Anda di halaman 1dari 35

LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan Panduan Manajemen Resiko di UPTD Puskesmas Pujer untuk


diimplementasikan sesuai tanggal yang ditetapkan

Pujer, 01 Januari 2023

Mengetahui

Kepala UPTD Puskesmas Pujer

dr. INDAH ZUHDIYAH SARI

NIP. 19821029 201409 2 001

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada saat ini telah dibuat Panduan Manajemen
Resiko di UPTD Puskesmas Pujer.
Diharapkan dengan adanya panduan ini dapat meningkatkan mutu
pelayanan dalam hal peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan digunakan
sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan program.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun dan
semua pihak yang telah berkontribusi sejak penyusunan materi sampai
ditetapkannya Panduan ini. Semoga Panduan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Pujer, 01 Juni 2018


Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

BAB I DEFINISI ........................................................................................... 1

BAB II RUANG LINGKUP .............................................................................2

BAB III TATA LAKSANA ................................................................................ 6

BAB IV DOKUMENTASI ................................................................................ 26

iii
BAB I
DEFINISI

1. PENGERTIAN
Manajemen resiko adalah upaya menanggulangi semua resiko yang
mungkin terjadi di sebuah instansi, diperlukan sebuah proses yang dinamakan
sebagai manajemen resiko. Manajemen resiko merupakan metode penanganan
sistematis formal dimana dikonsentrasikan pada mengidentifikasikan dan
pengontrolan peristiwa atau kejadian yang memiliki kemungkinan perubahan yang
tidak diinginkan. Resiko adalah hal yang tidak akan pernah dapat dihindari pada
suatu kegiatan/aktifitas yang dilakukan manusia.
Puskesmas merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks. Semakin luas
pelayanan kesehatan dan fungsi suatu puskesmas maka semakin kompleks
peralatan dan fasilitasnya. Kerumitan yang meliputi segala hal tersebut
menyebabkan puskesmas mempunyai potensi bahaya yang sangat besar, tidak
hanya bagi pasien dan tenaga medis tapi juga pengunjung puskesmas.

1
BAB II
RUANG LINGKUP

A. RUANG LINGKUP MANAJEMEN RESIKO


Paduan ini mencakup seluruh manajemen resiko di Puskesmas Pujer yang
meliputi :
1. Manajemen resiko lingkungan:
Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas Pujer adalah penerapan
manajemen risiko untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas atau
kegiatan di Puskesmas pada kesehatan pasien, petugas maupun pada lingkungan.
Lingkup pelaksanaan manajemen risiko lingkungan di Puskesmas Pujer
meliputi:
a) Penilaian persyaratan bangunan, sarana prasarana dan kondisi lingkungan
Puskesmas
b) Identifikasi risiko kondisi lingkungan yang berdampak pada pasien, petugas dan
lingkungan sekitar Puskesmas
c) Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan
d) Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan

Penerapan manajemen risiko lingkungan di Puskesmas Pujer meliputi:


e) Sarana dan prasarana bangunan Puskesmas
f) Sarana prasarana fasilitas Puskesmas termasuk rasio jumlah karyawan dan
toilet, dsb
g) Tata ruang dan penetapan zona risiko
h) Pemantauan kualitas lingkungan termasuk suplai air bersih, keadaan udara,
penghawaan, kebisingan, pencahayaan, kelembaban
i) Pemantauan fasilitas sanitasi Puskesmas Pujer
1) Toilet dan Kamar Mandi,
2) Pembuangan sampah,
3) Penyediaan air minum dan air bersih,
4) Hygiene dan sanitasi makanan
5) Pengolahan limbah,
6) Pengolahan limbah medis
7) Pengelolaan linen
8) Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
9) Dekontaminasi dan sterilisasi
10)Promosi hygiene dan sanitasi

2
2. Manajemen resiko layanan klinis:
Manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas Pujer dilaksanakan untuk
meminimalkan risiko akibat adanya layanan klinis oleh tenaga kesehatan di
Puskesmas yang dapat berdampak pada pasien maupun petugas. Manajemen risiko
layanan klinis mencakup adanya prosedur untuk mencegah kejadian yang
membahayakan (preventing harm) dan prosedur untuk meminimalkan risiko (patient
safety).
Lingkup penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas Pujer
meliputi:
1. Risiko yang berhubungan dengan pasien/pengunjung Puskesmas Pujer
2. Risiko yang berhubungan dengan petugas kesehatan
3. Risiko yang berhubungan dengan staf Puskesmas lainnya
4. Risiko yang berhubungan dengan peralatan kesehatan dan properti
Puskesmas lainnya

Penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas Pujer


dilaksanakan di unit pelayanan yang menyelenggarakan layanan klinis yaitu:
1. Loket Pendaftaran dan Rekam Medis
2. Poli Umum
3. Poli Anak
4. Poli KIA/KB
5. Poli Gigi
6. Poli Pencegahan Penyakit (P2)
7. UGD
8. Laboratorium
9. Unit layanan Obat

Ruang lingkup penerapan manajemen risiko pelayanan klinis juga


dilaksanakan di jaringan pelayanan Puskesmas Pujer yang melaksanakan layanan
klinis seperti pemeriksaan, pengobatan dan tindakan termasuk imunisasi. Jaringan
pelayanan Puskesmas yang dimaksud meliputi: Puskesmas Pembantu (Pustu),
Polindes/Ponkesdes dan Posyandu.

