- limbah medis berceceran
- tergigit pasien
- kesalahan dalam peresepan
- kesalahan diagnosa
- kesalahan mengidentifikasi pasien
- peralatan dental unit tiba-tiba rusak sehinngga
tindakan tertunda
Poli konsultasi gizi - kesalahan dalam pengkajian status gizi
- kesalahan dalam pemberian diet
- paket makanan tambahan tertukar
- PMT yang kadaluarsa
- penyimpanan PMT yang tidak baik
Laboratorium - kegagalan pengambilan sampel sehingga menimbulkan
perlukaan
-kesalahan pemberian label sampel laboratorium
- tidak menggunakan APD
- hasil pemeriksaan hilang/tertukar
- tertusuk jarum
-limbah medis yang berceceran
- sampel rusak/hilang
Farmasi - -penulisan resep yang tidak baik
- riwayat alergi obat yang tidak teridentifikasi
-kesalahan identifikasi pasien dalam pemberian obat
- kesalahan dosis/formula obat
- kesalahan edukasi cara meminum obat
- kegagalan memantau efek samping obat

Persalinan/rawat inap -tidak menggunakan APD


-limbah medis yang berceceran
- pasien jatuh dari bed
- pasien pulang tanpa sepengetahuan petugas
- menggunakan alat yang tidak steril
-tetesan infus yang tidak sesuai

Daftar resiko yang telah teridentifikasi, dicatat dalam formulir identifikasi


manajemen resiko Puskesmas dan dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas.

3. Analisis Resiko (Risk Assesment)

Daftar resiko yang telah teridentifikasi kemudian dilakukan analisis


oleh Tim Mutu. Analisis resiko dilakukan dengan cara menilai tingkat
kegawatan dari resiko ( severity assesment ) dan dengan metode FMEA (
Failure Mode and Effect Analysis ) seperti dalam formulir berikut

N FAILURE Penyebab Efek Frekuensi Kegawa Kemu RPN Solusi Vali


o (kegagalan/ Terjadinya Tan Dahan (OC Dasi
Kesalahan) (OCC) (SV) Terde C Solu
Teksi XC si
(DT) X
SD)

Keterangan:

-Rentang nilai OCC mulai 0-10; dimana 0=tidak mungkin terjadi dan
10 sangat sering terjadi

- Rentang nilai SV mulai 0-10; dimana 0=tidak gawat dan 10=sangat


gawat

- Rentang nilai DT mulai 0-10; dimana 0=mudah dideteksi dan


10=sangat sulit dideteksi

4. Evaluasi Resiko

Evaluasi resiko dilakukan pada kasus terpilih berdasarkan kegawatan


resiko. Evaluasi dilakukan dengan mencari penyebab masalah
menggunakan Analisis Akar Masalah ( RCA / Root Caused Analysis )
kemudian ditentukan apakah memerlukan tindakan perbaikan
(treatment) ataukah tidak.

5. Tindakan atau perbaikan

Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu


merekomendasikan rencana tindakan perbaikan dan monitoring
terhadap tindakan perbaikan. Setiap tindakan perbaikan
dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas dan dikomunikasikan
kepada petugas lainnya.

C. MANAJEMEN RESIKO PELAKSANAAN PROGRAM


Penerapan manejemen resiko pelaksanaan program meliputi kegiatan
1. Identifikasi resiko

Resiko yang dapat timbul karena pelaksanaan program antara lain:

Program Resiko
Posyandu balita -kesalahan penentuan kebutuhan imunisasi
- kesalahan cara pemberian imunisasi
- kesalahan jenis imunisasi
- kesalahan dosis vaksisn
- insiden kegagalan pemberian imunisasi
- insiden efek samping imunisasi
- ceceran limbah medis
- insiden petugas tertusuk jarum
- kesalahan penimbangan
- insiden balita terluka pada proses
penimbangan menggunakan dacin
- kesalahan pencatatan hasil pengukuran dan
pemeriksaan
Posyandu lansia - kesalahan identifikasi
- kesalahan pemeriksaan dan diagnosis
- insiden perlukaan karena penggunaan alat
periksa
- kesalahan hasil pemeriksaan laboratorium
- insiden tertusuk jarum
- tidak menggunakan APD
- kesalahan pemberian obat
- kesalahan dosis obat
6. Analisis resiko

Daftar resiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh Tim
Mutu. Analisis resiko dilakukan dengan cara menilai tingkat kegawatan dari
resiko ( severity assesment ) dan dengan metode FMEA (Failure Mode and
Effect Analysis) 76

7. Evaluasi resiko

Resiko yang teridentifikasi dianalisis menggunakan formulir FMEA dan


dengan menggunakan metode RCA ( Root Caused Analysis ). Tingkat resiko
yang memiliki nilai yang tinggi merupakan prioritas untuk dilakukan
pemecahan masalah. Identifikasi resiko dilaporkan kepada Tim Mutu
Puskesmas

8. Tindakan perbaikan

Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu merekomendasikan


rencana tindakan perbaikan dan monitoring terhadap tindakan perbaikan.
Setiap tindakan perbaikan dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas dan
dikomunikasikan kepada petugas Puskesmas lainnya.