3. Manajemen resiko program:


Manajemen risiko pada pelaksanaan program merupakan upaya untuk
mengidentifikasi, menganalisa dan meminimalkan dampak atau risiko atas
pelaksanaan program Puskesmas Pujer.

3
Manajemen risiko pelaksanaan program Puskesmas Pujer meliputi risiko :
- Risiko pelaksanaan program terhadap masyarakat sasaran
- Risiko pelaksanaan program terhadap lingkungan
- Risiko pelaksanaan program terhadap petugas pelaksana program

Tempat pelaksanaan program dan sasaran program termasuk pada


pelaksanaan kegiatan Posyandu balita dan Posyandu lansia

B. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RESIKO


Dalam rangka mencapai tujuan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan
resiko, Puskesmas Pujer mengatur kewenangan dan tanggung jawab manajemen
Puskesmas Pujer:
1. Tingkat Puskesmas Pujer oleh Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasein
di Puskesmas Pujer.
2. Tingkat unit / poli oleh penanggung jawab masing-masing unit / poli/ program

Uraian tanggung jawab manajemen resiko:


a. Tanggung jawab Kepala Puskesmas Pujer:
 Menetapakan kebijakan mengenai manajemen resiko di Puskesmas Pujer
 Menetapkan dan membentuk Tim PMKP
 Mengawasi danmemeastikan sistem manajemen resiko berjalan dengan baik
dan berkembang
 Menerima laporan dan merekomendasikan penggelolaan pengendalian
resiko sertamenindak lanjuti sesuai arahan dan kebijakan Puskesmas
termasuk pendanaan
 Mengambil alih tanggung jawab pengelolaan insiden keselamatan pasein
sesuai tingkat resiko.
b. Tanggung jawab Manajemen Resiko (Tim.PMKP)
 Membuat rencana kerja manajemen resiko di Puskesmas Pujer
 Membentuk Tim Penilai Resiko
 Menerima daftar resiko yang diberikan oleh penanngung jawab unit / poli,
menganalisa, evaluasi serta menindak lanjutinya
 Menerima serta menganalisa temuan resiko yang berasal dari luar (external)
 Memantau serta mendorong semua petugas untuk melaksanakan
manajemen resiko
 Melaporkan hasil temuan kepada Pimpinan Puskesmas Pujer dan melakukan
diskusi serta menindak lanjuti hasil diskusi

4
c. Tanggung jawab penanngung jawab unit / poli
 Menerima laporan temuan – temuaan resiko di ada di unit / poli
 Membuat daftar dan penilaian resiko
 Menganalisa sesuai tingkat kejadian apakah cukup diselesaikan di tingkat
unit
 Mendorong rekan – rekan kerja untuk melakukan manjemen resiko
 Melaporkan semua daftar resiko, resiko yang sudah diselesaikan di tingkat
unit / poli serta melakukan diskusi kepada Tim manajemen resiko untuk
langkah – langkah ke depannnya
d. Tanggung jawab petugas pemberi layanan klinis
 Memberikan informasi kepada penangunggung jawab unit/ poli setiap
bahaya, resiko serta kejadian yang ada di unit/ poli
 Melaksanakan panduan manajemen resiko yang telah ditetapkan
 Mencatat dan mendokumentasi apabila terjadi insiden resiko klinis
 Ikut serta dalam mengupayakan langkah-langkah pengendalian resiko

5
BAB III
TATA LAKSANA

Manajemen resiko adalah proses berkesinambungan dan berkelanjutan. Resiko


mungkin terpapar kepada pasein, staf, pengunjung dan organisasi yang terus-menerus
berubah dan harus diidentifikasi. Program manjemen resiko menggunakan 5 tahapan
proses yaitu:
1. Tetapkan konteks
2. Identifikasi resiko
3. Analisi resiko
4. Evaluasi resiko
5. Kelola resiko

6
A. TATALAKSANA MANAJEMEN RESIKO LINGKUNGAN
Kegiatan penerapan manajemen risiko lingkungan
1. Penilaian persyaratan bangunan, sarana dan prasarana Puskesmas Pujer
a) Bangunan Puskesmas Pujer terdiri dari bangunan dengan konstruksi kuat,
atap tidak bocor, lantai tidak licin, permukaan dinding kuat dan rata serta
menggunakan bahan bangunan yang tidak membahayakan
b) Lingkungan Puskesmas tidak panas, ventilasi cukup, pencahayaan cukup,
seluruh ruangan tidak lembab dan tidak berdebu.
c) Terdapat fasilitas pemadam kebakaran dan petunjuk jalur evakuasi dan pintu
darurat jika terjadi kecelakaan
d) Rasio kecukupan toilet karyawan mengikuti indeks perbandingan jumlah
karyawan dengan toilet yaitu 1:20 artinya setiap penambahan 20 karyawan
harus ditambah I toilet dan 1 kamar mandi.
e) Tata ruang
 Zona ruang dengan
- Risiko rendah : meliputi ruang administrasi TU, Ruang Kepala
Puskesmas, Ruang pertemuan, ruang penyimpanan rekam medis
bersatu dengan loket (unit pendaftaran), ruang penyimpanan obat,
ruang Akreditasi dan Musholla
- Risiko sedang: meliputi poli rawat jalan (selain poli P2)
- Risiko tinggi: meliputi Poli P2, Laboratorium, UGD dan tempat
penampungan limbah/sampah medis
 Penataan ruangan memperhatikan zona risiko penularan
2. Identifikasi risiko kondisi lingkungan
Setiap unit kerja melakukan identifikasi risiko kondisi lingkungan antara lain:
a) Sarana
 Kerusakan bangunan atau sarana prasarana
 Fasilitas sanitasi seperti wastafel buntu, air tidak lancar, sampah medis
tidak tersedia, toilet rusak, dll
b) Kondisi pencahayaan, penghawaan, kelembaban, kebisingan peralatan, dsb
c) Kebersihan ruangan dan fasilitas
d) Limbah, misalnya sarana pembuangan limbah yang penuh, paparan limbah
pada lingkungan dll.
3. Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan
a) Toilet dan Kamar Mandi,
 Tersedia dalam keadaan bersih
 Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
 Terpisah antara toilet laki laki dan perempuan
 Tidak terdapat perindukan nyamuk

7
b) Pembuangan sampah,
 Tersedia fasilitas tempat sampah organik dan non organik di setiap
ruangan
 Tempat sampah tertutup
 Sampah/ limbah non medis padat ditampung dalam kantong warna hitam.
Sampah medis ditampung dalam kantong warna kuning.
 Sampah setiap hari dibuang di tempat penampungan sampah sementara
c) Penyediaan air minum dan air bersih,
 Tersedia air bersih
 Tersedia air minum untuk karyawan sesuai kebutuhan
d) Hygiene dan sanitasi makanan
 Kebersihan peralatan makan di Puskesmas
e) Pengolahan limbah
 Limbah cair ditampung dalam SPAL Puskesmas
f) Pengolahan limbah medis
 Limbah medis tajam ditampung dalam safety box
 Limbah medis padat ditampung dalam tempat sampah medis dengan
kantong warna kuning
 Limbah medis padat selanjutnya ditampung pada penampungan
sementara untuk dikirim ke tepat pemusnahan
g) Pengelolaan linen
 Dilakukan pemisahan linen yang infeksius dan non infeksius
 Linen / kain yang terkontaminasi dilakukan proses desinfeksi
 Linen / kain secara berkala dikumpulkan dan dikirim ke tempat pencucian
h) Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
 Dilakukan pengamatan terhadap serangga nyamuk, kecoa dan tikus
 Kebersihan ruangan dijaga untuk mencegah binatang pengganggu
 Dilakukan pemberantasan jika terdapat binatang pengganggu
i) Dekontaminasi dan sterilisasi
 Seluruh peralatan yang terkontaminasi dilakukan proses dekontaminasi
dan sterilisasi
 Proses dekontaminasi dilaksanakan segera setelah proses pelayanan,
sterilisasi dilakukan di ruang sterilisasi
j) Promosi hygiene dan sanitasi
 Tersedia promosi untuk menjaga kebersihan ruangan, membuang
sampah, kebersihan kamar mandi dan cara mencuci tangan, etika batuk.

8
4. Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan
Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan dilaksanakan oleh petugas
sanitasi

B. TATALAKSANA MANAJEMEN RESIKO PELAYANAN KLINIS


1. Identifikasi Risiko
Masing-masing unit pelayanan dan jaringan Puskesmas Pujer menyusun
daftar risiko yang berpotensi membahayakan pasien dan petugas yang bisa
didapatkan dari:
- Hasil temuan pada audit internal
- Keluhan pasien/pelanggan Puskesmas Pujer
- Adanya insiden atau kejadian berbahaya yang pernah terjadi di unit
pelayanan tersebut
Area layanan klinis terdiri dari unit / poli yang ada di Puskesmas Pujer dan
jejaring Puskesmas Pujer seperti Poskesdes dan Pustu.

No Unit / Poli Resiko

1 Loket Pendaftaran - Pasien menunggu lama


dan Rekam Medis - Kesalahan pemberian identitas rekam
medis
- Kesalahan pengambialan rekam medis
- Kegagalan memperoleh inform concent
- Kesalahan pelabelan rekam medis
- Kebocoran informasi rekam medis
- Ketidak lengkapan catatan dalam rekam
medis
- Kehilangan / kesalhan penyimpanan rekam
medik
2 PELAYANAN MTBS - Kesalahan mengidentifikasi pasien / salah
orang
- Kesalahan dalam melakukan pengkajian
/anamnesa
- Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
- Kesalahan diagnosis
3 BP UMUM - Kesalahan mengidentifikasi pasein
- Kesalahan dalam diagnosis
- Kesalahan dalam pemberian resep
- Kesalahan dalam terapi
- Kesalahan dalam edukasi
- Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
4 UGD - Kesalahan dalam mengdentifikasi pasein
- Kesalahan tindakan yang menimbulkan
perlukaan
- Menggunakan alat yang tidak steril
- Tidak menggunakan Alat Perlindungan Diri
- Insiden tertusuk jarum
9
- Limbah medis berceceran
- Paparan dengan luka terbuka atau cairan
tubuh pasien
- Kesalahan pemberian obat / injeksi
- Monitoring tindakan yang kurang baik
5 PELAYANAN - Kesalahan dalam mengdentifikasi pasein
IMUNISASI - Kesalahan dalam pengkajian (tanda –
tanda vital)
- Kesalahan cara pemberian imunisasi
- Kesalahan jenis dan dosis vaksin