Identifikasi resiko dapat dikategorikan berdasarkan dampak sesuai dengan jenis-jenis


insiden keselamatan pasien sebagaimana dicontohkan dalam tabel berikut:

Error Kategori Hasil

No error A Kejadian atau yang berpotensi untuk terjadinya kesalahan


(KPC)
Error, B Terjadi kesalahn sebelum obat mencapai pasien (KNC)
No Harm
C Terjadi kesalahan dan obat sudah diminum atau
digunakan pasien tetapi tidak membahayakan pasien (KTC)
D Terjadinya kesalahan sehingga monitoring ketat harus
dilakukan tetapi tidak membahayakan pasien (KTC)
E Terjadi kesalahan sehingga terapi dan interfensi lanjut
diperlukan dan kesalahan ini memberikan efek yang buruk
yang sifatnya sementara (KTD)
F Terjadi kesalahan dan mengakibatkan pasien harus dirawat
lebih lama di Puskesmas serta memberikan efek buruk
yang sifatnya sementara (KTD)
G Terjadi kesalahan dan hampir merenggut nyawa pasien
contoh shock anafilaktif (KTD)
Error, 1 Terjadi kesalahan dan pasien meninggal dunia (sentinel)
Death

1.ANALISA RESIKO

Analisa resiko dilakukan dengan menentukan score resiko atau insiden


tersebut untuk menentukan prioritas penanganan

a. Peluang

Tingkat resiko Deskripsi Peluang/Frekuensi

1 Sangat jarang / rare ( > 5 tahun/ kali )


2 Jarang / unlikely ( >2-5 tahun/kali )
3 Mungkin / possible (1-2 tahun / kali )
4 Sering / likely (beberapa kali / tahun )
5 Sangat sering / almost certain (tiap minggu/bulan)

b. Dampak

Tingkat Deskripsi Peluang/ Dampak


Resiko Frekuensi
1 Tidak signifikan Tidak ada cedera
2 Minor  Cedera ringan, mis luka lecet
 Dapat diatasi dengan P3K
3 Moderat  Cedera sedang,mis luka robek
 Berkurangnya fungsi
motorik/sensorik/psikologis/intelekt
ual (reversible) tidak berhubungan
dengan penyakit
 Setiap kasus yang memperpanjang
perawatan
4 Mayor  Cedera luas/cerat, mis cacat,lumpuh
 Kehilangan fungsi
motorik/sensorik/psikologis/intelekt
ual (reversible) tidak berhubungan
dengan penyakit
5 Katatropik  Kematian yang tidak berhubungan
dengan perjalanan penyakit

Hal ini akan menentukan evaluasi dan tatalaksana selanjutnya

2.EVALUASI RESIKO

Resiko yang sudah dianalisa dan dievaluasi lebih lanjut sesuai skor dan
grading yang didapat:

SKOR RESIKO = PELUANG X DAMPAK

LEVEL TOTAL SKOR


Rendah 1–3
Sedang 4–6
Tinggi 8 – 12
Extreme 15 – 25

3.KELOLA RESIKO

LEVEL TINDAKAN
Ekstreme Memerlukan tindakan segera, paling lambat
2x24 jam
Tinggi Kaji dengan detail dan perlu tindakan
segera, sampai 2 minggu
Sedang Dilakukan penelitian sederhana paling lama
2 minggu. Sebaiknya menilai dampak
terhadap bahaya dan kelola resiko. Target
waktu pengendalian dampai 6 minggu

Rendah Dilakukan penelitian sederhana paling lama


1 minggu, diselesaikan dengan prosedur
rutin. Target waktu pengendalian sampai
12 minggu
Respon Manajemen

Setelah resiko yang mungkin terjadi diidentifikasi dan dianalisa, tim


manajerial akan memulai memformulasikan strategi penanganan resiko yang
tepat. Strategi ini didasarkan kepada sifat dan dampak potensial dari resiko
itu sendiri. Adapun tujuan dan strategi ini adalah untuk memindahkan
dampak potensial resiko sebanyak mungkin untuk meningkatkan kontrol
terhadap resiko.

Ada 5 strategi alternatif untuk menangani resiko :


1. Menghindari resiko
2. Mencegah resiko dan mengurangi kerugian
3. Meretensi resiko
4. Mentransfer resiko
5. Asuransi
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Batasan Operasional

BAB II RUANG LINGKUP

A. Ruang Lingkup Manajemen Resiko


B. Tanggungjawab Manajemen Resiko

BAB III TATALAKSANA

A. Tatalaksana Manajemen Resiko Lingkungan


B. Tatalaksana Manajemen Resiko Pelayanan Klinis
C. Tatalaksana Manajemen Resiko Pelaksanaan Program

Anda mungkin juga menyukai