- Menggunakan alat yang tidak steril


- Tidak menggunakan Alat Perlindungan Diri
- Insiden petugas tertusuk jarum
- Limbah medis berceceran
- Insiden kegagalan pemberian imunisasi
- Insiden efek samping imunisasi
- Kesalahan dalam penyimpanan vaksin
6 POLI KONSULTASI - Kesalahan dalam pengkajian status gizi
GIZI - Kesalahan dalam pemberian diet
- Paket makanan tambahan tertukar
- PMT yang kadarluarsa
- Penyimpanan PMT yang tidak baik
dimakan tikus atau kena rayap
7 FARMASI - Penulisan resep yang tidak baik
- Riwayat alergi obat yang tidak
teridentifikasi
- Kesalahan identifikasi pasein dalam
pemberian obat
- Kegagalan memantau efek samping obat
- Kesalahan dosis / formula obat
- Kesal;ahan edukasi cara minum obat
8 LABORATORIUM - Kegagalan pengambialn sampel sehingga
menimbulkan perlukaan
- Kesalahan pengambillan sampel
- Kesalahan pemberian label sampel
laboratorium
- Kesalahan penulisan hasil pemeriksaan
laboratorium
- Hasil pemeriksaan hilang atau tertukar
- Sampel rusak atau hilang
- Tidak menggunakan Alat Perlindungan Diri
- Tertelan bahan infeksius
- Tertusuk jarum

9 KIA-KB - Kesalahan dalam mengdentifikasi pasein


- Kesalahan tindakan yang menimbulkan
perlukaan
- Menggunakan alat yang tidak steril
- Tidak menggunakan Alat Perlindungan Diri
- Insiden tertusuk jarum
- Limbah medis berceceran
- Paparan dengan luka terbuka atau cairan
tubuh pasein
- Kesalahan menulis resep dan dosis obat
- Kesalahan diagnose

10
10 POLI GIGI - Kesalahan tindakan yang menimbulkan
perlukaan
- Menggunakan alat yang tidak steril
- Tidak menggunakan Alat Perlindungan Diri
- Insiden tertusuk jarum
- Limbah medis berceceran
- Tergigit pasein
- Kesalahan menulis resep dan dosis obat
- Kesalahan diagnosa
- Kesalahan mengidentifikasi pasein
- Alat kompresor tiba-tiba rusak sehingga
tindakan ditunda

11 RAWAT INAP - Kesalahan dalam mengidentifikasi pasein


- Kesalahan tindakan yang menimbulkan
perlukaan
- Menggunakan alat yang tidak steril
- Tidak menggunakan Alat Perlindungan Diri
- Insiden tertusuk jarum
- Pasien jatuh dari bed
- Pasien pulangtanpa sepengetahuan
petugas
- Phlebitis
- Tetesan infus yangtidak sesuai

12 VK dan rawat gabung - Kesalahan dalam mengidentifikasi pasein


- Kesalahan tindakan yang menimbulkan
perlukaan
- Menggunakan alat yang tidak steril
- Tidak menggunakan Alat Perlindungan Diri
- Insiden tertusuk jarum
- Pasien jatuh dari bed
- Bayi tertukar

Risiko atau insiden yang sudah teridentifikasi harus ditentukan peringkatnya


(grading) dengan memperhatikan:
1. Tingkat peluang / frekwensi kejadian (likelihood)
2. Tingkat dampak yang dapat / sudah ditimbulkan (consequence)

11
Identifikasi risiko juga dapat dikategorikan berdasarkan dampak sesuai
dengan jenis-jenis insiden keselamatan pasien sebagaimana dicontohkan dalam
tabel berikut:

Error Kategori Hasil


No Error A Kejadian atau yang berpotensi untuk terjadinya
kesalahan (KPC)
Error, B Terjadi kesalahan sebelum obat mencapai
No Harm pasien (KNC)
C Terjadi kesalahan dan obat sudah diminum atau
digunakan pasien tetapi tidak membahayakan
pasien (KTC)
D Terjadinya kesalahan sehingga monitoring
ketat harus dilakukan tetapi tidak
membahayakan pasien (KTC)

Error E Terjadi kesalahan sehingga terapi dan intervensi


Harm lanjut diperlukan dan kesalahan ini memberikan
efek yang buruk yang sifatnya sementara (KTD)
F Terjadi kesalahan dan mengakibatkan pasien
harus dirawat lebih lama di Puskesmas serta
memberikan efek buruk yang sifatnya sementara
(KTD)
G Terjadi kesalahan yang mengakibatkan efek
buruk yang bersifat permanen (KTD)
H Terjadi kesalahan dan hampir merenggut nyawa
pasien contoh shock anafilaktif (KTD)
Error I Terjadi kesalahan dan pasien meninggal dunia
Death (Sentinel)

2. Analisis Risiko
12
Analisis dilakukan dengan menentukan score risiko atau insiden tersebut
untuk menentukan prioritaspenanganan dan level manajemen yang harus
bertanggung jawab untuk mengelola / mengendalikanrisiko / insiden tersebut
termasuk dalam kategori biru / hijau / kuning / merah.

Hal ini akan menentukan evaluasi dan tata laksana selanjutnya. Untuk risiko
/ insiden dengan kategori biru dan hijau maka evaluasi cukup dengan investigasi
sederhana sedangkan untuk kategori kuning dan merah perlu dilakukan evaluasi
lebih mendalam dengan metode RCA (root causeanalysis – reaktif / responsive)
atau HFMEA (healthcare failure mode effect analysis – proaktif)

3. Evaluasi Risiko
a) Risiko atau insiden yang sudah dianalisis akan dievaluasi lebih lanjut sesuai
skor dan grading yang didapat dalam analisis.

b) Pemeringkatan memerlukan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai, dan


meliputi proses berikut :
- Tahap pertama akan diselesaikan oleh penilai risiko yang terlatih, yang
akan mengidentifikasibahaya, efek yang mungkin terjadi dan
pemeringkatan risiko.
- Tahap kedua dari penilaian akan dilakukan oleh Kepala Unit Kerja yang
akan melakukanverifikasi tahap pertama dan membuat suatu rencana
tindakan untuk mengatasi risiko.
c) Penilaian risiko akan dilaksanakan dalam dua tahap.

13
- Tahap pertama akan diselesaikan oleh penilai risiko yang terlatih, yang
akan mengidentifikasibahaya, efek yang mungkin terjadi dan
pemeringkatan risiko.
- Tahap kedua dari penilaian akan dilakukan oleh Kepala Unit Kerja yang
akan melakukanverifikasi tahap pertama dan membuat suatu rencana
tindakan untuk mengatasi risiko.

4. Kelola Risiko
Setelah analisis dan evaluasi selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya
adalah pengelolaan risiko insiden dengan target menghilangkan atau menekan
risiko hingga ke level terendah (risiko sisa) dan meminimalisir dampak atau
kerugian yang timbul dari insiden yang sudah terjadi.

14
a) Investigasi Sederhana
Dalam pengelolaan risiko / IKP yang masuk dalam kategori biru atau hijau,
maka tindak lanjut evaluasi dan penyelesaiannya dilakukan dengan investigasi
sederhana, melalui tahapan:
1. Identifikasi insiden dan di-grading
2. Mengumpulkan data dan informasi: - observasi
- Telaah dokumen
- Wawancara
3. Kronologi kejadian
4. Analisa dan evaluasi sederhana:
a. penyebab langsung:
- individu
- peralatan
- lingkungan tempat kerja
- prosedur kerja
b. penyebab tidak langsung: - individu
- tempat kerja

5. Rekomendasi: jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang

15
b) RCA ( Root Cause Analysis)
Langkah – langkah untuk melakukan analisis akar masalah (RCA)

1. Identifikasi Insiden: Root cause analysis digunakan untuk menganalisa dan


mengevaluasi IKP pada derajat kuning dan merah.
2. Tentukan tim investigator yang mewakili berbagai komponen:
a) Ketua PMKP
b) Tim penilai resiko ( penanggung jawab unit / poli)
16
c) Tim audit internal
d) Notulen ( Sekretaris PMKP)
Dalam hal insiden sentinel maka tim investigator harus terdiri dari:
1) Expert insiden dan analis expert external (misal yang tidak berlatar belakang
medis)
2) Senior management expert (misal direktur medis)
3) Senior clinical expert (misal konsultan senior)
4) Orang yang mengetahui unit kerja / bagian terkait dengan baik namun tidak
terlibat langsungdalam insiden tersebut .
3. Pengumpulan data dan informasi dilakukan di lapangan dengan berbagai cara:
a) Observasi : Observasi langsung kepada praktek di lapangan dan tempat
kejadian
b) Telaah Dokumentasi :Meliputi penelusuran kepada rekam medik pasien dan
seluruh pedoman / panduan / SPO terkait dengan insiden untuk korelasi
keduanya
c) Wawancara : Dilakukan dalam sesi tertutup kepada setiap personil terkait
secara terpisahtermasukkepada pihak yang dirugikan / pasien dalam insiden
tersebut.

Tujuan pengumpulan informasi pada tahap ini:


1) Mengamankan informasi untuk memastikan dapat digunakan selama
investigasi dan jikakasus disidangkan ke pengadilan
2) Identifikasi kebijakan dan prosedur yang relevan
3) Menggambarkan insiden secara akurat
4) Mengorganisasi informasi
5) Memberikan petunjuk kepada tim investigasi
Dokumentasi semua bukti yang berkaitan dengan insiden harus dikumpulkan
sesegera mungkin:
- Semua catatan medis dan catatan keperawatan
- Semua hasil pemeriksaan yang berhubungan dan penunjang diagnostik
- Incident report (laporan keselamatan pasien)
- Kebijakan dan prosedur
- Integrated care pathway yang berhubungan
- Pernyataan-pernyataan dan hasil observasi
- Bukti fisik
- Daftar staf yang terlibat
- Lakukan interview dengan semua orang yang terlibat
- Informasi mengenai kondisi yang dapat mempengaruhi terjadinya insidenm(misal
pergantian jaga, ketersediaan petugas terlatih, kecukupan tenaga, dll)
4. Pemetaan kronologi kejadian dilakukan dengan cara:
17
a. Kronologi naratif : berguna pada laporan akhir insiden
b. Timeline: menelusuri rantai insiden secara kronologis dan berguna untuk
menemukanbagian dalan proses dimana insiden terjadi
c. Tubular Timeline: seperti timeline tapi lebih detail terutama dalam hal good
practice &CMP (care management problem), berguna untuk kejadian
yangberlangsung lama
d. Time-Person Grid: untuk mengetahui pergerakan dan keberadaan seseorang
sebelum,selama, dan sesudah kejadian. Berguna pada kejadian
yangmelibatkan banyak orang namun dalam periode waktu pendek.
5. CMP (Care Management Problem)
Adverse event yang berkaitan dengan penyimpangan dari standar pelayanan yang
telah ditetapkandan berdampak langsung atau tidak langsung kepada pasien.
6. Analisa Informasi
a. Tehnik 5 Whys (atau tehnik why – why)
Bertanya secara berlapis dengan tujuan menemukan akar penyebab masalah,
denganmengidentifikasi gejala, penyebab langsung, faktor kontributor, dan
akhirnya akar masalah. Dengan tehnik ini, investigator tidak boleh berhenti
bertanya walaupun sudah menemukanpneyebab langsung sebelum
menemukan akar penyebab masalah.

b. Analisis perubahan
Digunakan bila dicurigai adanya perubahan praktek daripada prosedur yang
seharusnya.
c. Analisis Barrier
d. Analisis Fish Bone

7. Rekomendasi dan tindak lanjut


c) HFMEA (Healthcare Failure Mode Effect Analysis)
18
Di dalam upaya mengurangi kemungkinan terjadinya suatu insiden, metode
HFMEA digunakanuntuk mengidentifikasi modus kegagalan (kegagalan
proses) yang berpotensi terjadi kemudianmengidentifikasi dampak yang
mungkin timbul diikuti analisis akar masalah, sebelum melakukanredisain
proses untuk meminimalisir risiko modus kegagalan / dampaknya kepada
pasien.
HFMEA merupakan proses pro-aktif untuk emperbaiki kinerja dengan
mencegah potensikegagalan sebelum terjadi sehingga akhirnya eningkatkan
keselamatan pasien. (F = failure, yaitusaat sistim tidak bekerja sesuai yang
diharapkan; M = mode, yaitu cara / perilaku yang dapatmenimbulkan
kegagalan tersebut; E = effect, yaitu dampak / konsekuensi dari modus
kegagalantadi; A = analysis, yaitu upaya investigasi terhadap proses secara
detail). Pada prinsipnya langkah-langkah untuk menjalankan HFMEA meliputi:

Langkah 1. IDENTIFIKASI PROSES BERISIKO TINGGI


Proses yang dimaksud dapat merupakan proses yang baru dan belum dilakukan
(misalnya pembelian alat baru, pemakaian rekam medik elektronik), proses yang
sudah berjalan, berisiko tinggi walaupun belum menimbulkan insiden (misalnya
pemeriksaan dilaboratorium), proses klinik (misalnya proses persalinan), atau proses
nonmedik (pembayaran tagihan pasien asuransi). Dalam menentukan proses yang
hendak dianalisis dengan HFMEA, kumpulan proses yang ada digrading untuk
menentukan skor risikonya (sebagaimana dalam prosedur RCA, risk assessment).

Langkah 2. TIM INVESTIGASI


19
Komposisi dan prosedurnya mirip seperti RCA di atas, terdiri dari orang-orang
multidisiplin yangtidak lebih dari 10 orang (idealnya 4-8 orang), memahami proses
yang akan dianalisa, mewakiliunit yang akan dianalisa, dan memiliki kemampuan
berpikir kritikal.

Langkah 3. GAMBARKAN ALUR PROSES


Gambarkan seluruh tahapan dalam alur proses beserta dengan sub-proses
dari masing-masing tahapan proses:

20
Kemudian uraikan modus kegagalan (dalam sub proses) dari masing-masing
tahapan dalam alurproses tersebut.

Langkah 4. HAZARD ANALYSIS


Failure Mode (Kegagalan Proses) yang dipilih dijabarkan lebih lanjut dan
lebih detail sebagai berikut:

21
Langkah 5. ACTION & OUTCOME MEASURE
1. Tentukan apakah potensial penyebab modus kegagalan dapat dikontrol, eliminasi,
terima
2. Jelaskan tindakan untuk setiap potensial modus kegagalan yang akan di eliminasi
atau di kontrol
3. Identifikasi Ukuran Outcome yang digunakan analisa dan uji redisain proses

22
4. Identifikasi penanggung jawab untuk melaksanakan tindakan tersebut
5. Tentukan apakah diperlukan dukungan manajemen puncak untuk melaksanakan
rekomendasi

C. TATALAKSANA MANAJEMEN RESIKO PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT

Penerapan manajemen risiko pelaksanaan program meliputi kegiatan :


1. Identifikasi risiko
Risiko yang dapat timbul karena pelaksanaan program antara lain:
Program Risiko

Posyandu Balita - Kesalahan penentuan kebutuhan imunisasi


- Kesalahan cara pemberian imunisasi
- Kesalahan jenis imunisasi
- Kesalahan dosis vaksin
- Insiden kegagalan pemberian imunisasi
- Insiden efek samping imunisasi
- Ceceran limbah medis
- Insiden petugas tertusuk jarum
- Insiden balita terluka pada proses penimbangan
menggunakan dacin
- Kesalahan cara penimbangan
- Kesalahan pencatatan hasil pengukuran dan
pemeriksaan

Posyandu Lansia - Kesalahan identifikasi


- Kesalahan pemeriksaan dan diagnosis
- Insiden perlukaan karena penggunaan alat
periksa
- Kesalahan hasil pemeriksaan laboratorium
- Insiden perlukaan karena pemeriksaan
laboratorium
- Insiden tertusuk jarum
- Insiden kontak dengan cairan tubuh penderita
- Tidak menggunakan APD
- Kesalahan pemberian obat
- Kesalahan dosis obat

2. Analisis risiko
Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh
Tim Mutu. Analisis risiko dilakukan dengan cara menilai tingkat kegawatan dari
risiko (severity assessment). Analisa dilakukan dengan menentukan skore
resiko atau insiden tersebut untuk menentukan prioritas penanganan.
a) Peluang
TINGKAT DESKRIPSI PELUANG / FREKUENSI
RESIKO

23
1 Sangat jarang/rare( > 5 tahun / kali )
2 Jarang/unlikely ( >2-5 tahun / kali )
3 Mungkin/Possible1 - 2 tahun / kali )
4 Sering/likely ( beberapa kali /tahun )
5 Sangat sering / almost certain(tiap minggu / bulan)

b) Dampak
DESKRIPSI
TINGKAT
PELUANG DAMPAK
RESIKO
/ FREKUENSI
1 Tidak significant  Tidak adacedera
2 Minor  Cedera ringan, mis iuka lecet
 Dapat diatasi dengan P3K
3 Moderat  Cedera sedang, mis Iuka robek
 Berkurangnya fungsi
motoric/sensorik/psikologis
/intelektual (reversible),tidak
berhubungan dengan penyakit)
 Setiap kasus yang memperpanjang
perawatan
4 Mayor  Cedera luas/ berat, mis cacat,
lumpuh
 Kehilangan fungsi
motoric/sensorik/psikologis/intelek
tual (ireversibel), tidak
berhubungan dengan penyakit

5 Katatropik  Kematian yangtidak


berhubungandengan perjalanan
penyakit

3. Evaluasi risiko
Resiko yang sudah dianalisa akan dievaluasi lebih lanjut sesuai skor
dan grading yang di dapat :

SKOR RESIKO = DAMPAK x PELUANG

LEVEL TOTAL SKOR


Rendah 1-3
Sedang 4-6
Tinggi 8 - 12
Extreme 15 - 25

LEVEL TINDAKAN
Ekstrem Memerlukan tindakan segera, paling lambat 2 x 24 jam

24
Tinggi Kaji dengan detail dan perlu tindakan segera, sampai 2
minggu
Sedang Dilakukan penelitian sederhana paling lama 2
minggu. Sebaiknya menilai dampak terhadap bahaya dan
kelola resiko. Traget waktu pengendalian sampai 6 minggu
Rendah Dilakukan penelitian sederhana paling lama 1
minggu, diselesaikan dengan prosedur rutin. Target waktu
pengendalian sampai 12 minggu

4. Tindakan perbaikan
Setelah resiko yang mungkin terjadi diidentifikasi dan dianalisa, tim
manajerial akan memulai memformulasikan strategi penanganan resiko yang
tepat. Strategi ini didasarkan kepada sifat dan dampak potensial dari resiko itu
sendiri. Adapun tujuan dan strategi ini adalah untuk memindahkan dampak
potensial resiko sebanyak mungkin untuk meningkatkan control terhadap
resiko.

Ada lima strategi alternative untuk menangani resiko :


1. Menghindari resiko
2. Mencegah resiko dan mengurangi kerugian
3. Meretensi resiko
4. Mentransfer resiko
5. Asuransi

25
BAB IV
DOKUMENTASI

Pelaksanaan manajemen resiko di Puskesmas Pujer didokumentasikan dengan


baik melalui :
1) Formulir Laporan Insiden KTD, KNC, KPC dan Kejadian Sentinel (terlampir);
2) Form Penilaian Resiko (terlampir);
3) Formulir Analisis FMEA (terlampir);
4) Laporan Hasil Evaluasi dan Tindak Lanjut

26
LAMPIRAN I

FORMULIR LAPORAN INSIDEN KTD, KNC,KPC


dan KEJADIAN SENTINEL PUSKESMAS

I. DATA PASIEN
Nama : ...................................................................
No. Register : ...................... Ruangan ............................
Umur : ( ) 0 - 1 bulan ( ) > 1 bl – 1 th
( ) > 1 th - 5 th ( ) > 5 th – 15 th
( ) > 15 th – 30 th ( ) > 30 th – 65 th

Jenis Kelamin : ( ) Laki – laki ( ) Perempuan


Penanggung jawab pasien : ( ) Pribadi ( ) Asuransi
swasta
( ) Askes Pemerintah ( ) BPJS

Tanggal masuk Puskesmas Pujer : ............................... Jam

II. RINCIAN KEJADIAN


1. Tanggal dan Waktu Insiden
Tanggal : ............................... Jam
2. Insiden :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
3. Kronologi insiden
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................

4. Jenis Insiden : ( ) Kejadian Nyaris Cedera / KNC ( Near Miss)


( ) Kejadian Tidak Cedera / KTC ( No Harm)
( ) Kejadian Tidak Diharapkan / KTD (Adverse Event)
( ) Kejadian Sentinel

5. Orang yang pertama melaporkan insiden :


( ) Karyawan : Dokter/Perawat/Bidan/Petugas Lain
( ) Pasien

27
( ) Keluarga/Pendamping Pasien
( ) Pengunjung
( ) Lain-lain (sebutkan) ...........................................

6. Insiden terjadi pada :


( ) Pasien
( ) Lain-lain ....................
Misal: karyawan/Pengunjung/Pendamping/Keluarga Pasien

7. Insiden menyangkut pasien :


( ) Pasien Rawat Jalan
( ) Pasien Rawat Inap
( ) Pasien UGD
( ) Pasien Kebidanan dan Bayi Baru Lahir
( ) Pasien Anak
( ) Pasien IMS/VCT
( ) Pasien TB Dots
( ) Pasien KIA- KB
( ) Pasien Pemeriksaan Laboratorium
( ) Pasien Lain-lain

8. Tempat Insiden
Lokasi Kejadian ............................................ (tempat pasien berada)

9. Insiden terjadi pada pasien :


(sesuai kasus penyakit / spesialisasinya)
( ) Penyakit dalam dan sub spesialisasinya
( ) Penyakit anak dan sub spesialisasinya
( ) Penyakit bedah dan sub spesialisasinya
( ) Penyakit obgin dan subspesialisasinya
( ) Penyakit THT dan sub spesialisasinya
( ) Penyakit Mata dan sub spesialisasinya
( ) Penyakit Saraf dan sub spesialisasinya
( ) Penyakit Kulit dan Kelamin dan sub spesialisasinya
( ) Penyakit Jantung dan sub spesialisasinya
( ) Penyakit Jiwa dan sub spesialisasinya
( ) Lain-lain (sebutkan)...................................

10. Unit/Departemen terkait yang menyebabkan insiden :


Unit kerja penyebab ...........................................................................

28
11. Akibat insiden terhadap pasien :
Kematian
Cedera irreversible/cedera berat
Cedera Reversibel/cedera sedang
Cedera ringan
Tidak ada cedera

12. Tindakan yang dilakukan segera setelah kejadian, dan hasilnya :


.............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................

13. Tindakan dilakukan oleh Tim, terdiri dari :


..............................................................................................................
Dokter
Perawat
Petugas lainnya
14. Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di unit kerja lain ?
Ya Tidak

Apabila ya,
Kapan? Dan langkah/tindakan apa yang telah diambil pada unit kerja tersebut
untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama ?

Pembuat : ....................... Penerima : .......................


laporan .. laporan ..
Paraf : ....................... Paraf : .......................
.
Tgl. : ....................... Tgl. : .......................
Laporan . Laporan

Grading Resiko Kejadian (diisi oleh atasan pelapor) :


Biru Hijau Kuning Merah

29
Lampiran II

FORM PENILAIAN RESIKO


NO : ...................

BAGIAN : ...............................................................
UNIT : ...............................................................

Deskripsi resiko/insiden/complain/temuan audit :

Resiko terindentifikasi :

Siapa (atau apa) yang terkena resiko dan bagaimana ? (missal : dokter, perawat,
staff, pengunjung, gedung, reputasi Puskesmas) :

Akar masalah :

Tindakan pengendalian resiko yang ada (jika ada) (misal : peralatan, kesiapan staf,
lingkungan, kebijakan/prosedur, pelatihan, dokumentasi) :
1. ....................................................................................................................
2. ....................................................................................................................
3. ....................................................................................................................

Peringkat resiko saat ini : peluang x dampak = .............. x ............ =


1. Ekstrem 2. High 3. Medium 4. Low

30
Rencana tindakan untuk mencegah / mengurangi resiko (misal : perubahan dalam
pelaksanaan, peralatan, kesiapan staf, lingkungan, kebijakan / prosedur, pelatihan,
dokumentasi):

31
Lampiran III
Formulir Analisis FMEA
Risiko Pelayanan Klinis Puskesmas

FAILURE FREKUENSI KEMUDAHAN RPN


KEGAWATAN VALIDASI
No (Kegagalan/ PENYEBAB EFEK TERJADINYA TERDETEKSI (OCC x SOLUSI
(SV) SOLUSI
Kesalahan) (OCC) (DT) SV x DT)

Keterangan:
- Rentang nilai OCC mulai 0-10; dimana 0= tidak mungkin terjadi dan 10 = sangat sering terjadi
- Rentang nilai SV mulai 0-10; dimana 0=tidak gawat dan 10=sangat gawat
- Rentang nilai DT mulai 0-10; dimana 0=mudah dideteksi dan 10=sangat sulit dideteksi

32

Anda mungkin juga menyukai